Anda di halaman 1dari 22

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Jumlah penderita diabetes melitus di Indonesia diperkirakan mengalami peningkatan dari 8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 mendatang. Kepala Instalasi Pelayanan Pelanggan dan Humas RSUP Persahabatan, Any Reputrawati, di Jakarta, Rabu (19/11) mengatakan, tingginya angka tersebut menjadikan Indonesia peringkat keempat jumlah penderita diabetes melitus terbanyak di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Cina. Meningkatnya penderita diabetes melitus disebabkan oleh peningkatan obesitas, kurang aktivitas fisik, kurang mengkonsumsi makanan yang berserat, merokok, dan tingginya lemak," katanya. Berdasarkan hasil survei tahun 2003, prevelansi diabetes melitus di perkotaan mencapai 14,7 persen dan di pedesaan hanya 7,2 persen. Semakin majunya suatu negara yang membawa kemakmuran bagi penduduknya, gaya hidup dan pola makan akan turut berubah pula. Sementara itu, kemajuan dalam bidang pengetahuan termasuk kedokteran semakin memperpanjang usia manusia sehingga meningkatkan jumlah kaum lanjut usia. Kedua faktor diatas ternyata memperbesar frekuensi penyakit-penyakit degeneratif, yang salah satu diantaranya adalah penyakit gula atau diabetes. Hal ini dibuktikan dengan pasien Diabetes Mellitus

yang semakin banyak dirawat di rumah sakit. Diabetes melitus adalah kelainan metabolik yang dicirikan dengan ketidakmampuan untuk mengoksidasi karbohidrat, akibat gangguan pada mekanisme insulin yang normal, menimbulkan hiperglikemia, glikosuria, poliuria, rasa haus, rasa lapar, badan kurus dan kelemahan (Dorland, 2004). Beberapa tanda yang tampak pada orang yang menderita diabetes antara lain sering buang air kecil. Air seni/air kencing orang yang menderita diabetes biasanya dikerumuni semut karena kadar gulanya tinggi. Ganguan ini disebabkan karena hormon insulin dalam darah sedikit atau pada penderita diabetes tipe I tidak ada sehingga ginjal tidak dapat menyaring gula dalam darah jadi gula tersebut keluar bersama air seni. Mudah haus sehingga banyak minum. Karena sering buang air kecil jadi kita juga gampang haus. Sering kali karena mudah haus air minumnya adalah air dingin (dari kulkas/dengan es) dan sebagian besar orang Indonesia bila minum air dingin/dengan es lebih senang juga menggunakan sirup. Di mana sirup notabene manis. Mudah lapar. Karena apabila lapar kita makan nasi. Terlalu banyak makan akan dapat menaikkan kadar gula karena didalam karbohidrat yang ada ada nasi mengandung glukosa (gula). Tanda penting lainnya yang perlu dicermati adalah apabila penderita diabetes mendapat luka ditubuh cenderung membutuhkan waktu lama dalam

penyembuhannya. Selain itu ada pula tanda berupa Letih dan lesu. Kondisi ini disebabkan karena produksi gula dalam darah terhambat, sehingga pembuatan energi menjadi ikut terganggu. Pandangan kabur atau tidak

jelas juga bisa jadi merupakan gejala diabetes melitus yang perlu diwaspadai. Sering kesemutan, gejala ini disebut neuropati. Hal ini karena kandungan gula dalam darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan system saraf. Dapat juga terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Gejala klinis yang dialami oleh penderita diabetes dapat diketahui melalui pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan pertama adalah pemeriksaan kadar gula darah. Pada prosesnya pengambilan darah untuk pengecekan ini dilakukan dua kali atau dalam dua kondisi yaitu setelah puasa (8 jam tidak menerima asupan gula baik melalui makanan atau minuman) dan kondisi biasa (tidak puasa atau minimal 2 jam setelah makan). Pada kedua pemeriksaan ini apabila, kadar gula biasa 120 mg/dl atau kadar gula puasanya 126 mg/dl. Diabetes melitus jika tidak ditangani dengan baik akan mengakibatkan timbulnya komplikasi pada berbagai organ tubuh seperti mata, ginjal, jantung, pembuluh darah kaki, syaraf, dan lain-lain. Penderita diabetes melitus dapat mengalami beberapa komplikasi bersama-sama atau terdapat satu masalah yang mendominasi, yang meliputi kelainan vaskuler, retinopati, nefropati diabetik, neuropati diabetik dan ulkus kaki diabetik. Tujuan utama dari pengobatan diabetes adalah untuk

mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Namun, kadar gula darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan. Meskipun demikian, semakin mendekati kisaran yang normal, maka

kemungkinan terjadinya komplikasi sementara maupun jangka panjang menjadi semakin berkurang. Untuk itu diperlukan pemantauan kadar gula darah secara teratur baik dilakukan secara mandiri dengan alat tes kadar gula darah sendiri di rumah atau dilakukan di laboratorium terdekat. Pengobatan diabetes meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet. Seseorang yang obesitas dan menderita diabetes tipe 2 tidak akan memerlukan pengobatan jika mereka menurunkan berat badannya dan berolah raga secara teratur. Undur-undur mempunyai nama latin Myrmeleon sp. Dewasa ini penggunaan undur undur pada penderita diabetes semakin meningkat. Berdasarkan penelitian yang diketuai Tyas Kurniasih dari Universitas Gadjah Mada Jogjakarta berjudul Kajian Potensi Undur-Undur Darat (Myrmeleon sp) 2006, binatang ini mengandung zat sulfonylurea. Melalui penggunaan undur undur diharapkan dapat mengurangi kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus sehingga dapat membantu penderita diabetes mellitus. B. Perumusan Masalah Perumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penggunaan undur undur (Myrmeleon sp) untuk menurunkan kadar gula darah pada penderita diabetes mellitus. C. Tujuan 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh sebelum dan sesudah diberikan kapsul undur-undur terhadap penurunan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes mellitus. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus sebelum diberi kapsul undur-undur. b. Untuk mengetahui kadar gula darah pada pasien diabetes mellitus setelah diberi kapsul undur-undur. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Akademik Sebagai salah satu luaran yang diharapkan untuk mengetahui pengembangan tingkat pengetahuan dan kreativitas mahasiswa. 2. Bagi Peneliti Sebagai proses pembelajaran bagi peneliti dalam penulisan riset keperawatan serta menambah pengetahuan tentangpengaruh

penggunaan undur undur (Myrmeleon sp) terhadap penurunan kadar gula darap pada penderita diabetes mellitus. 3. Bagi Masyarakat Menambah pengetahuan masyarakat tentang manfaat undur undur (Myrmeleon sp) bagi penderita diabetes mellitus. Menambah pengetahuan masyarakat tentang alternatif penurunan gula darah pada diabetes mellitus selain dengan berobat kedokter atau mengkonsumsi obat-obatan dari apotek.

4. Bagi Pengembangan Ilmu

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitianpenelitian yang lebih lanjut terutama tentang pengaruh undur undur (Myrmeleon sp) terhadap penurunan kadar gula darap pada penderita diabetes mellitus.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. TEORI TERKAIT 1. Diabetes Melitus Diabetes Mellitus adalah keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang

menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal,, saraf dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan mikroskop elektron (Manjoer, 1999). Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolut insulin atau insensitivitas ael terhadap insullin. Berdasarkan definisi, glukosa darah puasa harus lebih besar daripada 140 mg/100 ml pada dua kali pemeriksaan terpisah agar diagnosis diabetes mellitus dapat ditegakkan (Corwin, 2001). Diabetes Mellitus klinis adalah suatu sindroma gangguan metabolisme dengan hiperglikemia yang tidak semestinya sebagai akibat suatu defisiensi sekresi insulin atau suatu berkurangnya efektivitas biologis dari insulin atau keduanya (Greenspan & Baxter, 1998). Perubahan-perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler, dan neuropati semuanya menyebabkan perubahan-perubahan pada ekstremitas bawah (Long, 1996).

Dari hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh para ahli kedokteran, ditemukan teori baru yang menyatakan bahwa penyakit diabetes mellitus tidak hanya disebabkan oleh faktor keturunan (genetik), tetapi juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yang multi-kompleks, antara lain kebiasaan hidup dan lingkungan. Orang yang tubuhnya

membawa gen diabetes, belum tentu akan menderita penyakit gula, karena masih ada beberapa faktor lain yang dapt menyebabkan timbulnya penyait ini pada seseorang, yaitu antara lain makan yang berlebihan/kegemukan, kurang gerak atau jarang berolahraga, dan kehamilan (Lanywati, 2001). a. Makan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalam tubuh menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar pankreas terpaksa harus bekerja keras memproduksi hormon insulin untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak mampu memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah, maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk ke dalam darah serta urine (air kencing). Data statistik di Amerika menunjukkan bahwa 70 % dari total penderita diabetes mellitus, merupakan orang yang memiliki berat tubuh berlebihan (obesitas). b. Pada saat tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula dalam tubuh akan berkurang, dan dengan demikian kebutuhan akan hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan jarang berolahraga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak

dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan gula, memerlukan hormon insulin. Namun, jika hormon insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus. c. Pada saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan janinnya, seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi makanannya, sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik sekitar 7 kg 10 kg. Pada saat penambahan jumlah konsumsimakanan tersebut terjadi, jika ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit diabetes mellitus. Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin. Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi.

Bukan Kadar Glukosa DM Kadar glukosa darah sewaktu: Plasma vena Darah kapiler Kadar glukosa darah puasa: <110 <90

Belum DM pasti DM

110 - 199 90 - 199

>200 >200

Plasma vena Darah kapiler

<110 <90

110 - 125 90 - 109

>126 >110

Tabel: Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik

sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg/dl)

Ginjal tidak dapat menahan hiperglikemi, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg% sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi. Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan,

akibatnya bau urine dan napas penderita berbau aseton atau bau buahbuahan. Keadaan asidosis ini apabila tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995). 2. Undur undur Undur-undur memiliki nama latin Myrmeleon sp atau dalam bahasa mandarin hewan ini bernama di-gu-niu dan dalam bahasa Inggris disebut Antlion . Hewan yang biasa berjalan mundur ini dari beberapa kesaksian beberapa orang disebut-sebut dapat menurunkan kadar gula penderita diabetes dan berkhasiat untuk beberapa penyakit lain seperti stroke berat. Ilmu pengobatan Cina pun hingga saat ini masih menggunakannya. Undur-undur adalah kelompok binatang holometabola yaitu serangga yang mengalami metamorfosis sempurna. Tahapan dari daur serangga yang mengalami metamorfosis sempurna adalah telur, larva, pupa, dan imago. Larva adalah hewan muda yang bentuk dan sifatnya berbeda dengan dewasa. Pupa adalah kepompong dimana pada saat itu serangga tidak melakukan kegiatan, pada saat itu pula terjadi penyempurnaan dan pembentukan organ. Imago adalah fase dewasa atau fase

perkembangbiakan. Berdasarkan ciri sayap dan alat mulutnya, binatang ini merupakan ordo Neuroptera. Ordo Neuroptera adalah serangga bersayap jala. Ciri serangga ini adalah mulut menggigit, dan mempunyai dua pasang sayap yang urat-uratnya berbentuk seperti jala. Contoh: undur-undur, metamorfosis sempurna (siklus hidupnya: telur, larva, pupa (kepompong), imago).

3. Sulfonilurea Kerja dari sulfonilurea adalah dengan merangsang sekresi insulin dari granul sel-sel langerhans pankreas. Rangsangannya melalui

interaksi dengan ATPsensitive K channel pada membran sel-sel yang menimbulkan depolarisasi membran dan keadaan ini akan membuka kanal Ca ++, sehingga ion Ca ++ akan masuk sel , merangsang granula yang berisi insulin dan akan terjadi sekresi insulin dengan jumlah yang ekuivalen dengan peptida-C. Selain itu, sulfonilurea mengurangi klirens insulin di hepar (Suherman, 2007). Sulfonylurea berikatan dengan suatu reseptor sulfonylurea yang berdaya afinitas tinggi 140kDa yang dihubungkan dengan suatu kanal kalium yang sensitive ATP yang menyebabkan aliran ke dalam sel B. Dengan mengikat satu sufonilurea berarti menghambat aliran ion kalium ke luar melalui kanal dan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Sebaliknya,depolarisasi membuka kanal kalsium yang dibuka oleh voltase dan menyebabkan aliran kalsium ke dalam dan terjadi rilis insulin. Penyakat kanal kalsium dapat mencegah sulfonylurea in vitro,tetapi diperlukan 100-1000 kali konsentrasi penyakat kalium ddari kadar terapeutik biasa unutk mencapai efek penyekatan seperti yang juga dapat

dimaksudkan tersebut,diduga karena kanal kalsium sel-sel B tidak serupa dengan kanal kalsium tipe L dari system kardiovaskular.

Selain menyebabkan depolarisasi sel B melalui hambatan kanal kalium,sulfonylurea mungkin memiliki fungsi seluler tambahan,karena hingga 90% protein yang mengikat sulfonylurea terletak pada membrane intraseluler,termasuk granul sekretorik. Telah terbukti bahwa sulfonylurea mengadakan potensiasi eksositosis pada granul yang mengandung insulin dengan langsung bekerja pada protein pengikat tersebut. B. KERANGKA TEORI
Lansia, Obesitas, dll

Undur Undur (Myrmeleon sp)

DM Tipe 2

Sulfonylurea

Defisiensi Sekresi Insulin

Merangsang sekresi insulin dari granul sel langerhans pankreas

Gula Darah meningkat Meningkatkan pengeluaran hormon insulin oleh pankreas

Gula Darah menurun

C. HIPOTESA 1. Ho : Tidak ada Perbedaan kadar gula darah pada pasien DM Tipe 2 sebelum dan sesudah pemberian kapsul undur-undur

BAB III METODOLOGI

A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian quasi eksperimental, yang peneliti gunakan adalah pra test dan pasca test eksperimental tanpa kelompok kontrol. Dalam rancangan ini kelompok eksperimental diberi perlakuan dan tidak menggunakan kelompok kontrol. Pada kelompok eksperimental, diawali dengan pra test, dan setelah pemberian perlakuan selesai dihadapkan perlakuan kembali. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian kapsul undur undur.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan kapsul undur undur pada penderita diabetes melitus tipe II.

Gambar 3.1 Rancangan Penelitian Penderita DM tipe II yang terpilih sebagai subyek secara acak

O1 (Pre Test)

X (Intervensi)

O2 (Post Test) )Test

Keterangan : O1 : Pengukuran kadar gula darah X : Pemberian kapsul undur-undur O2 : Pengukuran kadar gula darah kembali B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kalimanah Wetan Kabupaten Purbalingga 2. Waktu Penelitian
Bulan ke Kegiatan Oktober 1. Persiapan 2. Pelaksanaan a. Penyiapan alat dan bahan b. Pengumpulan data responden c. Pengkajian data 3. Analisa data November Desember

Penyusunan laporan

C. Populasi dan Sampling 1. Populasi Populasinya seluruh warga jompo kulon RT 02 RW 07 yang terkena diabetes millitus tipe 2. 2. Sample Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih dengan metode pengambilan sampel tertentu untuk dapat memenuhi atau mewakili populasi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik purposive sampling. Teknik purposive sampling dikenakan pada sampel yang karakteristiknya sudah ditentukan dan diketahui lebih dulu berdasarkan ciri dan sifat populasinya. Untuk pengambilan sampel penelitian ini, tidak semua anggota populasi di jadikan sampel. Hal ini terdapat kriteria inklusi dan ekslusi, dimana kriteria tersebut menentukan dapat tidaknya anggota populasi digunakan sebagai sampel. a. Kriteria inklusi 1) Penduduk di wilayah kerja Puskesmas Kalimanah Wetan Kecamatan Kalimanah Kabupaten Purbalingga 2) Penduduk yang menderita diabetes militus tipe 2 3) Penduduk yang bersedia menjadi responden b. Kriteria ekslusi

Kriteria ekslusif merupakan kriteria di mana subjek penelitian tidak ada yang mewakili karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian. Kriteria ekslusif dalam penelitian ini adalah semua yang tercantum dalam kriteria inklusi

D. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas Variabel bebas adalah variabel yang akan menentukan atau mempengaruhi variabel terikat. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu pemberian kapsul undur undur. 2. Variabel Terikat Variabel terikat adalah variabel yang kondisinya atau nilainya ditentukan atau dipengaruhi oleh variabel bebas atau variabel lainnya. Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu kadar gula darah.

E. Definisi Operasional Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2007). No. 1. Definisi Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala Ukur Nominal

Pemberian Kapsul Satu undur undur kelompok

merupakan suatu treatment dimana dilakukan pemberian kapsul berisi undur undur. Setiap kapsul berisi 3-5 ekor undur undur kering, pemberian kapsul tersebut dilakukan 3 kali sehari. 2. Kadar gula darah merupakan suatu istilah yang mengacu pada tingkat glukosa dalam darah. Pengukuran dilakukan dengan mengukur gula darah sewaktu,yang

diberikan kapsul undur undur

Glucose Meter

mg/dl

Numerik

diambil melalui pembuluh darah kapiler.

F. Teknik Pengumpulan Data Pada penelitian ini dilakukan penelitian pre dan post test : 1. Pre : Dilakukan Pengukuran Sebelum diberikan kapsul undur-undur pada penderita DM tipe 2 2. Post : Dilakukan Pengukuran Sebelum diberikan kapsul undur-undur pada penderita DM tipe 2

G. Validitas dan Reabilitas Validitas pada penelitian ini menggunakan content validity sedangkan reability menggunakan ekuivalensi. H. Teknik Analisa Data Pengaruh undur-undur terhadap penurunan gula darah Ho : Tidak ada perbedaan gula darah sebelum dan sesudah pemberian kapsul undur-undur. Skala data Uji

: Numerik : Paired t-test : 0,045 : Ditolak

Ho

Kesimpulan

: Ada perbedaan yang bermakna pada kadar gula dalam darah sebelum dan sesudah pemberian kapsul undur-undur

RISET KEPERAWATAN
PENGARUH KAPSUL UNDUR-UNDUR TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DALAM DARAH PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS (DM TIPE II)

Disusun Oleh : 1. 2. 3. 4. 5. 6. BENY SETIAWAN ERI NURHASANAH IMANUEL YORDAN RETNO CAHYANINGRUM TATAG SWANDITA TOPAN JUNIARKO

AKADEMI KEPERAWATAN YAKPERMAS BANYUMAS BANYUMAS 2012

Anda mungkin juga menyukai