Anda di halaman 1dari 6

J.

Agrivigor 6 (2):100-105, April 2007; ISSN:1412-2286

PENGARUH PENAMBAHAN KINETIN, IAA DAN GA3 TERHADAP PERTUMBUHAN PLANTLET KENTANG
Effect of kinetin, IAA a n d GA3 h o r m o n e s on g r o w t h of potato plantlet

A, K. Kaljadi Balai Penelitian Tanaman Sayuran/ IVEGRI Lembang


Abstract An experiment has been undertaken in Tissue Culture Laboratory of IVEGRl in Lembang. It aimed to determine best combination of kinetin; IAA and GAS growth hormones. Medium used in the experiment was MS added with 30g sugar, O.lmg GA3, lOOml coconut water and 6g agar per Liter. There were 18 treatments, consisted of kinetin (0.1, 0.55 and 1pM); IAA (0.1, 0.55 and 1pM) and GA3 (0 and 1pM) and arranged in a completely random design with 10 replications. Explants used were in vifro shoot-cuttings of potato plantlet cv. Granola. Results revealed that there was no interaction effect between kinetin, IAA and GA3 upon explant growth. MS medium added with kinetin, IAA and GA3 in balanced concentration afforded best growth of plantlet cv. Granola. Keywords : Potato, MS medium, kinetin, IAA, GAs

PENDAHULUAN
Penggunaan teknik in vitro untuk tujuan perbanyakan vegetatif merupakan areal yang paling maju dalam teknik kultur jaringan. Dalam menumbuhkan plantlet tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya komposisi media yang digunakan, asal explant tanaman dan lingkungan tumbuh dari tanaman tersebut. Sebagai evolusi teknik dari suatu teori yang dicetuskan tahun 1838 yaitu teori sel oleh Scheiden dan Schwann (Gunawan , 1995). Perbanyakan tanaman kentang secara in vitro mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan perbanyakan konvensional yaitu bebas penyakit, cepat menghasilkan dalam jumlah besar dan tidak tergantung dari musim (Wattimena, 1986). Dengan perbanyakan ini diharapkan dalam waktu singkat akan didapatkan jumlah tanaman besar. Serta tujuan praktis dari perbanyakan in vitro ini hanya perbanyakan vegetatif tanaman . Media tumbuh kultur jaringan terdiri dari unsur makro, mikro, vitamin dan sumber karbohidrat. Untuk mendapatikan hasil pertumbuhan yang baik

ditambahkan pula zat pengatur tumbuh auksin, s i t o k i ~ ndan gibberelic acid. Pada , penanbahan zat pengatur tumbuh ini dipengaruhi oleh macarnnya dan konseiitrasi dari zat pengatur tumbuh tersebut. Menurut Wattimena (1986), dalam penumbuhan tanaman in vitro, perbandingan auksin dan sitokinin yang relatif rendah akan merangsang pertumbuhan tunas. Keberhasilan dalam kultur jaringan khususnya perbanyakan in vitro sangat dipengar+i oleh dua faktor yaitu asal explan atau potongan jaringan yang diinokulasi dan susunan media tumbuh tempat jaringan i N ditumbuhkan ( Gunawan ,J987; Armini e t al., 1992). ~ d a ~ u k ' f a k t o lain yang berpengaruh r yaitu : 1) susunan dan konsentrasi zat pengatur tumbuh, 2) sumber unsur zat pengatur tumbuh, 3) perbandingan auksin dan sitokinin (Noerhadi, 1976). Selain itu perkembangan dari explant tergantung dari dua ha1 : (1) potensi genetik dari tanaman yang dibiakan dan (2) lingkungan fisik dan dimana bagian tanaman dibiakkan. Menurut George d a n sherington (1993), dalam kultur jaringan /kultur

Pengaruh penambahan kinetin, IAA dan GA3 terhadap pertumbuhan plantlet

pucuk tanaman memerlukan zat pengatur tumbuh didalam media. Tahapan dan tipe pertumbuhan menentukan jenis dan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang diperlukan. Selain penambahan hormon tumbuh auksin dan sitokinin dengan penambahan gibberlic acid akan meningkatkan pertumbuhan kultur pucuk. n Dalam penelitian i i dilakukan penanaman stek pucuk secara in vitro pada media MS (1962) dengan menambahkati beberapa konsentrasi ki'netin, IAA dan GAS. Tujuan dari penelitian adalah mencari komposisi media MS dengan konsentrasi Kinetin, IAA dan GPo yang tepat dalam meningka&an pertumbuhan setek in vitro tanaman kentang varietas Granola. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan di laboratorium kultur jaringan Balai Penelitian Tanaman Sayuran. Dalam penelitian ini menggunakan media dasar MS (1962) ditambah gula 30 g L-1 + G& 0,l mg L-' + air kelapa 100 mL L-1 dan sebagai perlakuan ditambah hormon Kinetin (0.1; 0.55 ; 1 p M): IAA ( 0,l; 0,55 ; 1 lr M) , GAS (0; 1,O )I MI. Jumlah perlakuan komposisi media 18. Rancangan percobaan yang digunakan RAL degan 10 ulangan dari setiap perlakuan, sebagai bahan explant dipergunakan stek pucuk in vitro dari plantlet varietas Granola. Kultur diinkubasikan diruang kultur dengan suhu 22 - 24 0C photoperiode 18 jam terang, 6 jam gelap. Pengamatan pertumbuhan tanaman dan keadaan visual tanaman dilakukan setiap 2 minggu sekali setelah tanaman berumur 4 minggu. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari has11 analisa statist~kdidapatkan bahwa antara perlakuan penambahan hormone tumbuh Kinehn, IAA dan GABtidak terdapat interaksi untuk pengamatan persentase tanaman tumbuh, ~ a t a -

rata jumlah tunas tumbuh, jumlah buku. Tinggi plantlet dari permukaan media, jumlah daun dari plantlet Granola . Kombinasi dari ketiga zat pengatultumbuh, ternyata tidak berbeda nyata dan secara visual kombinasi perlakuan hormoil tumbuh IAA, GA% Kinetin tidak berbeda nyata. Dari hasil analisa statistik untuk % tanaman tumhuh plantlet Granola, antara perlakuan penambahan auxin/IAA , GAR. dan sitokinin/ kinetin tidak terdapat interaksi antar perlakuan. Perlakuan penambahan IAA umur 4 MST s.d 6 MST antara perlakuan konsentrasi terendah A1 (0,l p M), berbeda dengan A2 (0.55 p M), A3 (1.0 p M). Disini telihat bahwa semakin tinggi konsentrasi IAA persen pertumbuhannya semakin tinggi. Pada perlakuan penambahan GAR,antara perlakuan berbeda nyata saat plantlet berumur 4 MST, dan terlihat bahwa penanbahan GA3 akan meningkatkan % tanaman tmbuh. Perlakuan penambahan GA3, antara perlakuan konsentrasi tidak berbeda nyata pada saat tanaman berumur 6 MST dan 8 MST. Dan terlihat bahwa pada saat 6 MST penambahan kinetin meningkatkan % tanaman tumbuhtetapi pada saat plantlet berumur 8 MST terjadi kebalikannya yaitu dengan penambahan kinetin menurunkan % tanaman tumbuh. Menurut Wattimena (1986), untuk merangsang pertumbuhan tunas atau meningkatllan pertumbuhan tunas plantlet kentang diperlukan 3 zat pengatur tumbuh yaitu golongan sitokinin seperti Kinetin, goloiigan auxin seperti IAA dan GA? dalam keadaan seimbang. Dalam penelitian ini terlihat bahwa kornposisi media MS (1962) dengan penambahan zat pengatur himbuh kinetin, IAA dan GAT dalam keadaan seimbang pertumbuhan dari plantlet Granola lebih baik dari komposisi media lainnya.

A. K. Ka rjadi

Tabel 1. Pengaruh perlakuan hormon tumbuh IAA. GA? dan Kinetin terhadap % tanaman tumbuh pada saat umu 4 MST s.d 8 MST.

8 MST Kinehn Kl(O.1 p M) 38.82 D 38.88 D 48.52 D K2 ( 0.55 kt M) 10.50 E 38 83 D 48.25 D K3(1.OpM) 46.12 D 10.81 E 44.93 D IAA 20.64 A A1 (0.1 p M ) 38.10 A 36.41 B A2 ( 0.55 p M) 20.67 A 44.38 A 50.53 A A3(1.0pM) 20.87 A 52.07 A 46.98 A GA3 Gl(0pM) 15.46 C 40.33 C 46.33 C G2(1.O p M ) 30.33 B 42.52 C 46.80 C Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh humf yg sama hdak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 %

Perlakuan

4 MST

Pengamatan 6 MST

Tabel 2. Pengaruh perlakuan hormon tumbuh Kinetin, IAA dan GA? terhadap ratarata junlah tunas tumbuh (Trans d x+ 0.5)
4 MST 8 MST Kinetin i<l(0.1 M) 2.28 A 0.82 A 1.53 A K2 ( 0.55 b M) 0.76 A 1.52 A 2.24 A K3 (1.0 p M ) 0.76 A 1.52A 2.23 A IAA Al.(O.l b'M) 0.76 A 1.72 A 1.85 B A2 ( 0.55 p M) 0.79 A 1.61 A 2.37 A A3 (1.0 p M ) 0.79 A 1.62 A 2.53 A GA3 GI (OpM) 0.76 A 1.43 A 2.23 A G2(1.O p M ) 0.81 A 1.46 A 2.26 A Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti olel, huruf yg sama tidak berbeda nyata menurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % .A?

Perlakuan

Pengamatan 6 MST

Hasil analisa statistik dari ketiga perlakuan hormon tumbuh ini tidak terdapat interaksi. Dan rata-rata jumlah

tunas tumbuh dari buku berbeda nyata hanya u n h ~ k perlakuan IAA saat plantlet berumur 8 MST. ..

Pengaruh penambahan kinetin, IAA dan GA3 terhadap pertumbuhan plantlet

Tabel 3. P e n ~ a r u h perlakuan hormon tumbuh IAA, GASdan Kinetin terhadap rata-rata tinggi plantlet dari permukaan media (cm) Perlakuan Pengamatan 4 MST 6 MST 8 MST Kinetin KT. ( 0.1i M) 5.73 10.19 i2.09 K2 ( 0.55 LC M) 6.20 11.76 14.08 6.30 11.29 1.2.74 K3(1.OpM) IAA 5.89 9.63 11.19 A1 ( 0.1 LL M) 6.03 11.00 13.06 A2 ( 0.55 p M) 6.32 12.60 14.66 A3 ( 1 . 0 M ) ~ GA3 Gl(0irM) 5.59 10.56 12.16 ~2 1.011 M) 6.16 11.61 13.78 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yg sama tidak berbeda nyata nienurut ujl jarak berganda Duncan taraf 5 %

Hasil analisa statistik untuk perlakuan auxin IAA, antara dosis terendah d a n tertinggi berbeda nyata . Semakin rendah konsentrasi IAA, rata-rata tinggj tanaman semakin rendah dah kebalikannya. Untuk perlakuan GA3 antara konsentrasi terendah dan tertinggi tidak berbeda nyata tetapi semakin tinggi konsentrasi rata-ratanya semakin besar. Dari penelitian ini didapatkan bahwa konsentrasi IAA dan GA3 se-

makin tinggi rata-rata tinggi tanaman plantlet varietas Granola semakin tinggi pula. Dalam perlakuan konsentarasi Kinetin umur 4, 6 MST antara perlakuan K2 dan K3 tidak berbeda nyata, tetapi pada saat 8 MST antara perlakuan konsentrasi tertinggi K3 dan terendah K1 tidak berbeda nyata dan perlakuan K2 rata-rata tinggi tanaman lebih tinggi bila dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 4. Pengaruh perlakuan hormon tumbuh IAA, GA3 dan Kinetin terhadap ratarata jumlah buku. Perlakuan 4 MST Pengamatan 6 MST 8 MST 17.52 15.23 14.32 13.81 16 73 16.52 17.20 nyata nienurut uji

Kinetm . ; 6.33 14.80 , Kl ( 0.1 LC M) 6.45 14.37 KZ(055pM) 5.93 14.48 K3(1.0yM) IAA 5.95 12.48 A1 ( 0.1 p M) 6.50 15 65 A2 ( 0.55 p M) 6.37 15.52 A3(1.0pM) GA3 GlfOuM) 6.20 14.37 ~2 1.0 M) 6.28 14.73 17.18 Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh huruf yg sama tidak berbeda jarak berganda Duncan taraf 5 %

A. K. Karjadi

Dalam uji statistik rata-rata jumlah buku antara perlakuan konsentrasi hormon berbeda nyata untuk IAA pada saat umur 4 MST dan 6 MST. Dari hasil ini dapat dikatakan bahwa penambahan IAA (0,l p M - 1.0 11M) ,GA3 (0 - 1.0 p M) maupun Kinetin (0,l p M-1,O p M) tidak mempengaruhi rata-rata jumlah buku dari plantlet Granola. Dan untuk

pertumbuhan plantlet Granola dapat dlgunakan ketiga hormone ini dengan konsentrasi terendah. Hasil analisa statistik tidak ada interaksi antara ketiga perlakuan hormoll tumbuh. Untuk efisiensi dalam menumbuhknn plantlet Granola sebaiknya digunakan hormon dengan konsentrasi terendah.

Tabel 5. Pengaruh perlakuan hormon tumbuh IAA, GA3 dan Kinetin terhadap ratarata jumlah daun Perlakuan 4 MST Kinetin K1 ( 0.1 LL M) K2 ( 0.55 11 M) K3(1.OpM) IAA AI(O.1pM) A2 ( 0.55 p M) A3(1.0pM) GA3 15.32 C 26.43 C , 7.27 C Gl(01rM) G2 (1.0 11 M) 16.09 C 26.73 C 7.36 C Keterangan: Nilai rata-rata yang diikuti oleh Iiuruf yg sama tidak berbeda nyata nienurut uji jarak berganda Duncan taraf 5 % 7.07 B 7.55 B 7.32 B 13.87 B 16.62 B 16.63 B 21.27 B 28.80 B 29.68 B 7.43 A 7.48 A 7.02 A 16.45 A 15.45 A 15.22 A .27.58 A 27.37 A 24.80 A Pengamatan 6 MST 8 MST

'

Dalam Tabel 5, perlakuan IAA ada beda nyata untuk perlakuan konsentrasi terendah dan tertinggi %+at tanaman berumur 4 , 6 , 8 MST. Dan terlihat bahwa penambahan IAA akan meningkatkan jumlah daun . ~ e r l a k u a n penambahan GA3 uji statistik tidak berbeda nyata. Dan secara visual juga terlihat bahwa tidak ada perbedaan walaupun rata-rata jumlah daun perlakuan G2 , ' (1.0 11 M) selalu lebih tinggi. Dalam perlakuan penambahan kinetin, antara perlakuan tertinggi dan terendah tidak berbeda nyata, tetapi rata-rata jumlah daun pada umur 6 MST dan 8 MST semakin tinggi konsentrasi Kinetin rata-ratanya semakin rendah.

KESIMPULAN P Tidak terdapat interaksi antara perlakuan hormon tumbuh Kinetin, IAAdan GA3 pada pengamatan pertumbuhan plantlet Granora. h Pada komposisi media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh Kinetin, IAA dan GA3 dalam keadaan seimbang pertumbuhan plantlet Granola lebih baik dari komposisi media lainnya.

Pengaruh penambahan kinetin, IAA dan GA? terhadap pertumbuhan plantlet

DAFTAR PUSTAKA
Armini., G. A Wattimena dan L.W. Gunawan 1992. Perbanyakan tanaman, ha1 12 - 48 dalam Bioteknologi Tanaman I. G. A. Wattimena et al. (ed.). PAU. Bioteknologi IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggl. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan George, E.F. and P.D. Sherrington ,1984. Plant propagation by tissue culture. Handbook and directory of commercial laboratories. Exegetics Ltd. Basingstoke, England. Gunawan, L.W. 1995. Teknik kultur m vztro dalam hortikultura. Penebar Swadaya.

Gunawan, L. W. 1987. Teknik kultur jaringan tumbuhan. Lab. Kultur jaringan tumbuhan. PAU Bioteknologi. IPB. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Murashige, T., dan F. Skoog. 1962. A revised medium for rapid growth and bidassays with tobacco tissue cultures. Physiol. Planta. 15 ; 473 497. Noerhadi, E: 1976. Kultur jaringan sebagai alat teknik pemulian tanaman. Lab. Morfogenesis dan fisiologi. Dept. Biol. ITB. Bandung. Wattimena, G.A. 1986. Kultur jaringan tanaman kentang, makalah dalam training course on potato seed technology . Dir. Bina Prod. Hort FAO, 27 Oct - 8 Nov 1986.

Anda mungkin juga menyukai