Anda di halaman 1dari 14

1

Nama :Bambang Subahri


Nim :09410082

MODEL KEPEMIMPINAN MUROBI/MUROBYAH MAHAD SUNAN
AMPEL AL-ALY MALANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keberadaan seorang pemimpin merupakan hal utama demi tercapainya suatu
visi dan misi dalam organisasi atau lembaga yang telah di tetapkan. Berbagai gaya
kepemimpinan mewarnai pola dan tingkah laku seorang pemimpin dalam
menjalankan tugasnya, kendatipun demikian seorang pemimpin tentunya akan di
arahkan demi tercapainya tujuan anggota dan organisasi. Dalam sebuah lembaga
pendidikan pemimpin merupakan sosok terpenting dan merupakan pengemudi dalam
setiap komponen di dalamnya.

Kepemimpinan merupakan perilaku mempengaruhi individu atau kelompok
untuk melakukan sesuatu dalam rangka trcapainya tujuan organisasi. Secara lebih
sederhana dapat di bedakan antara kepemimpinan dan menejemen, yaitu pemimpin
mengerjakan suatu yang benar, sedangkan menejer mengerjakan sesuatu dengan
benar. Landasan inilah yang menjadi acuan mendasar untuk melihat peran pemimpin
dalam suatu organisasi. Perbedaan inilah memberikan gambaran bahwa peran
pemimpin biasanya terkait dengan tingkat kebijakan puncak atu mengambil
keputusan puncak yang bersifat menyeluruh dalam organisasi dan lembaga,
sedangkan menejer merupakan pengambil keputusan tingkat menengah.

2

Pemimpin pada hakikatnya merupakan pola tingkah laku mempengaruhi
orang lain dengan di dalam kerjanyan dengan melalui kekuasaan. Kekuasaan
merupakan kemampuan mempenggaruhi orang bawahan sebubungan dengan tugas-
tugas yang harus dilaksanakan. Semakin banyak jumlah kekuasan, maka semakin
besar kepemimpinan yang efektif dalam suatu lembaga atau organisasi. Menurut
kodratnya manusia di lahirkan untuk menjadi pemimpin. Nabi Adam manusia
pertama ciptaan Allah di tugaskan menjadi khalifah di muka bumi ini. Sebagaimana
firman Allah yang berbunyi:

^OT4 4~ CG4O
RO^UEUR OTE+T
RN~ET OT ^O-
LOEOTUE= W W-EQ7~
NE^` O&OR T4` O^NC
O&OR lROEC4
47.4`R".- T^44
ETOl=O+^ ER^O4
+ER-+^4 El W 4~
EOTE+T NU^N 4`
4QUu> ^Q
ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa
Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya
aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui." (Qs.Albaqarah:30)
3


Kepemimpinan identik dengan organisasi dan lembaga, karena adanya suatu
kelompok yang memiliki tujuan yang sama dan melmiliki struktur, harus memiliki se
orang pemimpin, karena perlu adanya control antar aspek aspek yang terkait di
dalamnya. Dan demi tercapainya tujuan tersebut perlu terkoordinirnya segala sesuatu
yang di butuhkan dalam organisasi maupun lembaga tersebut, dan pemimpinlah yang
memiliki hak atas semua itu. Dengan demikian Peran key position kemajuan dan
perkembangan tidak keliru di alamatkan kepada kepemimpinan Pengasuh Pondok
Pesantren.

Pada zaman gobalisasi ini pendidikan dituntut tidak hanya memiliki hard skill
tetapi juga di tuntut memiliki soft skill demi sukses dan tercapainya tujuan
pendidikan. Dan pembelajaran di pondok pesantrenlah yang di anggap menerapkan
soft skill pada santri-santrinya. Sehingga pondok pesantren tidak hanya encetak
intelek tual, akan tetapi juga di dukung dengan professional dan spiritual keagamaan.
Dengan demikian pemimpin dalam pondok pesantren atau yang kerap dengan sebutan
Mahad memiliki tepe dan model kepemimpinan yang berbeda dengan
kepemimpinan yang ada dalam ranah pendidikan pada umumnya.

Karakter dan model kepemimpinan sangat menentukan tercapainya suatu
tujuan pendidikan. Satu individu dengan individu lain memiliki karakteristik dan pola
tingkah laku yang berbeda, begitu pula dengan kepemimpinan. Kepemimpinan
memiliki banyak model dan tipe. Sehingga tipe dan model memiliki cara yang
berbeda dalam system dan penerapan kepemimpinannya. Adanya perbedaan ini dapat
mempengaruhi pola fikir di dalam organisasi dan lembaga. Demikian pula ketika pola
kepemimpinan aplikasinya dalam pendidikan pondok pesantren, maka semua aspek
pendidikan yang di berikan oleh pemimpin akan di jadikan uswah oleh semua
elemen-elemen yang di pimpinnya. Mengingat kepemimpinan di pesantren-pesantren
tingkat kepatuhan terhadap pengasuh merupakan hal yang besifat sakral dan
merupakan keharusan, maka dapat di tarik kesimpulan apa bila pengasuh pondok
4

pesantren tersebut kurang memiliki intelek dan sifat leadership yang tinggi maka
tujuan dan misi pondok pesantren tersebut akan semakin jauh dari yang di harapkan.

Seiring perkembangan dan makin kritisnya pola pemikiran, lembaga
memerlukan pemimpin yang dapat memberi kontribusi dan berorientasi pada
perubahan. Kepemimpinan yang baik adalah kepemimpinan yang mampu membawa
lembaga atau organisasi sesuai dengan asas-asas menejemen modern.
1
Kualitas dan
pola fikir pemimpin juga sangat mempengaruhi tingkah laku kepemimpinannya.
Tingkah laku merupakan sebuah cermin pola kepemimpinan dan menjadikan
karakteristik yang dapat di bedakan antara berbagai macam tipe dan model
kepemimpinan.

Mahad atau pondok pesantren memiliki system pembelajaran dan pengajaran
tersendiri, berbeda dengan pendidikan pada umumnya yang kepemimpinannya itu di
pimpin oleh kepala sekolah, dimana kepala sekolah mendidik peserta didiknya
dengan tujuan memberikan pemahaman dan kualitas pembelajaran, sedangkan
pengasuh mahad memberikan sebuah pemahaman dalam sebuah pembelajaran dan
mengedepankan etika dalam menjalani kehidupan di dalam bermasyarakat,

Pengasuh Pondok Pesantren merupakan uswah dan merupakan agen of cange
dalam lembaga yang mempunyai peran aktif dalam meningkatkan kualitas
pendidikan. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan keislaman Pengasuh pondok
pesantren di tuntut memiliki leadersip yang baik. Pengasuh pondok pesantren
hendaknya mampumenciptakan iklim organisasi sehingga dapat menciptakan
keselarasan antar kompone-komponen demi tercapainya tujuan lembaga dan misi
pondok pesantren. Model kepemimpinan di pondok pesantren inilah yang dirasa
berbeda dengan tipe-tipe pemimpin pada umumnya, khususnya di kalangan lembaga
pendidikan.

1
Vaithazal Rivai, Arviyan Arifin Islamic leadership: Membangun leadership Melalui Kecerdasan
Spiritual (Jakarta: Bumi Aksara, 2009). 7.
5


Pondok pesantren tidak hanya dimiliki oleh kalangan masyarakat pendalam
saja, namun pondok pesantren telah berkembang seiring perkembngan keilmuan yang
menuntut kulitas dan kuantitas pendidikan. Para akademisi mengembangkan pondok
pesantren kejenjang yang lebih modern sengga santri-santri tidak hanya bergelut
dalam bidang keislaman, namun juga bisa bergelut dalam bidang politik, social,
akademisi, klinis, dan berbagai lembaga di kehidupan yang makin menuntut
berkembangnya ilmu pengetahuan. Pendidikan pesantren telah membuka mata, dan
banyak diantara santri santri pondok pesantren mengenal pendidikan formala seperti
SD, SMP, dan SMA, sehingga para santri dapat melanjutkan studiya ke jenjang yang
lebih tinggi seperti perguruan tinggi dan mulai berkolaborasi dalam kehidupan
modern yakni kehidupan Mahasiswa.

Dalam pandangan Islam, mahasiswa merupakan komunitas yang terhormat
dan terpuji sesuai dengan firman Allah:
O&^4C 4R~-.-
W-EQNL4`-47 -OT 1R~ 7
W-QOOE> T +TUEE^-
W-Q=O^ =E=O^4C +.-
7 W -OT4 1R~
W-+O=e- W-+O=e
7O4C +.- 4R~-.-
W-QNL4`-47 7LR`
4R~-.-4 W-Q>+
=UR^- eE4OE1
6

+.-4 ET 4QUEu>
OOTlE= ^
11. Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-
orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui
apa yang kamu kerjakan (QS. al-Mujadalah:11).
karena ia merupakan komunitas yang menjadi cikal bakal lahirnya ilmuwan
(ulama) yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan
memberikan penjelasan pada masyarakat dengan pengetahuannya itu. Di dalam Al-
Quran surat al-Taubah:122 diterangkan:
4`4 H~E
4QNLR`u^- W-NOR441R
LO-. QU 4OE4^ TR`
"7 lO~OR &u+R)`
OE*.C W-QOE4-41Rm
OT ^TCR".-
W-+OO4N1R4 4`Q~
-OT W-EQNE4O &OT
^UE H+OEO^4 ^==
122. tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
7

kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya (Qs. al-Taubah:1220).
Oleh karenanya, mahasiswa dianggap sebagai komunitas yang penting untuk
menggerakkan masyarakat Islam menuju kekhalifahannya yang mampu membaca
alam nyata sebagai sebuah keniscayaan ilahiyah seperti fifman allah dalam surat Ali-
Imran:191 yang berbunyi:
4R~-.- 4NO7'O4C -.-
V41R~ -41QN~4 O>4N4
TTQNLN 4NOO:E4-4C4
OT -UE= R4Q4OO-
^O-4 4L+4O 4`
=e^UE= -EOE- 1ERC4
ElE4E:c E4 =-EO4N
OEL- ^_
191. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka(QS. Ali- Imran:191).
Universitas memandang keberhasilan pendidikan mahasiswa, apabila mereka
memiliki identitas sebagai seseorang yang mempunyai: (1) ilmu pengetahuan yang
luas, (2) penglihatan yang tajam, (3) otak yang cerdas, (4) hati yang lembut dan (5)
semangat tinggi karena Allah.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, kegiatan kependidikan di Universitas, baik
kurikuler, ko-kurikuler maupun ekstra kurikuler, diarahkan pada pemberdayaan
8

potensi dan kegemaran mahasiswa untuk mencapai target profil lulusan yang
memiliki ciri-ciri: (1) kemandirian, (2) siap berkompetisi dengan lulusan Perguruan
Tinggi lain, (3) berwawasan akademik global, (4) kemampuan memimpin/sebagai
penggerak umat, (5) bertanggung jawab dalam mengembangkan agama Islam di
tengah-tengah masyarakat, (6) berjiwa besar, selalu peduli pada orang lain / gemar
berkorban untuk kemajuan bersama, dan (7) kemampuan menjadi teladan bagi
masyarakat sekelilingnya.
Strategi tersebut mencakup pengembangan kelembagaan yang tercermin dalam :
(1) kemampuan tenaga akademik yang handal dalam pemikiran, penelitian, dan
berbagai aktivitas ilmiah-religius, (2) kemampuan tradisi akademik yang mendorong
lahirnya kewibawaan akademik bagi seluruh sivitas akademika, (3) kemampuan
manajemen yang kokoh dan mampu menggerakkan seluruh potensi untuk
mengembangkan kreativitas warga kampus, (4) kemampuan antisipatif masa depan
dan bersifat proaktif, (5) kemampuan pimpinan mengakomodasikan seluruh potensi
yang dimiliki menjadi kekuatan penggerak lembaga secara menyeluruh, dan (6)
kemampuan membangun biah Islamiyah yang mampu menumbuhsuburkan akhlaqul
karimah bagi setiap sivitas akademika.
Untuk mewujudkan harapan terakhir, salah satunya adalah dibutuhkan keberadaan
mahad yang secara intensif mampu memberikan resonansi dalam mewujudkan
lembaga pendidikan tinggi Islam yang ilmiah-religius, sekaligus sebagai bentuk
penguatan terhadap pembentukan lulusan yang intelek-profesional yang ulama atau
ulama yang intelek-profesional. Sebab sejarah telah mengabarkan bahwa tidak sedikit
keberadaan mahad telah mampu memberikan sumbangan besar pada hajat besar
bangsa ini melalui alumninya dalam mengisi pembangunan manusia seutuhnya.
Dengan demikian, keberadaan mahad dalam komunitas perguruan tinggi Islam
merupakan keniscayaan yang akan menjadi pilar penting dari bangunan akademik.
Berdasarkan pembacaan tersebut, Universitas memandang bahwa pendirian
mahad sangat urgen untuk direalisasikan dengan program kerja dan semua
9

kegiatannya berjalan secara integral dan sistematis dengan mempertimbangkan
program-program yang sinergis dengan visi dan misi Universitas. Pendirian mahad
ini didasarkan pada Keputusan Ketua STAIN Malang dan secara resmi difungsikan
pada semester gasal tahun 2000 serta pada tahun 2005 diterbitkan Peraturan Menteri
Agama No. 5/2005 tentang statuta Universitas yang di dalamnya secara struktural
mengatur keberadaan mahad Sunan Ampel Al-Ali.
Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang dalam pengelolaannya memiliki struktur
demi tercapainya kualitas pendidikan yang diharapkan, maka semua aset yang ada
dikemas sedemikian rupa untuk mendinamisir santri dalam kegiatan akademik dan
spiritual. Sehingga kepengurusan Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang menjadi
acuan utama dalam misi dan misinya, adapun struktur kepengurusannya sebagai
berikyt:
a. Dewan Pelindung
Pelindung adalah ketua UIN Malang, yang bertugas menetapkan garis-garis besar
pengelolaan mahad, sehingga diharapkan mahad benar-benar menjadi bagian dari
sistem akademik yang mendukung, mengarahkan dan mengkondisikan para santri
untuk meningkatkan kualitas akademik dan sumber daya manusianya.
b. Dewan Pembina
Pembina adalah para pembantu ketua, yang bertugas sebagai supervisor dan evaluator
terhadap pengurus mahad secara keseluruhan.
c. Dewan Kyai
Dewan kyai terdiri dari dosen UIN yang meniliki kompetensi keilmuan keagamaan
yang handal yang ditetapkan oleh ketua UIN. Dewan ini memberikan masukan-
masukan dalam pelaksanaan kegiatan ritual dan akademik.
d. Dewan Pengasuh
10

Dewan ini terdiri atas dosen UIN Malang yang menetap di perumahan mahad yang
ditetapkan oleh Ketua UIN Malang. Tugas dan wewenang dewan kyai ini adalah:
Pertama, mengkondisikan semua potensi sekaligus untuk mendinamisasikan kegiatan
akademik dan non akademik para santri, sehingga waktu yang ada dapat digunakan
secara efektif dan efisien, terutama dalam pengembangan keilmuan, budaya dan seni
yang Islami. Kedua, Dewan Kyai/Mudir dapat menjalankan berbagai fungsi, misalnya
sebagai pengasuh, ustazd, orang tua sekaligus sebagai sahabat dalam memecahkan
semua persoalan yang dihadapi santri. Ketiga, mendorong dan mengarahkan para
santri untuk mengintegrasikan diri secara optimal program kebahasaan, kajian
keagamaan/keilmuan yang dibina oleh dewan kyai dan membiasakan amalan tradisi
keagamaan di masjid kampus. Keempat, menampung masalah-masalah yang dihadapi
santri dan bersama pengurus mencari alternatif pemecahannya. Kelima, agar terjadi
kelancaran berkomunikasi timbal balik dengan santri, dewan kyai selalu bertempat
tinggal di Perumahan Mahad.
e. Seksi-seksi
Seksi-seksi ini terdiri dari : pembinaan mental spiritual, kesehatan, kamanan,
kesejahteraan, kerumahtanggaan, usaha (perikanan, kantin, pertokoan dan telkom),
penanggung jawab unit.
f. Al Musyrif
Al Musyrif adalah santri senior yang ditetapkan oleh pengurus mahad berdasarkan
musyawarah dan tes kelayakan. Kedudukan mereka sebagai pendamping santri dalam
mengikuti kegiatan mahad sehari-hari. Untuk memudahkan pelaksanaan, mereka
wajib bertempat tinggal di beberapa kamar yang telah ditentukan di setiap lantai unit
mahad. Mereka ini mepunyai tanggung jawab dan tugas seperti : (1) memotivasi
santri dalam melaksanakan kegiatan mahad baik ritual maupun akademik (2)
membantu dewan pengasuh di dalam membina dan membimbing para santri, (3)
memberi teladan dan mengaktifkan santri untuk berkomunikasi dengan bahasa Arab
dan Inggris serta mengawasinya, (4) membina organisasi santri mahad.
11

Menurut Fiedler
2
beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap
efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan
(leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang
dihadapinya. Dari asumsi ini seyokyanya dewan pengasuh dapat memberikan
kontribusi terhadap efektifitas kinerja kelompok yang ada di Mahad Sunan Ampel
Al-Aly Malang, namun pada kenyataanya kegiatan makhad tidak berjalan secara
optimal, bahkan sosok pemimpin kurang dapat mewarnai dalam lingkungan Mahad
Sunan Ampel Al-Aly.
Kegiatan Talim
3
yang merupakan andalan pembelajaran di Mahad Sunan
Ampel Al-Aly hanya saja segelintir orang yang mengikuti pembelajaran tersebut, dari
230 di masing masing mabna hanya 20 orang yang dapat menghadiri pembelajaran
secara aktif setiap harinya. Hal ini merupakan faktual kareana beragamnnya
kepengurusan Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang dari mulai Dewan pelindung,
Pembina, dewan kiayai, dewan pengasuh, seksi-seksi dan musrif yang tentunya
memiliki karakter dan tipe kepemimpinan yang berbeda. Sehingga sangat menarik
untuk di teliti dan didiskusikan dalam tulisan ini secara formal dengan judul Model
Kepemimpinan Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, kajian dalam penelitian ini di fokuskan pada
model kepemimpinanan Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang. Karena itu focus

2
Fred Fiedler Edward (lahir 1922) adalah salah seorang peneliti terkemuka di psikologi Industri dan
organisasi abad ke-20. Dia adalah bisnis dan manajemen psikolog University of Washington Dia
membantu ini pindah lapangan dari penelitian tentang sifat dan karakteristik pribadi pemimpin, untuk
kepemimpinan gaya dan perilaku. Pada tahun 1967 ia memperkenalkan model kontingensi
kepemimpinan, dengan sekarang terkenal model kontingensi Fiedler.

3
Talim sebagai media proses belajar mengajar ini diselenggarakan dua kali dalam satu pekan selama
dua semester, diikuti oleh semua santri di masing-masing unit hunian dan diasuh langsung oleh para
pengasuhnya. Pada setiap akhir semester diselenggarakan tes/evaluasi. Kitab panduan primer yang
dikaji adalah al-Tadzhib karya Dr. Musthafa Dieb al-Bigha. Kitab ini berisi persoalan fiqh dengan
cantuman anotasi al-Quran, al-Hadist sebagai dasar normatifnya dan pendapat para ulama sebagai
elobarasi dan komparasinya. Capaian talim ini adalah masing-masing santri mampu menyebutkan
hukum aktifitas/kewajiban tertentu dengan menyertakan dalil (dasar normatifnya), baik al-Quran
maupun al Hadist beserta rawinya.
12

peneliti dalam penelitian ini ialah mencoba memberikan pemahaman tentang
kompleksitas model kepemimpinan Mahad Sunan Ampel Al-Aly Malang yang di
pimpin oleh beragam tipe kepemimpinan para pengasuh Mahad Sunan Ampel Al-
Aly Malang. Fokus penelitian tersebut peneliti rumuskan sebagai berikut:
1. Apakah level kepemimpinan Mahad Sunan Ampel Al-Aly mempengaruhi
kepatuhan dalam kegiatan-kegiatan makhad?
2. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi perbedaan model
kepemimpinan Mahad Sunan Ampel Al-Aly?

C. Tujuan
1. Skripsi ini di maksudkan untuk mengetahui sejauhmana kepatuhan
mahasiswa terhadap kepemimpinan dan kepengurusan di Mahad Sunan
Ampel Al-Aly.
2. Untuk mengetahui factor-faktor mempengaruhi perbedaan model
kepemimpinan Mahad Sunan Ampel Al-Aly.

D. Penelitian Pendahuluan
Penelitian terdahulu dicantumkan untuk mengetahui perbedaan penelitian yang
terdahulu sehingga tidak terjadi plagiasi (penjiplakan) karya dan untuk
mempermudah fokus apa yang akan dikaji dalam penelitian ini. Adapun beberapa
hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini antara lain:

Penelitian pertama oleh M Wafir Anik dalam tesisnya yang berjudul Model
Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Meningkatkan Kompetensi Pedagogik Guru
PAI di SMA Negeri I Kamal Bangkalan. Hasil penelitian menunjukkan : (1) Model
kepemimpinan kepala SMA Negeri I
Kamal Bangkalan adalah model demokratis, dimana kepala sekolah selama proses
kepemimpinannya memberikan semangat dan dorongan, bersikap jujur dan adil,
menganggap guru sebagai mitra kerja, memberi kepercayaan, mendelegasikan, mau
13

menerima saran dan kritik dari para guru.(2) Strategi kepala SMA Negeri I Kamal
Bangkalan dalam meningkatkan kompetensi guru PAI adalah partisipatif, karena
kepala sekolah banyak melibatkan para guru seperti pembentukan tim kerja
menghadapi PSB, kepanitiaan HBI, pembangunan/rehab gedung/ruang kelas. kepala
sekolah berusaha menampilkan keteladanan dan bekerja bersama-sama dalam stiap
kesempatan dengan para guru, seperti dalam pembuatan program sekolah,
pemecahan masalah, pembuatan jadwal supervisi.

Penelitian kedua oleh Muhamad Ali Maqfur yang berjul Analisis Penerapan
Model Kepemimpinan Di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Hasil penelitian, menunjukkan bahwa Model kepemimpinan di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang adalah model kepemimpinan
transformasional karena dalam Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang hubungan yang sangat tinggi dan tugasnya juga sangat tinggi serta pimpinan
selalu memberi pengarahan dan menjelaskan hasil keputusan. Model kepemimpinan
di Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang sangat sesuai dengan
konsep islam karena kepemimpinannya mengedepankan hubungan yang baik dan
keteladaanan yang tinggi dan tugas yang sangat maksimal dan optimal.
Kinerja karyawan pada Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
dapat dikatakan memenuhi kriteria sebagai karyawan yang baik, karena para
karyawan selam ini telah melaksanakan sesuai standart kualitas, kuantitas dan
standart waktu yang telah ditetapkan oleh Universitas Islam Negeri Maulana Malik
Ibrahim Malang akan tetapi dalam hal kedisiplinan waktu kerja masih harus
diperlukan perhatian lebih serius.

Penelitian ke tiga oleh Kusairi DENGAN JUDUL Model Kepemimpinan
Kepala Sekolah Dalam Mengembangkan Lingkungan Berwawasan Iman dan Taqwa
di SMA Negeri 1 Malang.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) konsep lingkungan sekolah berwawasan
iman dan taqwa yang dikembangkan di SMA Negeri 1 Malang, yaitu: lingkungan
14

fisik sekolah dan lingkungan sosial sekolah, (2) bagaimana model kepemimpinan
kepala SMA Negeri 1 Malang dalam mengembangkan lingkungan sekolah
berwawasan iman dan taqwa yaitu menggunakan model kepemimpinan demokratis,
dimana kepala sekolah selama proses kepemimpinannya mampu melakukan
perubahan dan memiliki visi ke depan untuk mengembangkan sekolah berwawasan
iman dan taqwa, dan (3) apa saja strategi yang dipakai oleh kepala SMA Negeri 1
Malang dalam mengembangkan lingkungan sekolah berwawasan iman dan taqwa,
yaitu: menciptakan suasana religius di lingkungan sekolah, internalisasi nilai-nilai
keagamaan, keteladanan, pembiasaan, menciptakan kebijakan sekolah yang strategis,
membangun komitmen pimpinan dan warga sekolah, dan membangun kemitraan.

Anda mungkin juga menyukai