Anda di halaman 1dari 39

MODUL PRAKTIKUM PERENCANAAN WILAYAH 1 SKS(4 jam) 1.

Metode : Latihan Kelas dan diskusi panel, didampingi oleh dosen atau asisten, mahasiswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3 s.d 4 orang. 2. Tujuan Praktikum : Setelah mengikuti praktikum , mahasiswa dapat memahami materi perkuliahan yang telah diberikan secara mendalam, mampu dan terampil menggunakan analisis terapan untuk mengidentifikasi karakteristik dan potensi wilayah sehingga dapat memberikan arahan bagi pengembangan wilayah tersebut sesuai dengan keunggulannya baik secara komparatif maupun kompetitif. 3. Bahan Praktikum : Materi kuliah, data sekunder dari instansi terkait dan pustaka lain yang dianjurkan untuk dipelajari. 4. Jadwal Praktikum : Selama 1 semester dilaksanakan sekitar 12 kali ( minggu) praktikum 5. Penilaian/ evaluasi : Laporan kelompok setiap minggu, aktifitas diskusi dan laporan hasil kunjuangan lapangan baik secara perorangan maupun secara kelompok.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU I Konsep wilayah: Wilayah merupakan suatu unit geografis yang dibatasi oleh kriteria tertentu yang bagian-bagiannya saling tergantung secara internal. Tipologi suatu wilayah dapat digambarkan sebagai Gambaran Tunggal dan Gambaran Majemuk. Gambaran tunggal, yaitu persamaan suatu wilayah ditentukan oleh satu fenomena, misalnya jenis tanah, agama, budaya, jenis komoditas pertanian dan sebagainya. Wilayah ini merupakan unit terkecil dan dapat ditentukan batas-batas unit area atau unit atomistic ruang. Gambaran Majemuk, yaitu suatu wilayah dengan fenomena yang kompleks dengan beberapa persamaan di dalamnya. Gambaran ini dapat terdiri atas beberapa gambaran tunggal dari suatu wilayah, tetapi bila terdapat fenomena yang kompleks yang diperlukan oleh peneliti, maka wilayah ini dapat merupakan suatu wilayah yang kompak. Batasan wilayah Batasan wilayah dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu: (1) Wilayah Homogen (2) Wilayah Nodal, (3) Wilayah Perencanaan dan (4 ) Wilayah Administratif. 1. Wilayah Homogen Ialah wilayah yang dipandang dari suatu aspek mempunyai sifat-sifat dan ciriciri yang relatif sama, misalnya dalam hal ekonomi (struktur produksi atau pola konsumsi sama, mata pencaharian sama, tingkat pendapatan masyarakat sama, dll), geografi (topografi atau iklim sama), agama, suku, budaya dan sebagainya yang sama. Menurut Richardson (1977) dan Hoover (1977) Wilayah homogen dibatasi berdasarkan keseragamannya secara internal (Internal Uniformity), contoh: Jalur Pantura dengan ciri homogenitas lumbung padi. Jika terjadi perubahan terhadap aktivitas usaha tani padi (teknologi, subsidi, harga) akan mempengaruhi bagian wilayah tersebut dengan proses yang sama. 2. Wilayah Nodal Ialah wilayah yang secara fungsional mempunyai ketergantungan antara pusat (center) dan daerah belakangnya (hinterland). Tingkat ketergantungan ini dapat dilihat dari arus penduduk, arus faktor produksi, arus barang dan jasa, ataupun arus komunikasi dan arus transportasi. Dalam konteks ini menurut allen dan MacLellan (dalam

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Sukirno, 1976), batasan wilayah nodal ditentukan oleh sejauhmana pengaruh dari suatu pusat kegiatan ekonomi terhadap kegiatan ekonomi di daerah lain (Centre Periphery). Wilayah nodal memperlihatkan hubungan saling ketergantungan secara fungsional antar pusat dan daerah belakangnya. Contoh: Jabotabek (Jakarta sebagai centre; Bogor, Tangerang, Bekasi; sebagai Hinterland) Berdasarkan bahasa perencanaan: Daerah: sebutan untuk lingkungan permukaan bumi dalam batas kewenangan Pemerintah Daerah. Dengan demikian pengertiannya berkaitan dengan batas administrasi misalnya Dati I, Dati II (Sekarang kabupaten, Propinsi) Wilayah: sebutan untuk lingkungan permukaan bumi yang berkaitan dengan pengertian kesatuan geografis seperti Wilayah Hutan, Wilayah Aliran Sungai (Jadi sebenarnya istilah DAS yang sering digunakan itu salah, oleh karena itu akhirnya sebagian orang menyebutnya sebagai Wilayah DAS) Kawasan: sebutan untuk wilayah dalam batas yang ditetapkan berdasarkan fungsi tertentu, misalnya kawasan perdagangan, kawasan permukiman, kawasan perkantoran, kawasan pendidikan. Praktikum Minggu ke-1 Topik : Tujuan : Bahan : Penetapan Deliniasi wilayah menurut konsep Homogenitas Memahami konsep wilayah dan batasn wilayah berdasarkan karakteritik fisik, sosial dan ekonomi. Data kepadatan penduduk per kecamatan/kabupaten dan data pendapatan perkapita per kecamatan/kabupaten (kondisi sosial ekonomi). Peta Wilayah Kecamatan atau Kabupaten dengan unit analisis wilayah lebih bawahnya bisa diidentifikasi dengan jelas

Pokok Bahasan : 1. Lakukan pengelompokkan wilayah berdasarkan kesamaan kondisi sosial ekonomi pada suatu wilayah atas 3 kelompok: tinggi, sedang dan rendah. 2. Buat peta wilayah berdasarkan pengelompokkan tersebut .Unit analisis kecamatan atau kabupaten. 3. Lakukan superimpose (overlaping map) atas kondisi sosial ekonomi yang dianalisis berdasarkan konsep homogenitas analisislah hasil pemetaan tersebut.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU II

Topik :

Perancangan dan Perencanaan Wilayah

Tujuan : Memahami perbedaan antara perancangan dan Perencanaan wilayah dan produk-produknya. Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai jenis-jenis produk perancangan dan perencanaan wilayah

Pokok Bahasan: 1.Cari produk perancangan dan perencanaan yang sudah dibuat oleh suatu pemda, departemen atau konsultan. 2.Apa perbedaan dan persamaan dari keduanya ditinjau dari faktor-faktor penentu dari kedua produk tersebut.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU III

Topik :

Pendekatan Perencanaan Wilayah

Tujuan : Memahami berbagai pendekatan Perencaaan Wilayah beserta produknya Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai jenis-jenis produk perencanaan wilayah beserta jenjang dan kritik terhadap perencanaan tersebut

Pokok Bahasan: 1.Cari produk perencanaan yang sudah dibuat oleh suatu pemda, departemen atau konsultan. 2.Buat critical review terhadap produk perencanaan tersebut.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU IV Tekanan Penduduk Tekanan Penduduk (TP) ialah gaya yang mendorong petani untuk memperluas lahan garapannya atau untuk keluar dari lapangan kerja pertanian (Otto Soemarwoto, 1991) Analisis ini berguna untuk mengidentifikasi sejauhmana kemampuan daya dukung lahan pertanian masih dapat diandalkan sebagai sumber matapencaharian petani, dikaitkan dengan tekanan penduduk. Melalui analisis ini diperoleh indikasi terjadinya langkahlangkah alternatif keputusan dalam alokasi sumberdaya lahan pertanian. Gambaran luas lahan yang diperlukan (Ha/orang) menurut jenis komoditas yang diusahakan untuk hidup layak (960 kg/kap/th equivalen beras) Padi sawah : 0,5 Ha/orang; Kacang-kacangan: 0,44 Ha /org, Ikan kolam : 0,19 Ha/org ; Tanaman hias : 4-60X10-4 Ha/org, Ternak ayam petelur: 10 36 X 10 4 Ha/org Mina padi : 0,18 Ha/org Rumus analisis: F P0 (1 + r )t TPt = Z ---------------------------L

Keterangan: TP t = Tekanan penduduk pada tahun t Z = Luas lahan yang diperlukan untuk mendukung kehidupan seorang petani pada tingkat hidup layak (ha/orang) f = Persentase petani di dalam populasi penduduk (%) P = Besarnya populasi penduduk pada waktu acuan to (orang) r = Laju tahunan pertumbuhan penduduk t = Interval waktu perhitungan L = Luas lahan petani (ha) Penarikan kesimpulan: TP = 1 : kondisi tidak terjadi tekanan terhadap daya dukung lahan TP < 1 : sumberdaya lahan pertanian masih mampu menahan laju pertumbuhan penduduk TP > 1 : sumberdaya lahan pertanian berada pada tekanan/beban yang berat

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Praktikum Minggu ke-4 Topik : Penentuan kemampuan daya dukung lahan pertanian dan tekanan penduduk (TP)

Tujuan : Memahami karakter alokasi sumberdaya lahan pertanian yang diusahakan guna memenuhi kebutuhan hidup petani secara layak. Bahan : Materi kuliah, pustaka lain dan data sekunder mengenai luas lahan pertanian, jumlah penduduk, mata pencaharian penduduk atas pertanian dan non pertanian, laju pertumbuhan penduduk tahunan atau data jumlah penduduk secara histories (beberapa tahun) serta tata guna lahan yang ada di suatu wilayah desa/ kecamatan.

Pokok Bahasan: 1.Bagaimana kondisi sumberdaya lahan dalam mendukung aktifitas penduduknya. 2.Bagaimana hubungan tekanan penduduk dengan pengembaangan wilayah.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU IV-b Indeks Produktivitas Relatif (IPR) IPR ini menunjukkan tingkat produktivitas tenaga kerja pada sektorsektor ekonomi di suatu wilayah yang sangat berguna dalam pengambilan kebijakan/strategi pembangunan, khususnya dalam memotret proses transformasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri . IPR merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam konteks analisis pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah, dengan menghubungkan kontribusi (share) suatu sektor terhadap PDRB dengan share tenaga kerja sektor ybs. Rumus: IPRi = % ten. kerja sektor i thd seluruh tenakersektor % share Sektor I terhadap PDRB

Contoh perhitungan: Dari data BPS diperoleh informasi, kontribusi /share pertanian terhadap PDRB Jawa Barat : tahun 1985 adalah :24,23% ,dan kontribusi kesempatan kerjanya : 34,9% Tahun 1988 : kontribusi : terhadap PDRB Kesempatan kerja Tahun 1993 : Kontribusi terhdap PDRB Kesempatan Kerja 24,23% IPR 1985 = 34,90 % IPR 1988 22,1 % = 53,3 % 20,6 % = = 0,41 = 0,69 = 22,1% = 53,3% = 20,6 % = 50,8 %

IPR 1993

= 0,40

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

50,8 % Praktikum Minggu ke-4b Topik : Tujuan : Indeks Produktifitas Relatif (IPR) Memahami proses transpormasi struktur ekonomi dari pertanian ke industri melalui peninjauan kontribusi(share) sector ekonomi terhadap PDRB dan tenaga kerja.

Bahan :

materi kuliah, data PDRB dan data tenaga kerja menurut sektor yang berada di suatu wilayah kecamatan/kabupaten dalam 2 kurun waktu ( 5 tahunan atau 10 tahunan). Pokok Bahasan : 1. Bahas bagaimana produktifitas tenaga kerja sektor perekonomian (pertanian, industri dan jasa) di suatu wilayah kecamatan/ kabupaten/propinsi 2. Upaya apa saja yang dapat dilakukan guna meningkatkan produkifitas tenaga kerja sektor pertanian disuatu wilayah

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU V Daya Tarik dan Daya Dorong Kota-Desa Pergerakan penduduk dari wilayah desa ke kota sebagai akibat adanya daya sentripetal yang disebabkan oleh daya tarik kota atau daya dorong luar kota. Pergerakan dari wilayah kota keluar kota sebagai akibat adanya daya sentrifugal yang disebabkan oleh adanya daya dorong kota dan adanya daya tarik dari luar kota. Daya Sentripetal Adalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk dari luar kota/wilayah pedesaan ke dalam kota. A. Faktor penarik (pull) kota : 1. lapangan kerja diperkotaan 2. upaya menekan biaya transport 3. kelengkapan saran dan prasarana perkotaan 4. faktor psikologis

B. Faktor pendorong (push) luar kota : 1. lapangan kerja sektor pertanian menurun 2. produktivitas pertanian berkurang 3. mahalnya biaya transport ke kota 4. kurangnya kesempatan memperoleh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi Daya sentripetal menyebabkan perkembangan kota intensif Daya Sentrifugal Adalah daya yang mempengaruhi mobilitas penduduk dari kota ke luar kota. A. Faktor pendorong(push)dari dalam kota : 1. kebisingan, polusi 2. harga lahan yang semakin mahal 3. kepadatan penduduk yang semakin meningkat 4. kemacetan B. Faktor penarik (pull) dari luar kota : 1. keadaan lingkungan yang relatif masih baik. 2. harga lahan relatif murah 3. spekulasi 4. relatif nyaman

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Daya sentrifugal menyebabkan perkembangan kota ekstensif dan sporadis ke wilayah pinggiran kota. Pertumbuhan Fisik Kota Invasi Adalah penggantian fungsional di wilayah pinggiran luar kota oleh penduduk yang umumnya datang dari kota. Misalnya adanya kecenderungan tumbuhnya perumahan berskala besar di bagian pinggiran kota :Dampak positif invasi Penyebaran penduduk ke luar kota pengembangan wilayah baru di pinggiran/bagian luar kota peningkatan efisiensi pemanfaatan lahan pengadaan fasilitas dan utilitas perkotaan secara .lebih meluas :Dampak negatif Invasi .Ada indikasi terdesaknya penduduk di bagian luar kota Ada indikasi terbentuknya enclave di bagian luar kota Meningkatnya nilai dan harga lahan sehingga menjadi ajang spekulan lahan Sering terjadi bahwa pengembangan utilitas umum pada prakteknya tidak merata Sering menimbulkan gangguan terhadap keseimbangan lingkungan Terjadi transfer konversi lahan di wilayah pertanian Penetrasi Adalah pertumbuhan kegiatan fungsional non perumahan menggantikan kegiatan fungsional perumahan di sepanjang jalan utama yang strategis.. Dampak positif penetrasi: Menyebarkan kepadatan atau kemacetan di kawasan pusat kota mengurangi beban fungsional kawasan pusat kota menambah sub-sub pelayanan kota mengurangi mobilitas penduduk di kawasan pusat kota Dampak negatif penetrasi: Pola pembagnunan lahan yang cenderung tidak teratur/tidak tertib Meningkatkan kemacetan lalulintas jalan, parkir dan penduduk di bag wilayah kota tertentu Ketidakteraturan tata bangunan atau pola urban design di suatu bagia wilayah kota tertentu Kawasan perumahan yg makin terdesak shg mendorong trbaginya proses pertumbuhan invasif ke bag pinggiran kota dan ini berdampak pada sektor lain

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Praktikum Minggu ke-5 Topik : Tujuan : Gaya Sentripetal dan Gaya Sentrifugal memahami factor -faktor yang mempengaruhi mobilitas tenaga kerja dan investasi bergerak menuju pusat atau sumbu pertumbuhan wilayah ( Growth Centre) atau sebaliknya bergerak menjauhinya.

Bahan : Materi kuliah, data sekunder mengenai tataguna lahahan, jumlah penduduk, data migrasi penduduk masuk dan keluar suatu wilayah kecamatan/kabupaten, serta data pertumbuhan dan perkembangan kecamatan/kabupaten Hasil wawancara dengan migran di suatu lokasi pertumbuhan Pokok Bahasan : 1. Identifikasi faktor-faktor apa saja yang menjadi daya tarik dan daya dorong migrasi tenaga kerja dan investasi bergerak menuju atau menjauhi pusat pertumbuhan di suatu wilayah. 2. Bagaimana hubungan tataguna lahan dengan jumlah penduduk dan perkembangan serta pertumbuhan suatu kecamatan/kota.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU VI Location Quotient (LQ) LQ merupakan teknik awal untuk mengetahui kemampuan suatu daerah dalam sektor kegiatan tertentu. Teknik ini belum atau tidak memberikan kesimpulan akhir, tetapi masih merupakan kesimpulan sementara yang harus lebih dikaji dan dianalisis melalui teknik analisis lain yang dapat menjawab apakah kesimpulan sementara tersebut terbukti kebenarannya.

Keterangan: Si = jumlah produksi kegiatan i di daerah yang diselidiki S = jumlah produksi seluruh kegiatan di daerah yang diselidiki Ni = jumlah produksi kegiatan i di daerah lebih atas/luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya N = Jumlah produksi seluruh kegiatan di daerah lebih atas/luas dimana daerah yang diselidiki menjadi bagiannya. Asumsi : 1. Hasrat konsumsi sama pada setiap sub daerah 2. Kualitas tenaga kerja setiap sektor/kegiatan ,sama. 3. Tingkat pendapatan di sub daerah , sama 4. Setiap sektor/kegiatan menghasilkan produk tunggal Kenyataannya: Hasrat konsumsi tidak sama pada setiap sub daerah Produktivitas tenaga kerja tidak sama Tingkat pendapatan tidak sama pada tiap sub daerah. Tiap sektor/kegiatan mungkin bisa menghasilkan > 1 macam produk Hasil analisis LQ memberikan indikasi sebagai berikut: LQ > 1, menyatakan bahwa sub daerah ybs memiliki potensi ekspor dalam kegiatan tertentu. LQ = 1 , menyatakan daerah ybs telah mencukupi kebutuhannya dalam Kegiatan tertentu. LQ < 1, sub daerh ybs memiliki kecenderungan impor Atau : LQ > 1, sering disebut sebagai sektor basis/basik LQ < 1, sering disebut sebagai sektor non basis/basik

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Contoh: Jumlah Produksi Komoditas Tanaman Pangan di Propinsi X Thn 2005 (ton) Komoditas Kab A Padi Jagung Kedelai Ubi Jalar Jumlah 150 200 500 300 1150 B 200 300 50 100 650 Propinsi X C 140 180 150 160 630 D 160 200 175 180 715 650 880 870 740 3145 Jumlah

Hasil Perhitungan LQ Komodi tas Padi Jagung Kedelai Ubi Jalar R1 A R2 B 1,49 1,65 0,28 0,65 C 1,075 1,02 0,86 1,08 D 1,08 1 0,88 1,07

150/650 =0,63 = 150/1150 1150/3145 650/3145 0,62 1,56 1,1

(Si/Ni) X100% R1 = (S/N) x 100% Koefisien Lokalisasi () R2 =

(Si/S) X 100% (Ni/N) X100%

Yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat konsentrasi suatu kegiatan tertentu di suatu daerah.

Komoditas Padi

A - 0,13

B 0,10

C 0,02

D 0,019

(i) 0,139

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Jagung Kedelai Ubi Jalar

- 0,14 0,21 0,04

0,13 - 0,15 - 0,07

0,004 - 0,03 0,02

-0,00007 -0,03 0,02

0,134 0,21 0,08

Caranya: Jumlahkan nilai (i ) yang nilainya positif saja Nilainya 0 < < 1 = 1, menunjukkan pemusatan penuh atau kegiatan terkumpul di sutu daerah Koefisien Spesialisasi ( ) Yaitu suatu alat analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat spesialisasi suatu daerah dalam kegiatan tertentu. ( i ) = Si/S Ni/N

Komoditas Padi Jagung Kedelai Ubi Jalar (i)

A - 0,08 -0,105 0,156 0,025 0,181

B 0,10 0,18 -0,2 -0,08 0,28

C 0,016 0,006 -0,04 0,02 0,042

D 0,017 -0,00009 -0,003 0,016 0,033

Caranya: Jumlahkan nilai ( i) yang nilainya positifnya Nilai nya 0 < <1 () = 1 , artinya daerah tersebut telah melakukan spesialisasi pada suatu kegiatan . Pada kasus di atas tidak ada satu daerah pun yang melakukan spesialisasi pada kegiatan tertentu. ( <1) Praktikum Minggu ke-6 Topik : Tujuan: Bahan: Analisis ekonomi Basis Wilayah (LQ,, ) Memahami teknis analisis untuk mengidentifikasi karakter wilayah berdasarkan aktifitas basisnya. Materi kuliah, data PDRB berdasarkan sektor di suatu kecamatan /kabupaten

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Pokok Bahasan : 1. Identifikasi sektor basis yang ada di suatu wilayah kecamatan/kabupaten 2. Faktor apa saja yang turut menentukan basis tidaknya suatu aktifitas ekonomi di wilayah tersebut.

MATERI MINGGU VII

Perubahan Regional Kemajuan dan Kemundurun Aktivitas ekonomi bisa berlipat ganda (multiflier effect) besarnya tergantung pada sifat dan karakteristik kegiatan ekonomi tersebut Bila basis nilai Multifliernya tinggi Non Basis Nilai Multifliernya rendah

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Teori basis: a. Kegiatan basis kegiatan ekonomi yang mengekspor barang/jasa ke luar daerah tsb b. Kegiatan ekonomi non basis kegiatan yang hanya mampu memenuhi kebutuhan untuk daerahnya sendiri, bahkan impor MULTIFLIER BASE= Basik employment +Sektor Non Basik Basik Employment

ATAU BASIC MULTIFLIER (BM) =

Total employment Basik Employment

TOTAL EMPLOYMENT = (BASE MULTIFLIER) (BASIC EMPLOYMENT Ekonomic Base Ratio (EBR) = Basik employment Non Basik Employment

Keterbatasan Teori Basis : Beberapa kelemahan yang terdapat dalam teori basis : Tingkat upah yang berbeda pada sektor pertanian dan industri Bila produktifitas meningkat, upah juga meningkat, sedangkan tenaga kerja tetap Sulit menentukan sektor mana yang merupakan sektor basis atau non-basis Teori basis kurang mementingkan impor Relevansi Teori Basis : Teori dibuat sederhana Mudah diterapkan Dapat menjelaskan struktur perekonomian suatu daerah dan dampaknya pada masa yang akan datang Multifier Perdagangan Inter-Regional Berlandaskan pada kenyataan, bahwa penginjeksian kapital kedalam perekonomian regional berdampak meningkatkan pendapatan nasional. Penentu

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

tingkat multifier adalah besarnya tabungan, pajak, dan kegiatan impor. Dinyatakan dalam bentuk matematis : I k= --------------(S + M + T) K= multiflier perdagangan regional I = Investasi (Injection) M = Import S = Saving T = Tax Praktikum Minggu ke-7 Topik: Multiplier Base Tujuan: Mahasiswa dapat memahami perambatan pengaruh suatu ektor ke sector lainnya baik secara langsung ataupun tidak melalui hubungan ke belakang dan ke depan materi kuliah, data PDRB menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten, data tenaga kerja menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten.

Bahan:

Pokok Bahasan: 1. Hitunglah koefisien pengganda pendapatan dan tenaga kerja sector basis di suatu wilayah kecamatan/kebupaten. 2. Interpertasikan hasilnya dikaitkan dengan pertumbuhan wilayah.

MATERI MINGGU VIII Shift/share analysis is a technique sometimes used for retrospectively decomposing changes, usually in employment, in a set of urban areas or regions. Regional scientists widely use the technique to examine the sources of .employment growth or decline We have a study area in which employment and population are growing (or declining; the technique works the same way in either case and it saves words to make the growth assumption.) Total employment in our area is e, and that in the ith activity is ei . We have a larger frame reference area, usually the nation, where

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

total employment is E, and that in the ith activity is Ei . The shift-share model :says that growth in the study areas ith activity employment is a function of

The study areas share of national (or regional) growth. The mix change in activities. And the shift change of activities toward the study area.

This says that change in employment in the study areas ith activity from time t :to time t+n can be measured

or

As this brief discussion suggests, shift-share analysis may be viewed as adding explicit considerations to economic base analysis. Economic base analysis asks how an area shares in national growth. Shift-share goes on to look at the changing mix of activities and at whether activities are shifting toward or away .from the study area

UNSUR DALAM SHIFT-SHARE ANALYSIS A. PERTUMBUHAN WILAYAH (NATIONAL GROWTH) = (% PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PER KAPITA) X (PENDAPATAN PER KAPITA SEKTOR LOKAL PADA (t-1) Digunakan untuk menunjukkan kemampuan sektor untuk meningkatkan peranannya dalam perolehan PDRB Pertumbuhan Nasional ialah produksi suatu wilayah yg disebabkan oleh perubahan produksi nasional scr umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional, atau perubahan dalam hal-hal yg mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

B.

INDUSTRI CAMPURAN (INDUSTRIAL MIX) atau PERTUMBUHAN PROPORSIONAL = (% PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PADA SEKTOR % PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN PER KAPITA) X (PENDAPATAN PER KAPITA SEKTOR LOKAL PADA (t 1)

Digunakan untuk mengukur kecepatan pertumbuhan suatu industri di tingkat lokal dibandingkan tingkat atasnya (lebih cepat bila positif atau lebih lambat bila negatif) Industrial Mix timbul karena perbedaan sektor dalam kebijakan yang terjadi pada sektor tsb (kebijakan harga, subsidi pajak), perbedaan dalam struktur dan keragaan pasar C. KEUNTUNGAN KOMPETITIF (COMPETITIVE ADVANTAGE) PERTUMBUHAN PANGSA WILAYAH (PPW) = (% PERUBAHAN PENDAPATAN SEKTOR LOKAL - % PERUBAHAN TOTAL PENDAPATAN SEKTOR ) X PENDAPATAN PER KAPITA SEKTOR PADA (t-1) Bila hasilnya positif artinya sektor tsb mendapatkan tambahan daya saing , bila nilainyapositif bila negatif sektor tsb telah kehilangan daya saingnya, bila nilainya negatif kemampuan daya saing ini dipengaruhi leh kebijakan ekonomi regional, dukungan kelembagaan dan akses terhadap pasar D. PERUBAHAN TOTAL (TOTAL CHANGE) = (PERTUMBUHAN X INDUSTRIAL MIX X KEUNTUNGAN KOMPETISI UNTUK %-ASE JUMLAHKAN UNTUK VALUENYA

Praktikum Minggu Ke-8 Topik: Analisis Shift -Share Aktifitas Perekonomian Wilayah Tujuan: Bahan: mahasiswa dapat menunjukkan keunggulan kompetitif suatu wilayah melalui analisis shift and share. materi kuliah, data PDRB menurut lapangan usaha di kecamatan/kabupaten selama 2 kurun waktu.

Pokok Bahasan:

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

1. Tentukan tingkat pertumbuhan dan pergeseran masing-masing sektor perekonomian di suatu wilayah kabupaten/propinsi. 2. Jelaskan atau interpretasikan hasil perhitungan tersebut.

MATERI MINGGU IX Analisis ketimpangan wilayah Fenomena regional inequalities dalam pengembangan regional dualisme struktur regional utara vs selatan cirinya perbedaan tingkat kemakmuran indikator: tingkat income per kapita williamson: regional inequalities cenderung membesar pada saat terjadinya proses perkembangan

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Faktor-faktor penyebabnya: 1. migrasi penduduk produktif yang memiliki skill/terdidik ke daerah2 yang telah berkembang, karena disana mereka dapat memperoleh upah/gaji yang lebih besar 2. investasi cenderung berlaku di daerah yg telah berkembang karena faktor market, dll, dimana keuntungan relatif lebih besar demikian pula risiko kerugian relatif lebih kecil pada umumnya 3. kebijakan pemerintah cenderung mengakibatkan terkonsentrasinya social dan ekonomic capital di daerah yang telah berkembang karena kebutuhan yg lebih besar Tidak adanya kaitan (linkages) diantara regional market merintangi pemencaran (spread effect) inovasi & income multiflier Wiliamsons : RUMUS 1
CONTOH KABUPATE N A B C D E F G (YI - )2 fi/n 10300349 50 896,6072 74 18633254 3 21163852 ,8 21438503 ,5 55202329 ,7 7809931, 17 13219830 07

Yi 162408 67523 40389 54948 52976 35427 76000

(YI - )

(YI - )2 fi fi/n 90149328 25315 0,1142 94947 09 1 59 51678 0,2332 62 3844 4 49 - 73289318 56329 0,2542 27072 4 8 42 - 15657516 29947 0,1351 12513 9 6 67 - 20981522 22638 0,1021 14485 5 5 78 - 10261771 11918 0,0537 32034 56 6 94 23731 0,1071 8539 72914521 4 11 22155 94

67461

n =

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

36359,084 25 67461

= =0,53896

Praktikum Minggu Ke-9 Topik: Analisis Ketimpangan Wilayah Tujuan: Bahan: Mahasiswa terampil menganalisis ketimpangan wilayah dengan menggunakan analisis wilaiamson Materi kulian, data PDRB/kapita per region dan region atasnya, Jumlah penduduk region, jumlah penduduk wlayah lebih atasnya

Pokok Bahasan: 1. Analisislah data PDRB perkapita suatu wilayah berdasarkan Analisis Wiliamson 2. Interpretasikan hasil dari analisis dan gali faktor penyebab ketimpangan yang terjadi di wilayah tersebut 3. Apa Implikasi kebijakan yang dapat Sdr rekomendasikan

MATERI MINGGU X

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Pengelompokkan region menjadi Maju, Berkembang, lamban dan kurang berkembang. Data yang diperlukan: PDRB per kapita, laju pertumbuhan PDRB per kapita dari region dan Region yang lebih atasnya dimana region tsb merupakan bagian dari Region atasnya Tipologi Klaasen
RASIO BESAR PDRB PER KAPITA KABUPATEN THD PDRB PER KAPITA RATA-RATA PROPINSI TINGGI ( 1) RASIO PERTUMBUH AN PDRB/KAPIT A THD PERTUMBUHAN PDRB PROPINSI TINGGI 1 (W11) WILAYAH MAJU RENDAH 1 (W21) WILAYAH LAMBAN RENDAH ( 1) (W12) WILAYAH BERKEMBANG (W22) WILAYAH KURANG BERKEMBANG

BESAR PDRB

CONTOH:
LAJU PERTUMBUHAN

KABUPATEN A B C D E F G PROPINSI

PDRB PER KAPITA PDRB/KAPITA 1863507 1530620 1884987 1377266 1556122 1067289 1541945 1482367

0,05 0,08 0,06 0,07 0,08 0,06 0,02 0,05

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

HASIL ANALISIS RATIO PDRB/KAPITA KABUPATEN A B C D E F G KAB THD PROPINSI 1,26 1,03 1,27 0,93 1,05 0,72 1,04

RATIO PERTUMBUHAN PDRB/KAPITA KAB THD PROP 1,00 1,60 1,20 1,40 1,60 1,20 0,40

KRITERIA MAJU MAJU MAJU BERKEMBAN G MAJU BERKEMBAN G LAMBAN

Praktikum Minggu 10 Topik: Pengelompokkan region berdasarkan tipologi Klassesn Tujuan: Bahan: Mahasiswa terampil mengelompokkan region berdasarkan analisis tipologi Klassen Materi kulian, data PDRB/kapita per region dan region atasnya, pertumbuhan PDRB region dan region lebih atasnya

Pokok Bahasan: 1. Analisislah data PDRB perkapita suatu wilayah berdarkan Analisis Tipologi Klassen. 2. Interpretasikan hasil dari analisis 3. Apa Implikasi kebijakan yang dapat Sdr rekomendasikan

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU XI Teori Lokasi: Didefinisikan sebagai ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi. Atau dapat juga diartikan sebagai ilmu tentang alokasi secara geografis dari sumber daya yang langka, serta hubungannya atau pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha atau kegiatan lain (activity). Ruang lingkup penelaahan lokasi Penetapan lokasi: - mekanisme pasar pemerintah Kegiatan ekonomi ditentukan oleh: A. Rumah tangga : - penjualan jasa tenaker - konsumsi B, perusahaan swasta: - input /bahan baku - proses produksi - distribusi dan pemasaran C. Pemerintah (locators) Faktor-faktor lokasi ((Hoover dan Giarratani) A. Bahan baku (lokal input) tidak dapat dipindahkan, seperti: lahan,agroklimat B. Permintaan lokal (local demand): permintaan thd out put tidak dapat dipindahkan misalnya: penawaran tk untuk pasar lokal, tempat parkir pada radius kecil, bioskop, pelayanan masyarakat misal mesjid C. Bahan baku yang dapat dipindahkan (transfered input) perlu transportasi (perlu biaya transport dari lokasi sumber bahan baku); suku cadang dari perusahaan perakitan D. Permintaan dari luar (out side demand): penjualan out put yang diangkut ke pasarperlu biaya transportasi juga TEORI LOKASI UMUM Terdapat 3 Kelompok Pemikiran/Pendekatan Mengenai Teori Lokasi : 1. Least Cost Theory 2. Market Area Theory 3. Bid Rent Theory

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

LEAST COST THEORY: 1. Pelopornya Alfred Weber (1909): Asumsi: (a). Lokasi pasar dan sumber bahan baku telah tertentu, (b).Sebahagian bahan baku adalah localized materials, (c). Tidak terjadi perubahan tehnologi (fixed technical coefficients, (d). Ongkos transpor tetap setiap kesatuan produksi dan jarak. FAKTOR YG MEMPENGARUHI LOKASI INDUSTRI: A. Biaya transport B. Biaya (upah) tenaker C. Kekuatan aglomerasi dan deglomerasi Konsep locational triangel (weberian locational triangel ): BOBOT BAHAN BAKU LOKAL IM = ------------------------------------------------BOBOT PRODUK AKHIR IM > 1 = PERUSAHAAN BERORIETASI PADA BAHAN BAKU IM < 1 = PERUSAHAAN BERORIENTASI PADA PASAR Keuntungan yang diperoleh dengan adanya aglomerasi: 1. Keuntungan aglomerasi sosial, keuntungan untuk seluruh kelompok masyarakat, misalnya penyediaan fasilitas umum 2. Keuntungan aglomerasi rumah tangga, keuntungan hidup atau tinggal di perkotaan 3. Keuntungan aglomerasi usaha, keuntungan yang ditawarkan satu tempat tertentu bagi perusahaan 2. Teori Hoover (1948): Mengembangkan model weber, terutama terhadap asumsi biaya: Biaya transpor tidak proporsional dengan jarak, ragam barang, jenis angkutan Kelembagaan sangat menentukan lokasi misal: penetapan pajak lokasi 2. Market Area theory Peloporya August Losch (1954):

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

faktor permintaan lebih penting artinya dalam persoalan pemilihan lokasi. Asumsi: (a). Konsumen tersebar secara merata keseluruh tempat, (b). Bentuk persamaan permintaan dianggap sama, dan (c). Ongkos angkut untuk setiap kesatuan produksi dan jarak adalah sama.

Market Area Theory


Q F Rp R P P F O F G6.: Kurva Permintaan (Losch) G7. Demand Cone A O B S Q AC AR

G5. Lokasi Optimum Berdasarkan Daerah Pasar

Biaya dan pendapatan harus dipertimbangkan. Teori lokasi optimal bukanlah lokasi dengan biaya minimum dan pendapatan maksimum tetapi perbedaan antar keduanya Isard (1966) Setiap kesepakatan lokasi merupakan suatu penyeimbang biaya yang dihadapi dan pendapatan, pada keadaan ketidakpastian yang berbeda-beda Penelitian empiris pertama tentang teori area pasar dilakukan oleh Reilly (1929), dikenal dengan hukum Reilly yang berbunyi: lokasi perusahaan industri cenderung terkonsentrasi pada beberapa pusat sedangkan jumlah industri yang masuk ke konsentrasi tersebut sebanding dengan luas daerah pasar ( diukur dengan jumlah penduduk ) dan berhubungan terbalik dengan jarak antara pusat dengan daerah pinggiran daerah pasar. implementasi dari gravity model dalam ilmu sosial The Method (Spatial Analysis) Gravity Models have been used in economics and social sciences since William Reily (Univ. of Texas) proposed the idea in 1929.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Gravity Models have been traditionally used in retail studies, but recently in health care. Gravity Models allow for the measurement of spatial interaction as a function of distance. Original (Retail) Gravity Model Iij = PiPj b dij Iij = Pi and Pj = atau Iij = ( PiPj ) dij
b

Interaction between two areas i and j

Population of each area dij = Distance between areas b = Distance exponent - the higher the greater the friction of distance

3. Bid Rent Theory Dipelopori oleh Von Thunen, menurut kelompok ini pemilihan lokasi perusahaan industri lebih banyak ditentukan oleh kemampuan perusahaan yang bersangkutan untuk membayar sewa tanah. Teori Bid Rent disusun atas beberapa asumsi tertentu yaitu : (a) Tingkat kesuburuan tanah sama, (b) Ditengah tanah tersebut terdapat sebuah pusat produksi dan konsumsi yang menggunakan hasil pertanian yang diproduksi didaerah sekitarnya, (c)Ongkos angkut sama untuk setiap kesatuan jarak produksi, (d)Harga barang produksi juga sama untuk setiap jenis produksi. (e)Tidak terjadi perubahan teknologi ( fixed technical coefficient). Von Thunen (1826) Mengidentifikasi tentang perbedaan lokasi dari berbagai kegiatan pertanian atas dasar perbedaan sewa lahan (pertimbangan ekonomi). Menurut Von Thunen tingkat sewa lahan adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Von Thunen menentukan hubungan sewa lahan dengan jarak ke pasar dengan menggunakan kurva permintaan. Berdasarkan perbandingan (selisih) antara harga jual dengan biaya produksi, masing-masing jenis produksi memiliki kemampuan yang berbeda untuk membayar sewa lahan. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa lahan, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. Hasilnya adalah suatu pola penggunaan lahan berupa diagram cincin. Perkembangan dari teori Von Thunen adalah selain harga lahan tinggi di pusat kota dan akan makin menurun apabila makin jauh dari pusat kota. Model Von Thunen mengenai tanah pertanian ini, dibuat sebelum era industrialisasi, yang memiliki asumsi dasar sebagai berikut :

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

a. Wilayah model yang terisolasikan (isolated state) adalah bebas dari pengaruh pasar-pasar kota lain, b. Wilayah model membentuk tipe permukiman perkampungan di mana kebanyakan keluarga petani hidup pada tempat-tempat yang terpusat dan bukan tersebar di seluruh wilayah, c. Wilayah model memiliki iklim, tanah, topografi yang seragam, atau uniform (produktivitas tanah secara fisik adalah sama), d. Wilayah model memiliki fasilitas transportasi tradisional yang relatif seragam, e. Faktor-faktor alamiah yang mempengaruhi penggunaan lahan adalah konstan. Berdasarkan asumsi tersebut, Von Thunen membuat kurva hubungan sewa tanah dengan jarak ke pasar sebagai berikut :

Dari gambar tersebut terlihat bahwa tingkat sewa tanah adalah paling mahal di pusat pasar dan makin rendah apabila makin jauh dari pasar. Makin tinggi kemampuannya untuk membayar sewa tanah, makin besar kemungkinan kegiatan itu berlokasi dekat ke pusat pasar. LR, Landuse, dan Land value Isard (1956) : Mengembangkan pola penggunaan lahan di daerah perkotaan sbg pengembangan teori lokasi penggu-naan lahan pertanian. Alonso (1960) : Zonasi konsentrik penggunaan lahan dari pusat kota, daerah perkotaan, dan macam-macam pro-duksi pertanian menurut margin usaha menjadi atribut bagi hubungan Landuse dan Land value sbb : Landuse menentukan nilai tanah (land value), dan Nilai tanah (land value) mendistribusi-kan landuse, disebabkan perbedaan kemampuan membayar sewa tanah.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Alonso (1964) : Mengembangkan teori pola penggunaan lahan berdasarkan konsep ekonomi atau location rent yang dikemukakan R.M Hurd (1924) dan R.M. Haigh (1926). Carter (1975) melakukan studi tentang Geographi Perkotaan.

LR
Bid-Rent Curve

Core

Perdagangan Pemukiman Industri Pertanian

d
D alam ruang wila yah perkotaan-hinterland, pola pen g g unaan tanah ditentukan oleh jara lokasi keg k iatan dari core m eliputi daerah perdag an (kom ang ersial), industri,perm ukim ,danpertanian. an P erdag anm pun ai bid-rent curvey ang em y angcuram artin alokasiny endekati , y am core, Industridanperm ukim anlokasin aag y akjauhdari core. P ertanianbid-rentcurven alandai artin alokasin ajauhdari core. y y y

POLA PENGGUNAAN TANAH

KETERANAGAN: P P ASAR 1. PUSA INDUSTRI T 2. PERT ANIAN INTENSIF 3. WILA AH KOT Y A 4. PERT ANIAN EKSTENSIF 5. PETERNAKAN 6. PEM BUANGAN SAM AH P

GAMBA : DIAGRAM LINEAR VO THUNEN R N

SEW T NA DA A MEMPENGA A A H PT RUHI JENIS KEGIA N BERLOKASI TA SEW T NA SEM A A H AKIN TINGGI DIPUSA KOT DAN AKA SEMA T A N KIN MENURUN BILA SEMAKIN JAUH DARI PUSA KOT T A HARGA T NA ADA A H LAH SEMAKIN TINGGI P DA JA A LAN -JALAN UT AMA

Meskipun model Von Thunen dapat dikatakan masih sangat sederhana, tetapi sumbangan pemikirannya terhadap ilmu pengembangan wilayah adalah cukup penting, yaitu mengenai penentuan kawasan (zoning) menurut berbagai jenis kegiatan usaha (pertanian). Meskipun model Von Thunen dapat dikatakan masih sangat sederhana, tetapi sumbangan pemikirannya terhadap ilmu pengembangan wilayah adalah cukup

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

penting, yaitu mengenai penentuan kawasan (zoning) menurut berbagai jenis kegiatan usaha (pertanian). Perkembangan teori Von Thunen: Harga tanah adalah tinggi di jalan2 utama dan akan makin rendah apabila menjauh dari jalan utama. Teori Christaller (1933) Menjelaskan bagaimana susunan dari besaran kota, jumlah kota, dan distribusinya di dalam satu wilayah. Model Christaller ini merupakan suatu sistem geometri, di mana angka 3 yang diterapkan secara arbiter memiliki peran yang sangat berarti dan model ini disebut sistem k = 3. Model Christaller menjelaskan model area perdagangan heksagonal dengan menggunakan jangkauan atau luas pasar dari setiap komoditi yang dinamakan range dan threshold. Christaller (1933) diterjemahkan oleh C.W. Baski pada tahun 1966 teori tempat sentral (central place theory (cpt) Konsep dasar cpt: A. Wilayah yang dilayani tempat sentral merupakan wil ayah komplementer tempat sentral B. Tempat sentral, melayani wilayah terluas dan sebaliknya C. Batas pelayanan, digambarkan sebagai jangkauan tiap kondisi D. Permintaan dan konsumsi thd komoditi di sentral tgt pada distribusi kondisi sosial ekonomi dan konsentrasi penduduk Kegiatan tempat sentral, mempunyai: Batas ambang penduduk (threshold population) Jangkauan pasar : jarak yang mau ditempuh konsumen untuk memperoleh pelayanan atau komoditi. Berdasarkan efisiensi sistem pelayanan timbul sistem tempat sentral dengan orde tinggi dan rendah

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

D.M. Smith Memperkenalkan teori lokasi memaksimumkan laba dengan menjelaskan konsep average cost (biaya rata-rata) dan average revenue (penerimaan rata-rata) yang terkait dengan lokasi. Dengan asumsi jumlah produksi adalah sama maka dapat dibuat kurva biaya rata-rata (per unit produksi) yang bervariasi dengan lokasi. Selisih antara average revenue dikurangi average cost adalah tertinggi maka itulah lokasi yang memberikan keuntungan maksimal. McGrone (1969) Berpendapat bahwa teori lokasi dengan tujuan memaksimumkan keuntungan sulit ditangani dalam keadaan ketidakpastian yang tinggi dan dalam analisis dinamik. Ketidaksempurnaan pengetahuan dan ketidakpastian biaya dan pendapatan di masa depan pada tiap lokasi, biaya relokasi yang tinggi, preferensi personal, dan pertimbangan lain membuat model maksimisasi keuntungan lokasi sulit dioperasikan Rentabilitas : Teori lokasi pada pertanian: Penerapan prinsip land rent dari teori Von Thunen Land rent semakin mendekati pusat, maka semakin tinggi land rent-nya Kegiatan Pertanian: Memerluakan lahan yang ekstensif Agroklimat tertentu Rumus:

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

R = E (p a) E.f.k Keterangan: R= Rent per unit luas lahan (Rp/Ha) E = Produktivitas per unit luas lahan (kw/Ha) p = harga pasar per unit komoditas (Rp/kg) a = Ongkos produksi per unit (Rp/kg) f = Ongkos transport per unit jarak dan berat (Rp/km/kg k = Jarak (km) Bila k = 0, MAKA Ro = E (p-a) Kentang Harga/kg O.produksi Produktivitas/ha Biaya transport/km/kg RP. 4000 RP. 2.250 25 kwt Rp. 25 Tomat Rp. 3.000 Rp. 1.500 2 ton Rp. 15 Cabe Rp. 6.000 Rp. 2.500 5 ton Rp. 70

Jarak k = R = E (p a) E.f.k

(p-a) --------------f

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Diketahui: E = 100 kg/ha p = Rp. 5/kg a = Rp. 3/kg f= Rp 0,05/ km/kg Asumsi: - Daerah tsb dianggap homogen Titik O merupakan pusat pemasaran produk/komoditas j a r a k (km) Jarak (km) O.transpor (Rp) R (rentabilitas) 0 0 200 10 50 150 20 100 100 30 150 50 40 200 0

Praktikum Minggu ke 11 Topik: Rentabilitas Tujuan: Bahan: Mahasiswa dapat menggunakan alat analisis rentabilitas untuk melokasikan kegiatan usahatani Materi kulian, data jarak usahatani ke pasar, harga komoditas di pasar, ongkos produksi per satuan, harga komoditas per satuan, biaya transportasi per km per satuan berat

Pokok Bahasan: Buatlah analisis rentabilitas dari beberapa komoditas yang sdr analisis .1 Buatlah Gambar dan batas pewilayahan komoditas dari komoditas yang sdr .2 analisis di suatu wilayah .Asumsi: hanya ada satu pasar, wilayah homogen

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

MATERI MINGGU XII Tata Guna Lahan Wilayah Nilai Lahan: Chapin membagi dalam 3 kelompok: A. nilai keuntunganmemp. tujuan ekonomi B. nilai kepentingan umum berhub dg pengaturan utk masyarakat C. nilai sosial: yg dipelihara, peninggalan, pusaka Kegiatan ekonomi: 1. menurut prosesnya 2. menurut penggunaan sehari-hari Menurut prosesnya: A. kegiatan ekonomi raah ( extractive) mengambil dari alam B. kegiatan ekonomi budidaya (reproductive industries), mis: pertanian, peternakan, perikanan, dsb. C. kegiatan ekonomi industri (manufacture) tdpt proses peningkatan nilai tambah D. kegiatan ekonomi jasa ( fasilitative industries) Praktikum Minggu ke 12 Tata guna lahan perdesaan (rural land use) Tata Guna Lahan perkotaan (urban land use)

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Topik: Pengembangan Wilayah Desa Tujuan: Mahasiswa dapat memahami potensi dan kendala fisik, sosial dan ekonomi suatu wilayah dalam pengembangannya ( Rural development). materi kulian, data monografi desa yang meliputi jumlah penduduk, tata guna lahan, mata pencaharian penduduk, data jumlah dan jenis fasilitas fisik. Sosial dan ekonomi (jalan, jembatan, puskesmas, pasar, kios sarana produksi pertanian, warung, sekolah, tempat peribadatan dll), peta desa beserta tata letak (lay out) dari lokasi pemukiman, pesawahan, hutan, sungai, dan fasilitas penunjang secara fisik, sosial dan ekonomi.

Bahan:

Pokok Bahasan: 1. Tujukkan dan jelaskan potensi dan kendala yang ada di suatu wilayah pengembangan desa. 2. Berdasarkan data tersebut buatlah suatu perencanaan pengembangan desa (rural development).

Praktikum Minggu ke 13 Buatlah Makalah dengan menggunakan seluruh alat analisis yang sudah Sdr kuasai (yang relevan) dengan tujuan penulisan makalah yang sdr buat.

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

DAFTAR PUSTAKA Avrom Bendavid-Val. 1983. Regional and Local Economic Analysis for .Practioners. Praeger. New York Budhy Tjahjati S Soegijoko, BS Kusbiantoro. 1997. Bunga Rampai Perencaan Pembangunan di Indonesia. Granesia.Jakarta Dawam Raharjo, 1985. Industrialisai dan Kesempatan Kerja Transformasi Ekonomi . LP3ES, Jakarta. Proses

Friedman, John and Douglas, Mike. 1976. Pengembangan Agropolitan, Menuju Siasat Baru Perencanaan Regional di Asia. FEUI. Jakarta. Glasson, John, 1977. Pengantar Perencanaan Regional. FE-UI, Jakarta. Harry W. Richardson.1977. Terjemahan Paul Sitohang. Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Regional. FEUI Jakarta Hoover, EM, 1975. Introduction to Regional Economics, Alfred A.Knopt, New York. Johara T Jayadinata. 1992. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Perdesaan, Perkotaan dan Wilayah. ITB. Bandung Joko Sujarto. 1989. Planning Process. Institut Teknologi Bandung, Bandung

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Joyo Winoto, 1995. Pewilayahan Komoditas Pertanian, Departemen Pertanian. Bandung Max H. Pohan. 1987. Strategi Kutub Pertumbuhan Dalam Perencanaan Pembangunan Daerah. FEUI.Jakarta Myra P. Gunawan, 1981. Pengantar Teori Lokasi. Planologi ITB, Bandung Otto Soemarwoto, 1991. Ekologi Dalam Lingkungan, UNPAD, Bandung. Pembangunan Berwawasan

Parkes Donald N. 1971. Scalogram Analysis in Planning for Urban Renewal Australian Planning Institute. Richardson, H.W.1977. Dasar-dasar Ekonomi Regional . FE-UI, Jakar Sugeng Budiharsono, 1989. Perencanaan Pengembangan Wilayah , Pasca Sarjana IPB .Bogor. Sukirno, Sadono, 1976. Beberapa Aspek Persoalan Pembangunan Daerah. FE-UI, Jakarta. . Suwardjoko Warpani, 1984. Analisis Kota dan Daerah, ITB. Bandung T Hanafiah. 1985. Aspek Lokasi dalam Analisis Ekonomi Wilayah .IPB. Bogor Tommy Firman. 1977.Regional Inequality. ITB . Bandung

Modul Praktikum MK Perencanaan

Wilayah - TK

Anda mungkin juga menyukai