Anda di halaman 1dari 16

KELOMPOK IV: 1. 2. 3. 4. 5.

NORHAN RAHMAT WAHYUDI RAHMATUL IHSAN RAHMATULLAH AMIN RUDINI

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI ) RASYIDIYAH KHALIDIYAH ( RAKHA ) AMUNTAI 2012 / 2013

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum wr.wb Alhamdulillah syukur kami panjatkan kepada Allah swt yang telah memberikan kami kesehatan, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. kami mencoba untuk mempresentasikan atau menjelaskan Bimbingan Konseling di Sekolah. Program Bimbingan Konseling di Sekolah merupakan suatu program yang sangat penting ynag harus ada disekolah untuk memberikan pelayanan Bimbingan Konseling bagi siswa. Agar siswa dapat mengembangkan potensinya dan menyelesaikan masalah yang dihadapinya, dengan adanya Program Bimbingan Konseling di sekolah dapat membantu pihak sekolah dalam rangka

mengoptimalkan potensi siswa dan memajukan pendidikan. Perlu teman-teman sekalian semua ketahui bahwa dalam pembuatan makalah ini kami mengakui bahwa masih banyak kekurangan dimana-mana, maka dari itu sebelumnya kami meminta maaf sekaligus minta dimaklumi. Jika masih banyak kekurangan dalam makalah ini karena kami juga masih dalam tahap pembelajaran. Semoga dengan makalah ini bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita semua. Walaupun cuma sedikit tetapi mungkin akan bermanfaat bagi kita semua. Dan saya harap teman-teman bisa mengambil pelajaran dari makalah saya ini. saya akhiri Wassalammualaikum wr wb

Amuntai

Tim Penyusun

DAFTAR ISI COVER...................................................................................................................1 KATA PENGANTAR............................................................................................2 DAFTAR ISI...........................................................................................................3 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah........................................................................4 1.2. Rumusan Masalah.................................................................................5 1.3. Tujuan Penulisan...................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN 2.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling.................................................6 2.2. Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah.....................................7 2.3. Jenis Jenis Bimbingan.....................................................................10

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan.........................................................................................15 3.2. Saran saran.......................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Kenyataan menunjukkan bahwa manusia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti.. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tidak dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling diperlukan. Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling di Sekolah guru memiliki perananan yang sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam melakukan bimbingan dan konseling, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun masih ada persepsi negatif tentang bimbingan dan konseling terutama keberadaannya di sekolah dari para guru, sebagian pengawas, kepala sekolah, para siswa, orang tua siswa bahkan dari guru BK sendiri. Selain persepsi negatif tentang BK, juga sering muncul tudingan miring terhadap guru bimbingan dan konseling di sekolah. Munculnya persepsi negatif tentang BK adalah tidak diketahuinya fungsi, arah dan tujuan bimbingan di sekolah atau tidak disusunnya program BK secara terencana. Dapat juga disebabkan oleh ketidaktahuan akan tugas, peran, fungsi, dan tanggung jawab guru BK itu sendiri.

1.2. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian bimbingan dan konseling ? 2. Apa saja fungsi bimbingan dan konseling di sekolah ? 3. Apa saja jenis bimbingan dan konseling di sekolah? 1.3. Tujuan Penulisan Tujuan dilakukannya observasi ini adalah untuk mengetahui definisi dari bimbingan konseling dan ada atau tidaknya program bimbingan konseling di sekolah. Dan untuk mengetahui fungsi , sasaran serta ruang lingkup dari kajian bimbingan konselinng di sekolah. Biasanya di sekolah banyak terjadi berbagai macam kendala-dalam belajar.

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Bimbingan Dan Konseling a. Pengertian Bimbingan Bimbingan ialah suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dan sistematis dari pembimbing kepada yang dibimbing agar tercapai kehadiran dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat perkembangan yang optimal dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada seorang (individual ) sekelompok orang agar mereka itu dapat berkembang menjadi pribadi-pribadi yang mandiri. Kemandirian ini mencakup lima fungsi pokok yang hendaknya dijalankan oleh pribadi mandiri, yaitu: (a) mengenal diri sendiri dan lingkungannya, (b) menerima diri sendiri dan lingkungannya secara positif dan dinamis, (c) mengambil keputusan, (d) mengarahkan diri, dan (e) mewujudkan diri. Lebih lanjut dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang, baik anak-anak, remaja maupun dewasa; agar yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Dengan demikian beberap definisi tentang bimbingan yang dikemukakan oleh beberapa pakar di atas, maka dapat ditarik sesuatu bahwa pengertian bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan kepada seseorang atau sekelompok orang secara terus-menerus dan sistematis oleh pembimbing agar individu atau sekelompok individu menjadi pribadi yang mandiri.

b. Pengertian Konseling Konseling merupakan terjemahan dari counseling, yaitu bagian dari bimbingan, baik sebagai pelayanan maupun sebagai teknik. Pelayanan konseling merupakan jantung hati dari usaha layanan bimbingan secara keseluruhan ( counseling is the heart of guidance program ). Konseling merupakan inti dan alat yang paling penting dalam bimbingan. Seorang pakar, Rochman Natawidjaja mendefinisikan bahwa konseling adalah satu jenis pelayanan yang merupakan bagian terpadu dari bimbingan. Konseling dapat diartikan sebagai hubungan timbal balik antara dua orang individu, dimana seorang konselor berusaha membantu konseli untuk mencapai pengertian tentang dirinya sendiri dalam hubungan dengan masalah masalah yang dihadapinya pada waktu yang akan datang.

2.2 Fungsi Bimbingan dan Konseling di Sekolah Bimbingan dan konseling disekolah berfungsi sebagai upaya untuk membantu kepala sekolah beserta stafnya di dalam menyelenggarakan kesejahteraan sekolah. Uman Suherman (2008) menyatakan bahwa secara umum, fungsi bimbingan dan konseling dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Fungsi pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling membantu

konseli (klien) agar memiliki pemahaman terhadap potensi dirinya dan lingkungan (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama). Konseli diharapkan mampu mengembangkan potensi dirinya secara optimal dan menyesuaikan dirinya dengan lingkungan. 2. Fungsi preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor untuk

senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya supaya tidak dialami oleh konseli. Melalui fungsi ini, konselor memberikan bimbingan kepada konseli tentang cara menghindarkan diri dari perbuatan atau kegiatan yang membahayakan dirinya. Adapun teknik yang dapat digunakan adalah pelayanan orientasi, informasi, dan bimbingan kelompok.
7

3.

Fungsi pengembangan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang

sifatnya lebih proaktif . konselor berupaya untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dan kondusif. Konselor dan guru atau staf sekolah bekerja sama membentuk tim kerja merencanakan dan melaksanakan program bimbingan secara berkesinambungan membantu konseli mencapai tugas perkembangannya. Teknik bimbingan yang dapat digunakan di sini adalah pelayanan informasi, tutorial, diskusi kelompok atau curah pendapat (brain storming), home room, dan karyawisata. 4. Fungsi penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang bersifat

kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada konseli yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar maupun karir. Teknik yang dapat digunakan adalah konseling dan remedial teaching. 5. Fungsi penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

membantu konseli memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan, atau program studi, dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan minat, bakat, keahlian, dan ciri-ciri kepribadian lainnya. Dalam melaksanakan fungsi ini, konselor bekerja sama dengan pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. 6. Fungsi adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,

kepala sekolah/ madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang pendidikan, minat, kemampuan, dan konseli. Dengan menggunakan informasi yang memadai mengenai konseli, pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam memperlakukan konseli secara tepat, baik dalam memilih dan menyusun materi sekolah/madrasah, memilih metode dan proses pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan kemampuan dan kecepatan konseli.

7.

Fungsi penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam

membantu konseli untuk menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya secara dinamis dan konstruktif. 8. Fungsi perbaikan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk membantu

konseli sehingga dapat memperbaiki kekeliruan dalam berpikir, berperasaan dan bertindak (berkehendak). Konselor melakukan intervensi (memberikan perlakuan) terhadap konsli supaya memiliki pola berpikir yang sehat, rasional dan memiliki perasaan yang tepat sehingga dapat menghantarkan mereka pada tindakan atau kehendak yang produktif dan normatif. 9. Fungsi fasilitas, memberikan kemudahan kepada konseli dalam mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, serasi, selaras, dan seimbang dalam seluruh aspek dalam diri konseli. 10. Fungsi pemeliharaan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling untuk

membantu supaya dapat menjaga diri dan mempertahankan situasi kondusif yang telah tercipta dalam dirinya. Fungsi ini memfasilitasi konseli agar terhindar dari kondisi-kondisi yang akan menyebabkan penurunan produktifitas diri.

Pelaksanaan fungsi ini diwujudkan melalui program-program yang menarik, rekreatif, dan fakultatif (pilihan) sesuai dengan minat konseli. Adapun fungsi khusus bimbingan dan konseling, yakni khususnya di sekolah, menurut H.M. Umar, dkk., (21-22) adalah sebagai berikut : 1. Menolong anak dalam kesulitan belajarnya; Sekolah-sekolah kita pada umumnya masih kurang memperhatikan individual anak-anak. Banyaknya jumlah mata pelajaran dan luasnya bahan pelajaran, menyebabkan guru pada umumnya hanya memompakan bahan pelajaran itu kepada otak anak-anak. fungsi pokok dari bimbingan dan konseling adalah menolong individu-individu yang mencari dan membutuhkan bantuan. Jenis bantuan yang dibutuhkan oleh individu berbeda-beda meskipun ada kemungkinan kesukaran yang dihadapi sama.

2. Berusaha memberikan pelajaran yang sesuai dengan minat dan kecakapan anak-anak Melaksanakan bimbingan dengan sebaik-baiknya diperlukan pengetahuan yang lengkap tentang individu yang bersangkutan, seperti bakat, kecerdasan, minat, latar belakang keluarga, riwayat pendidikan, dan sebagainya, yang berhubungan dengan bantuan yang akan diberikan. 3. Memberikan nasihat kepada anak yang akan berhenti sekolahnya; 4. Memberi petunjuk kepada anak-anak yang melanjutkan belajarnya, dan sebagainya.

2.3. Jenis-jenis Bimbingan Dalim literatur yang berbahasa Indonesia ditemukan banyak istilah, yang menyangkut suatu pembagian atau penggolongan terhadap pelayanan bimbingan, seperti jenis bimbingan, macam bimbingan, bimbingan pencegahan, bimbingan preventif, bimbingan perseveratif, bimbingan developmental, bimbingan korektif, bimbingan penyembuhan, bimbingan pemeliharaan, bimbingan individual, bimbingan perseorangan, bimbingan kolompok, bimbingan belajar, bimbingan studi, bimbingan akademik, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan jabatan, bimbingan karier, dan lain sebagainya. Adanya sekian banyak istilah karena setiap pengarang menciptakan istilahnya sendiri, dengan memberikan arti tertentupada istilah-istilah itu. Bahkan, seandainya dua pengarang menggunakan istilah yang sama, belum tentulah bahwa konsep yang terkandung dalam kedua istilah itu sama juga. Selama tidak terdapat standardisasi peristilahan, pengarang bebas, asal arti istilah-istilah, sekali ditentukan dan dirumuskan, dipegang secara konsisten. Dalam buku ini pun pengarang menciptakan istilah tertentu, yang artinya akan dijelaskan di bawah ini. Bimbingan dapat dibagi atas beberapa jenis bimbingan atau macam bimbingan, yaitu beberapa golongan berdasarkan sudut pandangan tertentu.
10

Terdapatnya bimbingan atau jenis / macam bimbingan pada dasarnya dibagi atas tiga jenis atau tiga macam, yaitu berdasarkan banyaknya orang yang pada waktu dan tempat tertentu (bentuk bimbingan); berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dalam memberikan pelayanan bimbingan (sifat bimbingan); berdasarkan bidang tertentu balam kehidupan siswa dan mahasiswa, atau aspek perkembangan tertentu pada siswa dan mahasiswa (ragam bimbingan). Jadi istilah jenis bimbingan dan macam bimbingan menunjuk pada cara tertentu untuk mengadakan penggolongan, berdasarkan sudut pandang tertentu. Istilah bentuk bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang pertama, yaitu mengenai jumlah orang yang dibimbing. Istilah sifat bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang kedua, yaitu mengenai tujuan yang ingin dicapai. Istilah ragam bimbingan menunjuk pada jenis bimbingan yang ketiga, yaitu tentang bidang apa atau tentang aspek perkembangan apa diberikan bimbingan. Pengertian yang terkandung dalam istilah-istilah lain yang disebut diatas, berkaitan dengan salah satu diantara tiga jenis atau macam bimbingan, karena merupakan istilah sinonim atau menunjukan suatu spesifikasi, kecuali istilah bimbinngan langsung dan

bimbingan tidak langsung. Bimbingan langsung berarti pelayanan bimbingan yang diberikan kepada siswa oleh tenaga bimbingan sendiri, dalam suatu pertemuan tatap muka dengan satu siswa atau sejumlah siswa. Bimbingan tidak langsung berarti pelayanan bimbingan yang diberikan oleh tenaga bimbingan melalui tenaga pendidik yang lain, misalnya seorang guru yang telah berkonsultasi dengan konselor sekolah tentang siswa tertentu dan kemudian berhubungan lagi dengan siawa itu; atau pelayanan yang diberikan oleh tenaga bimbingan melalui suatu medium, misalnya dalam brosur, pamflet, tulisan dalam majalah sekolah, tulisan pada papan bimbingan, dan lain sebagainya. A.. Bimbingan akademik Bimbingan akedemik ialah bimbingan dalam hal menentukan cara belajar yang tepat, dalam memilih program studi yang sesuai, dan dalam mengatasi kesukaran yang timbul berkaitan dengan tuntutan-tuntutan belajar di suatu institusi pendidikan. Sebagian besar waktu dan perhatian orang muda tercurahkan

11

pada kepentingan belajar di sekolah. Keberhasilan atau kegagalan dalam belajar akademik berarti sekali bagi orang muda; seandainya dia sendiri tidak mengambil pusing, paling sedikit keluarganya akan merasa sangat prihatin. Seperti banyak segi hidup yang lain, belajar di sekolah pada zaman sekarang juga menjadi semakin kompleks, baik dalam hal variasi jenis dan jenjang kebanyakan program studi maupun dalam hal materi yang harus dipelajari. Kekeliruan dalam memilih program studi di tingkat pendidikan lanjutan atas dan pendidikan tinggi dapat membawa akibat fatal bagi kehidupan seseorang. Prosedur belajar yang salah dapat mengakibatkan materi program studi terpilih tidak dikuasai dengan baik, sehingga dalam mengikuti program selanjutnya akan mengalami kesulitan. Di bidang pendidikan sekolah dewasa ini syarat permasalahan yang tidak sedikit, diantaranya cara/usaha belajar siswa. Tenaga bimbingan yang bertugas di institusi pendidikan formal harus mengatahui segala permasalahan yang menyangkut pendidkan sekolah dan seluk-beluk dari kegiatan psikis yang disebut belajar. Pelayanan bimbingan akademik untuk sebagian besar disalurkan melalui kegiatan bimbingan kelompok, baik di jenjang pendidkan menengah maupun di pendidikan tinggi, untuk sebagian kecil disalurkan melalui bimbingan individual, terutama dalam wawancara konseling. Suatu program bimbingan di bidang belajar akademik akan memuat unsur-unsur sebagai berikut: (1) Orientasi kepada siswa dan mahasiswa baru tentang tujuan institusional, isi kurikulum pengajaran, struktur organisasi sekolah, prosedur belajar yang tepat, dan penyesuaian diri dengan corak pendidikan di sekolah bersangkutan. (2) Penyadaran kembali secara berkala tentang cara belajar yang tepat selama mengikuti pelajaran di sekolah dan selama belajar di rumah, secara individual atau secara berkelompok. Memang, bila siswa dan mahasiswa tahu akan cara belajar yang tepat, itu belum menjamin pelaksanaannya. Namun, banyak siswa dan mahasiswa kelihatannya mudah hanyut oleh suasana kehidupan yang kurang menguntungkan bagi pelajar yang disiplin.

12

(3) Bantuan dalam hal memilih program studi yang sesuai, memilih beraneka kegiatan non-akademik yang menunjang usaha belajar, dan memilih program studi lanjutan di tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Semua pilihan ini kerap berkaitan erat dengan perencanaan karier di masa depan. Bantuan ini mencakup pula penyebaran informasi tentang variasi program studi yang tersedia, misalnya di jenjang pendidikan tinggi. (4) Pengumpulan data tentang siswa mengenai kemampuan intelektual, bakat khusus, arah minat, dan cita-cita hidup. Sedangkan pengumpulan data tentang program studi di perguruan tinggi yang tersedia dalam bentuk brosur, buku pedoman baru, kliping iklan surat kabar, dan sebagainya. Khususnya tenaga bimbingan di SMA harus mengumpulkan data sebanyak mungkin dan sekonkret mungkin tentang perguruan tinggi, terlebih-lebih yang terletak di rayon yang sama di SMA bersangkutan, seperti jenuhnya jurusan/program studi tertentu, status institusi perguruan tinggi swasta, mendapat akredetasi atau tidak, mahal murahnya tes seleksi masuk, serta data lain yang tidak tertulis. Data yang terkumpulakan sangat dibutuhkan dalam memberikan bantuan kepada peserta didik. (5) Bantuan dalam hal mengatasi beraneka kesulitan belajar, seperti kurang mampu menyusun dan mentaati jadwal belajar di rumah, kurang siap menghadapi ujian dan ulangan, kurang dapat berkonsentrasi, kurang menguasai cara belajar yang tepat di berbagai bidang studi, menghadapi keadaan di rumah yang mempersulit belajar secara rutin, dan lain sebagainya. Maka, tenaga bimbingan harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang seluk-beluk belajar, termasuk pemahaman psikologis. (6) Bantuan dalam hal membentuk berbagai kelompok belajar dan mengatur seluruh kegiatan belajar kelompok, supaya berjalan efisien dan efektif. Dalam kenyataan, pelaksanaan bimbingan belajar dihadapkan pada banyak kesulitan dan hambatan yang timbul karena keadaan dunia pendidikan sekolah di negara Indonesia yang masih dalam taraf pekembangan; sebagian timbul karena sikap keluarga yang mengharapkan ini dan itu atau kurang mendukung usaha

13

belajar anak; dan timbul karena sikap siswa dan mahasiswa sendiri yang kurang mampu mengatur dirinya sendiri; serta lagi timbul karena guru kurang mampu dalm mengelola proses belajar-mengajar. Misalnya siswa berpikir: Untuk apa belajar, masa depanku suram; persaingan berat pada waktu akan masuk perguruan tinggi,; biaya terlalu tinggi, mutu pendidikan sekolah rendah, sehingga menutup jalan untuk masuk ke fakultas-fakultas terkenal; sikap siswa asal sekolah daripada menganggur, sikap siswa SMA yang ingin masuk ke fakultas yang persaingannya sedikit, biaya rendah, favorit, mudah lulus, dan cepat selesai; sikap keluarga menghindari sekolah kejujuran; disiplin sekolah kurang sehingga menghambat belajar yang serius; dan lain sebagainya. Dalam menghadapi kenyataan seperti itu, tenaga bimbingan harus menunjukkan fleksibilitas yang besar, yaitu di satu pihak memahami situasi siswa dan mahasiswa, namun di pihak lain mendorong supaya tidak menyerah terhadap situasi begitu saja. Misalnya, menyarankan siswa untuk memikirkan beberapa alternatif pilihan program studi lanjutan dalam urutan prioritas. Dengan demikian, mereka lebih siap menghadapi kenyataan dan tidak menjadi korban rasa frustasi hebat yang tidak dapat diatasi.

14

BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan Kesimpulan dari makalah kami adalah, bahwa Program Bimbingan Konseling di Sekolah merupakan suatu program yang sangat penting dan dibutuhkan untuk memajukan sekolah. Dengan adanya Program Bimbingan Konseling Disekolah dapat membantu sekolah dalam menangani masalah-masalah yang dialami oleh siswa. Program BK disekolah sangat membantu pengembangan potensi siswa, jika siswa dapat mengetahui potensi nya maka siswa dapat lebih mengasah dan mengembangkan potensinya tersebut. Menjadi seorang konselor merupakan suatu hal yang berat, dikarenakan seorang konselor harus mempunyai program-program dan tanggung jawab yang sangat besar. Maka seorang konselor harus mempunyai kemauan yang keras untuk memajukan sekolah dan memajukan pendidikan. Dengan adanya Program BK di Sekolah dapat membantu pihak sekolah menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi oleh peserta didik. 3.2. Saran saran Saran kami adalah perlunya peningkatan kualitas seorang konselor, dengan adanya peningkatan kualitas konselor maka akan memberikan dampak yang positif bagi perkembangan dunia pendidikan. Dan juga perlunya peningkatan jumlah konselor, seorang konselor menghadapi 125 siswa asuh. Maka dalam satu sekolah tidak cukup hanya mengandalkan satu orang konselor saja.

15

DAFTAR PUSTAKA

Dewa Ketut Sukardi dkk. 2008. Proses Bimbingan dan Konseling di Sekolah. Jakarta : PT. Rineka Cipta. W.S. Winkel dkk. 2012. Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan. Yogyakarta; Media Abadi. Nopi Nurpatimah, 2011, Bimbingan dan Konseling, http://Nopi-

nurpatimah.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012 Rian Septian, 2012, Bimbingan dan Konseling di Sekolah. http://rianseptian.blogspot.com. Diakses pada tanggal 10 Nopember 2012

16

Anda mungkin juga menyukai