Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang Dengan semakin pesatnya perkembangan dunia teknik sipil di Indonesia

saat ini menuntut terciptanya sumber daya manusia yang dapat mendukung kemajuannya dalam bidang ini. Dengan Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi, bangsa Indonesia akan dapat memenuhi tuntutan ini.Bangsa Indonesia telah menyediakan berbagai sarana guna memenuhi Sumber Daya Manusia yang berkualitas. Dalam merealisasikan hal ini Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen menuntut agar mahasiswa dapat memenuhi kebutuhan tersebut dengan memberikan tugas-tugas kuliah sebuah perencanaan gedung bertingkat dengan maksud agar dapat menghasilkan tenaga yang bersumber daya dan mampu bersaing dalam dunia kerja.

1.2.

Maksud dan Tujuan Dalam menghadapi perkembangan zaman yang semakin modern dan

Berteknologi pada saat ini, sangat diperlukan seorang teknisi yang berkualitas. Dalam hal ini khususnya teknik sipil sangat diperlukan teknisi-teknisi yang menguasai ilmu dan keterampilan dalam bidangnya. Fakultas Teknik Universitas Almuslin Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen sebagai lembaga pendidikan mempunyai tujuan untuk menghasilkan ahli teknik yang berkualitas, dapat

bertanggungjawab, kreatif dalam menghadapi menyukseskan pembangunan nasional.

masa depan serta

2 1.3. Batasan Masalah

Merencanakan penulangan Kolom dan Balok, dengan ukuran penampang sebagai berikut : Kolom Balok : 40 x 40 cm : 30 x 50 cm

1.4.

Kriteria Perencanaan

1. Spesifikasi Bangunan a. Fungsi bangunan b. Luas bangunan c. Jumlah lantai d. Tinggi antar lanta e. Penutup atap : Asrama : 280 m2 : 2 lantai : 4 m (untuk lantai 1), 3 m (untuk lantai 2) : Pelat (t = 12 cm)

2. Spesifikasi Bahan a. Mutu beton (fc) b. Mutu baja tulangan (fy) : 20 MPa, Fcs : 400 MPa, Fys = 15 Mpa = 270 Mpa

1.5.

Peraturan dan Standar Perencanaan a. Tata cara perencanaan struktur baja untuk bangunan gedung (SNI 031726-2003). b. Tata cara perencanaan struktur beton untuk bangunan gedung(SNI 022847 - 2002). c. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung (PPIUG 1989).

BAB II DASAR TEORI

2.1.

Dasar Perencanaan

2.1.1. Jenis Pembebanan Dalam merencanakan struktur suatu bangunan bertingkat, digunakan struktur yang mampu mendukung berat sendiri, gaya angin, beban hidup maupun beban khusus yang bekerja pada struktur bangunan tersebut. Beban-beban yang bekerja pada struktur dihitung menurut, (PPIUG 1983). beban beban tersebut adalah:

1. Beban Mati (qd) Beban mati adalah beban dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap atau tidak berubah, termasuk segala unsur tambahan serta peralatan yang merupakan bagian tak terpisahkan dari gedung. Untuk merencanakan gedung ini, beban mati yang terdiri dari berat sendiri bahan bangunan dan komponen gedung, dapat dilihat pada Pedoman Pembebanan Indonesia Untuk gedung (PPIUG 1983).

4 2. Beban hidup (ql) Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghuni atau pengguna suatu gedung, termasuk dari barang-barang yang dapat berpindah, mesin-mesin serta peralatan yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari gedung dan dapat diganti selama masa hidup dari gedung itu, sehingga mengakibatkan perubahan pembebanan lantai dan atap tersebut. Khususnya pada atap, beban hidup dapat termasuk beban yang berasal dari air hujan sebesar 2,5 kN/m2 (PPIUG 1983).

Berhubung peluang untuk terjadi beban hidup penuh yang membebani semua bagian dan semua unsur struktur pemikul secara serempak selama unsur gedung tersebut adalah sangat kecil, maka pada perencanaan balok induk dan portal dari sistem pemikul beban dari suatu struktur gedung, beban hidupnya dikalikan dengan suatu koefisien reduksi yang nilainya tergantung pada penggunaan gedung yang ditinjau, seperti Koefisien Reduksi Beban Hidup (table PPIUG-1983).

5 3. Beban Gempa (E) Beban gempa dihitung berdasarkan Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2003), yang dilakukan dengan 3 metode yaitu static ekuivalen, dengan cara dinamik dengan Spectrum Respon Analysis, dan cara dinamik dengan Time History Analysis. Pada gedung ini dilakukan dengan cara static ekuivalen

4. Kombinasi Pembebanan Untuk kombinasi pembebanan berdasarkan Tata Cara Perhitungan Dtruktur Beton Untuk Gedung (SNI 03-2847-2002) yaitu : U U U U = 1,4 D = 1,2 D + 1,6 L = 1,2 D + 1,0 L 1,0 E = 0,9 D 1,0 E

Keterangan : D L E = Dead Load (beban mati) = Live Load (beban hidup) = Earthquake (beban gempa)

5. Asumsi yang digunakan Pemodelan struktur 3D (Space Frame) dilakukan dengan program computer yaitu dengan software sap2000 versi 7.

6 BAB III PEMBEBANAN

3.1.

Pembebanan Struktur

3.1.1. Pembebanan pada pelat lantai a. Lantai 1 (satu) Direncanakan tebal pelat 12 cm o Beban Mati (qd) Berat sendiri pelat Berat keramik (1 cm) Berat spesi (2 cm) Berat pasir (2 cm) : 0,12 x 24 x 1 : 0,01 x 24 x 1 : 0,02 x 21 x 1 : 0,02 x 16 x 1 = 2,88 kN = 0,24 kN = 0,42 kN = 0,32 kN = 0,25 kN Qd Jadi beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 6,99 x 288 = 4,11 kN = 1957,2 kN

Berat plafon + instalasi + mekanikal

o Beban hidup (ql) Beban hidup yang terjadi pada lantai asrama adalan 2,5 kN/m2 = 700 kN = 525 kN

Beban hidup pelat lantai 1 adalah ql x luas pelat = 2,5 x 288 Jadi beban hidup yang bekerja pada lantai 1 = 700 x 0,75 Keterangan :

0,75 adalah faktor reduksi beban hidup yang terjadi pada lantai (PPIUG 1983)

7 b. Lantai 2 / Atap Direncanakan tebal pelat 12 cm o Beban Mati (qd) Berat sendiri pelat Berat spesi (2 cm) : 0,12 x 24 x 1 : 0,02 x 21 x 1 = 2,88 kN = 0,42 kN = 0,25 kN Qd Jadi beban mati pelat lantai 1 adalah qd x luas pelat = 3,55 x 280 = 3,55 kN = 994 kN

Berat plafon + instalasi + mekanikal

o Beban hidup (ql) Beban hidup yang terjadi pada lantai atap adalan 1,5 kN/m2 = 420 kN = 315 kN

Beban hidup pelat lantai 1 adalah ql x luas pelat = 1,5 x 288 Jadi beban hidup yang bekerja pada lantai 1 = 420 x 0,75

3.1.2. Pembebanan pada Kolom dan Balok a. Berat kolom dan balok lantai 1 Direncanakan kolom dengan ukuran 40 x 40 cm dan balok 30 x 50 cm Berat sendiri kolom Berat sendiri balok Berat kolom lantai 1 Berat balok lantai 1 = 0,4 x 0,4 x 24 = 0,3 x 0,5 x 24 = 3,84 x 5,5 x 20 = 3,60 x 150 = 3,84 kN/m = 3,60 kN/m = 422,4 kN = 540 kN

8 b. Berat kolom lantai 2 Berat kolom lantai 2/atap = 3,84 x 1,8 x 20 Berat balok lantai 2/atap = 3,60 x 150 = 138, 24 kN = 540 kN

c. Rekapitulasi berat struktur 1. Berat struktur lantai 1 = Berat kolom + berat balok + berat lantai + beban hidup = 422,4 + 540 + 1957,2 + 525 = 3445 kN

2. Berat struktur lantai 2/atap = Berat kolom + berat balok + berat lantai = 138,24 + 540 + 1957,2 + 315 = 1987 kN

Tabel 1.1 Rekapitulasi Berat Struktur Per Lantai Tinggi Berat Lantai Wx.hx Lantai Wx hx (kN) (m) (kN-m) 2 7 3445 24112 1 5.5 1987 10930 5432 35042

9 3.1.3. Beban Ekuivalen Lantai a. Beban Ekuivalen Lantai 1 (satu)

B A A A B B A A A B A A A C B C B B B B B B B A C C A A C B C A A A C C A A A A A C C A A A A

Gambar 1.0 Distribusi Beban Ekuivalen

Pembebanan ekuivalen pada lantai 1 (satu) dirubah dalam bentuk segitiga dan trapesium, sehingga beban lantai didistribusikan ketiap balok portal. 1. Tipe A Segitiga Leq 1 = 2/3 x h

A Leq 1

1 2 ly = 3.00

=2m

Beban Mati (DL)

ly = 6.00

= qd x Leq = 8,2 kN

10 Beban Hidup (LL) = ql x Leq 1 = 5 kN

2. Tipe B Segitiga Leq 1 = 2/3 x h

B Leq 1 ly = 2.00

1 2 ly = 1.00

= 0,67 m

Beban Mati (DL) = qd x Leq = 2,7 kN Beban Hidup (LL) = ql x Leq = 1,7 kN

3. Tipe C Trapesium
C Leq lx = 6.00

1 2 ly = 1.00

Leq

= h-(4.a2.h/3.L2) = 0,92 m

=L = 1.5 m

Beban Mati (DL) = qd x Leq = 3,8 kN

11 Beban Hidup (LL) = ql x Leq = 2,3 kN

b. Beban Ekuivalen Lantai 2 / atap 1. Tipe A Segitiga Leq 1 = 2/3 x h

A Leq 1 ly = 6.00

1 2 ly = 3.00

=2m

Beban Mati (DL) = qd x Leq = 7,1 kN

Beban Hidup (LL) = ql x Leq 1 = 3 kN

2. Tipe B Segitiga Leq 1 = 2/3 x h

B Leq 1 ly = 2.00

1 2 ly = 1.00

= 0,67 m

Beban Mati (DL) = qd x Leq = 2,4 kN

12 Beban Hidup (LL) = ql x Leq = 1 kN

3. Tipe C Trapesium
C Leq lx = 6.00

1 2 ly = 1.00

Leq

= h-(4.a2.h/3.L2) = 0,92 m

=L = 1.5 m

Beban Mati (DL) = qd x Leq = 3,3 kN

Beban Hidup (LL) = ql x Leq = 1,4 kN

13 3.2. Beban Gempa

a. Lokasi Proyek Lokasi pembangunan proyek didesa Paya Cut Kecamatan Peusangan Kabupaten Bireuen. Daerah tersebut tergolong kewilayah zona 4 (empat), jenis tanah dilokasi proyek termasuk kedalam kategori tanah sedang. Untuk tanah sedang zona 4 menurut tabel 4. Pasaar 4.7.2 SNI 03-1726-2003 : Percepatan puncak batuan dasar : 0,15 g

Percepatan puncak muka tanah, A0 : 0,22 g

Tc Am Ar

: 0,60 dtk : 0,55 : 0,33

tabel 5. Pasaar 4.7.6 SNI 03-1726-2003 : 0,0731 x H3/4 : 0,46 dtk Untuk T Tc, maka C = Am (pasal 4.7.6 SNI 03-1726-2003) C = Am : 0,55 I = 1,0 (tabel 1. Pasar 4.2 SNI 03-1726-2003)

b. Base Shear (VB) VB = C.I .Wt R

Dimana : C I = Koefisien respons gempa = Faktor keutamaan struktur

Wt = Berat total bangunan


0,55 x1,0 x5432 = 8,5

= Faktor reduksi, 8,5 (Tabel 2. SNI 1726 2003)

= 351 kN

14 c. Gaya Lateral Ekuivalen Fx =


VB.Wx .hx Wi hi

Lantai 2 /atap
351kNx24112kNm 242kN 35042 kNm

F2

Lantai 2
351kNx10930kNm 110kN 35042 kNm

F1

Tabel 1.2 Gaya Lateral Equivalent dan Gaya Geser Story F Lateral hx wx hx w x Lantai Fx (kN) (kN) (kN-m) (kN) 2 1 7 5.5 3445 1987 5432 24112 10930 35042 242 110

V Story Vx (kN) 242 351

Tabel 1.3 Hitungan gaya gempa per joint F lateral Gaya Gempa Lantai Fx Equivalent (kN) (kN) 2 1 242 110 12 5

Tabel 1.4 Input ke sap2000 Arah X Lantai 70% kN 2 8.46 1 3.84

Arah Y 30% kN 3.63 1.64

15 BAB IV DESAIN TULANGAN

4.1.

Pembesian Balok

Dari hasil perhitungan pembesian balok dan kolom dengan kombinasi pembebanan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada lampiran luas tulangan total. Tampak bahwa tidak satupun elemen balok atau kolom yang mengalami over strength (OS) yang ditandai dengan warna merah pada elemennya. Dengan demikian secara keseluruhan struktur aman terhadap berbagai macam kombinasi beban gempa yang telah ditetapkan.

4.1.1. Pembesian Pada Balok Lantai 1 (satu) Dari hasil analisis design check of structure, maka didapat luas tulangan total untuk tiap frame ID, maka diambil salah satu nilai yang paling maksimum, dikarenakan untuk memudahkan pelaksanaan. Untuk konstruksi sederhana yang mudah diawasi, penggunaan diameter yang bervariasi tidak jadi masalah jika digunakan. tapi untuk skala yang lebih besar hal itu harus benar diperhatikan. Pada gedung ini luas tulangan total yang maksimum dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini adalah sebagai berikut :

16 Tabel 1.5 Luas Tulangan Total Frame ID 45 46 47 Section ID B 30x50 B 30x50 B 30x50 Luas Tulangan Total (mm2) Kombinasi Combo 2 Combo 3 Combo 2 Top Steel 807.294 475.738 807.294 Bottom Steel 475.738 269.419 475.738 Shear Steel 1.524 1.071 1.528 Momen+ Rebar 388.751 202.064 388.751 MomenRebar 807.294 411.608 807.294 4 Portal As

Tulangan yang digunakan Dari tabel diatas maka diambil luas tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada frame ID 47 (pada portal as 4).

Tulangan Lapangan (tengah bentang) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 807.294 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 3D19

Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2

17 Ast = 475.738 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (475.738 / 283.385 = 1.679 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.528 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 100 mm

Tulangan tumpuan (bebas) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 807.294 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D19

18 Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 388.751 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.528 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 100 mm

Tulangan tumpuan (menerus) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2

19 = 283, 385 mm2 Ast = 807.294 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (807.294 / 283.385 = 2.849 buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D19

Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D19 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 388.751 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (388.751 / 283.385 = 1.372 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 2D19

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.528 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.528 = 102.749 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 100 mm

20 4.1.2. Pembesian balok lantai 2 / atap Tabel dibawah ini adalah luas tulangan total pada balok lantai 2 / atap. Tabel 1.6 Luas Tulangan Total Frame ID 12 14 13 Section ID B 30x50 B 30x50 B 30x50 Luas Tulangan Total (mm2) Kombinasi Combo 2 Combo 3 Combo 2 Top Steel 621.449 436.805 621.449 Bottom Steel 402.720 215.266 402.720 Shear Steel 1.025 1.148 1.029 Momen+ Rebar 302.04 161.449 302.04 MomenRebar 621.449 327.604 621.449 Portal As

Tulangan yang digunakan Dari tabel diatas maka diambil luas tulangan yang maksimum untuk desain penulangan pada balok portal yaitu pada frame ID 13 (pada portal as 3).

Tulangan Lapangan (tengah bentang) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2 = 200, 960 mm2 Ast = 621.449 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 4D16

21 Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2 = 200, 960 mm2 Ast = 402.720 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (402.720 / 283.385 = 2.004 buah) Maka untuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.029 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 150 mm

Tulangan tumpuan (bebas) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2

22 = 200, 960 mm2 Ast = 621.449 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 4D16

Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2 = 200, 960 mm2 Ast = 302.040 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.029 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 100 mm

23 Tulangan tumpuan (menerus) Tulangan atas : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2 = 200, 960 mm2 Ast = 621.449 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (621.449 / 200.960 = 3.092buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 4D16

Tulangan bawah : Jika digunakan tulangan D16 (Deform Bars/ulir) As = D2 = (3.14) x (16)2 = 200, 960 mm2 Ast = 302.040 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (302.040 / 200.960 = 1.503 buah) Maka ntuk tulangan atas dipakai 3D16

Tulangan geser : Jika digunakan tulangan P 10 (Besi polos) As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2

24 Ast = 1.029 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.029 = 152.575 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 100 mm

4.2. 4.2.1

Pembesian Kolom Pembesian kolom lantai 1 Tabel 1.7 Luas Tulangan Total Frame ID 107 106 103 102 Section ID K 40x40 K 40x40 K 40x40 K 40x40 Portal As Major Shear 1.137 1.138 1.169 1.148

Kombinasi Combo 6 Combo 6 Combo 6 Combo 6

Rebar Area 1600 1600 1600 1600

Minor Shear 1.137 1.138 1.169 1.148

Dari tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 103. Tulangan Longitudinas/pokok Luas tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan tulangan deform D 19, maka : As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 1600 mm2

25 Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah) Maka dipakai tulangan 6D19.

Tulangan geser Luas tulangan geser kolom arah sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.169 mm2 Digunakan tulangan P10, maka: As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.169 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.169 = 134.303 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 130 mm

4.2.2

Pembesian kolom lantai 2 /atap Tabel 1.8 Luas Tulangan Total Frame ID 78 76 77 72 Section ID K 40x40 K 40x40 K 40x40 K 40x40 Portal As Major Shear 1.677 1.699 1.708 1.669

Kombinasi Combo 6 Combo 6 Combo 6 Combo 6

Rebar Area 1600 1600 1600 1600

Minor Shear 1.677 1.699 1.708 1.669

26 Dari tabel diatas diambil luas tulangan maksimum yaitu pada frame ID 77. Tulangan Longitudinas/pokok Luas tulangan longitudinal kolom yang diperlukan = 1600 mm2, Misal digunakan tulangan deform D 19, maka : As = D2 = (3.14) x (19)2 = 283, 385 mm2 Ast = 1600 mm2

Jumlah tulangan yang diperlukan adalah (1600 / 283.385 = 5.647 buah) Maka dipakai tulangan 6D19.

Tulangan geser Luas tulangan geser kolom arah sumbu kuat = arah sumbu lemah = 1.708 mm2 Digunakan tulangan P10, maka: As = D2 = (3.14) x (10)2 = 78.500 mm2 Ast = 1.708 mm2

Misalnya digunakan 2P10, maka Jarak sengkang yang diperlukan adalah (2 x 78.500) / 1.708 = 134.303 mm) Maka digunakan tulangan 2P10 130 mm

27 Tabel 1.9 Rekapitulasi pembesian


TABEL PEMBESIAN
TYPE BALOK TYPE BALOK

300

300

BALOK LANTAI 1

500

BALOK LANTAI 2

500

TUMPUAN TULANGAN ATAS TULANGAN BAWAH SENGKANG/BEGEL 3 D 19 2 D 19 10 - 100

LAPANGAN 3 D 19 2 D 19 10 - 100 TULANGAN ATAS TULANGAN BAWAH SENGKANG/BEGEL

TUMPUAN 4 D 16 3 D 16 10 - 100

LAPANGAN 4 D 16 3 D 16 10 - 150

TYPE

KOLOM

TYPE

KOLOM

400

400

KOLOM LANTAI 1

400

KOLOM LANTAI 2

400

TUMPUAN TULANGAN ATAS TULANGAN TENGAH TULANGAN BAWAH SENGKANG/BEGEL 3 D 16 2 D 16 3 D 16 10-130

LAPANGAN 3 D 16 2 D 16 3 D 16 10-130 TULANGAN ATAS TULANGAN TENGAH TULANGAN BAWAH SENGKANG/BEGEL

TUMPUAN 3 D 16 2 D 16 3 D 16 10-130

LAPANGAN 3 D 16 2 D 16 3 D 16 10-130

Anda mungkin juga menyukai