Anda di halaman 1dari 3

Bahasa mempunyai sifat seperti organisme yang hidup.

Bahasa bisa tumbuh, bisa berkembang, dan juga bisa mati. Oleh karena itu bahasa sepertinya juga bisa dikenai teori Darwin. Dalam tulisan ini saya akan membahas perkembangan bahasa dan fleksibilitasnya serta kemungkinan kepunahan bahasa dengan meminjam beberapa pokok pikiran teori Darwin. Pada tahun 1831 Darwin ikut pelayaran ekspedisi Beagle berangkat dari Inggris untuk menjelajahi Amerika Selatan dan Pasifik Selatan. Pelayaran ekspedisi ini berlangsung selama 5 tahun. Ketika kembali ke Inggris pada bulan Oktober tahun 1836, koleksi dan jurnal perjalanannya mendapat sambutan yang antusias dari kalangan ilmuwan. Ketika jurnal hasil perjalanan beserta bukti-buktinya ini diterbitkan sebagai buku The origin of Species pada tahun 1859, ilmu biologi berubah total. Teori evolusi Darwin cocok untuk menelaah perkembangan bahasa karena seperti makhluk hidup, bahasa berkembang secara evolutif, perubahan yang terjadi pada bahasa terjadi sangat lambat dan perlu waktu puluhan bahkan ratusan tahun. Seleksi alam Salah satu pokok pikiran dalam teori evolusi Darwin adalah seleksi alam. Pengamatan Darwin pada spesies binatang menghasilkan dua kesimpulan. Pertama, terdapat perbedaan dalam setiap individu masing-masing species. Tidak ada dua ekor ayam yang sama persis. Kedua, karena terbatasnya sumber makanan di suatu habitat yang sama, maka muncullah persaingan antar individu. Bagaimana dengan bahasa? Bahasa mempunyai cirri-ciri yang serupa menurut pengamatan saya. Pertama, terdapat perbedaan pemakaian bahasa oleh setiap individu. Tidak ada dua orang yang secara sama persis memakai bahasa. Kedua, disadari atau tidak, terjadi persaingan antar bahasa di suatu daerah tertentu. Di kota-kota besar di Indonesia setidaknya kita melihat persaingan antara Bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Persaingan inilah yang akan menentukan perkembangan dan kelangsungan hidup sebuah spesies. Dalam hal evolusi binatang,

spesies yang mampu beradaptasi akan bertahan sedangkan spesies yang tidak mampu beradaptasi akan punah. Misalnya warna bulu binatang biasanya secara berangsur-angsur berubah menyesuaikan dengan lingkungannya. Bahasa Indonesia saat ini mempunyai dua pesaing utama, yang pertama adalah Bahasa Inggris dan yang kedua adalah bahasa daerah serta bahasa asing selain Bahasa Inggris seperti Bahasa Arab atau Mandarin. Menurut pendapat saya kebertahan Bahasa Indonesia kuat justru karena daya adaptasinya yang tinggi. Pemakai Bahasa Indonesia beradaptasi dengan cara mengadopsi dan mengadaptasi. Adopsi dan adaptasi ini memperkaya dan meningkatkan daya tahan Bahasa Indonesia sendiri. Binatang melakukan adaptasi morfologi misalnya perubahan bentuk paruh pada burung, bahasapun demikian. Pemakai Bahasa Indonesia melakukan banyak sekali adaptasi bentuk tulisan dan bentuk suara ketika mengadopsi bahasa asing maupun bahasa daerah. Misalnya kata computer diadaptasi menjadi komputer. Adaptasi semacam ini memperkaya Bahasa Indonesia. Meskipun tak jarang ahli yang berpendapat semua seharusnya diindonesiakan. Menurut pendapat saya bahasa adalah sesuatu yang alami, campur tangan penguasa melalui peraturan-peraturan hanya akan menghambat perkembangan bahasa itu sendiri. Contoh adaptasi yang memperkaya adalah adopsi kata print. Bahasa Indonesia sudah mempunyai kata mencetak namun dengan mengadopsi kata print bahasa Indonesia menjadi lebih kaya. Pada perkembangannya kata print dan mencetak mempunyai makna yang berbeda. Contoh lain adalah adopsi kata copy atau kopi. Sebenarnya kata ini sama artinya dengan menyalin tetapi pada perkembangannya dua kata ini menjadi berbeda maknanya. Jadi sekali lagi, adopsi yang merupakan mekanisme adaptasi ini akan memperkaya Bahasa Indonesia dan meningkatkan nilai kebertahanan-

hidupnya. Semakin luwes atau fleksibel sebuah bahasa maka daya survivalnya akan semakin tinggi.

Anda mungkin juga menyukai