Anda di halaman 1dari 59

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (BSA ASTTI)


SURAT KEPUTUSAN BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA Nomor : .. Tentang PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN DAN BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA


Menimbang : a. Bahwa telah diterbitkannya Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tanaga Teknik Indonesia Nomor: 008/SK-BSAP/DPPASTTI/IV/2005 Tanggal : 25 April 2005 Tentang : Susunan Dan Komposisi Badan Sertifikasi Asosiasi Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia BSAP-ASTTI. b. Bahwa dalam rangka penyelenggaraan Sertifikasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi tahun 2008 dan dalam rangka memberikan pelayanan sebaik baiknya kepada Tenaga Ahli yang mengikuti Sertifikasi perlu untuk melanjutkan dan memantapkan program Sertifikasi Keterampilan Kerja tahun 2009. c. Bahwa telah diberlakukannya Undang Undang Nomor 18 Tahun 1999, tentang Jasa Konstruksi dan peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000, serta mengacu kepada Peraturan dan ketentuan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional ( LPJKN ). d. Bahwa sehubungan dengan Butir b dan c diatas, dipandang perlu memberikan Pedoman Umum Sertifikasi Keahlian dan Bakuan Kompetensi Tahun 2009.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 1

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Mengingat

: 1. Undang Undang Nomor : 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi. 2. Undang Undang Nomor : 20 Tahun 2001, tentang system Pendidikan Nasional. 3. Undang Undang Nomor : 13 Tahun 2003, tentang ketenaga kerjaan 4. Peraturan Pemerintah Nomor : 28 Tahun 2000, tentang Usaha dan peran serta Masyarakat Jasa Konstruksi. 5. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASTTI; 6. Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional Nomor : 70/KPTS/LPJK/ D/III/2001, tentang pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi; 7. Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional Nomor : 71/KPTS/LPJK/ D/VIII/2001, tentang pedoman Sertifikasi dan registrasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi ; tanggal 23 Desember 2003; 8. Keputusan Dewan LPJK Nasional Nomor : 27/KPTS/LPJK/D/III/2008, tentang perubahan lampiran keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional Nomor : 89/KPTS/LPJK/D/VII/2006. 9. Surat Tanda Lulus Akreditasi Asosiasi Profesi No. 127/AKR/LPJK/D/ XII/2005 10. Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia Nomor : 33/SK/DPP-ASTTI/V/2006, tanggal tentang perubahan lampiran Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia No. 07/SK/DPP-ASTTI/V/2006; 11. Keputusan Dewan Pengurus LPJK Nasional Nomor : 21/KPTS/LPJK/ D/II/2008, tentang perpanjangan Akreditasi kepada Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) ; 12. Surat Keputusan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia Nomor : 001/SK/DPP-ASTTI/III/2008, tanggal 1 Maret 2008 tentang pengesahan bentuk & susunan Personalia Dewan Penasehat, Dewan Pertimbangan dan Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia masa bhakti tahun 2008 - 2013; : 1. Hasil Surveilance KAA LPJKN tahun 2008 2. Hasil rapat Dewan Pengurus Lengkap DPP ASTTI pada hari Jumat tanggal 24 Oktober 2008, tentang penyusunan draft pedoman penyelenggaran Sertifikasi Tenaga Kerja Ahli Pelaksana Konstruksi. 3. Pedoman Umum Sertifikasi Keahlian dan Bakuan Kompetensi sebelumnya : KEPUTUSAN BADAN SERTIFIKASI AHLI ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA TENTANG : PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN DAN BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009.

Memperhatikan

Menetapkan

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 2

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG Standar Kompetensi Keahlian Pelaksana Jasa Konstruksi ini digunakan sebagai acuan bagi setiap orang yang bermaksud untuk memperoleh sertifikasi keahlian, dimana yang bersangkutan diakui kompetensinya pada bidang penyelenggaraan jasa konstruksi pembangunan / perawatan bangunan. Disamping itu, standar ini dijadikan pedoman bagi Badan Sertifikasi Keahlian dalam melakukan proses sertifikasi bagi anggotanya. Sejak disahkannya Undang-Undang nomor 18 Tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi yang diikuti dengan terbitnya Peraturan Pemerintah nomor 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi, Peraturan Pemerintah nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, dan Peraturan Pemerintah nomor 30 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Pembinaan Jasa Konstruksi, maka pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia di bidang jasa konstruksi dapat ditingkatkan dan diarahkan menurut kekhasan bidang/lingkup kompetensi keahliannya. Sesuai dengan ketentuan tentang Jasa Konstruksi, Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) diberi kewenangan untuk mengatur proses akreditasi dan sertifikasi yang dilakukan oleh asosiasi perusahaan dan asosiasi profesi, sebagaimana tertuang dalam Surat Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional no. 70/KPTS/LPJK/VIII/2001 tentang Pedoman Akreditasi Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi, Surat Keputusan Dewan Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional no. 71/KPTS/LPJK/VIII/2001 tentang Sertifikasi dan Registrasi Tenaga Ahli Jasa Konstruksi. Berlakunya Undang Undang nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung menunjukkan betapa pentingnya pembinaan dan peningkatan keterampilan dan keahlian di bidang penyelenggaraan bangunan gedung termasuk perawatan dan pemeliharaan bangunan, di mana secara rinci akan tertuang dalam Peraturan pemerintah tentang Penyelenggaraan Bangunan Gedung.

1.2. PROFESIONALISME DAN KEMAMPUAN INTERNAL Isu yang berkembang pada pemenuhan standar kompetensi bagi seseorang yang bekerja pada bidang profesi tertentu didukung oleh sejumlah ketentuan perilaku profesional, baik yang berkembang menurut tradisi, seperti halnya bidang kedokteran, Hukum dan pendidikan, maupun yang berkembang karena kebutuhan institusi atau bidang pekerjaan. Profesionalisme dapat ditentukan atas dasar beberapa kriteria :
PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009 HALAMAN 3

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

a. Ketentuan profesional disusun dari sejumlah prinsip dasar, teori atau persyaratan yang terlepas dari pertimbangan yang bersifat kasus khusus. b. Profesional memuat pengetahuan yang spesifik dimana orang menjadi ahli, dan tidak merupakan suatu kebijakan umum. c. Hubungan profesional dengan pemberi tugas bersifat objektif dan bebas dari unsur-unsur subjektivitas. d. Profesional mengejar status dengan kesuksesan menyelesaikan tugas, bukan atas dasar latar belakang pribadinya, seperti kelahiran, hubungan keluarga, kekuasaan, ras, agama atau golongan. e. Keputusan profesional dianggap mewakili kepentingan pemberi tugas dan bebas dari kepentingan pribadi. f. Profesional biasanya terkait pada asosiasi profesi yang bersifat sukarela, dan diterima hanya oleh rekan seprofesinya sebagai imbalan dari perilakunya. g. Seorang profesional kadang kala disebut sebagai seseorang yang diketahui lebih baik dari yang dapat dilakukan oleh pemberi tugas. Karena profesionalisme terkait pada pertimbangan pengetahuan memiliki pertimbangan sikap, pertimbangan profesional pada umumnya diukur kemampuan internal. pengetahuan yang dimiliki, maka umumnya porsi yang lebih besar dibandingkan dengan keterampilan. Untuk itu tingkatan strata secara berjenjang dengan mengacu pada

1.3. PROSES PENINGKATAN KOMPETENSI Peningkatan kompetensi dapat dilakukan melalui proses pembelajaran yang dapat dilakukan secara formal melalui jalur institusi pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah pertama, menengah umum atau menengah kejuruan, pendidikan tinggi baik melalui jalur akademik maupun jalur non akademik, dan pendidikan pascasarjana, serta proses belajar sepanjang hayat.

Kompetensi seseorang, secara psikologis dipengaruhi oleh beberapa aspek, diantaranya tingkat kecerdasan, tingkat kreativitas dan tingkat kematangan emosi. Selanjutnya, kompetensi tersebut akan berkembang sesuai dengan kemampuan mana yang dominan dalam dirinya. Orang mengetahui bahwa pendidikan tidak cukup bila hanya mengembangkan kemampuan rasio, tetapi perlu pula membina kemampuan kreatif. Meskipun banyak orang beranggapan bahwa kreativitas dan kematangan emosi sama dengan kecerdasan, namun orang masih tetap berpatokan pada kecerdasan menilai kemapuan seseorang. Sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat kompetensi seseorang akan bertambah seiring dengan jam terbang seseorang dalam melakukan tugas pada pekerjaan nyata.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 4

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI


2.1. DEFINISI KLASIFIKASI Suatu kegiatan untuk menetapkan penggolongan kemampuan tenaga ahli pelaksana menurut bidang dan atau sub bidang.

BAB 2

2.2. PENENTUAN KLASIFKASI Klasifikasi keahlian berdasarkan pada penguasaan disiplin keilmuan dan pengetahuan serta keahlian menerapkan metoda dan teknik tertentu secara inovatif dan kreatif guna mencapai dan atau dapat mewujudkan hasil tertentu secara mandiri dan atau berkelompok dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi.

2.3. DEFINISI KUALIFIKASI Suatu kegiatan untuk menetapkan penggolongan tenaga ahli pelaksana menurut dasar tingkat dan atau kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha sesuai bidang dan atau sub bidang.

2.4. PENENTUAN KUALIFIKASI Tingkat dasar penentuan kualifikasi keahlian seseorang ditentukan berdasarkan : Pendidikan (Education), Pengalaman Kerja (Experience) dan pengalaman pendukung ( Karya IlmiahAchievement) seperti diuraikan dibawah ini :

2.4.1. PENDIDIKAN ( EDUCATION ) Tingkat pendidikan seseorang akan menentukan keahlian ( Expertise ). Pendidikan dapat berupa pendidikan formal dan dapat ditambah dengan pendidikan non formal. Jenjang pendidikan formal yang diakui adalah seseorang yang memiliki ijazah minimal D3 teknik yang sesuai bidangnya. Sementara pendidikan non formal adalah kursus-kursus dan atau pelatihan pada bidang yang sesuai dengan standar Nasional ahli pelaksana konstruksi yang dilakukan oleh badan yang terakreditasi oleh yang berwenang dimana durasi kursus dan atau pelatihan setiap Knowledge area minimum 24 jam.
HALAMAN 5

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

2.4.2. PENGALAM KERJA ( EXPERIENCE ) Pengalam kerja seseorang akan menentukan tingkat kompetensi ( Competency ) yaitu kemampuan untuk menerapkan keahlian pada proyek pekerjaan nyata. Disamping pengetahuan akademis, diperlukan juga keterampilan dalam melaksanakan pekerjaan proyek konstruksi seperti : Kemampuan memahami gambar, kemampuan berkoordinasi, kemampuan menyampaikan pendapat, kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengendalikan pekerjaan dan lain lain. 2.4.3. PENGALAMAN PENDUKUNG ( ACHIEVEMENT ) Pengalaman pendukung yang dinilai adalah : a. Penulisan dalam bidang jasa konstruksi ( makalah, tulisan ilmiah pada jurnal, buku acuan ) b. Pengalaman mengajar pada Universitas c. Pengalaman mengajar pada Kursus / Pelatihan a. Penulisan Karya ilmiah dibidang jasa konstruksi yang disampaikan secara umum / dipublikasi merupakan pencerminan dari dinamika keahlian seseorang. Makin banyak karya tulis seseorang pada bidangnya akan semakin tinggi nilai keahlian seseorang. Karya tulis tersebut dapat berupa temuan-temuan baru dalam teknologi aplikasi berupa metode, maupun tulisan dalam bentuk makalah dan lain lain. Penulisan makalah bisa pada konfrensi atau juga pada journal. Penulisan pada journal lebih tinggi bobotnya dari pada di konfrensi. Makalah yang ditulis sendiri lebih tinggi bobotnya dari pada ditulis secara bersama dengan beberapa orang lain. Penulisan makalah pada tingkat Internasional juga lebih tinggi bobotnya dari pada tingkat Nasional.

b. Pengalaman Mengajar pada Universitas. Pengalaman yang dapat diberikan penilaian adalah pengalaman mengajar dibidang yang terkait pada proyek konstruksi untuk program D3, S1, S2 dan S3

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 6

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

c. Pengalaman mengajar pada Kursus / Pelatihan Pengalam mengajar pada Kursus / pelatihan / Tutorial / Workshop /In House training yang diselenggarakan oleh instansi resmi yang terkait dengan kegiatan dibidang atau sub bidangsub bidang pelaksanaan proyek konstruksi. 2.5. KLASIFIKASI DAN KUALIFIKASI KEAHLIAN 2.5.1. Klasifikasi Keahlian BIDANG / SUB BIDANG / BAGIAN SUB BIDANG SIPIL Pelaksana Struktur Transportasi Pelaksana Jalan Pelaksana Jembatan Pelaksana Sumber Daya Air TATA LINGKUNGAN Pelaksana Teknik Lingkungan AT 101 AS 202 AS 306 AS 307 AS 403

2.5.2. Kualifikasi Keahlian ASTTI telah menentukan pembagian tingkatan kualifikasi dari tenaga ahli pelaksana dalam 3 ( tiga ) kategori. Hal ini adalah seiring dengan tingkatan kualifikasi yang dipakai oleh ASTTI yang sesuai dengan angka kredit minimum yang diperoleh. Adapun tiga kualifikasi tersebut dimulai dari tingkatan yang rendah adalah sebagai berikut : Adapun perbedaannya sebagai berikut 1. Ahli Pelaksana Muda 2. Ahli Pelaksana Madya 3. Ahli Pelaksana Utama Angka Kredit Angka Kredit Angka Kredit MINIMUM 15 MINIMUM 35 MINIMUM 50

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 7

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Penentuan minimum angka kredit didasarkan pada uji coba penilaian peer yang rincian perolehan nilainya dapat dilihat pada Bab VI Sistem Penilaian Penjelasan kualifikasi keahlian pelaksana sebagai berikut : A. Ahli Muda (AD) adalah setara dengan kedudukan pelaksana langsung pada proyek yang mempunyai ukuran kompleksitas dan resiko rendah dan atau sebagai tim proyek pada proyek yang mempunyai ukuran kompleksitas dan resiko menengah/moderat seperti staff site engineer, kepala seksi pada proyek. A.1. Ahli Muda Pelaksana Struktur Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bangunan gedung bertingkat rendah dengan jumlah lantai maksimal 5 lantai dan bangunan industri dengan bentang kecil, maksimum 19 m. Tenaga ahli muda pelaksana pekerjaan bidang Sipil Struktur bangunan harus mampu mengendalikan: 1. Pelaksanaan pekerjaan Sipil Struktur bangunan dan memahami sistem satuan dan pembebanan, meliputi : 1) Pengetahuan tentang jenis dan macam pembebanan 2) Jenis dan macam fisik bangunan 3) Pengetahuan tentang teknologi bahan 2. Metode dan proses cara-cara pelaksanaan konstruksi kayu dan bata secara benar. 3. Metode dan proses pekerjaan struktur beton (pelat lantai, balok & kolom) Secara benar. 4. Metode dan proses pekerjaan baja sederhana dan mampu memahami karakteristik baja sebagai elemen struktur. 5. Pelaksanaan pekerjaan pondasi dangkal secara benar. 6. Pelaksanaan pekerjaan utilitas bangunan gedung secara benar. A.2. Ahli Muda Pelaksana Jalan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan Jalan lingkungan Tenaga ahli muda bidang pelaksanaan pekerjaan transportasi harus mampu mengendalikan : 1. Pelaksanaan Pengukuran Geometrik Jalan, yang meliputi : 1) 2) 3) 4) Pengetahuan terhadap peraturan dan standar tentang Jalan. Pelaksanaan Alignment Horizontal. Pelaksanaan Alignment Vertical. Mampu melakukan kontrol pada kualitas geometri jalan dan bahan.

2. Pelaksanaan perkerasan lentur dan perkerasan kaku yang sesuai dengan metode dan prosedur yang benar untuk jalan lingkungan.
HALAMAN 8

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

A.3. Ahli Muda Pelaksana Jembatan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan Jembatan kurang dari 10 m. Tenaga ahli muda bidang pelaksanaan pekerjaan transportasi harus mampu mengendalikan : 1. Pelaksanaan Pengukuran Geometrik Jembatan, meliputi : a. Pengetahuan terhadap peraturan dan standar tentang Jembatan. b. Pelaksanaan Alignment Horizontal. c. Pelaksanaan Alignment Vertical. 2. Mampu melakukan kontrol pada kualitas geometri jembatan dan bahan. 3. Pelaksanaan pekerjaan baja sederhana pada Jembatan (lebar < 10 m) yang sesuai dengan metode dan prosedur yang benar untuk jalan lingkungan. 4. Pelaksanaan pekerjaan Struktur beton pada Jembatan (lebar < 10 m) yang sesuai dengan metode dan prosedur yang benar meliputi : a. Perkiraan Struktur bentang menerus dan pelat lantai dua arah. b. Perkiraan Struktur kolom rangka jembatan. c. Perhitungan anggaran biaya struktur jembatan. A.4. Ahli Muda Pelaksana Sumber Daya Air Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bendung dan irigasi. Tenaga ahli muda bidang pelaksanaan pekerjaan sumber daya air harus mampu mengendalikan : 1. Pelaksanaan pembuatan bangunan bendung tetap dengan ketinggian maksimal 4 meter. 2. Pelaksanaan Pekerjaan Pengukuran profil memanjang dan melintang trace saluran. 3. Pelaksanaan pembuatan bangunan bagi/sadap, gorong-gorong A.5. Ahli Muda Pelaksana Teknik Lingkungan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan pembuatan Instansi pengolahan Air Bersih kapasitas , 20 l/det, Pengolahan limbah padat skala kecil ( TPS ) dan limbah cair dengan pengolahan bangunan Septik tank individual dan septic tank communal, System Drainase Lingkungan perumahan skala kecil dengan kelengkapan pendukungnya. Tenaga ahli muda bidang pelaksanaan pekerjaan teknik lingkungan harus mampu mengendalikan dan memahami :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 9

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Pelaksanaan teknik pembuatan Instalasi Pengolahan Air Bersih, Bangunan instalasi Limbah Padat dan Limbah Cair, System Drainase Lingkungan meliputi : a. Penentuan titik/peil ketinggian unit-unit bangunan instalasi dan kemiringan saluran. b. Pengukuran/dimensi unit-unit bangunan instalasi dan saluran. c. Penentuan jenis dan ukuran accessories. 2. Pelaksanaan pekerjaan pembangunan Instalasi Pengolahan Air Bersih, bangunan instansi pengolahan Limbah Padat dan Cair, System Drainase Lingkungan, meliputi : a. Pekerjaan bangunan Instansi pengolahan air Bersih, Bangunan pengolahan Limbah padat dan cair dengan prinsip bangunan kedap air, saluran drainase lingkungan. b. Pekerjaan pemasangan perpipaan dan accessories/fiting. c. Pekerjaan pemasangan elektrikal dan mekanikal pada bangunan rumah pompa pada unit-unit instalasi air bersih dan air kotor. 3. Metode dan tata cara pembangunan ground reservoir air bersih dengan kapasitas < 250 m3, meliputi : a. Penempatan titik dasar reservoir. b. Prosedure pelaksanaan pembetonan diatas ketinggian 2 meter c. Pemasangan perpipaan dan accessories pada dinding beton dan atap reservoir d. Pembuatan dinding penahan fondasi reservoir 4. meliputi : a. b. Ben container. Container dan landasan Sarana dan Prasarana pengolahan sampah rumah tangga

B.

Ahli Madya (AM) adalah setara dengan kedudukan pelaksana manajer proyek konstruksi pada proyek yang mempunyai ukuran kompleksitas dan resiko menengah/moderat dan atau sebagai tim proyek pada proyek yang mempunyai ukuran kompleksitas dan resiko tinggi seperti staff site manajer. B.1. Ahli Madya Pelaksana Struktur Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bangunan gedung bertingkat meningkat dengan ketinggian 5 sampai 10 lantai dan bangunan industri dengan bentang menengah, sampai dengan 27m. Tenaga ahli madya bidang Sipil Struktur Bangunan selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 10

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Penerapan prinsip dasar bangunan tahan gempa pada pelaksanaan bangunan gedung. 2. Pelaksanaan pekerjaan struktur rangka sederhana dengan menggunakan peralatan dan perlengkapan yang benar. 3. Pelaksanaan pekerjaan struktur beton pada bangunan gedung dengan menggunakan alat Mekanis. 4. Pekerjaan pondasi dalam baik dengan menggunakan tiang pancang/tiang bor. B.2. Ahli Madya Pelaksana Jalan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan Jalan kabupaten.Tenaga ahli madya pelaksanaan pekerjaan bidang transportasi selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan : 1. Pelaksanaan pemeliharaan Jalan menurut metode dan prosedur yang benar. 2. Pelaksanaan pekerjaan drainase yang terkait dengan sarana dan prasarana transportasi. 3. Analisa pelaksanaan pekerjaan jalan kabupaten. 4. Prinsip-prinsip pelaksanaan pekerjaan Jalan kabupaten : a. Dokumen kontrak dan spesifikasi. b. Prinsip pelaksanaan pekerjaan badan jalan (trase, urugan dan galian). c. Prinsip pelaksanaan lapis pondasi bawah/atas pekerjaan pelebaran/perkerasan. B.3. Ahli Madya Pelaksana Jembatan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan Jembatan dengan lebar kurang dari 30 m. Tenaga ahli madya pelaksanaan pekerjaan bidang transportasi selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan : 1. Pelaksanaan pemeliharaan Jembatan menurut metode dan prosedur yang benar. 2. Pelaksanaan pekerjaan drainase yang terkait dengan sarana dan prasarana transportasi. 3. Analisa pelaksanaan pekerjaan jembatan (lebar < 30 m), meliputi : a. Prinsip pelaksanaan pondasi jembatan. b. Prinsip pelaksanaan perancah bekisting.
HALAMAN 11

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

c. Tata cara operasi dan pemeliharaan pengecoran dan erection jembatan. 4. Prinsip-prinsip pelaksanaan pekerjaan jembatan (lebar < 30 m) , meliputi : a. Dokumen kontrak dan spesifikasi. b. Prinsip pelaksanaan pekerjaan jembatan/oprit (trase, urugan dan galian). c. Prinsip pelaksanaan lapis pondasi bawah/atas termasuk dinding penahan tanah. B.4. Ahli Madya Pelaksana Sumber Daya Air Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bendung dan jaringan irigasi. Tenaga ahli madya bidang pelaksanaan pekerjaan sumber daya air selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan : 1. Pelaksanaan pekerjaan struktur beton bangunan air, meliputi : 1) Pekerjaan pembuatan bangunan bendung tetap dengan ketinggian > 4 meter 2) Pekerjaan pembuatan bangunan pengatur muka air 3) Perhitungan anggaran biaya struktur beton bangunan air. 2. Pelaksanaan pekerjaan struktur baja sederhana pada bangunan air, meliputi : 1) Macam dan struktur baja pada bangunan air. 2) Pelaksanaan pekerjaan struktur baja pada bangunan air. 3) Perhitungan anggaran biaya struktur baja bangunan air. 3. Pelaksanaan jaringan irigasi serta kelengkapan saluran dan bangunan ( box tersier, kwarter ) 4. Pelaksanaan pekerjaan pengamanan tanggul sungai B.5. Ahli Madya Pelaksana Teknik Lingkungan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan pembuatan Instansi pengolahan Air Bersih kapasitas , < 50 l/det, Pengolahan limbah padat skala menengah ( TPA ) dan limbah cair dengan pengolahan bangunan IPLT dan septic tank communal, System Drainase Lingkungan perumahan dan permukiman skala kecil menengah dengan kelengkapan pendukungnya. Tenaga ahli madya bidang pelaksanaan pekerjaan teknik lingkungan harus mampu mengendalikan dan memahami :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 12

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Tata cara dan metode serta proses pembangunan system Instalasi Air Bersih, Bangunan Limbah padat dan cair, System Drainase Lingkungan, meliputi pekerjaan : a. Penentuan jumlah dan kapasitas unit-unit serta tata letak bangunan instalasi dan peil bangunan serta saluran drainase. b. Penentuan anggaran biaya setiap unit pengolahan instalasi dan saluran drainase c. Penentuan jenis dan ukuran pipa serta fittings/accessories pada setiap unit-unit bangunan instalasi d. Perhitungan anggaran biaya pembangunan instalasi air bersih, instalasi limah padat dan cair dan drainase. 2. Pekerjaan pembuatan bangunan system Instalasi Air bersih, bangunan limbah padat dan cair dan system drainase lingkungan dengan pelengkapnya meliputi : a. Pekerjaan pembuatan instalasi air bersih, bangunan pengolahan limbah padat dan cair dengan prinsip kedap air. b. Pekerjaan saluran drainase. c. Pemasangan elektrikal dan mekanikal pada unit-unit instalasi air bersih dan air kotor. 3. Pekerjaan pembangunan ground reservoir air bersih dengan kapasitas < 1000 m3 meliputi : a. Teknik pembuatan turap didinding penahan galian. b. Pengendalian pembesian dan pembetonan pada bangunan reservoir c. Tatacara dan procedure tahapan pengecoran dengan ketentuan standar

C.

Ahli Utama (AU) adalah setara dengan kedudukan manajer pelaksana pada proyek yang mempunyai ukuran komleksitas dan resiko tinggi dan khusus atau membawahi beberapa manajer konstruksi dan atau para manajer program yang menangani lebih dari satu proyek pada tingkatan yang lebih tinggi dari yang diperlukan untuk ahli teknik. C.1. Ahli Utama Pelaksana Struktur Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bangunan gedung bertingkat tinggi di atas 10 lantai dan pabrik dengan bentang lebar, di atas 27m. Tenaga ahli utama bidang sipil struktur bangunan selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda dan madya, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 13

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Pelaksanaan bangunan gedung yang mempunyai basemant. 2. Pelaksanaan bangunan gedung yang melintasi jalan. 3. Pelaksanaan pekerjaan bangunan yang berada di pinggir/diatas air. C.2. Ahli Utama Pelaksana Jalan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan jalan Propinsi/Nasional Tenaga ahli utama bidang pelaksanaan pekerjaan transportasi selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda dan madya, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan : Pelaksanaan pekerjaan pendukung bidang transportasi yang meliputi : 1. 2. 3. 4. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Rambu dan Marka Jalan. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Pengaman Jalan. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Lampu Penerangan jalan umum. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Lampu Signal.

C.3. Ahli Utama Pelaksana Jembatan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan Jembatan dengan bentang lebih dari 30 meter. Tenaga ahli utama bidang pelaksanaan pekerjaan transportasi selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda dan madya, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan : 1. Pekerjaan jembatan dengan bentang besar (> 30 m), meliputi : a. Pelaksanaan kualitas beton mutu tinggi. b. Pelaksanaan Girder Pree Streks. c. Pelaksanaan Jembatan mutu tinggi. 2. Pelaksanaan pekerjaan pendukung bidang transportasi yang meliputi: a. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Rambu dan Marka Jembatan. b. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan pengaman jembatan. c. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Lampu Penerangan umum. d. Pelaksanaan pekerjaan pemasangan Lampu signal. C.4. Ahli Utama Pelaksana Sumber Daya Air Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan bendungan dan kelengkapannya. Tenaga ahli utama bidang pelaksanaan pekerjaan sumber daya air selain mampu melaksanakan bidang keahlian pada ahli muda dan madya, diharuskan mampu melakukan bidang keahlian tambahan berupa kemampuan untuk mengendalikan :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 14

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Pelaksanaan pekerjaan bendungan : a. Pelaksanaan pekerjaan macam-macam type bendungan. b. Pelaksanaan pekerjaan bangunan pelengkap bendungan 2. Sistem dan pelaksanaan pekerjaan daerah irigasi dan kelengkapannya, yang meliputi : a. Pelaksanaan pekerjaan jaringan saluran pembawa. b. Pelaksanaan pekerjaan jaringan saluran pembuang. 3. Pelaksanaan pekerjaan bangunan irigasi dalam suatu sistem irigasi, yang meliputi : a. Pelaksanaan macam-macam bangunan irigasi. b. Pelaksanaan pekerjaan bangunan saluran pengendap sediment dan kelengkapannya. c. Pelaksanaan pekerjaan sistem pemberian air irigasi pada permukaan, diatas permukaan dan dibawah permukaan tanah. 4. Pelaksanaan pekerjaan bangunan pengamanan dan pengendalian sungai, meliputi : a. Proses dan metode pekerjaan bangunan pengamanan dan pengendalian sungai. b. Pelaksanaan pembangunan bangunan pengamanan dan pengendalian sungai. 5. Pelaksanaan Pekerjaan dinding penahan tanah dengan menggunakan tiang pancang/Sheet File. C.5. Ahli Utama Pelaksana Teknik Lingkungan Bidang layanan profesi meliputi pekerjaan pembuatan Instansi pengolahan Air Bersih kapasitas , > 50 l/det, Pengolahan limbah padat skala regional ( TPA ) dan limbah cair dengan pengolahan bangunan IPLT dan oksidation pond dengan system perpipaan, system drainase lingkungan perumahan dan permukiman skala regional dengan kelengkapan pendukungnya. Tenaga ahli Utama bidang pelaksanaan pekerjaan teknik lingkungan harus mampu mengendalikan dan melaksanakan pembangunan integrated system : 1. Tata cara dan metode serta proses pembangunan system Instalasi Air Bersih, Bangunan Limbah padat dan cair, System Drainase Lingkungan, meliputi pekerjaan : a. Penentuan jumlah dan kapasitas unit-unit serta tata letak bangunan instalasi. b. Penentuan anggaran biaya setiap unit pengolahan instalasi dan saluran drainase c. Penentuan jenis dan ukuran pipa serta fittings/accessories pada setiap unit-unit bangunan instalasi
HALAMAN 15

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

2.

Pembangunan pekerjaan pembuatan bangunan Instalasi air bersih, bangunan limbah padat dan cair dan system drainase lingkungan perkotaan Pekerjaan pembangunan ground reservoir iar bersih dengan kapasitas > 1000 m3 meliputi : a. pembuatan turap didinding penahan galian. b. Pengendali an pelaksanaan pemasangan perpipaan/fiting pada dinding bangunan reservoir Teknik

3.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 16

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

SERTIFIKASI
3.1. DEFINISI SERTIFIKASI

BAB 3

Sertifikasi adalah proses penilaian untuk mendapat pengakuan terhadap klasifikasi dan kualifikasi atas kompetensi dan kemampuan tenaga ahli pelaksana dibidang jasa konstruksi sesuai dengan yang tercantum didalam sertifikat atau lampirannya. Sertifikasi adalah proses KKS ( Klasifikasi, Kualifikasi, Sertifikasi ) yang dilakukan oleh Badan Sertifikasi ASTTI terhadap tenaga ahli pelaksana yang menjadi anggota ASTTI. Registrasi adalah proses pencatatan hasil sertifikasi dan pemberian nomor yang dilakukan oleh Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi Nasional ( LPJKN ) atas usulan BSAP ASTTI ( melalui DPP ASTTI). 3.2. LINGKUP SERTIFIKASI 3.2.1Penilaian / asesment atas pengetahuan dan pengalaman peserta / calon tenaga ahli oleh Assesor ASTTI yang didasarkan pada : Education & Body of Knowledge, Experience, Achievement. Serta pendukung yang terkait lainnya. 3.2.2Sertifikasi kepada perorangan dibedakan menurut klasifikasi dan kualifikasi yang disesuaikan dengan hasil asesment oleh BSAP ASTTI. 3.3 TUJUAN SERTIFIKASI a. b. c. d. e. Menunjang keberhasilan suatu proyek Sebagai acuan untuk industri konstruksi di Indonesia. Kemampunan untuk berkompetisi secara internasional. Pertanggung jawaban terhadap masyarakat Memenuhi persyaratan Undang Undang Republik Indonesia (UUJK No.18 Th.1999 dan PP No. 28 Th 2000) dan Kepres 80 tahun 2003 tentang pedoman pelaksana pengadaan barang / jasa pemerintah dan SK Men Kimpraswil No.257/KPTS/M/2005 tentang pengadaan jasa kontruksi.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 17

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

3.4

MANFAAT SERTIFIKASI KEAHLIAN Bagi diri sendiri : a. Peningkatan pengetahuan dan sikap dalam mengelola proyek konstruksi. b. Lebih mampu melaksanakan proyek sesuai dengan visi, misi, tujuan proyek. c. Sarana untuk meningkatkan jenjang karier dan memacu diri agar lebih profesional dan mencapai hasil pekerjaan yang berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan. d. Pengakuan secara Nasional atas kompetensinya. e. Peningkatan berkomunikasi dengan rekan seprofesi. Bagi Atasan: a. Peningkatan performance sehingga mampu berkompetensi secara global. b. Mengetahui tingkat profesionalisme tiap personil. c. Menempatkan personil pada tempat yang tepat karena mengetahui kompetensinya. Bagi penyedia jasa pelaksana konstruksi : a. Bukti atas standar kualifikasi profesionalisme personil tenaga kerja. b. Komitmen nyata atas profesi ahli pelaksana konstruksi. Bagi pengguna jasa / Pemilik proyek / pemberi tugas : a. Keyakinan untuk mendapatkan tenaga ahli pelaksana konstruksi yang professional. b. Mempunyai hubungan profesional antara pengguna dan penyedia jasa. Bagi ASTTI : a. Memenuhi keinginan anggota untuk melaksanakan standarisasi kemampuan didalam bidang ahli pelaksana konstruksi. b. Peningkatan tenaga ahli pelaksana konstruksi sebagai suatu profesi. c. Suatu langkah manuju pengakuan kesetaraan Internasional.

3.5

STANDAR DASAR PENDIDIKAN KEAHLIAN & MASA PENGALAMAN Ketentuan bagi Tenaga Ahli Pelaksana 1. Pendidikan minimal D3 dari perguruan tinggi yang terakreditasi. 2. Bidang studi yang sesuai dengan sub bidang keahlian yang diambil. 3. Bagi lulusan perguruan tinggi luar negeri, wajib melampirkan keputusan penyetaraan dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 4. Pengalaman kerja minimal 5 tahun di bidangnya untuk lulusan D3 dan 3 tahun untuk lulusan S1,S2 dan S3. 5. Bagi yang tidak memenuhi persyaratan kualifikasi dapat mengikuti pelatihan/ pembekalan untuk mencapai angka kredit minimal.
HALAMAN 18

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAKUAN KOMPETENSI
4.1. KOMPETENSI KEAHLIAN

BAB 4

Semua tenaga ahli pelaksana ASTTI perlu memiliki Kompetensi Umum dan Kompetensi keahlian khusus sesuai bidang/sub bidang/sub sub bidang yang dipilihnya. Bakuan Kompetensi Umum, terdiri dari substansi yang meliputi: U.1. Norma dan Etika Profesi U.2. Manajemen pelaksanaan proyek U.3. Profesional Keprofesian Bakuan Komptensi Khusus, terdiri dari : 1. 2. 3. 4. 5. AS 202 Bidang Sipil Struktur AS 306 Bidang Jalan AS 307 Bidang Jembatan AS 403 Bidang Sumber Daya Air AT 101 Bidang Teknik Lingkungan

4.2. KOMPETENSI KEAHLIAN KHUSUS ASTTI 4.2.1. Tabel Kode Tenaga Ahli Konstruksi : Tabel Kode tenaga ahli sesuai dengan Sertifikat Keahlian ASTTI:
Ahli Muda Sipil/ Pelaksana Struktur Sipil/Transportasi Pelaksana Jalan Sipil/Transportasi Pelaksana Jembatan Sipil/Sumber Daya Air Pelaksana Sumber Daya Air Tata Lingkungan Pelaksana Teknik Lingkungan AS 201 - AM AS 306 - AM AS 307 - AM AS 401 - AM AT 101 - AM Ahli Madya AS 201- AD AS 306 - AD AS 307 - AD AS 401 - AD AT 101 - AD Ahli Utama AS 201 - AU AS 306 - AU AS 307 - AU AS 401 - AU AT 101- AU

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 19

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

4.2.2. Bakuan Kompetensi Umum Unit Kompetensi U.1. MEMAHAMI NORMA UMUM DAN ETIKA PROFESI Elemen Kompetensi U.1. 1. Mampu Mengembangkan dan mewujudkan tanggungjawab dan kepedulian profesi tenaga teknik kepada Tuhan, Bangsa, Negara dan Masyarakat Internasional. Mampu Menjunjung Tinggi Falsafah Bangsa yaitu Pancasila U.1.1.1 Uraian Kegiatan Dapat menguraikan tanggung jawab profesi dalam melaksanakan tugas profesi sebagai tenaga teknik yang berakhlak baik dan berjiwa humanis. Dapat melakukan pengembangan sikap toleransi dalam menjalankan profesi keahlian terhadap seluruh lapisan masyarakat. Dapat melakukan pekerjaan dengan menjunjung rasa kesetiakawanan nasional dan rasa kepedulian sosial dan berusaha mendorong kewirausahaan dan kesejahteraan masyarakat menuju cita-cita Bangsa dan Negara. Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan wawasan kebangsaan yang kuat dan dengan sadar menumbuhkan kepercayaan diri membangun kemandirian Nasional dalam profesinya dan dalam mengembangkan kerjasama dengan masyarakat Internasional. Dapat melakukan pekerjaan dengan menjunjung tinggi kehormatan, martabat dan nilai luhur profesi. Dapat melakukan pekerjaan, hanya dalam batasan kompetensinya. Dapat melakukan pekerjaan dengan menjaga nama baik berdasarkan prestasi dan tidak bersaing secara curang.

U.1.1.2

U.1.2.

U.1.2.1

U.1.2.2

U.1.3.

Mampu Menghayati serta mematuhi Kode Etik Profesi Tenaga Ahli Teknik yang berlaku dan berdedikasi tinggi dalam bidang profesi sebagai Tenaga Ahli Konstruksi

U.1.3.1

U.1.3.2 U.1.3.3

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 20

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Unit Kompetensi

Elemen Kompetensi U.1.3.4

Uraian Kegiatan Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan kemampuan profesionalnya untuk kepentingan masyarakat. Dapat memberikan keterangan, pendapat atau pernyataan secara obyektif berdasarkan kebenaran dan dalam cakupan pengetahuannya. Dapat melakukan usaha pengembangan kemampuan diri secara profesional dan berkelanjutan. Dapat melaksanakan bantuan secara aktif dan mendorong rekan kerjanya untuk memajukan pengetahuan dan pengalaman mereka. Dapat menjelaskan peraturan perundangan yang berkait dengan dunia Jasa Konstruksi, yaitu UU 18/ 1999 dan Peraturan Pemerintah No.28, 29 dan 30/ 2000 Dapat melaksanakan peraturan perundangan yang berlaku. Dapat melakukan pengembangan pengetahuan yang berhubungan dengan pengaturan penyelenggaraan Konstruksi yang berlaku secara Nasional dan Global. Dapat melakukan penjadwalan melalui Metode yang benar dan mampu menerapkan teknik penjadwalan secara tepat. Dapat melakukan pengendalian pelaksanaan pekerjaaan sesuai dengan jadwal, persyaratan kerja dan spesifikasi teknis. Dapat melakukan pendalaman pengetahuan tentang spesifikasi teknik yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditangani.
HALAMAN 21

U.1.3.5 .

U.1.3.6 . U.1.3.7 .

U.2

MEMAHAMI MANAJEMEN PELAKSANAAN PROYEK

U.2.1.

Mampu menerapkan kaidah-kaidah peraturan perundangan yang berlaku.

U.2.1.1 .

U.2.1.2 . U.2.1.3 .

U.2.2.

Mampu Menguasai Manajemen Pengelolaan Proyek

U.2.2.1 . U.2.2.2 . U.2.2.3 .

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Unit Kompetensi

Elemen Kompetensi U.2.2.4 .

Uraian Kegiatan Dapat melakukan pekerjaan berdasar Metode Pelaksanaan yang benar dan melakukan pengawasan dan eveluasi pekerjaan yang telah dilaksanakan agar sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Dapat melakukan koordinasi penggunaan peralatan konstruksi serta alat bantu pekerjaan Dapat melakukan pengendalian dan koordinasi tenaga kerja pelaksana konstruksi. Dapat mengimplementasikan kearifan yang profesional dalam membuat keputusan dalam menjalankan tugas profesi. Dapat melakukan pekerjaan keahlian dalam bidang konstruksi secara kreatif dan Inovatif. Dapat melakukan pengembangan pengetahuan dalam kejuruan atau bidang keahlian yang terkait dan memupuk kerjasama antar kejuruan pada waktu bekerja dalam lingkungan pekerjaan.

U.2.2.5 . U.2.2.6 . U.3. MENGUASAI U.3.1. KETERAMPILAN PEKERJAAN PROFESIONAL Mampu Melaksanakan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. U.3.1.1 .

U.3.1.2 . U.3.1.3 .

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 22

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Unit Kompetensi

Elemen Kompetensi U.3.2. Mampu Mengemban tanggungjawab profesional atas tindakan dan karyanya. U.3.2.1 .

Uraian Kegiatan Dapat memperhitungkan risiko dan tanggung-gugat (liabilities) profesional, dan sanggup bertanggung jawab untuk itu. Dapat menerapkan dengan tepat persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja (K-3). Dapat melakukan tindakan pencegahan yang tepat dalam menangani pekerjaan yang berbahaya. Dapat menjelaskan dan melaksanakan kaidah-kaidah pencegahan dan penanganan bencana alam serta pemulihan akibatnya

U.3.2.2 . U.3.2.3 .

U.3.2.4 .

Di samping kompetensi umum seperti apa yang diuraikan di atas, maka bakuan kompetensi khusus bidang/sub bidang/ sub sub bidang di jabarkan melalui pendekatan Tabel RMCS

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 23

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

4.2.3. Bakuan Kompetensi Khusus 1. Bidang Pelaksana Sipil Struktur Kode Unit AS 202 Judul Unit Pelaksana Pekerjaan Sipil Struktur Uraian Unit Menguasai Keahlian Pelaksanaan Sipil Struktur Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 1. Mampu Melaksanakan Pekerjaan Sipil Struktur Bangunan Gedung (hunian, kantor, sekolah, kesehatan, toko/ perbelanjaan) Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan struktur bangunan gedung bertingkat rendah, menengah dan tinggi. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan jaringan utilitas bangunan gedung bertingkat rendah, menengah dan tinggi. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan finishing bangunan gedung bertingkat rendah, menengah dan tinggi dengan bahan yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bangunan gedung dengan memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan, kesehatan dan kenyaman pengguna. Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan struktur bangunan industri dengan bentang kecil, menengah dan lebar. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan jaringan utilitas bangunan industri dengan bentang kecil, menengah dan lebar dengan bahan yang sesuai dengan ketentuan dan peraturan. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan bangunan industri dengan memenuhi persyaratan keamanan, keselamatan, kesehatan dan kenyaman pengguna. Dapat mengendalikan untilitas bangunan industri.
HALAMAN 24

2. Mampu Melaksanakan Pekerjaan Sipil Struktur Bangunan Industri (pabrik, bengkel, gudang, workshop).

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Persyaratan Unjuk Kerja Mempunyai pengalaman dalam pekerjaan sekurang-kurangnya untuk 3 (tiga) bangunan gedung bertingkat rendah dalam 1 (satu) tahun atau 2 (dua) bangunan gedung bertingkat menengah dalam 2 (dua) tahun atau 1 (satu) bangunan hunian bertingkat tinggi dalam 3 (tiga) tahun. Menguasai metode dan proses pelaksanaan bangunan gedung bertingkat rendah, menengah dan tinggi. Menguasai karakteristik bahan yang digunakan untuk struktur dan utilitas bangunan. Mempunyai pengalaman dalam pekerjaan untuk 3 (tiga) bangunan industri bentang kecil dalam 1 (satu) tahun atau 2 (dua) bangunan industri dengan bentang menengah dalam 2 (dua) tahun atau 1 (satu) bangunan industri dengan bentang lebar dalam 3 (tiga) tahun. Menguasai metode dan proses pelaksanaan bangunan industri dengan bentang kecil, menengah dan lebar. Menguasai peraturan yang terkait dengan perancangan sistem bangunan industri. Acuan Penilaian Pendidikan minimal D3 Arsitektur dan Sipil dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Mengikuti pembekalan/pelatihan dan ujian tertulis yang dilaksanakan oleh asosiasi dan dinyatakan lulus. Untuk Ahli Muda : Bangunan gedung bertingkat rendah dan bangunan industri bentang kecil. (memenuhi angka kredit 15 s/d <35) Untuk Ahli Madya : Bangunan gedung bertingkat menengah dan bangunan industri bentang menengah. (memenuhi angka kredit 35 s/d <50) Untuk Ahli Utama : Bangunan bertingkat tinggi dan bangunan industri bentang lebar. (memenuhi angka kredit 50)

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 25

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

2. Bidang Pelaksana Jalan Kode Unit AS 306 Judul Unit Pelaksanaan Transportasi Uraian Unit Menguasai Keahlian Pelaksanaan Jalan Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Mampu Melaksanakan Pekerjaan Pembuatan dan Perawatan Jalan
Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan geometri jalan. Dapat mengendalikan pekerjaan dan Perawatan perkerasan jalan. Dapat melaksanakan koordinasi pekerjaan pembuatan dan Perawatan jalan yang melibatkan orang dan peralatan. Dapat mengendalikan pelaksanaan pembuatan dan Perawatan badan jalan dengan menggunakan prosedur dan peralatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan. Dapat mengendalikan pelaksanaan dengan cara dan metode pembuatan jalan sesuai dengan K3.

Persyaratan Unjuk Kerja Mempunyai pengalaman pekerjaan sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) proyek jalan lingkungan dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek jalan kabupaten dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek jalan propinsi/nasional dalam 3 (tiga) tahun. Menguasai metode dan proses pelaksanaan jalan. Menguasai karakter bahan yang digunakan untuk pekerjaan jalan. Menguasai peraturan yang terkait dengan pelaksanaan sistem jaringan jalan khususnya yang terkait dengan K3. Menguasai cara dan pengoperasian peralatan yang digunakan untuk pembuatan jalan. Acuan Penilaian Pendidikan minimal D3 Sipil dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Mengikuti pembekalan/pelatihan dan ujian tertulis yang dilaksanakan oleh asosiasi dan dinyatakan lulus.
HALAMAN 26

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Untuk Ahli Muda : Jalan lingkungan (memenuhi angka kredit 15 s/d <35) Untuk Ahli Madya : Jalan kabupaten (memenuhi angka kredit 35 s/d <50) Untuk Ahli Utama : Jalan propinsi/nasional (memenuhi angka kredit 50)

3. Bidang Pelaksana Jembatan Kode Unit AS 307 Judul Unit Pelaksanaan Transportasi Uraian Unit Menguasai Keahlian Pelaksanaan jembatan Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja Mampu Melaksanakan Pekerjaan Pembuatan dan Perawatan Jembatan
Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan Perawatan jembatan bagian bawah Dapat mengendalikan pekerjaan jembatan bagian atas Dapat melakukan koordinasi pekerjaan pembuatan dan perawatan jembatan yang melibatkan orang dan peralatan. Dapat mengendalikan pembuatan jembatan dengan menggunakan prosedur dan peralatan yang sesuai dengan ketentuan peraturan. Dapat mengendalikan pelaksanaan dengan cara dan metode pembuatan jembatan sesuai dengan K3.

Persyaratan Unjuk Kerja Mempunyai pengalaman pekerjaan untuk 1 (satu) proyek jembatan < 10m dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek jembatan < 30 m dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek jembatan > 30 m dalam 3 (tiga) tahun. Menguasai metode dan proses pelaksanaan jembatan Menguasai karakter bahan yang digunakan untuk pekerjaan jembatan. Menguasai peraturan yang terkait dengan pelaksanaan jembatan khususnya yang terkait dengan K3. Menguasai cara dan pengoperasian peralatan yang digunakan untuk pembuatan jembatan. Acuan Penilaian Pendidikan minimal D3 Sipil dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Mengikuti pembekalan/pelatihan dan ujian tertulis yang dilaksanakan oleh asosiasi dan dinyatakan lulus.
HALAMAN 27

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Untuk Ahli Muda : jembatan < 10 m (memenuhi angka kredit 15 s/d <35) Untuk Ahli Madya : jembatan < 30 m (memenuhi angka kredit 35 s/d <50) Untuk Ahli Utama : jembatan > 30 m (memenuhi angka kredit 50)

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 28

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

4. Bidang Pelaksana Sumber Daya Air Kode Unit AS 403 Judul Unit Pelaksanaan Bangunan Sumber Daya Air Uraian Unit Menguasai Keahlian Pelaksanaan Bangunan Sumber Daya Air Kriteria Unjuk Kerja Sub Kompetensi Dapat menjelaskan gambar kerja 1. Mampu Melaksanakan Dapat mengendalikan pelaksanaan Pekerjaan Bendung

pembuatan dan perawatan bendung Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pelengkap pada bendung (Bangunan pembagi dan boox tertier) Dapat melaksanakan metode dan proses pembuatan dan pemeliharaan bendung dengan memperhatikan K3. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan pembuatan dan pemeliharaan saluran irigasi. Dapat mengendalikan pelaksanaan pekerjaan dan pemeliharaan bangunan sadap pada jaringan irigasi. Dapat melaksanakan metode dan proses pembuatan dan perawatan saluran irigasi dengan memperhatikan K3. Dapat mengendalikan pelaksanaan pembuatan dan perawatan bendungan Dapat melakukan koordinasi pekerjaan pembuatan dan perawatan bendungan yang melibatkan orang dan peralatan. Dapat melaksanakan metode proses pembuatan dan perawatan bendungan dengan memperhatikan K3.

2.

Mampu Melaksanakan Pekerjaan Saluran Irigasi

3.

Mampu Pekerjaan Bendungan

Melaksanakan

Persyaratan Unjuk Kerja Mempunyai pengalaman pekerjaan sekurang-kurangnya untuk 1 (satu) proyek bendung dan irigasi dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek bendung dan jaringan irigasi dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) proyek bendungan dalam 3 (tiga) tahun. Menguasai metode dan proses pelaksanaan struktur bangunan sumber daya air dengan skala kecil, menengah dan besar. Menguasai karakter bahan yang digunakan untuk struktur bangunan sumber daya air. Menguasai peraturan yang terkait dengan pelaksanaan sistem bangunan sumber daya air khususnya yang terkait dengan K3. Menguasai cara dan pengoperasian peralatan yang digunakan untuk bangunan sumber daya air.
HALAMAN 29

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Acuan Penilaian Pendidikan minimal D3 Sipil dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Mengikuti pembekalan/pelatihan dan ujian tertulis yang dilaksanakan oleh asosiasi dan dinyatakan lulus. Untuk Ahli Muda : Bendung dan saluran irigasi (memenuhi angka kredit 15 - <35) Untuk Ahli Madya : Bendung dan jaringan irigasi (memenuhi angka kredit 35 - <50) Untuk Ahli Utama : Bendungan (memenuhi angka kredit 50)

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 30

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 31

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

5. Bidang Pelaksana Teknik Lingkungan Kode Unit AT 101 Judul Unit Pelaksanaan Pekerjaan Teknik Lingkungan Uraian Unit Menguasai Keahlian Pelaksanaan Pekerjaan Teknik Lingkungan Sub Kompetensi Kriteria Unjuk Kerja 1. Mampu Melaksanakan Pekerjaan Pembuatan dan perawatan bangunan Pengolahan air bersih

2.

Mampu Melaksanakan Pekerjaan Pembuatan dan perawtan bangunan Pengolahan limbah Cair

Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat melaksanakan koordinasi pekerjaan pembuatan dan perawatan system bangunan pengolahan air bersih. Dapat melaksanakan pengukuran ketinggian unit-unit bangunan pengolahan pekerjaan dan perawatan instalasi pengolahan air bersih. Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan perawatan bangunan dengan menggunakan proses dan metode yang telah ditentukan mulai dari Intake air baku sampai dengan bangunan instalasi pengolahan air bersih. Dapat melaksanakan dan mengendalikan pekerjaan unit-unit bangunan pengolahan dengan memperhatikan K3 Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat melaksanakan koordinasi pekerjaan pembuatan dan perawatan system bangunan pengolahan limbah cair Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan perawatan bangunan dengan menggunakan proses dan metode yang telah ditentukan mulai dari saluran pembuang dari rumah sampai dengan bangunan instalasi pengolahan air kotor dan bangunan-bangunan pada saluran pelayanan air kotor Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan perawatan unit-unit bangunan pengolahan air limbah domestic ( septic tank ), septic tank komunal, IPLT dan system perpipaan integrated ( sewerage system). Dapat melaksanakan mengendalikan pekerjaan unit bangunan pengolahan dengan memperhatikan K3

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 32

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

3.

Mampu melaksanakan Pekerjaan Pembuatan dan perawatan bangunan Pengolahan limbah padat (persampahan)

4.

Mampu melaksanakan Pekerjaan pembuatan dan perawatan bangunan drainase lingkungan perumahan dan permukiman

Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan koordinasi pekerjaan pembuatan dan perawatan system bangunan pengolahan air limbah padat domestic ( septic tank ), komunal ( TPS), dan system integrated ( TPA). Dapat melaksanakan dan mengendalikan dan perawatan pekerjaan system instalasi pengolahan limbah cair (leachet). Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan perawatan system perpipaan pengolahan padat & leachet Dapat melaksanakan mengendalikan pekerjaan unit bangunan pengolahan dengan memperhatikan K3

Dapat menjelaskan gambar kerja Dapat mengendalikan pekerjaan pembuatan dan perawatan bangunan saluran drainase lingkungan perumahan dan permukiman. Dapat melaksanakan dan mengendalikan pekerjaan system drainase perumahan dan permukiman. Dapat melaksanakan dan mengendalikan pekerjaan system drainase perumahan dan permukiman Dapat melaksanakan mengendalikan pekerjaan unit bangunan pengolahan dengan memperhatikan K3

Persyaratan Unjuk Kerja Mempunyai pengalaman pekerjaan sekurang-kurangnya untuk 2 (dua) pekerjaan pembuatan septik tank dan pengolahan limbah komunal dalam 1 (satu) tahun atau 1 (satu) pekerjaan pembuatan unit pengolah air bersihr dalam 3 (tiga) tahun atau 1 (satu) pekerjaan pembuatan saluran drainase lingkungan perumahan/prmukiman dalam 3 (tiga) tahun. Mengusai metode dan proses pekerjaan pelaksanaan bidang teknik lingkungan dengan skala kecil menengah dan besar Mengusai spesifikasi material yang digunakan untuk pekerjaan pelaksanaan bidang teknik lingkungan Mengusai peraturan yang terkait dengan pelaksanaan system penyedian air bersih, pengolahan limbah cair dan padat, drainase lingkungan perumahan dan permukiman
HALAMAN 33

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Mengusai cara dan pengoperasian peralatan yang digunakan untuk proses pekerjaan pelaksanaan bidang teknik lingkungan

Acuan Penilaian Pendidikan minimal D3 Sipil/Teknik Lingkungan dari Perguruan Tinggi yang terakreditasi. Mengikuti workshop dan ujian tertulis yang dilaksanakan oleh asosiasi dan dinyatakan lulus. Untuk Ahli Muda : instalasi pengolahan air bersih sederhana dari sumber mata air sumur bor pengolahan dengan kapasitas 20 l/det atau lebih pengolahan limbah cair/drainase lingkungan perumahan skala kecil (memenuhi angka kredit 15 - <35) Untuk Ahli Madya : unit-unit instalasi air bersih pengolahan lengkap skala menengah ( kapasitas < 50 l/det) pengolahan limbah cair/padat (persampahan) skala menengah dengan system open daumping dan saluran drainase lingkungan perumahan dan permukiman skala menengah (memenuhi angka kredit 35 - <50) Untuk Ahli Utama : unit-unit instalasi air bersih pengolahan lengkap dengan skala besar > 50 l/det pengolahan limbah padat (persampahan) skala besar dengan system sanitary landfill pengolahan air kotor lengkap dengan integated system dan system drainase perkotaan (memenuhi angka kredit 50)

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 34

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

SISTEM PENILAIAN
5.1. PENILAIAN PORTOFOLIO Sistem penilaian untuk mencapai kualifikasi keahlian ditentukan dari jumlah akumulasi nilai kredit yang diperoleh, yang disusun berdasarkan di bawah ini :

BAB 5

1.

Pendidikan Bidang teknologi (Terkait dengan pelaksanaan Konstruksi) Bobot Total 20 %, terdiri dari :

1.

2.

Pendidikan Formal ( bobot 15 % ) S3 S2 S1 D3

: Nilai 85 : Nilai 70 : Nilai 50 : Nilai 35

Pendidikan Non formal ( Bobot 5 % ) Kursus International > 50 Jam : Nilai 20 Kursus International < 50 Jam : Nilai 15 Kursus Nasional > 50 Jam : Nilai 10 Kursus Nasional < 50 jam : Nilai 5 Bidang pengalaman Kerja terkait bidang pelaksana

2.

konstruksi Bobot Total 75 %, terdiri dari :


HALAMAN 35

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. 1. 2. 3. 4. 5.

Frekuensi / Masa Kerja (Bobot 15 %) > 10 Th : Nilai 80 7 tahun - < 10 tahun : Nilai 60 4 tahun - < 7 tahun : Nilai 40 2 tahun - < 4 tahun : Nilai 20 < 2 tahun : Nilai 10

b. Jabatan di Proyek (Bobot 15 %) Proyek Manager Site Manager Tenaga Ahli Supervisor Kepala Pelaksana Pelaksana

: Nilai 80 : Nilai 65 : Nilai 50 : Nilai 35 : Nilai 20 : Nilai 5

c. Tingkat kesulitan (Bobot 15 %) Sangat Tinggi Tinggi Menengah Rendah Sangat rendah d. Uji Tulis / Pembekalan (15%) Penguasaan Materi > 90% Penguasaan Materi > 80% - 90% Penguasaan Materi > 70% - 80% Penguasaan Materi > 60% - 70% Penguasaan Materi > 50% - 60% e. Penilaian Self Asesment (15 %) ** Baik Sekali Baik Cukup Kurang Kurang Sekali

: Nilai 50 : Nilai 40 : Nilai 30 : Nilai 20 : Nilai 10 : Nilai 50 : Nilai 40 : Nilai 30 : Nilai 20 : Nilai 10 : Nilai 50 : Nilai 40 : Nilai 30 : Nilai 20 : Nilai 10

3.

Kegiatan Penunujang terkait bidang pelaksana jasa Konstruksi Bobot Total 5 %, terdiri dari :

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 36

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

4.

5. 6. 7.
8. b.

Tulisan /Karya Ilmiah (Bobot 3 %) Seminar Internasional : Nilai 50 Seminar Regional : Nilai 40 Seminar Nasional : Nilai 30 Seminar Lokal : Nilai 20 Seminar Lokal Tidak Dipublikasikan : Niali 10 Aktivitas lain yang terkait (Bobot 2 %) Penghargaan Internasional Penghargaan Nasional Pengurus Profesi Internasional Pengurus Profesi Nasional (a) Pengurus Profesi Nasional (b) Instruktur Diklat Lokakarya Internasional Instruktur Diklat Lokakarya Nasional Anggota Profesi Internasional Anggota Profesi Nasional Anggota Profesi Nasional Peserta seminar Inetrnasional Peserta Seminar Nasional Peserta Seminar Lokal Pengalaman Mengajar di Perguruan Tinggi Pengalaman Mengajar di Kursus/Pelatihan : Nilai 50 : Nilai 25 : Nilai 40 : Nilai 20 *) : Nilai 10 *) : Nilai 30 : Nilai 15 : Nilai 20 : Nilai 10 *) : Nilai 5 *) : Nilai 15 : Nilai 10 : Nilai 5 : Nilai 10 : Nilai 5

Catatan:

*) a : Asosiasi Profesi Terakreditasi b: Asosiasi Profesi Belum/Tidak Terakreditasi **) Penilaian self-assesment ditentukan dalam Sidang Assesor

5.2. TINGKAT KESULITAN PEKERJAAN Tingkat Kesulitan Pekerjaan dinilai berdasarkan data di bawah ini: 1. Nilai Proyek (Pekerjaan) > 100 Milyar Rupiah > 50 - 100 Milyar Rupiah > 10 50 Milyar Rupiah > 1 10 Milyar Rupiah > 100 Juta 1 Miliar Rupiah 100 Juta Rupiah 2. Lokasi Proyek (Pekerjaan) Pedalaman
PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

Nilai 60 Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 20 Nilai 10

Nilai 50
HALAMAN 37

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Desa Kabupaten Ibu Kota Provinsi Ibu Kota 3. Jenis Proyek (Pekerjaan) Bangunan > 10 Lt - > 27 M < 10 Lt - < 27 M < 5 Lt - < 19 M Jalan dan Jembatan Provinsi/ Nasional > 30 M Kabupaten 10 - 30 M Lingkungan < 10 M Jalan Rel dan Jembatan Kereta Api Dataran Tinggi > 30 M Dataran Rendah 10 - 30 M Perbaikan < 10 M Sumber Daya Air Bendungan Bendung dan Jaringan Bendung dan Saluran Irigasi Teknik Lingkungan Unit Pengolahan Air Bersih Unit Pengolahan Limbah Cair Unit Pengolahan Limbah Padat Drainase 4. Lama Proyek (Pekerjaan) > 5 tahun 1 tahun 5 tahun < 1 Th 5. Standar Proyek (Pekerjaan) Internasional Standar Nasional Indonesia Bebas Tingkat kesulitan : Sangat Tinggi Tinggi Menengah Rendah Sangat Rendah = = = = =

Nilai 40 Nilai 30 Nilai 20 Nilai 10

Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 Nilai 20

Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30

Nilai 50 Nilai 40 Nilai 30 > 250 > 200 - 250 > 150 - 200 > 100 - 150 100

5.3. HASIL AKHIR KOMPETENSI


HALAMAN 38

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

1. Jika hasil penilaian / score akhir yang dicapai lebih tinggi dari kualifikasi yang diajukan, maka kepada pemohon yang bersangkutan diberikan pilihan / ditawarkan untuk mendapatkan sertifikat sesuai dengan nilai / score akhirnya ( upgrade ) dan diharuskan menambah kekurangan biaya sertifikasinya sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan atau tetap pada kualifikasi sesuai dengan permohonannya. 2. Jika hasil penilaian / score akhir yang dicapai lebih rendah dari kualifikasi yang diajukan, maka kepada pemohon yang bersangkutan diberikan pilihan / ditawarkan untuk tetap pada kualifikasi sesuai dengan permohonannya dengan diberi kesempatan untuk melengkapi kekurangan persyaratan hingga mencapai nilai / score yang cukup sesuai dengan ketentuan atau mengganti kualifikasi sesuai nilai / score akhir yang dicapai ( down grade ) dan ASTTI mengembalikan selisih pembayaran biaya sertifikasinya.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 39

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 6

SISTEM DAN PROSEDUR SERTIFIKASI


PERMOHONAN SERTIFIKAT KEAHLIAN KELENGKAPAN DOKUMEN SERTIFIKAT TIDAK BANDIN G

ANGGOTA ASTTI

VERIFIKASI & VALIDASI KELENGKAPAN DOKUMEN PEMOHON

YA PROSES BANDING

MEMENUHI SYARAT ADMINISTRA

LENGKAPI DOKUMEN & PERSYARATAN TIDAK

TIM BANDING INTERNAL ASTTI

YA PEMBEKALAN KODE ETIK & TATA LAKU PROFESI

PEMERIKSAAN & EVALUASI ASESOR TIDAK

TIDAK

PEMBEKALA N/ PELATIHAN YA

TIDAK

MEMENUH I SYARAT KUALIFIKA YA PROSES PENERBITAN SERTIFIKASI OLEH BSAP ASTTI

YA UJIAN PEMBEKALAN/ PELATIHAN TEKNIS LULUS

YA UJIAN ULANGA TIDAK PROSES SERTIFIKASI KEAHLIAN DITANGGUHKAN

TIDAK

DIBERI NOMOR REGISTRASI OLEH LPJKN

DICATAT & DISIMPAN DI PUSAT

DITERBITKAN SERTIFIKAT KEAHLIAN (SESUAI KUALIFIKASI)

SERTIFIKAT DIAMBIL OLEH PEMOHON

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 40

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

6.2. PERSYARATAN PEMOHON: Untuk mendapatkan sertifikasi ASTTI pemohon sertifikat harus : Anggota ASTTI dengan pendidikan terakhir minimal 5 Tahun untuk D III, 3 Tahun untuk S I/, S II/ S III. 2. Berstatus anggota ASTTI dan tercatat di sekretariat ASTTI Pusat. 3. Telah melunasi iuran anggota selama 3 ( tiga ) tahun mulai masa berlakunya KTA sampai dengan saat mengajukan permohonan sertifikasi ataupun telah melunasi iuran anggota seumur hidup bagi yang berusia 56 tahun keatas. 4. Membayar formulir permohonan dan biaya sertifikasi sesuai dengan aturan yang berlaku.
1.

6.3. PERMOHONAN SERTIFIKASI / APLIKASI Permohonan sertifikasi , aplikasi untuk mendapatkan sertifikat disampaikan kepada BSA ASTTI dengan kelengkapannya. Berkas Permohonan tersebut disertai dengan lembar petunjuk dan kelengkapannya masing-masing antara lain : 1. Surat Permohonan Sertifikasi 2. Berkas Biodata Anggota Pemohon Sertifikasi 3. Daftar Bukti/Referensi yang diajukan 4. Tambahan Informasi untuk dievaluasi 5. Formulir pengisian sendiri (self assesment)/kompetensi profesional anggota pemohon sertifikasi Formulir tersebut di atas dapat diperoleh di sekertariat DPD ASTTI setiap provinsi di Indonesia. Penyampaian berkas pemohon aplikasi tersebut di atas diserahkan kepada Sekretariat DPP ASTTI Komp. Mekar Wangi Jalan Mekar Makmur No. 38 A. Setiap hari kerja pukul 08.00 s/d 16.00 (kecuali hari libur). 6.4. PROSES SERTIFIKASI Pemohon membeli, mendaftar dan mengisi Formulir Sertifikasi (Biodata Pemohon Sertifikasi) serta melengkapinya dengan data penunjang yang dipersyaratkan 2. Pemohon menyerahkan Formulir Sertifikasi yang sudah diisi lengkap ke Penyelenggara Sertifikasi Daerah ( PSD ) di DPD ASTTI setempat, untuk selanjutnya diserahkan ke BSAP ASTTI untuk diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3. PSD di DPD ASTTI setempat mengevaluasi Formulir Sertifikasi yang diterima lengkap untuk selanjutnya menyelenggarakan pembekalan, uji tulis dan wawancara dilakukan penilaian portofolio oleh tim penilaiDPD ASTTI setempat kemudian menyerahkan kepada Tim Penilai BSAP ASTTI. 4. Tim penilai dari DPD ASTTI setempat memeriksa berkas permohonan sertifikasi dan melakukan uji (tulis dan wawancara) yang dilanjutkan dengan penilaian portofolio 1.
PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009 HALAMAN 41

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Seluruh berkas lengkap beserta hasil penilaiannya diserahkan kepada BSAP ASTTI di Bandung untuk difinalisasi oleh Tim Penilai Pusat. 6. Tim Penilai Pusat melakukan uji lanjutan di DPD ASTTI bagi pemohon yang mengajukan kualifikasi Madya dan Utama. 7. BSAP melakukan pencetakan sertifikat setelah seluruh berkas mendapat rekomendasi dari Tim Penilai Pusat. 8. Setelah ditanda tangani oleh Ketua Umum DPP ASTTI dan diparaf oleh Ketua BSAP ASTTI, Sertifikat diserahkan kepada LPJK Nasional untuk diberikan Nomor Registrasi dan ditandatangani oleh Badan Pelaksana LPJK Nasional. 5. 6.5. METODE SERTIFIKASI Metode yang digunakan untuk proses sertifikasi di lingkungan Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia ( ASTTI ) adalah sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Pembekalan Pre Test ( passing grade ) Klarifikasi Data Penilaian Portofolio Uji Tulis ( teknis ) Wawancara ( teknis ) Presentasi - untuk kualifikasi Muda, Madya, Utama - untuk kualifikasi Muda, Madya, Utama - untuk kualifikasi Muda, Madya, Utama - untuk kualifikasi Muda, Madya, Utama - untuk kualifikasi Madya, Utama - untuk kualifikasi Madya, Utama - untuk kualifikasi Utama

6.6. PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI 1. Penyelenggaraan Sertifikasi dilakukan di masing-masing daerah dengan memberikan jadual sebelumnya kepada BSAP ASTTI paling lambat 5 ( lima ) hari sebelum waktu penyelenggaraan 2. BSAP ASTTI akan mengirimkan petugasnya ke daerah untuk mengawasi penyelenggaraan sertifikasi 3. Waktu dan tempat penyelenggaraan sertifikasi ditentukan oleh Penyelenggara Sertifikasi Daerah bersama-sama dengan DPD ASTTI 6.7. MASA BERLAKU SERTIFIKAT, PERPANJANGAN DAN PERUBAHAN KUALIFIKASI 1. (Tiga) tahun. 2. Sertifikat Keahlian berlaku selama 3 dapat mengajukan untuk periode berikutnya

Anggota permohonan perpanjangan masa berlaku didasarkan atas data yang paling mutahir.

3.

Anggota dapat mengajukan permohonan perubahan kualifikasi sertifikat untuk periode berikutnya, meski masa waktu berlaku sertifikasi belum habis, minimal 6 ( enam ) bulan sejak diterbitkan sertifikat sebelumnya dengan dilengkapi data kompetensi yang bersangkutan dan dilakukan penilaian serta pengujian kembali
HALAMAN 42

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

4.

Perpanjangan SKA dapat disertai pengujian dan penilaian kembali sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam keahlian tersebut. Perpanjangan dan Peningkatan kualitas sertifikat dikenakan biaya sesuai dengan ketentuan.

5.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 43

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 7

BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASTTI


7.1. STRUKTUR ORGANISASI DPP ASTTI STRUKTUR ORGANSISASI DPP ASTTI, DEWAN BANDING INTERNAL DAN BADAN SERTIFIKASI SERTIFIKASI ASTTI

DEWAN PERTIMBANGAN ASTTI

DEWAN PENGURUS PUSAT ASTTI

DEWAN BANDING INTERNAL


ASTTI

BADAN SERTIFIKASI SERTIFIKAT ASTTI

7.1.1. Secara organisasi, Badan Sertfikasi dan Dewan Banding Internal dibentuk dengan surat keputusan DPP ASTTI. 7.1.2. Secara operasional, baik BSAP ASTTI maupun Dewan Banding Internal, bebas dari campur tangan dan intervensi DPP ASTTi: a. Ketua Umum, Sekretaris Umum dan Bendahara Umum DPP ASTTI tidak menduduki jabatan apapun di BSAP ASTTI dan Dewan Banding Internal b. Susunan Dewan Banding Internal ASTTI tidak menduduki jabatan apapun baik pada DPP ASTTI maupun BSAP ASTTI
HALAMAN 44

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

7.1.3 Pengurus dan pengelola BSAP ASTTI diambil dari seluruh stakeholder: a. b. c. d. Akademisi Praktisi Pengguna Jasa Penyedia Jasa

7.1.4 Susunan Dewan Banding Internal ASTTI, diambil dari berbagai kalangan yang dapat dijamin objektifitas dank e-netralan-nya.

7.2. STRUKTUR ORGANISASI BSA-PUSAT STRUKTUR ORGANISASI BADAN SERTIFIKASI SERTIFIKAT ASTTI

KETUA BSA

DEWAN BANDING

WAKIL

SEKRETARIS WAKIL SEKRETARIS

ASESOR

SUPERVISOR

PENYELENGGAR A SERTIFIKAT

VERIFIKATO R

VALIDATOR

DATA BASE

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 45

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

7.3. BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN (BSA) 7.3.1. BENTUK ORGANISASI Berdasarkan surat keputusan LPJKN nomor 71 Tahun 2001 penyelenggara sertifikasi dilakukan oleh Badan sertifikasi Asosiasi (BSA) yang dibentuk oleh DPP ASTTI. BSA harus bersifat mendiri dan independen. BSA harus mempunyai seperangkat yang berfungsi sebagai berikut : a. b. c. d. Pengelola system/pemutus Administratur penyelenggaraan Sertifikasi Penilai atau Assesor Dewan Banding Internal

Pada tatanan organisasi ASTTI pada tingkat pusat dibentuk BSA-P oleh DPP ASTTI BSA-P memiliki perangkat yang berfungsi sebagai : a. Pengelola sistem secara Nasional b. Penilai atau Assesor c. Penyelenggara Sertifikasi Daerah Fungsi pengelola sistem dilakukan dan menjadi tanggung jawab ketua BSA-P yang dibantu oleh sekretaris umum dan didukung oleh tim ahli. Sekretaris umum disamping bertanggung jawab atas tugas kesekretariatan BSA-P juga bertanggung jawab untuk mengajukan registrasi pada LPJKN Sedang fungsi penilai atau Assesor dilakukan oleh ketua pelaksana sertifikasi dengan dibantu oleh Verifikator dan pemutus/penilai serta didukung oleh sekretaris pelaksana yang bekerja bersama-sama sebagai tim penilai. Verifikator/Validator adalah Tenaga-tenaga yang bekerja dalam tim verifikasi yang diberi kepercayaan dan kewenangan serta bertanggung jawab dalam melakukan verifikasi dan keabsahan data pemohon sertifikat berdasarkan klasifikasi / kualifikasi. Pemutus adalah Tenaga-tenaga yang bekerja dalam tim pengambil keputusan yang diberi kepercayaan dan wewenang serta tanggung jawab untuk memberikan keputusan final penetapan klasifikasi / kualifikasi sebagai produk dari tim penilai (asesor) di pusat. Sekretaris pelaksana adalah disamping tugas kesekretariatan juga bertanggng jawab untuk melakukan koordinasi entri data registrasi pada database.

Penyelenggara Sertifikasi Daerah adalah anggota BSAP yang berasal dari daerah masing-masing provinsi yang diusulkan oleh DPD dengan
PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009 HALAMAN 46

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

persyaratan seperti dijelaskan pada bagian 7.3.4. dari bab ini dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan sertifikasi di daerahnya. 7.3.2. BADAN SERTIFIKASI ASOSIASI PUSAT Badan Sertifikasi Asosiasi Profesi Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia Pusat atau disebut BSAP-ASTTI adalah satuan kerja tetap yang dibentuk dengan keputusan DPP ASTTI, yang dilengkapi dengan data riwayat hidup personil. 7.3.3. KETENTUAN BSAP-ASTTI 1. BSAP-ASTTI merupakan badan bersifat independen, mandiri dan dalam melaksankan tugasnya secara objektif dan tidak dapat dipengaruhi oleh siapapun, termasuk DPP ASTTI. 2. BSAP-ASTTI adalah satuan kerja tetap yang dipilih dan ditetapkan oleh DPP ASTTI dan bertanggung jawab kepada Ketua Umum ASTTI. 3. BSAP-ASTTI memiliki perangkat yang mencerminkan pembagian atas fungsi-fungsi : 1. Pengelola Sistem 2. Administratur Penyelenggara Sertifikasi 3. Penilai atau Asesor 4. Dewan Banding Internal 4. BSAP-ASTTI wajib memiliki catatan lengkap yang dikelola dalam system database yang memuat pengalaman kerja setiap anggota yang telah diberi SKA, agar dapat dijadikan rujukan bagi siapapun yang memerlukannya. Data tersebut harus menggambarkan tingkat kompleksitas pekerjaan jasa konstruksi serta tingkat keterlibatan anggota yang bersangkutan dalam pekerjaan jasa konstruksi tersebut. 5. BSAP-ASTTI wajib membuat laporan secara berkala minimum 6 (enam) bulan sekali kepada DPP ASTTI 7.3.4. PERSYARATAN KOMPETENSI PENGURUS / KEANGGOTAAN BSAP-ASTTI Persyaratan kelayakan kompetensi dan kemampuan personil untuk mengelola proses untuk fungsi-fungsi dalam BSAP-ASTTI adalah sebagai berikut : a. Anggota ASTTI dan tercatat di sekretariat ASTTI pusat b. Mempunyai integritas tinggi dalam menjaga harkat dan martabat keprofesiannya.
HALAMAN 47

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

c. Diakui kepakaran dan senioritasnya serta dapat memberikan pertimbangan yang adil dan benar. d. Bebas dari tekanan yang dapat mempengaruhi hasil proses sertifikasi. e. Kompeten dan memahami proses Klasifikasi, Kualifikasi dan Sertifikasi (KKS) f. Mampu melakukan penilaian berdasarkan kriteria standar. g. Memiliki sifat ingin tahu, tekun, cermat, objektif dan jujur dalam melakukan penilaian. h. Memiliki keterampilan sosial dan dapat berkomunikasi dengan jelas, baik tertulis maupun lisan. i. Lulusan Perguruan Tinggi teknik Strata I (SI) dang mempunyai pengalaman dengan minimal pengalaman 10 (sepuluh) tahun di bidang profesi yang bersangkutan. j. Memiliki kemampuan menguji dan mengetahui bidang keahlian pelaksana teknik. k. Bersedia mematuhi semua kode etik anggota BSA dengan membuat surat pernyataan diatas materai. 7.3.5. PERANGKAT PENYELENGGARA SERTIFIKASI a. Pengelola Sistem, sebagai penanggung jawab keseluruhan atas pelaksanaan sertifikat secara nasional, termasuk bagian administrasi dan system informasinya sekurang-kurangnya harus berpendidikan S1 (Strata 1) dengan pengalaman minimum 5 (lima) tahun 1 bidang profesi yang bersangkutan. b. Administratur penyelenggara sertifikasi, sebagai penangung jawab atas pelaksanan pemeriksaan data atau berkas permohonan tenaga kerja sekurang-kurangnya harus memiliki pendidikan SLTA dan telah berpengalaman di bidang administrasi sejenis selama 3 (tiga) tahun, untuk sementara yang bersangkutan diangkat berdasarkan Surat Keputusan DPP ASTTI dengan memperhatikan kemampuan bersangkutan dalam sistem mutu, teknik penilaian, fungsi keorganisasian, komunikasi dan pengarahan dalam manjemen, pengelolaan audit serta pengawasan pasca sertifikasi. 7.3.6. KODE ETIK ANGGOTA BSA Pengurus / anggota BSAP ASTTI harus Mentaati Kode Etik yang ada sebagai berikut : a. Bertindak jujur adan adil berlandaskan pada moral, norma, etika dan profesionalisme untuk menghasilkan penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan. b. Bagi tim penilai dan tim banding internal harus memberikan informasi kepada pengelola system tentang adanya hubungan dengan pihak yang dinilai, bila hubungan tersebut diperkirakan akan dapat mempengaruhi objektivitas penilaian sebelum melaksanakan penilaian terhadap pemohon.
HALAMAN 48

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

c. Dalam melaksanakan tugasnya, pengurus / anggota BSA tidak boleh meminta atau menerima secara langsung maupun tidak langsung pemberian dalam bentuk apapun juga dari pihak yang akan dinilai atau pengaju banding yang dapat mempengaruhi penilaian mereka. d. Pengurus / anggota BSA tidak boleh membeberkan tentang temuan atau informasi yang diperoleh dalam melaksanakan penilaian kecuali ada ijin tertulis dari pihak yang dinilai atau pengaju banding. e. Tidak akan bertindak dengan cara apapun yang merugikan reputasi atau kepentingan system sertifikasi yang dimiliki oleh BSAP ASTTI. 7.4. TIM PENILAI ATAU ASESOR sebagai penanggung jawab atas pelaksanaan penilaian dan pengambilan keputusan pemberian sertifikat harus memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1. Diakui sebagai professional dalam bidang keahlian atau keterampilan yang akan dinilai. 2. Mempunyai integritas tinggi dalam menjaga norma dan etika keprofesionalannya. 3. Mempunyai dasar pendidikan yang relevan dan mempunyai pengalaman kerja pada bidangnya sekurang-kurangnya 15 (lima belas) tahun. 4. Diakui kepakaran dan senioritas serta dapat memberikan pertimbangan yang adil dan benar. 5. Dapat memenuhi komitmen waktu, tenaga dan pikiran dalam melaksanakan tugasnya. 6. Menanda tangani pernyataan kepatuhan kepada Kode Etik dan Banding Internal. 7.5. DEWAN BANDING INTERNAL, Sebagai penangung jawab proses penerimaan dan pengambilan keputusan atas pengajuan banding harus memenuhi kriteria serbagai berikut : a. b. c. d. e. Mempunyai Integritas tinggi dalam menjaga norma dan etika keprofesiannya. Mempunyai dasar pendidikan yang sesuai dan mempunyai pengalaman kerja pada bidangnya sekurang-kurangnya 20 (dua puluh) tahun. Dapat memenuhi komitmen waktu, tenaga dan pikiran dalam melaksanakan tugasnya. Diakui kepakaran dan senioritas serta dapat memberikan pertimbangan yang adil dan benar. Menandatangani Surat Pernyataan kepatuhan kepada Kode Etik.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 49

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

7.6. KODE ETIK DEWAN BANDING INTERNAL. Dewan Banding Internal harus Menaati Kode Etik Penilai Dan Dewan Banding Internal sebagai berikut : a. b. c. Bertindak Jujur dan adil berlandaskan pada moral, norma, dan etika profesionalisme untuk menghasilkan penilaian yang dapat dipertanggung jawabkan. Memberikan informasi kepada pengelola sistem tentang adanya hubungan dengan pihak yang dinilai, bila hubungan tersebut diperkirakan akan mempengaruhi objektivitas penilaian. Dalam melaksanakan penilaian dewan banding internal tidak boleh meminta atau menerima secara langsung maupun tidak langsung pemberian dalam bentuk apapun juga dari pihak yang dinilai atau mengaju banding yang dapat mempengaruhi penilaian mereka. Tim Penilai atau dewan banding internal tidak boleh meminta atau memberikan hasil pertemuan atau informasi yang diperoleh dalam melaksanakan penilain kepada pihak manapun, kecuali dengan ijin tertulis dari pihak yang dinilai atau pengaju banding. Tidak bertindak dengan cara apapun yang merugikan reputasi atau kepentingan sistem sertifikasi yang dimiliki oleh BSAP-ASTTI.

d.

e.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 50

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

KETENTUAN HAK BANDING DAN ADVOKASI


8.1. DEWAN BANDING INTERNAL :

BAB 8

Dewan banding Internal secara organisasi bertanggung jawab pada DPP ASTTI, namun dalam pelaksanaan pekerjaannya terlepas dari campur tangan atau intervensi DPP ASTTI (merupakan badan idependen). 8.2. KETENTUAN HAK BANDING 1. Banding dapat digunakan oleh pemohon yang merasa tidak sepakat dan dirugikan oleh hasil resmi penilaian Tim Penilai dalam waktu kurang dari 30 (Tiga Puluh) hari Kalender sejak hasil resmi tersebut diumumkan, khususnya yang menyangkut perbedaan substansi yang dinilai. 2. Hal-hal yang menyangkut perbedaan persepsi penilaian tidak dapat diajukan dalam proses banding. 3. Banding hanya dapat diajukan secara tertulis kepada Ketua Badan Sertifikasi Asosiasi yang kemudian akan meneruskannya ke Dewan Banding. 4. Pengajuan Banding harus disertai dengan uraian jelas dari keberatan dan keinginan Pemohon. 5. Dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari kalender sejak Banding diajukan secara resmi, Banding sudah harus diselesaikan. Artinya, dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari kalender, Dewan Banding sudah selesai bersidang, menyampaikan rekomendasi hasilnya ke Ketua Badan Sertifikasi Asosiasi untuk disyahkan, dan hasilnya disampaikan oleh Badan Sertifikasi Asosiasi kepada Pemohon. 6. Banding dianggap diterima jika Badan Sertifikasi Asosiasi tidak mampu menyelesaikan kasus Banding tersebut dalam waktu 30 (Tiga Puluh) hari kalender. 7. Keputusan Badan Sertifikasi Asosiasi terhadap hasil Banding tidak dapat diganggu gugat. 8. Banding dikenakan Biaya Banding yang besarnya sesuai dengan ketentuan. Biaya banding yang dibayarkan oleh Pemohon sebelumnya. Biaya Banding akan dikembalikan penuh jika Banding diterima. Sebaliknya Biaya Banding tidak akan dikembalikan jika Banding ditolak.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 51

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

8.3. TIM ADVOKASI Dalam usaha memberi perlindungan kepada Anggota Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI), pemilik Sertifikat yang mendapat masalah/kesulitan dalam menjalankan profesinya, sehingga kemungkinan pemilik Sertifikat dapat dikenakan sanksi baik Administrasi, Profesi maupun Pidana sesuai ketentuan Undang-undang. Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) membentuk Tim Advokasi. Tugas Tim Advokasi memberi perlindungan Hukum kepada Anggota Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) pemilik Sertifikat dalam menjalankan profesinya. Rincian tugas Tim Advokasi akan ditetapkan lebih lanjut oleh Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (DPP ASTTI).

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 52

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 9

SISTEM PENGAWASAN DAN SANKSI


9.1. SISTEM PENGAWASAN Pengawasan dapat dilakukan oleh Dewan Kehormatan Anggota ASTTI dan/atau laporan pengguna jasa lainnya. Pengawasan juga dapat dilakukan melalui pemeriksaan laporan Penyedia Jasa Asing yang mempekerjakan TPKWNA. Pengawasan oleh masyarakat dapat dilakukan dengan melaporkan kepada ASTTI bila ditemui tenaga kerja yang tidak memiliki SKA pada penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Semua laporan yang disampaikan atas adanya penyimpangan dan/atau pelanggaran profesi wajib diperlakukan secara rahasia. ASTTI dapat melaporkan kepada instansi yang berwenang atau atasan pemimpin organisasi penyelenggaraan pekerjaan konstruksi bilamana dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi tersebut ditemukan Pengguna jasa membiarkan adanya tenaga kerja yang tidak memiliki SKA sesuai dengan yang dipersyaratkan dalam peraturan perundang-undangan. Dalam pemeriksaan pada organisasi penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, petugas yang diberi kewenangan dapat menanyakan dan memeriksa tenaga kerja yang dipekerjakan dalam pekerjaan konstruksi yang bersangkutan; Pemeriksaan dilakukan dengan mencocokkan pekerjaan yang dilakukan dengan yang tertera dalam SKA, dan dalam hal pemeriksaan dilakukan oleh Asosiasi Perusahaan maka hanya diizinkan untuk memeriksa kepemilikan SKA.

9.2. SANKSI 9.2.1. KATEGORI SANKSI Sanksi kepada pemegang SKA diputuskan oleh Dewan Pertimbangan DPP ASTTI dan atau Dewan Kehormatan Anggota ASTTI. Sanksi kepada pemegang SKA dikenakan apabila terbukti tidak mematuhi dan memenuhi Kode Etik dan Tatalaku Profesi dan ketentuan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, yang terdiri atas: 1. Peringatan Pertama dikenakan kepada pemegang SKA yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kriteria Sanksi I. 2. Peringatan Kedua, dikenakan kepada pemegang SKA yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kriteria Sanksi II.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 53

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

3. Peringatan Ketiga atau pembatasan kegiatan, dikenakan kepada pemegang SKA yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kriteria Sanksi III dan yang bersangkutan diberikan sanksi masa percobaan selama 3 (tiga) bulan. 4. Pembekuan SKA dikenakan kepada pemegang SKA yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kriteria Sanksi IV dan yang bersangkutan dilarang melaksanakan pekerjaan konstruksi selama 3 (tiga) bulan. 5. Pencabutan SKA dikenakan kepada pemegang SKA yang melakukan pelanggaran sebagaimana dimaksud dalam Kriteria Sanksi V dan yang bersangkutan dilarang melakukan kegiatan profesi jasa konstruksi di seluruh wilayah Indonesia.

9.2.2. KRITERIA SANKSI A. Kriteria Sanksi I untuk Peringatan Pertama : a. Pemegang SKA dengan sengaja melakukan permalsuan dokumen dalam permohonan SKA. b. Pemegang SKA menggunakan SKA orang lain atau SKA miliknya digunakan oleh orang lain. c. Kriteria Sanksi II untuk Peringatan Kedua d. Pemegang SKA telah menerima Peringatan Pertama, namun dalam waktu 30 (tiga puluh) hari belum juga mengindahkan isi peringatan tersebut. B. Kriteria Sanksi ll untuk Peringatan Ketiga Pemegang SKA telah menerima Peringatan Kedua, namun dalam waktu 30 (tiga puluh) hari belum juga mengindahkan isi peringatan tersebut, atau Pemegang SKA dalam kurun waktu I (satu) tahun melakukan pelanggaran kembali dengan mendapatkan Peringatan Pertama. C. Kriteria Sanksi III untuk Pembekuan SKA a. Pemegang SKA yang mendapatkan sanksi masa percobaan mendapat Surat Peringatan Pertama kembali. b. Pemegang SKA dalam kurun waktu 1 (satu) tahun melakukan pelanggaran kembali dengan mendapatkan Surat Peringatan Ketiga. D. Kriteria sanksi IV untuk Pencabutan SKA a. Pemegang SKA telah mendapat Surat Pembekuan untuk kedua kalinya. b. Pemegang SKA keluar dari ASTTI

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 54

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BIAYA SERTIFIKASI
Sehubungan dengan sertifikasi anggota ASTTI yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara profesional dan independen, maka keperluan biaya harus benar-benar dapat dijadikan proses sertifikasi berjalan sesuai dengan tujuan. Biaya ini diperlukan untuk semua kegiatan persiapan operasional kesekretariatan, biaya penilaian biaya akreditasi serta pemberian informasi-informasi kepada anggota yang terkait dengan sertifikasi serta pengembangan pengetahuan mengenai Jasa Konstruksi. 10.1. PERINCIAN BIAYA Adapun pemohon sertifikasi akan dikenakan biaya administrasi sebagaimana tertera pada tabel di bawah ini meliputi :

BAB 10

a. Pemohon sertifikasi akan dikenakan biaya administrasi yang disahkan melalui Surat Keputusan DPP ASTTI, sebagimana tertera pada table terlampir b. Pemohon yang inigin mengajukan banding akan dikenakan biaya banding.Biaya banding ini akan dikembalikan kepada pemohon jika pengajuan bandingnya diterima oleh tim banding. Sebaliknya biaya banding tidak akan dikembalikan jika pengajuan bandingnya ditolak oleh tim banding. c. Beban pajak ditanggung oleh pemohon sehingga merupakan tambahan biaya dari biaya sertifikasi yang ditetapkan oleh BSAP ASTTI

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 55

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 11

KODE ETIK DAN TATA LAKU PROFESI

Pada dasarnya seorang Ahli Pelaksana Jasa Konstruksi dapat mempunyai kemampuan dan keahlian profesinya adalah berkat usahanya di samping adanya Rahmat dan Karunia dari Tuhan Yang Maha Esa. Setiap usaha dan tindakan harus selalu siap untuk bertanggungjawab kepada Tuhan Yang Maha Esa disamping kepada pihak lain yang berkepentingan yaitu kepada Pemberi Tugas sesama Rekan seprofesi, sesama Rekan Ahli Profesi lain, Pemerintah, masyarakat dan lingkungan disamping kepada dirinya Sendiri. Ahli Pelaksana Jasa Konstruksi adalah profesi yang berupaya dengan akal dan rasa, dengan sikap dan perbuatan untuk mendapatkan hasil kerja yang optimum dan serasi dalam penggunaan sumber-sumber daya dan dana, melalui suatu proses pembangunan seperti yang dikehendaki dalam batas waktu kuantitas kualitas dan biaya. Pelaksana Jasa Konstruksi adalah profesi yang didalam menjalankan tugasnya, selalu bertindak untuk dan atas nama pemberi tugas dan merupakan tumpuan kepercayaan Pemberi Tugas sehingga pelaksanaan proyek berjalan tertib sesuai dengan batasan permintaan dengan kendala-kendala yang telah dikonfirmasikan persetujuanya oleh pihak Pengguna Jasa/Pemberi Tugas. Untuk menjamin pelaksanaan tugas yang dimulai ini dengan sebaik-baiknya maka disusunlah ketentuan dasar Kode Etik dan Tata Laku Profesi yang wajib dipenuhi dan dilaksanakan oleh Anggota Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI). 11.1. KODE ETIK 1. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sebagai dasar Fundamental untuk mewujudkan manusia yang berjiwa Pancasila serta memiliki kesadaran Nasional yang tinggi, tunduk kepada perundang-undangan & peraturan yang berlaku serta menghindarkan diri dari perbuatan melawan hukum. 2. Tanggap terhadap kemajuan & senantiasa memelihara serta meningkatkan Kemampuan Teknis, Mutu, Keahlian & Pengabdian profesinya seiring dengan perkembangan teknologi. 3. Penuh rasa tanggung jawab serta selalu berusaha untuk meningkatkan pemahaman mengenai teknologi dan penerapannya yang tepat sebagai tuntutan dari keprofesionalan. 4. Disiplin serta berusaha agar pekerjaan yang dilaksanakannya dapat berdaya guna dan berhasil guna melalui proses persaingan yang sehat serta menjauhkan diri dari praktek/tindakan tidak terpuji yang mengakibatkan kerugian pihak lain.
HALAMAN 56

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

5. Adil, Tegas, Bijaksana dan Arif serta Dewasa dalam membuat keputusankeputusan keteknisan dengan berpedoman kepada Keselamatan, Keamanan, Kesehatan, Lingkungan, serta Kesejahteraan Masyarakat. Setiap anggota Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia (ASTTI) wajib selalu bersikap bertingkah laku dan bertindak berdasarkan etika umum seorang ahli pelaksana Jasa Konstruksi. 11.2. TATA LAKU PROFESI Setiap anggota ASTTI wajib mentaati dan melaksanakan Tata Laku Profesi bagi anggota Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia ASTTI. 1. Menjunjung tinggi kehormatan, kemulian dan nama baik profesi tenaga ahli pelaksana jasa konstruksi dalam hubungan kerjanya, baik dengan pihak pemberi tugas sesama rekan seprofesi sesama rekan Ahli profesi lain, pemerintah dan masyarakat. 2. Bertindak jujur adil lugas dan transparan dengan penuh dedikasi dalam memberikan pelayanaan baik kepada pengguna jasa maupun penyedia jasa lainya tampa merugikan para stake holder lain termasuk pemerintah dan masyarakat. 3. Saling bertukar pengetahuan dalam bidang keahlian secara wajar dengan sesama rekan seprofesi dan/atau ahli profesi lainnya. 4. Selalu meningkatkan pengertian dan apresiasi masyarakat terhadap profesi ahli pelaksana jasa konstruksi profesionalisme pada khususnya dan profesi lain pada umumnya sehingga masyarakat dapat lebih menghayati peran dan hasil karya profesional ahli pelaksana jasa konstruksi. 5. Menghormati prinsip-prinsip pemberian imbalan jasa yang wajar layak dan memadai bagi para ahli pelaksana jasa konstruksi profesional pada khususnya dan ahli-ahli lain pada umumnya. 6. Menghargai dan menghormati reputasi profesi rekan pelaksana jasa kontruksi profesional pada khususnya serta rekan ahli lain pada umumnya sesuai perjanjian kerja yang berhubungan dengan profesi masing-masing. 7. Mendapatkan tugas berdasarkan standar keahlian kemampuan dan standar kompetensi secara profesional tanpa melalui jalan-jalan yang tidak wajar antara lain dengan cara menawarkan komisi atau mempergunakan pengaruh yang tidak pada tempatnya. 8. Bekerjasama sebagai pelaksana jasa konstruksi hanya dengan sesama rekan seprofesi tenaga ahli dan/atau rekan ahli profesional lain yang memiliki integritas yang tinggi.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 57

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

9. Dalam melaksanakan tugasnya seorang pelaksana jasa konstruksi harus selalu menjaga etika profesi terutama dalam bertindak sebagai tumpuan kepercayan pemberi tugas. 10. Seorang Anggota ASTTI, dianggap tidak melaksanakan tugasnya secara profesional bilamana : 10.1. Membocorkan dan/atau menyebarluaskan hal-hal yang bersifat pribadi dan rahasia bagi para pengguna jasa/pemberi tugas tanpa seijin yang bersangkutan. 10.2. Menerima pekerjaan dimana pekerjaan tersebut (Technical unqualified Job) secara teknis tidak memenuhi persyaratan. 10.3. Melakukan pekerjaan dan/atau mempunyai perjanjian dengan pihak lain yang dapat menggangu objektifitas dan indepedensinya dilihat dari kepentingan pengguna jasa/pemberi tugas. 10.4. Tidak membicarakan dan menyepakati terlebih dahulu dengan pihak pengguna jasa/pemberi tugas tentang besaran dan perhitungan imbalan jasa bagi tenaga ahlinya maupun biaya-biaya lain. 10.5. Melakukan hal-hal yang merendahkan harkat dan martabat sebagai pelaksana Pasa Konstruksi.

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 58

ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

BAB 12

PENUTUP
12.1.1.1.1.1.1. Hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Pedoman ini, akan diatur lebih lanjut oleh Badan Sertifikasi Keahlian Asosiasi Tenaga Teknik Indonesia ( BSA ASTTI ) 12.2. Dengan ditetapkannya Pedoman ini, maka semua peraturan atau keputusan BSA ASTTI yang mengatur tentang proses Sertifikasi yang bertentangan dengan pedoman ini dinyatakan tidak berlaku 12.3. Pedoman Umum Sertifikasi Keahlian dan Bakuan Kompetensi Tahun 2009 ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Pada tanggal : Bandung Januari 2009

BADAN SERTIFIKASI KEAHLIAN ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Ir. Moch. Ichwan N. E.


KETUA

Ir. Ade Rustiaman


SEKRETARIS

Mengetahui, DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI TENAGA TEKNIK INDONESIA

Deddy Adhiyaksa
KETUA UMUM

PEDOMAN UMUM SERTIFIKASI KEAHLIAN & BAKUAN KOMPETENSI TAHUN 2009

HALAMAN 59

Anda mungkin juga menyukai