Anda di halaman 1dari 14

dhgt251665408fLayou tInCell1fAllowOverlap1 fBehindDocument0fHi dden0fLayoutInCell1

MECONIUM ASPIRATION SYNDROME


TUGAS KEPERAWATAN ANAK

12/15/2011

DISUSUN OLEH : AFRIAN CALVIN MURNIZAWATI


dhgt251666432fLayoutInCell1fAllowOverlap1fBehindDocument0fHidden0f LayoutInCell1

A. PENGERTIAN Mekonium ditinggal oleh bayi. kombinasi enzim dari pankreas, adalah suatu zat sisa yang Zat-zat tersebut adalah rambut janin, garam empedu, dan getah kelenjer usus, serta

feses janin dan air ketuban. Berwarna hijau kehitaman.

Aspirasi meconium adalah aspirasi dari cairan amnion yang berisi mekonium pada trakhea janin atau bayi baru lahir saat di dalam uterus atau saat bernafas pertamakali.

B. ETIOLOGI Cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Mekonium dapat keluar (intra uterin) bila terjadi stress/kegawatan intra uterin Peningkatan aktivitas usus bayi. Usia kehamilan lebih dari 40 minggu Kesulitan dalam melahirkan, komplikasi tali pusat

C. PATOFISIOLOGI Asfiksia dan berbagai bentuk stress intra uterin dapat meningkatkan

peristaltik usus janin disertai relaksasi spinter ani eksterna sehingga terjadi pengeluaran meconium ke cairan amnion. Saat bayi dengan asfiksasi menarik nafas (gasping) baik intero maupun selama persalinan, terjadi aspirasi cairan amomium yang bercampur mekonium kedalam saluran nafas. Mekonium yang tebal mengakibatklan obstruksi jalan nafas, sehingga terjadi gawat nafas. Sindroma ini biasanya terjadi pada infant full-term. Mekonium ditemukan pada cairan amnion dari 10% dari keseluruhan neonatus, mengindikasikan beberapa tingkatan aspiksia dalam kandungan. Aspiksia mengakibatkan peningkatan peristaltik intestinal karena kurangnya oksigenasi aliran darah membuat relaksasi otot spincter anal sehingga mekonium keluar. Mekonium tersebut terhisap saat janin dalam kandungan. Aspirasi mekonium menyebabkan obstruksi jalan nafas komplit atau partial dan vasospasme pulmonary. Partikel garam dalam mekonium bekerja seperti detergen, mengakibatkan luka bakar kimia pada jaringan paru. Jika kondisi berkelanjutan akan terjadi pneumothoraks, hipertensi pulmonal persisten dan pneumonia karena bakteri. Dengan intervensi yang adekuat, gangguan ini akan membaik dalam beberapa hari, tetapi angka kematian mencapai 28% dari seluruh kejadian. Prognosis tergantung dari jumlah mekonium yang teraspirasi, derajat infiltrasi paru dan tindakan suctioning yang cukup. Suctioning termasuk aspirasi dari nasofaring selama kelahiran dan juga suctioning langsung pada trachea melalui selang endotracheal setelah kelahiran jika mekonium ditemukan.

D. MANIFESTASI KLINIS 1. Umumnya bayi post term, kecil masa kehamilan dengan kuku panjang dan kulit terwarnai oleh mekonium menjadi kuning kehijauan dan

terdapat mekonium pada cairan ketuban. 2. Caiaran ammonium berwarna kehijauan dapat jernih maupun kental 3. Tanda sindrom gangguan pernafasdan mulai tampak dalam 24 jam pertama setelah lahir. 4. Kadang-kadang terdengar ronchi pada kedua paru dan mungkin terlihat empishema atau atelektasis. 5. Kesulitan benafas saat lahir 6. Retraksi 7. Takhipnea 8. Sianosis 9. Frekwensi denyut jantung rendah sebelum dilahirkan

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan lab. Analisa gas darah : untuk melihat kemungkinan terjadinya asidosis Laringoskopi : dengan alat ini dokter akan memeriksa pita suara bayi untuk melihat apakah pita suara tersebut ternodai oleh mekonium Foto thoraks Ventilasi mekanik : untuk menjaga agar paru bayi tetap mengembang

F. Asuhan Keperawatan I.Pengkajian Pengkajian fisik ; riwayat antenatal ibu Stress intra uterin Status infant saat lahir Full-term, preterm, atau kecil masa kehamilan Apgar skor dibawah 5 Terdapat mekonium pada cairan amnion Suctioning, rescucitasi atau pemberian therapi oksigen

Pulmonarry Disstress pernafasan dengan gasping, takipnea (lebih dari 60 x pernafasan per menit), grunting, retraksi, dan nasal flaring Peningkatan suara nafas dengan crakles, tergantung dari jumlah mekonium dalam paru Cyanosis Barrel chest dengan peningkatan dengan peningkatan diameter antero posterior (AP)

II.Diagnosa Keperawatan 1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas pulmonary dan neuromuskular, penurunan energi dan kelelahan 2. Resiko tingi insufisiensi pernafasan berhubungan dengan aspirasi mekonium 3. Koping keluarga yang tidak efektif berhubungan dengan kecemasan, rasa bersalah dan kemungkinan perawatan jangka panjang III.Intervensi No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ Kriteria Hasil 1. Pola nafas tidak efektif Tujuan : Pasien berhubungan imaturitas dan kelelahan penurunan dengan dapat pulmonary mempertahankan energi dan secara adekuat. Kriteria Hasil: Jalan nafas tidak terhambat Pernafasan bayi dapat memberikan
1. Berikan 1. Berikan

Intervensi

Rasional

posisi untuk mengoptima lkan pertukaran udara

posisi prone jika memungkin kan, dimana posisi ini membantu oksigenasi, mentolerir lebih baik terhadap feeding, dan

neuromuskular, oksigenasi

oksigen yang adekuat bagi tubuh dan mengeluarkan karbondioksida Pola dan frekuensi nafas sesuai dengan umur dan berat badan bayi Hasil analisa gas darah dan keseimbangan asam basa ada pada batas normal sesuai dengan umur dan berat badan bayi Oksigenasi jaringan adekuat
2. Observasi

lebih memberikan kenyamanan saat tidur Berikan posisi supinasi dengan leher ektensi dan hidung yang memungkin kan untuk bersin untuk mencegah penyempitan jalan nafas. dan kaji respon infant terhadap ventilasi dan therapy oksigen
3. Observasi

deviasi fungsi nafas, seperti tanda grunting,

cyanosis, nasal flaring, apnea


4. Suction

untuk mengeluarka n akumulasi mukus dari nasofaring, trachea dan saluran endotrakheal
2.

Resiko tingi insufisiensi Tujuan: pernafasan berhubungan dengan mekonium aspirasi 1. Mencegah dan mengeluarkan mekonium yang teraspirasi pada saat lahir atau setelahnya

1. Observasi

1. Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulas i infant jika ditemukan mekonium untuk mencegah aspirasi lebih lanjut

kebutuhan akan suctioning nasofaring saat kepala bayi lahir.

2. Lakukan

2. Prosedur ini dilakukan sebelum menstimulas

suction pada trakhea infant

dengan selang endotrakhea l setelah kelahiran.

i infant jika ditemukan mekonium untuk mencegah aspirasi lebih lanjut

3. Berikan

istirahat dan ketenangan pada infant

3. Menangis atau agitasi dapat meningkatka n tekanan intra thorakal, menyebabka n pneumothor ax

Koping keluarga yang Tujuan : tidak berhubungan dan perawatan panjang efektif Meminimalkan dengan kecemasan, rasa

1. Kaji ekpressi verbal dan non verbal, perasaan dan pengguna an e koping mekanism

1. Data tersebut diperlukan untuk membantu perawat untuk membang un koping yang konstruktif

kecemasan, rasa bersalah bersalah dan kemungkinan memberikan jangka dukungan selama krisis situasi.

pada keluarga 2. Anjurkan orangtua mengungk apkan perasaann ya tentang keadaan sakit anaknya, perawatan yang lama, dan prosedur yang dilakukan pada anaknya. 3. Berikan informasi yang konsisten dan akurat tetang kondisi dan perkemba ngan 3. Informasi akan menurunk an kecemasa n terhadap keadaan bayinya. 2. Verbalisasi membantu memperta hankan rasa percaya, menurunk an tingkat kecemasa n orangtua dan meningkat kan keterlibata n orangtua

bayinya, perawatan di masa yang akan datang, dan potensial problem pernafasa n 4. Anjurkan keluarga berkunjun g, an perawatan bila mungkin ikut memberik 4. Kunjungan, komunikas i pada perawatan infant membantu proses bounding 5. Beberapa infant membutuh kan bantuan ventilator 5. Informasik an kepada orangtua tentang kebutuhan setelah pulang dan 6. Rujukan setelah pulang rumah ke dan partisipasi

intruksikan prosedur yang penting saat rumah. 6. Rujuk orangtua pada perawat komunitas dan informasikan tentang fasilitas kesehatan yang bisa dihubungi di

memberikan support kepada keluarga untuk keadaan bayinya. terus mengontrol

DAFTAR PUSTAKA Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis, Edisi 6. Jakarta : EGC. Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC Mansjoer Arief. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta: FKUI. Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Jakarta : Bina Pustaka Nonim. 2007. Sepsis. Akses internet di
http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-1uyr3qilmiahpopular.doc

Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses internet di
http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum

Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di


http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

Nelson. 1993. Ilmu Kesehatan Anak. Bagian 2. Jakarta: EGC. Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadismelayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.html

Nurcahyo. 2000. Sepsis Neonatorum. Akses internet di


http://www.indonesiaindonesia.com/images_greenish/misc/navbits_finallink.gif

Vietha. 2008. Askep pada Sepsi Neonatorum. Akses internet di


http://viethanurse.wordpress.com/2008/12/01/askephttp://74.125.153.132/search?q=cache:Gn2on57wjAEJ:healthblogmeconium.blogspot.com/ +aspirasi+meconium&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id http://74.125.153.132/search? q=cache:8Ndv6eSSGfsJ:yunus6500.blogspot.com/2009/01/meconium-aspiration-syndromemas.html+aspirasi+meconium&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id http://74.125.153.132/search? q=cache:64VQWkawGjMJ:www.rafani.co.cc/2009/08/meconium-aspirationsyndrome.html+aspirasi+meconium&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id

Anda mungkin juga menyukai