Anda di halaman 1dari 41

BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Masalah Lansia adalah suatu proses menua atau aging yang bersifat alamiah dan tidak dihentikan karena sudah menjadi protap sel dalam tubuh (Gallo, 1998). Seiring bertambahnya usia sistem tubuh mengalami penurunan kinerja setiap tahun dimulai dari usia 45 tahun. Salah satu gangguan yang cukup sering terjadi pada usia lanjut adalah gangguan neurologik. Disamping sebagai akibat fisiologik karena proses menua, berbagai proses patologik juga ikut berperan. Namun, sering tidak jelas kapan atau pada derajat gangguan mana pemisahan antara proses menua dan proses patologik tersebut terjadi. Sebagai contoh adalah adanya defisit memori yang sering terdapat pada usia lanjut yang tidak selalu sebagai akibat penyakit alzheimer, akan tetapi sering terdapat sebagai akibat proses menua yang normal. Salah satu penyakit neurologik yang paling umum adalah stroke. Stroke disebabkan oleh penyumbatan plak pada pembuluh darah di otak yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada tubuh. Stroke merupakan masalah utama pada negara maju. Stroke merupakan penyebab kematian kedua terbanyak dan penyebab utama kcacatan pada usia dewasa akhir. Di amerika serikat ada 500 ribu populasi yang terserang stroke baru dan 200 ribu serangan ulang pertahun. Dari seluruh kematian di negara-negara industri, 10-12% disebabkan oleh stroke dan sekitar 88% kematian akibat stroke terjadi pada usia lanjut diatas 65 tahun (Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia, 2009). Hal ini lah yang melatarbelakangi penulis dalam membuat asuhan keperawatan pada klien lansia dengan gangguan neurologik: Stroke.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang penulis angkat adalah : Bagaimana asuhan keperawatan lansia pada klien dengan gangguan neurologik : Stroke.

C. Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui asuhan keperawatan lansia pada klien dengan gangguan neurologik : Stroke.

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Definisi Gerontologi berasal dari bahasa Latin yaitu geros berartilanjut usia dan logos berarti ilmu. Gerontologi merupakan cabang ilmu yang mempelajari proses menua dan masalah yang terjadi pada lanjut usia. Keperawatan gerontik atau keperawatan gerontologik adalah spesialis keperawatan lanjut usia yang menjalankan peran dan tanggung jawabnya terhadap tatanan pelayanan kesehatan dengan menggunakan ilmu pengetahuan, keahlian,

keterampilan, teknologi, dan seni dalam merawat untuk meningkatkan fungsi optimal lanjut usia komprehensif (Gallo, 1998). Geriatri berasal dari bahasaa latin yaitu geros berarti lanjut usia dan eatriea berarti kesehatan atau medis. Geriatri merupakan cabang ilmu kedokteran berfokus pada masalah kedokteran, yaitu penyakit yang timbul pada lanjut usia (Black & Jacob, 1997). Keperawatan geriatric merupakan praktik keperawatan berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987). Definisi usia lanjut dalam beberapa literatur yaitu : 1. Smith dan Smith (1999), menggolongkan usia lanjut menjadi tiga, yaitu :young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85 tahun). 2. Setyonegoro (1984), menggolongkan bahwa yang disebut usia lanjut (geriatric age) adalah orang yang berusialebih dari 65 tahun. Selanjutnya terbagi kedalam usia 70-75 tahun (young old), 75-80 tahun (old), dan lebih dari 80 tahun (Very old). 3. Menurut Bab I pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut, lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Jadi dapat kita simpulkan bahwa lansia adalah tahap akhir siklus hidup manusia, yang merupakan bagian dari proses kehidupan yang tak dapat dihindarkan dan akan di alami oleh setiap individu. Pada tahap ini individu mengalami banyak perubahan baik secara fisik maupun mental, khususnya kemunduran dalam berbagai fungsi dan kemampuan yang pernah dimilikinya. Perubahan penampilan fisik sebagian dari proses penuan normal, seperti rambut yang mulai memutih, kerut-kerut ketuaan di wajah, berkurangnya ketajaman panca indera, serta kemunduran daya tahan tubuh, merupakan acaman bagi integritas orang usia lanjut. Belum lagi mereka harus berhadapan dengan kehilangan-kehilangan peran diri, kedudukan sosial, serta perpisahan dengan orang-orang yang dicintai.Semua hal tersebut menuntut
2

kemampuan beradaptasi yang cukup besar untuk dapat menyikapi secara bijak (Soejono, 2000).

B. Batasan- batasan Lanjut Usia : 1. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ada empat tahapan yaitu : a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2. Menurut Prof. DR. Ny. Sumiati Ahmad Mohammad (Alm.), Guru Besar Universitas Gajah Mada Fakultas Kedokteran, periodesasi biologis perkembangan manusia dibagi menjadi : a) Masa bayi (Usia 0-1 tahun) b) Masa prasekolah (Usia 1-6 tahun) c) Masa sekolah (Usia6-10 tahun) d) Masa pubertas (10-20 tahun) e) masa setengah Umur, prasenium (Usia 40-65 tahun) f) Masa lanjut usia, senium (Usia >65 tahun).

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani, psikolog dari Universitas Indonesia, kedewasaan dibagi empat bagian : a) Fase iuventus (Usia 25-40 tahun) b) Fase Verilitas (Usia 49-50 tahun) c) Fase prasenium (Usia 55-65 tahun) d) Fase senium ( Usia 65 tahun hingga tutup usia)

4. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro, Sp.Kj., batasan usia dewasa sampai lanjut usian dikelompokkan menjadi : a) Usia dewasa muda (elderly adulthood) usia 18 atau 20-25 tahun b) Usia dewasa penuh (middle years) atau maturitas usia 25-60 atau 65 tahun c) Lanjut usia (geriatric age) usia >65 atau 70 tahun, terbagi atas : 1) Young old (usia 70-75 tahun) 2) Old (usia 75-80 tahun)
3

3) Very old (usia >80 tahun)

5. Menurut Bee (1996), bahwa tahapan masa dewasa adalah sebagai berikut : a) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun) b) Masa dewasa awal (usia 25-40 tahun) c) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun) d) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun) e) Masa dewasa sangat lanjut (usia >75 tahun)

6. Menurut Hurlock (1979), perbedaan lanjut usia ada dua tahap : a) Early old age (usia 60-70 tahun) b) Advanced old age (usia >70 tahun)

7. Menurut burnise (1979), ada empat tahap lanjut usia yaitu : a) Young old (usia 60-69 tahun) b) Middle age old (usia 70-79 tahun) c) Old-old (usia 80-89 tahun) d) Very old-old (usia >90 tahun)

8. Menurut Undang-undang nomor 13 tahun 1998 Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

9. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro pengelompokkan lanjut usia sebagai berikut : a) Usia dewasa muda (Elderly adulthood) : 18 atau 20-25 tahun. b) Usia dewasa penuh (Middle year) atau maturitas : 25-60 atau 65 tahun. c) Lanjut usia (Geriatric Age) lebih dari 65 atau 70 tahun. d) Terbagi untuk umur 75-80 tahun (Old) dan lebih dari 80 tahun (Very Old).

10. Menurut Sumber lain, mengemukakan : a) Elderly (usia 60-65 tahun) b) Junior old age (usia >65 -75 tahun) c) Formal old age (usia >75-90 tahun) d) Longevity old age (usia>90-120 tahun).
4

C. Perubahan-perubahan yang Terjadi pada Lansia Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia menurut Nugroho (2000) yaitu : 1. Perubahan-perubahan fisik yang terjadi pada lansia diakibatkan oleh terjadinya proses degeneratif yang meliputi : a) Sel terjadi perubahan menjadi lebih sedikit jumlahnya dan lebih besar ukurannya, serta berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya intraseluler. b) Sistem persyarafan terjadi perubahan berat otak 10-20, lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi dan mengecilnya syaraf panca indera yang menyebabkan berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, menurunnya sensasi perasa dan penciuman sehingga dapat mengakibatkan terjadinya masalah kesehatan misalnya glukoma dan sebagainya. c) Sistem pendengaran terjadi perubahan hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur 65 tahun dan pendengaran bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan jiwa atau stress. Hilangnya kemampuan pendengaran meningkat sesuai dengan proses penuaan dan hal yang seringkali merupakan keadaan potensial yang dapat disembuhkan dan berkaitan dengan efek-efek kolateral seperti komunikasi yang buruk dengan pemberi perawatan, isolasi, paranoia dan penyimpangan fungsional. d) Sistem penglihatan terjadi perubahan hilangnya respon terhadap sinar, kornea lebih terbentuk spesies, lensa lebih suram sehingga menjadi katarak yang menyebabkan gangguan penglihatan,hilangnya daya akomodasi, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam cahaya gelap, menurunnya lapang pandang sehingga luas pandangnya berkurang luas. e) Sistem kardiovaskuler terjadi perubahan elastisitas dinding aorta menurun, katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan volume kehilangan elastisitas pembuluh darah karena kurangnya efektivitas pembuluh darah feriver untuk oksigenasi, perubahan posisi dari tidur ke duduk, duduk keberdiri bisa mengakibatkan tekanan darah menurun
5

menjadi mmHg yang mengakibatkan pusing mendadak, tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resitensi dari pembuluh darah perifer.

2. Perubahan mental Meliputi perubahan dalam memori secara umum. Gejala-gejala memori cocok dengan keadaan yang disebut pikun tua, akhir-akhir ini lebih cenderung disebut kerusakan memori berkenaan dengan usia atau penurunan kognitif berkenaan dengan proses menua. Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula, keluhan ini di anggap lumrah dan biasa oleh lansia, keluhan ini didasari oleh fakta dari peneliti cross sectional dan logitudional didapat bahwa kebanyakan, namun tidak semua lansia mengalami gangguan memori, terutama setelah usia 70 tahun, serta perubahan IQ (intelegentia quotient) tidak berubah dengan informasi matematikadan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi dan ketrampilan psikomotor terjadi perubahan daya membayangkan karena tekanan-tekanan dari factor waktu (Gallo, 1998).

3. Perubahan-perubahan psikososial Meliputi pensiun, nilai seseoarang sering di ukur oleh produktivitasnya dan identitas di kaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Bila seorang pension (purna tugas) ia akan mengalami kehilangan financial, status, teman dan pekerjaan. Merasakan sadar akan kematian, semakin lanjut usia biasanya mereka menjadi semakin kurang tertarik terhadap kehidupan akhirat dan lebih mementingkan kematian itu sendiri serta kematian dirinya, kondisi seperti ini benar khususnya bagi orang yang kondisi fisik dan mentalnya semakin memburuk, pada waktu kesehatannya memburuk mereka cenderung untuk berkonsentrasi pada masalah kematian dan mulai dipengaruhi oleh perasaan seperti itu, hal ini secara langsung bertentangan dengan pendapat orang lebih muda, dimana kematian mereka tampaknya masih jauh dank arena itu mereka kurang memikirkan kematian (Mariam, 2008).

4. Perubahan psikologis Masalah psikologis yang dialami oleh lansia ini pertama kali mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang mereka hadapi, antara lain penurunan badaniah atau dalam kebingungan untuk memikirkannya. Dalam hal ini di kenal apa yang di sebut disengagement theory, yang berarti ada penarikan diri dari masyarakat
6

dan diri pribadinya satu sama lain. Pemisahan diri hanya dilakukan baru dilaksanakan hanya pada masa-masa akhir kehidupan lansia saja.Pada lansia yang realistik dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan baru. Karena telah lanjut usia mereka sering dianggap terlalu lamban, dengan gaya reaksi yang lamban dan kesiapan dan kecepatan bertindak dan berfikir yang menurun. Daya ingat mereka memang banyak yang menurun dari lupa sampai pikun dan demensia, biasanya mereka masih ingat betul peristiwa-peristiwa yang telah lama terjadi, malahan lupa mengenal hal-hal yang baru terjadi.

D.

Anatomi Fisiologi Sistem Saraf pada Lansia Sistem persarafan pada manusia yang normal, maupun pada lansia yang telah

mengalami perubahan adalah sebagai berikut (Gallo, 1998) : 1. Otak Perbandingan pada otak yang normal dan otak pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut : a. Normal Otak terletak di dalam rongga kepala, yang pada orang dewasa sudah tidak dapat lagi membesar, sehingga bila terjadi penambahan komponen rongga kepala akan meningkatkan tekanan intra cranial. Berat otak 350 gram pada saat kelahiran, kemudian meningkat menjadi 1,375 gram pada usia 20 tahun,berat otak mulai menurun pada usia 45-50 tahun penurunan ini kurang lebih 11&persent; dari berat maksimal. Berat dan volume otak berkurang rata-rata 5-10% selama umur 20-90 tahun.Otak mengandung 100 million sel termasuk diantaranya sel neuron yang berfungsi menyalurkan impuls listrik dari susunan saraf pusat.

b. Lansia Penuaan otak kehilangan 100.000 neuron / tahun. Neuron dapat mengirimkan signal kepada beribu-ribu sel lain dengan kecepatan 200 mil/jam. Terjadi penebalan atropi cerebral (berat otak menurun 10%) antar usia 30-70 tahun. Secara berangsur angsur tonjolan dendrite dineuron hilang disusul membengkaknya batang dendrit dan batang sel. Secara progresif terjadi fragmentasi dan kematian sel. Pada semua sel terdapat deposit lipofusin (pigment wear and tear) yang terbentuk di sitoplasma, kemungkinan berasal dari lisosom
7

atau mitokondria. RNA, Mitokondria dan enzyme sitoplasma menghilang, inklusi dialin eosinofil dan badan levy, neurofibriler menjadi kurus dan degenerasi granulovakuole.Corpora amilasea terdapat dimana-mana dijaringan otak. Berbagai perubahan degenerative ini meningkat pada individu lebih dari 60 tahun dan menyebabkan gangguan persepsi, analisis dan integrita, input sensorik menurun menyebabkan gangguan kesadaran sensorik (nyeri sentuh, panas, dingin, posisi sendi). Tampilan sesori motorik untuk menghasilkan ketepatan melambat.

2. Saraf Otonom Perbandingan pada saraf otonom yang normal dan saraf otonom pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut : a. Normal 1) Saraf Simpatis Bekerja untuk meningkatkan denyut jantung dan pernafasan serta menurunkan aktifitas saluran cerna. 2) Saraf parasimpatis Bekerjanya berlawanan dari saraf simpatis.

b. Lansia Pusat penegndalian saraf otonom adalah hipotalamus. Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab terjadinya gangguan otonom pada usia lanjut adalah penurunan asetolikolin, atekolamin, dopamine, noradrenalin. Perubahan pada neurotransmisi pada ganglion otonom yang berupa penurunan pembentukan asetil-kolin yang disebabkan terutama oleh penurunan enzim utama kolinasetilase. Terdapat perubahan morfologis yang mengakibatkan pengurangan jumlah reseptor kolin.Hal ini menyebabkan predisposisi terjadinya hipotensi postural, regulasi suhu sebagai tanggapan atas panas atau dingin terganggu, otoregulasi disirkulasi serebral rusak sehingga mudah terjatuh.

3. Sistem Saraf Perifer Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut: a. Normal 1) Saraf Aferen Berfungsi membawa informasi sensorik baik disadari maupun tidak, dari kepala, pembuluh darah dan ekstermitas.Saraf eferen menyampaikan rangsangan dari luar ke pusat. 2) Saraf Eferen Berfungsi sebagai pembawa informasi sensorik dari otak menuju ke luar dari susunan saraf pusat ke berbagai sasaran (sel otot/kelenjar). b. Lansia 1) Saraf Aferen Lansia terjadi penurunan fungsi dari saraf aferen, sehingga terjadi penurunan penyampaian informasi sensorik dari organ luar yang terkena ransangan. 2) Saraf Eferen Lansia sering mengalami gangguan persepsi sensorik, hal tersebut dikarenakan terjadinya penurunan fungsi saraf eferen pada sistem saraf perifer.

4. Medula Spinalis Perbandingan pada sistem saraf perifer yang normal dan sistem saraf perifer pada lansia yang telah mengalami perubahan/penurunan fungsi adalah sebagai berikut: a. Normal Fungsinya : 1) Pusat gerakan otot tubuh terbesar yaitu, Cornu motorik/ cornu ventralis. 2) Mengurus kegiatan refleks spinalis dan refleks lutut. 3) Menghantarkan rangsangan koordinasi otot dan sendi menuju cerebellum. 4) Mengadakan komun ikasi antara otak dan semua bagian tubuh.

b. Lansia Medulla spinalis pada lansia terjadi penurunan fungsi, sehingga mempengaruhi pergerakan otot dan sendi di mana lansia menjadi sulit untuk menggerakkan otot dan sendinya secara maksimal. E. Masalah Masalah Neurologik pada Lansia Adapun masalah masalah yang berkaitan dengan neurologik pada lansia adalah (Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia, 2009): 1. Alzheimer Alzheimer bukan penyakit menular, melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. 2. Demensia Demensia merupakan gangguan fungsi intelektual dan memori yang disebabkan oleh penyakit otak yang tidak berhubungan dengan tingkat kesadaran. 3. Delirium Delirium adalah keadaan kebingungan biasanya timbul mendadak dengan gangguan memori dan orientasi dan biasanya disertai gerakan abnormal, halusinasi dan ilusi. 4. Epilepsi Epilepsi didefinisikan sebagai kejang berulang yang terjadi tanpa diprofokasi. 5. Parkinson Parkinson adalah sindrom yang terdiri dari tiga gejala utama yaitu hipokinesia, rigiditas dan tremor. 6. Neuropati Perifer Neuropati Perifer adalah keadaan dimana saraf mengalami kelemahan, biasanya disebabkan oleh diabetes, efek samping obat, defisiensi nutrisi, alkoholisme dan penyakit sistemik lainnya. 7. Gangguan Keseimbangan, Jatuh Yaitu ketidakmampuan dalam mengontrol pusat gravitasi tetap berada di atas landasan penopang. 8. Dizziness Yaitu sensasi atau kepala terasa ringan, seperti akan pingsan, berputar, perasaan mabuk dan bisa juga tidak terarah, pandangan kabur, pusing dan perasaan perih.
10

9. Vertigo Vertigo adalah salah satu bentuk gangguan keseimbangan dalam telinga bagian dalam sehingga menyebabkam penderita merasa pusing dalam artian keadaan atau ruang di sekelilingnya menjadi serasa berputar ataupun melayang. Vertigo menunjukkan ketidakseimbangan dalam tonus vestibular. 10. Stroke Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis.

Masalah yang penulis angkat pada makalah ini adalah mengenai stroke. 1. Stroke a. Definisi Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian ota tibatiba terganggu. Dalam jaringan otak, kurangnya aliran darah menyebabkan serangkaian reaksi biokimia, yang dapat merusakkan atau mematikan sel sel saraf di otak. Kematian jaringan otak dapat menyebabkan hilangnya fungsi yang dikendalikan oleh jaringan itu. Stroke adalah penyebab kematian yang ketiga di Amerika serikat dan bayak negara industri di Eropa (Muttaqin, 2011)

b. Etiologi Stroke biasanya disebabkan karena salah satu dari 4 kejadian berikut (Muttaqin, 2011): 1) Thrombosis. Aterosklerosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebral adalah penyeban utama thrombosis serebral dan merupakan penyebab yang paling umum terjadi. Tanda-tanda thrombosis serebral ini bervariasi. Sakit kepala merupakan awitan yang tidak umum terjadi. Beberapa pasien mengalami pusing, perubahan kognitif, atau kejang, dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atai embolisme serebral. Secara umum thrombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba, dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parastesia pada setengah tubuh dapat menjadi awitan paralisis berat pada beberapa jam atau hari.
11

Thrombosis ini tidak hanya terjadi pada pembuluh darah otak tetapi dapat juga terjadi di pembuluh darah leher.

2) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain). Abnormalitas patologik pada jantung kiri, seperti endocarditis infektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, serta infeksi pulmonal, adalah tempat-tempat asal emboli. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah, atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.

3) Iskemia serebral Iskemia serebral (insufisiensi suplai darah ke otak) terutama karena konstriksi atheroma pada arteri yang menyuplai darah ke otak.

4) Hemoragi serebral Hemoragi dapat terjadi diluar durameter (ekstradural atau epidural), dibawah durameter (subdural), diruang subarachnoid (hemoragi subarakhnoid), atau dalam substansia otak (hemoragi intraserebral). Hemoragi intraserebral merupakan yang paling umu terjadi pada pasien dengan hioertensi dan aterosklerosis serebral, karena perubahan degenerative menyebabkan terjadinya rupture pembuluh darah. Stroke sering terjasi pada kelompok usia 40-70 tahun.

c. Jenis Stroke Berdasarkan proses patologi dan gejala klinisnya stroke dapat diklasifikasikan menjadi (Muttaqin, 2011): 1) Stroke hemoragik Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yeng disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi yang tidak terkontrol. Stroke Hemoragik terjadi apabila pembuluh darah di otak pecah sehingga menyebabkan iskemia dan hipoksia si sebelah hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
12

Pembuluh darah otak yang pecah menyebabkan darah mengalir ke substansi atau ruangan subarachnoid intracranial yang seharusnya yang menimbulkan perubahan komponen konstan. Adanya perubahan komponen

intracranial yang tidak dapat dikompensasi tubuh akan menimbulkan peningkatan TIK yang bila berlanjut akan menyebabkan herniasi otak sehingga timbul kematian. Di samping itu, darah yang mengalir ke substansi otak atau ruang subarachnoid dapat menyebabkan edema, spasme pembuluh darah otak dan penekanan pada daerah tersebut menimbulkan aliran darah berkurang atau tidak ada sehingga terjadi nekrosis jaringan otak.

2) Stroke non hemoragik Penyumbatan arteri yang menyebabkan stroke iskemik dapat terjadi akibat thrombus (bekuan darah di arteri serebri) atau embolus (bekuan darah yang berjalan ke otak dari tempat lain di tubuh). a) Stroke Trombotik Stroke trombotik terjadi akibat onklusi aliran darah, biasanya karena aterosklerosis berat. Sering kali individu mengalami satu atau lebih serangan iskemik sementara (transient ischemic attack, TIA) sebelum stroke trombotik yang sebenarnya terjadi. TIA adalah gangguan fungsi otak singkat yang reversible akibat hipoksia serebral. TIA mungkin terjadi ketika pembuluh darah aterosklerosis mengalami spasme, atau saat kebutuhan oksigen otak meningkat dan kebutuhan ini tidak dapat dipenuhi karena aterosklerosis yang berat. Trombus umumnya terjadi karena berkembangnya aterosklerosis pada dinding pembuluh darah, sehingga arteri menjadi tersumbat, aliran darah ke area thrombus menjadi berkurang, menyebabkan iskemia kemudian menjadi kompleks iskemia akhirnya terjadi infark pada jaringan otak. Berdasarkan definisi TIA berlangsung kurang dari 24 jam. TIA yang sering terjadi menunjukkan kemungkinan terjadinya stroke trombotik yang sebenarnya. Stroke trombotik biasanya berkembang dalam periode 24 jam. Selama periode perkambangan stroke, individu dikatakan mengalami stroke in evolution. Pada akhir periode tersebut, individu dikatakan mengalami stroke lengkap (completed stroke).

13

b) Stroke Embolik Stroke Embolik berkembang setelah oklusi arteri oleh embolus yang terbentuk di luar otak. Sumber umum embolus yang menyebabkan stroke adalah jantung setelah infark miokardium atau fibrilasi atrium, dan embolus yang merusak arteri karotis komunis atau aorta. Emboli disebabkan oleh embolus yang berjalan menuju arteri serebral melalui arteri karotis. Terjadinya blok pada arteri tersebut menyebabkan iskemia yang tiba-tiba berkembang cepat dan terjadi gangguan neurologist fokal. Perdarahan otak dapat disebabkan oleh pecahnya dinding pembuluh darah oleh emboli.

d. Manifestasi Klinis Menurut Muttaqin (2011), manifestasi klinis stroke pada lansia adalah Deficit neurologis 1. Deficit lapang penglihatan Homonimus hemianopsia Manifestasi Tidak menyadari orang atau objek tempat kehilangan penglihatan Mengabaikan salah satu sisi tubuh Kesulitan menilai jarak

Kehilangan penglihatan perifer Diplopia 2. Deficit motorik Hemiplegia Hemiparises

Kesulitan melihat pada malam hari Tidak menyadari objek atau batas objek Penglihatan ganda

Penglihatan ganda Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan) Kelemahan wajah, lengan, dan kaki pada sisi yang sama (karena lesi pada hemisfer yang berlawanan)

Ataksia

Berjalan tidak tegak Tidak mampu menyatukan kaki, perlu pijakan yang luas untuk berdiri

Disartria Disfagia 3. Deficit sensori Parestesia

Kesulitan dalam membentuk kata Kesulitan dalam menelan 14

Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh Kesulitan dalam propriosepsi

4.

Deficit verbal

Afasia ekspresif

Tidak mampu membentuk kata yang dapat dipahami ; mungkin mampu berbicara dalam respon kata tunggal

Afasia represtif Afasia global 5. Deficit kognitif

Tidak mampu memahami kata yang dibicarakan Kombinasi dari afasia reseptif dan afasia ekspresif Kehilangan memori jangka pendek dan panjang Penurunan lapang panjang perhatian Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi Perubahan penilaian Kehilangan kontrol diri Labilitas emosional Penurunan toleransi pada situasi yang

6.

Deficit emosional

menimbulkan stress Depresi Menarik diri Rasa takut, bermusuhan dan marah Perasaan isolasi

Selain defisit neurologis yang sudah dijelaskan diatas, pasien stroke juga mengalami disfungsi kandung kemih. Setelah stroke pasien mungkin mengalami inkontinensia urinarius sementara dan karena konfusi, ketidakmampuan menggunakan

mengkomunikasikan

kebutuhan,

ketidakmampuan

untuk

urinal/bedpan, karena kerusakan control motoric dan postural. Kadang-kadang setelah stroke kandung kemih menjadi atonik, dengan kerusakan sensasi dalam pengisian kandung kemih. Kadang-kadang control spinkter urinarius eksternal hilang atau berkurang. Perbandingan stroke hemisfer kiri dan kanan Hemisfer kiri Paralisis pada tubuh kanan Defek lapang pandang kanan Afasia Perubahan kemampuan intelektual Perilaku lambat dan kewaspadaan
15

Hemisfer kanan Paralisis pada sebelah kiri tubuh Defek lapang penglihatan kiri Deficit persepsi Peningkatan distrakbilitas Perilaku impulsive dan penilaian buruk

Kurang kesadaran

e. WOC Teoritis
Factor risiko stroke
Aterosklerosis, arterisklerosis, hiperkoagulasi Katup jantung rusak, miokard infark, endokarditis

Aneurisma, arterivenous

Thrombosis serebral

Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah,lemak dan udara

Perdarahan intraserebral

Pembuluh darah oklusi kemudian iskemik jaringan otak

Emboli serebral Stroke


Deficit neurologis

Perembesan darah diparenkim otak, kemudian penekanan jaringan otak

Infark serebral

Kehilangan control volunteer

Risiko peningkatan TIK

Penurunan perfusi jaringan serebral

Hemiplegia dan hemiparesis Kerusakan Mobilitas fisik

Herniasi falks serebri kompresi batang otak

koma
Intake nutrisi tidak adekuat

Depresi saraf kardiovas dan pernapasan


Kegagalan kardiovaskuler dan pernapasan

Kelemahan fisik umum

Perubahan pemenuhan nutrisi

Ketidakmampuan perawatan diri

kematian

Penurunan tingkat kesadaran

Kecemasan klien dan keluarga

Risiko tinggi kerusakan integritas kulit

Risiko Jatuh/cedera

Penekanan jaringan setempat

Kemampuan batuk

16menurun, produksi secret


naik

Disfungsi kandung kemih dan sal. Pencernaan

Risiko bersihan jalan napas tidak efektif

Gangguan eliminasi uri dan alvi

f. Intervensi keperawatan Menurut Muttaqin (2011), intervensi keperawatan pada stroke adalah Perubahan perfusi jaringan otak yang berhubuangan dengan perdarahan intraserebri, oklusi otak, vasospasme, dan edema otak. Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jamperfusi jaringan otak dapat tercapai secara optimal. Criteria hasil: klien tidak gelisah, tidak ada keluhan nyeri kepala, mual, kejang. GCS 4,5,6, pupil isokor, refleks cahaya (+), TTV normal ( nadi: 60-100 x/menit, suhu:36-36,7C, RR: 16-20 x/menit) intervensi Mandiri: Berikan penjelasan kepada keluarga klien tentang sebab-sebab peningkatan TIK dan akibatnya. Baringkan klien (tirah baring) total dengan posisi tidur telentang tanpa bantal. Monitor tanda-tanda status neurologis dengan CGS. Monitor TTV, seperti tekanan darah, nadi, suhu, dan frekuensi pernafasan, serta hati-hati pada hipertensi sistolik. Perubahan pada tekanan intrakaranial akan dapat menyebabkan risiko Keluarga lebih ber[artisipasi dalam Rasionalisasi

proses penyembuhan.

terjadinya herniasi otak. Dapat mengurangi kerusakan otak lebih lanjut. Pada keadaan normal, otoregulasi

mempertahan kan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi.

Kegagalan otoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler serebri yang dapat dimanifestasikan sistolik dan dengan diikutioleh peningkatan penurunen

tekanan diastolik, sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan infeksi. Monitor asupan dan keluaran. Hipertermi dapat menyebabkan

peningkatan IWL dan meniingkatkan resiko dehidrasi terutama pada klien yang tidak sadar, mual yang menurunkan Bantu klien untuk membatasi muntah,
17

asupan peroral.

batuk,

anjurkan

klien

untuk

Aktivitas

ini

dapat

menyebabkan

mengeluarkan nafas apabila bergerak atau berbalik ditempat tidur.

peningkatan tekanan intracranial dan intraabdonmen. Mengeluarkan nafas

sewaktu bergerak atau mengubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava. klien untuk menghindari batuk dan mengejan berlebihan. Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung. Batuk dan mengejan dapat

meningkatkaan tekanan intrakranialdan potensial terjadi perdarahan ulang. Rangsangan aktivitas yang meningkat dapat meningkatkan kenaikan TIK.

Istirahat total dan ketenangan mungkin diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan Kolaborasi: Berikan cairan perinfus dengan perhatian ketat. dalam kasus stroke

hemoragik lainnya. Meminimalkan fluaktuasi pada beban vascular dan tekanan intracranial, retriksi cairan, dan cairan dapat menurunkan edema serebri.

Monitor AGD bila diperlukan pemberian oksigen.

Adanya kemungkinan asidosis disertai dengan pelapasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya edema serebri.

Berikan terapi sesuai instruksi dokter seperti: Steroid Aminofel Antibiotik.

Tujuan terapi: Menurunkan permeabilitas kapiler. Menurunkan edema serebri. Menurunkan metabolic/konsumsi sel dan kejang

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaran.
18

Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi. Kriteria hasil: bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, selang trakea bebas sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, kemampuan batuk menurun, penurunan miobilitas fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaran. intervensi Kaji keadan jalan nafas. rasionalisasi Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret, sisa cairan muskus, perdarahan, brokospasme, dan/ atau posisi dari trakioestomi yang berubah. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru (bilateral). Pergerakkan dada yang simetris dengan suara nafas yang keluar dari paru-paru menandakan jalan nafas tidak terganggu. Saluran nafas bagian bawah tersumbat dapat terjadi pada pneumonia/ atelektasis akan menimbulkan perubahan suara nafas seperti ronkhi atau mengi. Pengisapan lendir tidak selama dilakukan terus-menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya

hipoksia. Diameter kateter penghisap tidak boleh lebih dari 50% diameter jalan nafas untuk mencegah hipoksia. Dengan membuat hiperpentilasi melalui

pemberian oksigen 100% dapat mencegah terjadinya atelektasis dan mengurangi Anjurkan klien mengenai teknik batuk selama pengisapan, seperti waktu bernafas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi. terjadinya hipoksia. Batuk yang efektif dapat mengeluarkan secret dari saluran nafas.

19

Atur/ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam).

Mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen paru-paru, mengurangi resiko atelektasis. Membantu pengenceran secret,

Berikan minum hangat jika keaadaan memungkinkan. Jelaskan kepada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukkan secret disaluran penafasan. Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk mengontrol batuk. Latih nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. Lakukan penafasan diafragma Tahan nafas lama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk Ajarkan klien tindakkan untuk menurun viskositas hidrasi sekresi: mempertahankan meningkatkan

mempermudah pengeluaran secret. Pengetahuan yang diharapkan akan

membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik Batuk yang tidak dan terkontrol adalah dan

melelahkan

tidak

efektif,

menyababkan frustasi. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

Pernafasan frekuensi

diafragma nafas dan

menurunkan meningkatkan

ventilasi alveolar. Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah secret. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mucus, yang mengarah pada atelektasis. Untuk pengeluaran sekresi

yang

adekuat;

masukkan cairan 1000-1500 cc/ hari bila tidak kontraindikasi. menghindari pengentalan dari

secret atau mosa pada saluran nafas


20

bagian atas Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi seperti postural drainase, perkusi. Kolaborasi bronkodilator Aminofilin, (Alupen), (Bronkosol). pemberian sesuai obat-obatan seperti sulfat Higiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. Mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran sekret. Mengatur ventilasi dan melepaskan sekret karena relaksasi otot/bronkospasme.

indikasi

meta-proterenol adoetarin

hidroclorida

Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan neuromuscular, menurunnya kekuatan dan kesadaran kehilangan control/koordinasi otot. Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam terjadi peningkatan perilaku dalam perawatan diri. Kriteria Hasil : Klien dapat menunjukkan perubahan gaya hidup untuk kebutuhan merawat diri, klien mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat kemampuan, mengidentifikasi personal/masyarakat yang dapat membantu. Intervensi Mandiri Kaji kemampuan dan tingkat penurunan Membantu dalam mengantisipasi dan Rasionalisasi

dalam skala 0-4 untuk melakukan ADL merencanakan (Activity Daily Living). individual.

pertemuan

kebutuhan

Hindari apa yang tidak dapat dilakukan klien Bagi klien dalam keadaan cemas dan dan bantu bila perlu. tergantung hal ini dilakukan untuk mencegah frustasi dan harga diri klien. Menyadarkan tingkah laku/sugesti tindakan Klien memerlukan empati, tetapi perlu pada perlindungan kelemahan. Pertahankan mengetahui perawatan yang konsisten dalam dukungan pola piker, izinkan klien menangani klien, sekaligus meningkatkan diri, memandirikan klien, dan

melakukan tugas, beri umpan balik positif harga untuk usahanya.

menganjurkan klien untuk terus mencoba.

21

Rencanakan

tindakan

untuk

defisit Klien akan mampu melihat dan memakan

penglihatan seperti tempatkan makanan dan makanan, akan mampu melihat keluar peralatan dalam suatu tempat, dekatkan masuknya orang keruangan. tempat tidur ke dinding. Tempatkan perabotan ke dinding, jauhkan Menjaga keamanan klien bergerak di sekitar dari jalan. tempat tidur dan menurunkan risiko tertimpa perabotan. Beri kesempatan untuk menolong diri seperti Mengurangi ketergantungan klien. menggunakan kombinasi pisau garpu, sikat dengan pegangan panjang, ekstensi untuk berpijak pada lantai atau ke toilet, kursi untuk mandi. Kaji kemampuan komunikasi untuk BAK. Ketidakmampuan Kemampuan menggunakan urinal, pispot. perawat dapat berkomunikasi menimbulkan dengan masalah

Antarkan ke kamar mandi bila kondisi pengosongan kandung kemih oleh karena memungkinkan. Identifikasi kebiasaan BAB. minum dan meningkatkan aktivitas. Kolaboratif Pemberian supositoria dan pelumas Pertolongan utama terhadap fungsi usus atau defekasi. Untuk mengembangkan terapi dan masalah neurogenic. Anjurkan Meningkatkan latihan dan menolong

mencegah konstipasi.

feses/pencahar. Konsultasikan ke dokter terapi okupasi.

melengkapi kebutuhan khusus.

Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan yang berhubungan dengan kelemahan otot dalam mengunyah dan menelan. Tujuan : Dalam waktu 3x24 jam kebutuhan nutrisi klien terpenuhi. Kriteria Hasil : Turgor baik, asupan dapat masuk sesuai kebutuhan, terdapat kemampuan menelan, sonde dilepas, BB meningkat 1 kg, Hb dan albumin dalam batas normal. Intervensi Observasi tekstur, turgor kulit Lakukan oral hygiene.. Rasionalisasi Mengetahui status nutrisi klien. Kebersihan mulut merangsang nafsu makan.

22

Observasi intake dan output nutrisi. Observasi posisi dan keberhasilan sonde. Tentukan kemampuan klien

Mengetahui keseimbangan nutrisi klien Untuk menghindari risiko infeksi/iritasi.

dalam Untuk menetapkan jenis makanan yang akan diberikan pada klien.

mengunyah, menelan, dan refleks batuk.

Letakkan posisi kepala lebih tinggi pada Untuk klien lebih mudah untuk menelan waktu, selama, dan sesudah makan. karena gaya gravitasi.

Stimulasi bibir untuk menutup dan membuka Membantu dalam melatih kembali sensorik mulut secara manual dengan menekan ringan dan meningkatkan control muskular. di atas bibir/dibawah dagu jika dibutuhkan. Letakkan makanan pada daerah mulut yang Memberikan stimulasi sensorik (termasuk tidak terganggu. rasa kecap) yang dapat mencetuskan usaha untuk menelan dan meningkatkan intake nutrisi. Berikan makanan dengan perlahan pada Klien dapat berkonsentrasi pada mekanisme lingkungan yang tenang. makan tanpa adanya distraksi/gangguan dari luar. Mulailah untuk memberikan makan per oral Makan lunak/cairan kental mudah untuk setengah cair, makan lunak ketika klien dapat mengendalikannya menelan air. Anjurkan klien menggunakan di dalam mulut,

menurunkan terjadinya aspirasi. sedotan Menguatkan otot fasial dan otot menelan dan menurunkan risiko terjadinya tersedak.

meminum cairan.

Anjurkan klien untuk berpartisipasi dalam Dapat meningkatkan pelepasan endorphin program latihan/kegiatan. Kolaborasi dengan tim dokter dalam otak yang meningkatkan nafsu makan. untuk Mungkin diperlukan untuk memberikan

memberikan cairan melalui IV atau makanan cairan pengganti dan juga makanan jika melalui selang. klien tidak mampu untuk memasukkan segala sesuatu melalui mulut.

Gangguan eliminasi alvi (konstipasi) berhubungan dengan Imobilisasi, asupan cairan yang tidak adekuat. Tujuan: Dalam waktu 2x24 jam pemenuhan eliminasi alvi terpenuhi. Kriteria hasil: klien dapat defekasi secara spontan dan lancer tanpa menggunakan obat,

23

konsistensi feses lembek berbentuk, tidak teraba massa pada kolon (scibala), bising usus normal (15-30 x/menit). Intervensi Rasionalisasi

Berikan penjelasan pada klien dan keluarga Klien dan keluarga akan mengerti tentang tentang penyebab konstipasi. Auskultasi bising usus. penyebab konstipasi. Bising usus menandakan sifat aktivitas peristaltic. Anjurkan pada klien untuk makan makanan Diet seimbang tinggi kandungan serat yang mengandung serat. merangsang peristaltic dan eliminasi regular. cairan adekuat membantu

Bila klien mampu minum, berikan asupan Masukkan

cairan yang cukup (2 liter/hari) jika tidak ada mempertahankan konsistensi feses yang kontraindikasi. sesuai pada usus dan membantu eliminasi regular. Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan Aktivitas fisik regular membantu eliminasi klien. dengan memperbaiki tonus otot abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik. Kolaborasi dengan tim dokter dalam Pelunak feses meningkatkan efisiensi

pemberian pelunak feses (laksatif, supositoria, pembasahan air usus, yang melukkan massa enema). feses dan membantu eliminasi.

Kerusakan komunikasi verbal yang berhubungan dengan efek dari kerusakan pada area bicara pada hemisfer otak, kehilangan kontrol tonus otot fasial atau oral, dan kelemahan secara umum Tujuan: Dalam waktu 2 x 24 jam klien dapat menunjukkan pengertian terhadap masalah komunikasi, mampu meengekspresikan perasaannya, mampu menggunakan bahasa isyarat. Kriteria hasil: Terciptanya suatu komunikasi di mana kebutuhan klien dapat dipenuhi, klien mampu merespons setiap berkomunikasi secara verbal maupun isyarat. Intervensi Rasionalisasi

Kaji tipe disfungsi misalnya klien tidak Membantu menentukan kerusakan area pada mengerti tentang kata-kata atau masalah otak dan menentukan kesulitan klien dengan berbicara atau tidak mengerti bahasa sendiri sebagian atau seluruh proses komunikasi, klien mungkin mempunyai masalah dalam mengartikan kata-kata (afasia, are

Wernicke, dan kerusakan pada area Broca)


24

Bedakan afasia dengan disatria

Dapat menentukan pilihan intervensi sesuai dengan tipe gangguan.

Lakukan metode percakapan yang baik dan Klien dapat kehilangan kemampuan untuk lengkap, beri kesempatan klien untuk memantau mengklarifikasi ucapannya, komunikasinya

secara tidak sadar, dengan melengkapi dapat merealisasikan pengertian klien dan dapat mengklasifikasi percakapan.

Katakan untuk mengikuti perintah secara Untuk menguji afasia reseptif. sederhana seperti tutup matamu dan lihat ke pintu Perintahkan klien untuk menyebutkan nama Menguji afasia eekspresif misalnya klien suatu benda yang diperlihatkan. mengenal benda tersebut tetapi tidak

mampu menyebutkan namanya Perdengarkan bunyi yang sederhana seperti Mengidentifikasi sh...cat. disatria komponen

berbicara (lidah, gerakan bibirr, kontrol pernapasan dapat memengaruhi artikulasi, dan mungkin tidak terjadinya afasia

ekspresif). Suruh klien untuk menulis nama atau Menguji ketidakmampuan menulis (agrafia) kalimat pendek, bila tidak mampu untuk dan defisit membaca (aleksia) yang juga menulis pada papan tulis, menggambar, dan merupakan bagian dari afasia reseptif dan mendemonstrasikan secara visual gerakan ekspresif). tangan. Beri peringatan bahwa klien di ruang ini Untuk kenyamanan berhubungan dengan mengalami gangguan bicara, sediakan bel ketidakmampuan berkomunikasi. khusus bila perlu. Pilih metode komunikasi alternatif misalnya Memberikan komunikasi dasar sesuai

menulis pada papan tulis, menggambar, dan dengan situasi individu. mendemonstrasikan secara visual gerakan tangan. Antisipasi dan bantu kebutuhan klien Membantu menurunkan frustasi oleh karena ketergantungan berkomunikasi. atau ketidkmampuan

25

Ucapkan langsung kepada klieen berbicara Mengurangi kebingungan atau kecemasan pelan dan tenang, gunakan pertanyaan terhadap banyaknya informasi. Memajukan dengan jawaban ya atau tidak dan stimulasi komunikasi ingatan dan kata-kata. perhatikan respons klien Berbicara dengan nada normal dan hindari Klien tidak dipaksa untuk mendengar, tidak ucapan yang terlalu cepat. Berikan waktu menyebabkan klieen marah dan tidak klien untuk berespons. menyeebabkan rasa frustasi. isolasi sosial dan

Anjurkan pengunjung untuk berkomunikasi Menurunkan

dengan klien misalnya membaca surat, mengefektifkan komunikasi. membicarakan keluarga. Bicarakan topik-topik tentang keluarga, Meningkatkan pengertian percakapan dan pekerjaan, dan hobi. kesempatan untuk mempraktikkan

keterampilan praktis dalam berkomunikasi. Perhatikan percakapan klien dan hindari Memungkinkan berbicara sepihak. klien dihargai karena

kemampuan intelektualnya masih baik.

Kolaborasi: konsultasikan ke ahli terapi Mengkaji kemampuan verbal individual dan bicara. sensorik motorik dan fungsi kognitif untuk mengidentifikasi terapi. defisit dan kebutuhan

Kecemasan yang berhubungan dengan ancaman, kondisi sakit, dan perubahan kesehatan. Tujuan: Dalam waktu 1 x 24 jam kecemasan hilang atau berkurang. Kriteria hasil: Mengenal perasaannya, dapat menidentifikasi penyebab atau faktor yang memengaruhinya dn menyatakan ansietas berkurang/hilang. Intervensi Bantu klien mengekspresikan Rasionalisasi perasaan Cemas berkelanjutan memberikan dampak serangan jantung selanjutnya

marah, kehilangan, dan takut.

Kaji tanda verbal dan non verbal kecemasan, Reaksi verbal/nonverbal dapat menunjukkan didampingi klien dan lakukan tindakan bila rasa agitasi, marah, dan gelisah. menunjukkan perilaku merusak. Hindari konfrontasi. Konfrontasi dapat meningkatkan rasa marah,

26

menurunkan

kerja

sama,

dan

mungkin

memperlambat penyembuhan. Mulai melakukan tindakan untuk mengurangi Mengurangi rangsangan eksternal yang tidak kecemasan. Beri lingkungan yang tenang dan perlu. suasana penuh istirahat. Tingkatkan kontrol sensasi klien. Kontrol sensasi klien (dan dengan dalam cara

menurunkan

ketakutan)

memberikan informasi tentang keadaan klien, menekankan pada penghargaan terhadap sumber-sumber koping (pertahanan diri), yang positif, membantu latihan relaksasi dan teknik-teknik pengalihan, dan memberikan respons balik yang positif. Orientasi klien terhadap prosedur rutin dan Orientasi dapat menurunkan kecemasan. aktivitas yang diharapkan. Beri kesempatan kepada klien untuk Dapat menghilangkan ketegangan terhadap kekhawatiran yang tidak diekspresikan. dan orang Memberikan waktu untuk mengekspresikan perasaan, menghilangkan cemas, dan

mengungkapkan kecemasannya. Berikan privasi untuk klien terdekat.

perilaaku adaptasi. Adanya keluarga dan teman-teman yang dipilih klien melayani aktivitas dan pengalihan (misalnya membaca) akan menurunkan perasaan terisolasi.

g. Penatalaksanaan Penatalaksanaan yang dilakukan pada klien lansia dengan stroke adalah (Ode, 2012): 1) Pada pasien yang CVSnya dapat diidentifikasi bersifak iskemik, agen trombolitik, seperti aktivatorplasminogen jaringan (tissueplasminogen activator, TPA) dapat diberikan. TPA harus diberikan sedini mungkin (minimal 3 jam pertama serangan) agar lebih efektif dalam mencegah kerusakan jangka panjang. Akantetapi berbahayajika mengatasi stroke hemoragik dengan trombolitik karena agen ini dapat meningkatkan perdarahan dan memperburuk hasil

27

2) Stroke hemoragik dapat diatasi dengan penekanan pada perhentian perdarahan dan pencegahan kekambuhan. Mungkin diperlukan pembedahan 3) Terapi obat yang menghambat saluran ion yang mendeteksi asam dikembangkan untuk membatasi kerusakan akibat stroke 4) Semua pasien stroke diterap dengan tirah baring dan penurnan stimulus

eksernal untuk mengurangi kebutuhan oksigen serebral. Tindakan untuk menurunkan tekanan dan edema intracranial dapat dilakukan 5) Terapi fisik, bicara, dan okupasional sering perlu dilakukan.

h. Pemeriksaan Diagnosis Pemeriksaan diagnosis yang dilakukan pada klien lansia dengan stroke adalah 1) Diagnosis CVS yang cepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan. CT scan adalah metode pilihan untuk penkajian tanda akut CVS. CT sangat sensitive terhadap hemoragik, suatu pertimbangan penting karena ada perbedaan vital pada terapi stroke iskemik versus stroke hemoragik. CT scan berfungsi untuk melihat jenis patologi, lokasi lesi, ukuran lesi, menyingkirkan lesi non vaskuler. 2) MRI lebih sensitif dalam mengidentifikasi kerusakan otak dari pada CT scan, tetapi MRI lebih lambat dari pada CT scan. Jadi dalam keadaan darurat lebih di pilih memakai CT scan. Akan tetapi, setelah penggunaan awal memakai CT scan, MRI direkomendasikan untuk menentukan lokasi kerusakaan yang tepat dan memantau lesi. 3) Hitung darah tepi lengkap: diskrasia darah, polisitemia, trombositopenia atau trombositosis atau infeksi sebagai faktor risiko stroke. 4) Waktu protrombin, waktu protrombin parsial: ditujukan kepada penderita dengan antibodi antifosfolipid (waktu protrombin parsial memanjang). 5) Analisa urin: hematuria terjadi pada endokarditis bakterialis subakut (SBE) dengan stroke iskemik oleh karena emboli. 6) Kecepatan sedimentasi (LED): peningkatan LED menunjukkan kemungkinan adanya vaskulitis, hiperviskositas atau (SBE) sebagai penyebab stroke. 7) Kimia darah: peningkatan kadar glukosa, kolesterol atau trigliserida dalam darah.

28

8) Foto rontgen dada: pelebaran ukuran jantung sebagai suatu sumber emboli pada suatu stroke atau akibat hipertensi lama; dapat menemukan suatu keganasan yang tidak diduga sebelumnya. 9) Elektrokardiogram: dapat menunjukkan adanya aritmia jantung, infark miokard baru, atau pelebaran atrium kiri.

29

BAB III KASUS A. Uraian Kasus Tn R (70 tahun) masuk ke RS pada tanggal 1 September 2011 dengan keluhan Klien mengatakan sakit seperti kesemutan pada kedua kaki saya dan terasa berat bila berjalan. Klien mengatakan dulu selalu melakukan sendiri latihan dengan gerakan-gerakan ringan secara rutin mengikuti petunjuk dibuku, tapi sekarang jarang dilakukan, hanya dengan latihan jalan-jalan saja. Klien mengatakan penyakit yang dialami sudah 9 tahun dan rasanya berat pada kedua kaki sehingga kalau berjalan selalu menyeret-nyeret kedua kakinya. Klien mengatakan pernah berobat sebelumnya ke salah satu RS karena tidak bisa berjalan tapi tidak ada perubahan namun pada saat klien berobat kedokter praktek dan bisa berjalan sudah 5 tahun sampai sekarang walaupun masih terseret-seret. Klien juga mengeluh kesulitan batuk dan adanya dahak yang banyak. Dari suara dan napas yang dikeluarkan klien tampak ada obstruksi. Klien mengatakan sering pusing kalau terlalu lama duduk. Klien mengatakan sudah lama menderita penyakit darah tinggi sampai mengalami stroke. Klien terlihat tidak stabil saat berjalan. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan hasil Tekanan darah: 190/100 mmHg, Nadi: 80 x/menit, Mulut tampak perot sedikit kekanan kalau berbicara.

B. Analisa Data No 1. DS: Klien mengatakan sakit seperti kesemutan pada kedua kaki dan terasa berat bila berjalan. Klien mengatakan dulu selalu melakukan sendiri latihan dengan gerakan-gerakan ringan secara rutinmengikuti petunjuk dibuku, tapi sekarang jarang dilakukan, hanyadengan latihan jalanjalan saja. Kerusakan mobilitas fisik Hemiplegia dan hemiparesa Kehilangan control volunteer Deficit neurologis Data Etiologi Stroke hemoragik Masalah keperawatan Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deficit neurologis

30

DO: ROM pada pada ekstremitas bawah berkurang. Postur tubuh tampak tidak stabil ketika berjalan. Tampak menyeret kedua kakinya saat berjalan. 2. DS: Klien mengatakan penyakit yang dialami sudah 9 tahun dan rasanya berat pada keuda kaki sehingga kalau berjalan selalu menyeret-nyeret kedua kakinya. Klien mengatakan berobat kedokter praktek dan bisa berjalan sudah 5 tahun sampai sekarang walaupun masih terseret-seret. Klien mengatakan kesemutan pada kedua kaki dan terasa berat bila berjalan Sering pusing kalau terlalu lama duduk. Risiko jatuh/cedera Reaksi pusing Peningkatan TIK Deficit neurologis Stroke hemoragik Resiko jatuh/cedera berhubungan dengan peningkatan TIK

DO: Postur tubuh tampak tidak stabil ketika berjalan.ampak mnyeret kedua kakinya saat berjalan . Aktivitas dan latihan dilakukan mandiri Kekuatan ekstremitas bawah

31

berkurang Tekanan darah: 190/100 mmHg. 3. DS: Klien mengeluh batuk dan banyak dahak DO: Suara dan napas klien terdengar tersendat (adanya obstruksi) akibat penumpukan dahak Kemampuan batuk menurun, produksi secret menurun Kehilangan control volunteer Deficit neurologis Stroke hemoragik Bersihan jalan napas tidak efektif b.d kemampuan batuk menurun

Bersihan jalan tidak efektif

32

C. WOC Kasus

Factor risiko

Aterosklerosis, Arteriosklerosis
Rupture arteriosklerotik akibat Hipertensi

Perdarahan intraserebral

Perembesan darah ke parenkim otak Penekanan jaringan otak, infark otak

STROKE HEMORAGIK

Deficit neurologis

Adanya peningkatan TIK

Kehilangan control volunteer Hemiplegia dan Hemiparesis

Reaksi pusing

Kemampuan batuk menurun, produksi sekret

Risiko Jatuh (cedera)

Kerusakan mobilitas fisik Bersihan jalan napas tidak efektif

33

D. Asuhan Keperawatan 1. Diagnosa keperawatan Adapun diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas adalah a. Kerusakan mobilitas fisik berhubungan dengan deficit neurologis. b. Resiko jatuh berhubungan dengan peningkatan TIK c. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan mengeluarkan secret. 2. Perencanaan No 1. Diagnosa Kerusakn mobilitas fisik b.d keengganan untuk melakukan pergerakan Tujuan dan kriteria hasil Tujuan: Setelah dilakukan perawatan selama 4 hari klien mampu melakukan latihan ROM dengan baik. Kriteria hasil: Setelah 4 kali kunjungan klien mampu melakukan latihan pergerakan ROM dengan kriteria: 1. menyatakan akan melakukan latihan ROM setiap pagi 2. dapat mempraktekkan gerakan ROM Intervensi 1. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakit stroke dan perawatan bagi penderita gangguan mobilitas. 2. Monitor tanda-tanda vital 3. Monitor kekuatan otot dan ROM pada klien. 4. Diskusikan cara-cara melatih pergerakan pada klien. 5. demonstrasikan cara nmelakukan latihan ROM aktif . 6. minta klien untuk mempraktekkan latihan ROM yang telah diajarkan setiap 2 kali sehari. 7. tanyakan kesanggupan klien untuk melakukan latihan ROM secara rutin. 8. motivasi klien untuk mencoba melakukan latihan.

34

9. beri pujian atas keberhasilan yang telah dicapai. 2. Resiko jatuh b.d keterbatasan mobilitas fisik. Tujuan: Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 hari klien tidak mengalami jatuh. Kriteria hasil: Setelah 3 kali kunjungan klien mampu mengantisipasi resiko jatuh dengan kriteria: 1. tidak ada laporan jatuh. 2. tidak terdapat tandatanda jatuh. 1. kaji pengetahuan klien dan keluarga terhadap perubahan fisik pada lanjut usia dan akibatnya. 2. monitor tanda-tanda jatuh pada klien. 3. gali pengetahuan klien dan keluarga mengenai upaya pencegahan agar klien tidak jatuh. 4. kaji faktor pendukung terjadinya jatuh, kondisirumah, kondisi klien. 5. anjurkan latihan ROM secara bertahap. 6. diskusikan cara-cara pencegahan jatuh pada klien. 7. anjurkan memegang tongkat bila berdiri dari duduk. 8. beri pujian atas usaha yang dilakukan.

35

3. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas yang berhubungan dengan akumulasi secret, kemampuan batuk menurun, penurunan mobilitas fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaran. Tujuan: dalam waktu 2 x 24 jam klien mampu meningkatkan dan mempertahankan keefektifan jalan nafas agar tetap bersih dan mencegah aspirasi. Kriteria hasil: bunyi nafas terdengar bersih, ronkhi tidak terdengar, selang trakea bebas sumbatan, menunjukkan batuk yang efektif, kemampuan batuk menurun, penurunan miobilitas fisik sekunder, perubahan tingkat kesadaran. intervensi Kaji keadan jalan nafas. rasionalisasi Obstruksi mungkin dapat disebabkan oleh akumulasi secret, sisa cairan muskus, perdarahan, brokospasme, dan/ atau posisi dari trakioestomi yang berubah. Evaluasi pergerakan dada dan auskultasi suara nafas pada kedua paru (bilateral). Pergerakkan dada yang simetris dengan suara nafas yang keluar dari paru-paru menandakan jalan nafas tidak terganggu. Saluran nafas bagian bawah tersumbat dapat terjadi pada pneumonia/ atelektasis akan menimbulkan perubahan suara nafas seperti ronkhi atau mengi. Pengisapan lendir tidak selama dilakukan terus-menerus, dan durasinya pun dapat dikurangi untuk mencegah bahaya

hipoksia. Diameter kateter penghisap tidak boleh lebih dari 50% diameter jalan nafas untuk mencegah hipoksia. Dengan membuat hiperpentilasi melalui

pemberian oksigen 100% dapat mencegah terjadinya atelektasis dan mengurangi Anjurkan klien mengenai teknik batuk selama pengisapan, seperti waktu bernafas panjang, batuk kuat, bersin jika ada indikasi. terjadinya hipoksia. Batuk yang efektif dapat mengeluarkan secret dari saluran nafas.

36

Atur/ubah posisi secara teratur (tiap 2 jam).

Mengatur pengeluaran secret dan ventilasi segmen paru-paru, mengurangi resiko atelektasis. Membantu pengenceran secret,

Berikan minum hangat jika keaadaan memungkinkan. Jelaskan kepada klien tentang kegunaan batuk yang efektif dan mengapa terdapat penumpukkan secret disaluran penafasan. Ajarkan klien tentang metode yang tepat untuk mengontrol batuk. Latih nafas dalam dan perlahan saat duduk setegak mungkin. Lakukan penafasan diafragma Tahan nafas lama 3-5 detik kemudian secara perlahan-lahan, keluarkan sebanyak mungkin melalui mulut. Lakukan nafas kedua, tahan dan batukkan dari dada dengan melakukan dua batuk pendek dan kuat. Auskultasi paru sebelum dan sesudah klien batuk Ajarkan klien tindakkan untuk menurun viskositas hidrasi sekresi: mempertahankan meningkatkan
37

mempermudah pengeluaran secret. Pengetahuan yang diharapkan akan

membantu mengembangkan kepatuhan klien terhadap rencana terapeutik Batuk yang tidak dan terkontrol adalah dan

melelahkan

tidak

efektif,

menyababkan frustasi. Memungkinkan ekspansi paru lebih luas.

Pernafasan frekuensi

diafragma nafas dan

menurunkan meningkatkan

ventilasi alveolar. Meningkatkan volume udara dalam paru mempermudah secret. Pengkajian ini membantu mengevaluasi keefektifan upaya batuk klien. Sekresi kental sulit untuk diencerkan dan dapat menyebabkan sumbatan mucus, yang mengarah pada atelektasis. pengeluaran sekresi

yang

adekuat;

masukkan cairan 1000-1500 cc/ hari bila tidak kontraindikasi. Untuk menghindari pengentalan dari

secret atau mosa pada saluran nafas bagian atas Dorong atau berikan perawatan mulut yang baik setelah batuk. Lakukan fisioterapi dada sesuai indikasi seperti postural drainase, perkusi. Kolaborasi bronkodilator Aminofilin, (Alupen), (Bronkosol). pemberian sesuai obat-obatan seperti sulfat Higiene mulut yang baik meningkatkan rasa kesejahteraan dan mencegah bau mulut. Mengatur ventilasi segmen paru-paru dan pengeluaran sekret. Mengatur ventilasi dan melepaskan sekret karena relaksasi otot/bronkospasme.

indikasi

meta-proterenol adoetarin

hidroclorida

38

BAB IV PEMBAHASAN Klien berusia 70 tahun. Klien datang dengan keluhan adanya kelemahan pada ekstremitas bagian bawah, terkadang terasa kesemutan. Dari data objektif yang didapatkan klien terlihat menyeret-nyeret kakinya dalam berjalan. Klien juga mengatakan bahwa klien sudah lama menderita hipertensi. Perbandingan antara kasus dan teori yaitu terdapat pada manifestasi klinis dari stroke dimana klien mengalami kelemahan/hemiplegia pada ekstremitas, kemudian dari riwayat kesehatan klien yang mengidap hipertensi membawa kasus klien kepada jenis stroke hemoragik dimana sebagian besar penyebab dari stroke ini adalah hipertensi. Peningkatan TIK juga berpengaruh akibat stroke yang dialami klien sehingga didapatkan tanda-tanda awal pusing yang dapat berpengaruh pada keseimbangan tubuh klien. Klien juga mengeluh kemampuan batuknya sudah berkurang, hal ini diakibatkan oleh adanya defisit neurlogis akibat dari stroke dan berujung pada penurunan gerakan volunter. Hal ini lah yang menyebabkan adanya penumpukan sekret pada jalan napas klien. Dari hasil pengkajian dan data yang didapat, ditegakkan tiga diagnosa yang berhubungan pada kasus yaitu Kerusakan mobilitas fisik, Risiko jatuh akibat rasa pusing, dan bersihan jalan napas yang tidak efektif akibat kemampuan batuk yang menurun. Kemudian dilakukan intervensi dengan tujuan dan kriteria hasil sesuai konsep yang ada.

39

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Sistem neurologi pada lansia berbeda dengan sistem neurologi pada tumbuh kembang lainnya. Sistem neurologi pada lansia mengalami penurunan yang signifikan sehingga membuat banyak penyakit yang timbul akibat penurunan ini. Salah satunya adalah stroke. Stroke didefinisikan sebagai suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang menyebabkan defisit neurologis. Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tibatiba terganggu. Stroke merupakan masalah neurologi yang memerlukan penatalaksanaan yang serius dan kontinuitas. Sehingga sebagai seorang perawat yang profesional harus memiliki pengetahuan tentang asuhan keperawatan yang akan dilakukan pada klien lansia dengan masalah neurologis yang dalam hal ini adalah stroke.

B. Saran Penulis berharap pembaca dan diri penulis sendiri mengetahui asuhan keperawatan yang diberikan pada lansia dengan masalah neurologi yang dalam hal ini adalah stroke sehingga intervensi yang diberikan perawat tepat dan bermanfaat pada klien. Makalah ini sudah memfasilitasi pembaca terkhususnya perawat untuk mengetahui bagaimana neurologi pada lansia dan asuhan keperawatan yang akan diberikan pada lansia dengan masalah neurologis khususnya stroke.

40

DAFTAR PUSTAKA

Gallo, Josep dkk. 1998. Gerontologi Edisi 2. Jakarta: EGC Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan Pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika. Mariam, Siti. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika. Muttaqin, Arif. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika. Ode, Sarif la. 2012. Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika. Perhimpunan Dokter Spesialis Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit dalam Jilid I Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.

41

Anda mungkin juga menyukai

  • 1 April 2014
    1 April 2014
    Dokumen1 halaman
    1 April 2014
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • 1 April 2014
    1 April 2014
    Dokumen1 halaman
    1 April 2014
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Sumatif PSTW
    Evaluasi Sumatif PSTW
    Dokumen2 halaman
    Evaluasi Sumatif PSTW
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • ABC
    ABC
    Dokumen5 halaman
    ABC
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Dokumen14 halaman
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Gempa
    Gempa
    Dokumen10 halaman
    Gempa
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • ABC
    ABC
    Dokumen5 halaman
    ABC
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • LK PKK Mater Kehamilan Normal
    LK PKK Mater Kehamilan Normal
    Dokumen33 halaman
    LK PKK Mater Kehamilan Normal
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Kamis
    Kamis
    Dokumen1 halaman
    Kamis
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Dokumen14 halaman
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Antropometri PDF
    Antropometri PDF
    Dokumen20 halaman
    Antropometri PDF
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    100% (1)
  • Antropometri PDF
    Antropometri PDF
    Dokumen20 halaman
    Antropometri PDF
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    100% (1)
  • Bentuk Kekerasan
    Bentuk Kekerasan
    Dokumen4 halaman
    Bentuk Kekerasan
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pkk2 Tpa
    Laporan Pkk2 Tpa
    Dokumen6 halaman
    Laporan Pkk2 Tpa
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Pertanyaan Penyakit CHF
    Pertanyaan Penyakit CHF
    Dokumen2 halaman
    Pertanyaan Penyakit CHF
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    100% (1)
  • Makalah Jiwa
    Makalah Jiwa
    Dokumen22 halaman
    Makalah Jiwa
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pkk2 Tpa
    Laporan Pkk2 Tpa
    Dokumen6 halaman
    Laporan Pkk2 Tpa
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Dokumen14 halaman
    Cecillia Nova-LK PKK2
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat
  • Patofisiologi
    Patofisiologi
    Dokumen1 halaman
    Patofisiologi
    Cecillia Pakpahan Marjorie
    Belum ada peringkat