Anda di halaman 1dari 15

Suatu Kajian Dialektika Atas Terpilihnya Barack Obama

Menjadi Presiden Amerika Serikat Terhadap Dunia Islam


Dianalisis Berdasarkan Beberapa Perspektif

Oleh:

Septria Yanto
05 193 039

Ilmu Administrasi Negara


Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik
Universitas Andalas
2008
BAB I

PENDAHULUAN

Aku bukan nasionalis, bukan katolik, bukan sosialis. Aku bukan buddha,
bukan protestan, bukan westernis. Aku bukan komunis. Aku bukan
humanis. Aku adalah semuanya. Mudah-mudahan inilah yang disebut
muslim. Aku ingin bahwa orang memandang dan menilaiku sebagai suatu
kemutlakan (absolute entity) tanpa menghubung-hubungkan dari
kelompok mana saya termasuk serta dari aliran apa saya berangkat.1

Terinspirasi dengan kutipan diatas maka, saya akan memulai makalah ini
dengan pandangan bahwa, kita harus melihat suatu kasus/ fenomena dari berbagai
sudut pandang yang bebas nilai dan intervensi. Sehingga kesimpulan yang
dihasilkan akan bersifat objektif dan tidak hanya didasarkan pada kepentingan
pribadi penulis dan berbagai pihak tertentu. Kita tidak boleh melihat suatu
fenomena seperti halnya orang buta melihat gajah dan menarik kesimpulan secara
terburu-buru dan pada akhirnya menjadi absurd (tidak bermakna). Bagaimana
orang buta? Dapat kita bayangkan jika lima orang buta melihat gajah tentu akan
menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda tentang gajah tersebut. Ada yang
mengatakan gajah itu seperti pohon kelapa karena yang dia pegang adalah
kakinya, dan ada juga yang mengatakan gajah itu pipih karena yang dipegang itu
adalah telinga gajah dan begitu seterusnya. Sehingga pada akhirnya jika masing-
masing pandangan tersebut dikumpulkan akan menghasilkan pemahaman tentang
gajah yang kita pahami seperti saat sekarang. Begitu jugalah hendaknya kita akan
membahas kasus/ fenomena berikut yang akan dilakukan dengan penggabungan
statement-statement yang dialektis (thesis,anti thesis, dan sitesis) sehingga
menghasilkan suatu kesimpulan yang komplit dan tidak prematur.

Fenomena yang akan kita analisis dalam makalah ini adalah sejauh mana
pengaruh terpilihnya Barack Obama sebagai pemimpin Amerika Serikat terhadap
dunia khususnya dunia Islam. Dalam sebuah fenomena tentu akan menghasilkan
dampak, baik itu dampak positif maupun dampak negatif. Sebelum kita
melangkah lebih jauh mengenai dampak tersebut alangkah baiknya kita melihat

1
Ahmad Wahid, 1981, pergolakan pemikiran Islam, catatan harian, Jakarta: LP3ES, Cetakan Kedua, Hal.
46.
realitas yang terjadi didalam variabel defendennya (variabel yang dipengaruhi)
terlebih dahulu.

Realitanya hari ini banyak kaum intelektual dan mayoritas masyarakat


yang menghadapi krisis hebat terhadap agama. Apakah agama merupakan salah
satu dari kenyataan-kenyataan hidup? Seandainya agama pernah menjadi satu
kenyataan hidup di masa yang lalu, akankah ia masih tetap akan menjadi
kenyataan hidup di zaman moderen ini. Dimana sains serta situasi sosial, ekonomi
dan politik telah mengubahkan seluruh bidang kehidupan. Apakah agama
merupakan satu keperluan umat manusia? Atau agama hanya merupakan suatu
kecenderungan pribadi semata dengan arti siapa yang suka boleh theis dan siapa
yang tidak suka boleh jadi atheis. Kaum-kaum intelektual saat ini banyak
didominir oleh keraguan, kecemasan dan ketakutan: “Semua ini membuat aku
cemas menghadapi masa depan. Gairah, senang, tapi dilain pihak putus asa,
takut, cemas dan lain-lain.”2 Hal ini disebabkan karena kegelisahan-kegelisahan
terhadap orde masanya yang semakin hari bukannya semakin baik, tapi malah
sebaliknya.

Kaum intelektual hari ini merupakan hasil dari sistem politik yang disusun
oleh penjajah. Mereka tidak mengetahui sesuatu hal kecuali apa yang telah
diajarkan, mereka diharapkan untuk kritis tapi dilain pihak mereka dikebiri dan
pendidikan itu sendiri hanya untuk menghasilkan alat bagi penguasa, dan bukan
menjadikan pendidikan itu sebagai tujuan untuk mensejahterakan umat manusia.
Begitu juga dengan agama, pemeluknya tidak mengetahui apapun kecuali
pemahaman-pemahaman dan gambaran-gambaran yang menimbulkan keraguan,
mereka tidak memahami seluruh ajaran agama kecuali mengikut apa yang diajar
oleh guru-guru mereka yang terbatas dan tidak sustainable (berkelanjutan).

Kita orang Islam belum mampu menerjemahkan kebenaran ajaran Islam


dalam suatu program pencapaian. Antara ultimate values dalam ajaran
Islam dengan kondisi sekarang memerlukan penerjemahan-
penerjemahan. Dan ini tidak didasari. Di situ mungkin kita akan banyak
berjumpa dengan kelompok pragmatisme, tapi jelas arahnya lain. Karena

2
Ibid, dalam Soe Hok Gie, 2005, Catatan Seorang Demonstran, Jakarta: LP3ES, Hal. 7.
seperti itulah kita menjadi orang yang selalu ketinggalan dalam usaha
pencapaian dan cendrung ekslusif.3

Kita tidak pernah menggabung antara ideal dan realita, karena sesuatu
yang ideal akan tampak luar biasa sebagai sebuah ideal. Kita mestinya juga harus
memperhatikan realitas-realitas yang terdapat di dalam Islam. “Kupikir nabi
Muhammad akan menyatukan perbedaan antara yang rill dengan ideal. Ketika
beliau ditanya tentang definisi agama, beliau menjawab: Agama adalah cara kita
bersikap terhadap orang lain. Sederhana, tanpa menyederhanakan”.4 Bukan
hanya teori tapi adalah bagaimana cara implementasi dari sebuah teori tersebut.
Ditambah lagi kekritisan umat Islam yang sudah dikebiri, sehingga umat cendrung
mengarah kepada sikap apatis (tidak mau tahu) dan fatalisme (pasrah secara total)
terhadap sebuah keadaan. Ini merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan
akan mengakibatkan umat manusia terjerumus dalam musibah yang sangat
mengerikan.5

Disisi lain, manusia terlalu mudah untuk untuk menjatuhkan penilaian


(judge minded). Mereka tidak pernah mencoba mempelajari dan mempertanyakan
mengapa seperti itu? Apa yang menyebabkannya? Bagaimana jika seperti ini?
Dst. Pada dasarnya sesuatu itu tidak seperti bagaimana yang terlihat, banyak hal
yang salah dipahami oleh manusia, karena pikiran manusia cendrung picik dan
ingin menang sendiri (egoisme).6

Saya teringat akan perkataan seorang teman yang mengatakan bahwa, “


kalau kau orang yang beriman kau jangan berfikir. Kalau kau berfikir, maka kau
bukan orang beriman.” Tapi apakah saya salah dengan kebodohan saya, atau
mereka yang tidak mengerti apa yang saya hadapi. Bukankah Al-Qur’an itu
sendiri menyuruh umatnya untuk berfikir? Bahkan ayat yang pertama diturunkan
pun adalah perintah untuk membaca dan tentu dengan membaca kita akan berfikir.
Islam bagi kebanyakan orang hanyalah warisan kepercayaan secara turun
temurun, tanpa mencoba untuk “mempertanyakan” kembali Islam itu sendiri.
Kenapa pikiran kita terlalu terpaku pada kejadian yang menimpa orang-orang
3
Ahmad wahib Op. Cit., Hal. 8.
4
Irshad Manji, 2008, Beriman Tanpa Rasa Takut, terjemahan Herlina Permata sari, Jakarta
5
Mohammad Mushtofa Ramadlan, 2005, Reformasi Vs Revolusi, Ciputat: Wadi Press, Hal. vii.
6
Andrea Hirata, 2008, Edensor, Yogyakarta: PT. Bentang, Hal. 95.
Palestina dan Israel? Sedangkan disekeliling kita yang terdekat, orang-orang telah
kehilangan harga dirinya hanya untuk menyambung hidup, dan mereka juga
Islam. Siapakah yang menjajah bangsa Islam, apakah Amerika atau malah orang-
orang Islam itu sendiri? Selanjutnya kenapa orang-orang Islam lebih bangga
dengan gelar hajinya jika saudaranya kelaparan? Jika saja uang yang
dipergunakan untuk menunaikan ibadah haji itu dipergunakan untuk menolong
orang-orang yang telah kehilangan harga diri tersebut menurut saya, tentu pahala
akan lebih besar walaupun kita tidak menjalankan perintah rukun Islam yang
kelima itu karena, do’a orang yang ditolong akan terus mengalir, Apakah kita
akan berdosa? Saya juga teringat kata-kata di dalam sebuah film yang mengatakan
“Tuhan itu juga akan mengerti, dan jika dia tidak mengerti berarti bukan Tuhan”7
tentu saja Al-Qur’an mengajarkan lebih dari itu bahwa Tuhan itu adalah maha
segala-galanya. Tetapi apa alasan kita memahami Al-Qur’an secara harfiah jika
cara itu begitu kontradiktif dan ambigu.

Terus terang, aku kepingin sekali bertemu sendiri dengan Nabi


Muhammad dan ingin mengajaknya hidup di abad XX ini dan
memberikan jawaban-jawabannya. Aku sudah kurang percaya pada
orang-orang yang disebut pewarisnya.8

Hal itu baru permasalahan interen dari umat Islam, yang juga diikuti masalah
eksteren mengenai sikap masyarakat-masyarakat yang bukan Islam terhadap umat
Islam, dan hal ini merupakan suatu masalah yang selalu dikatakan rumit dan
sukar.

Pada dasarnya prinsip umum Islam ialah, adanya persamaan hak dan
kewajiban. Orang-orang yang bukan Islam mempunyai hak dan kewajiban yang
sama seperti kita pemeluk Islam. Islam begitu tegas menyuruh pemeluknya
berlaku baik dan adil terhadap orang-orang yang bukan Islam, dan menetapkan
persamaan hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang bukan bersangkutan dengan
ibadat dan fardhu yaitu, hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan
peraturan masyarakat dan hak-hak kewarganegaraan.

7
Film mengenai perang salib, saat itu banyak tentara yang gugur di dalam benteng dan panglima perang
memerintahkan untuk membakar mayat-mayat tersebut. Akan tetapi seorang pastor melarang hal tersebut.
Jelas situasinya tidak memungkinkan untuk melakukan upacara pemakaman.
8
Ahmad wahib Op. Cit., Hal. 16.
BAB II

PEMABAHASAN

Seperti yang telah dibahas pada bab sebelumnya makalah ini akan
membahas tentang pengaruh terpilihnya Barack Obama sebagai pemimpin
Amerika Serikat terhadap dunia Islam. Dalam masa kampanyenya, Presiden
Amerika Serikat terpilih, Barack Obama, berjanji akan mengunjungi negara
Muslim untuk menyampaikan visinya. Kemudian setelah terpilih, dia kembali
menegaskan tentang pentingnya hubungan AS dengan negara-negara Muslim.
Ada sejumlah negara Muslim yang akan menjadi tujuan kunjungannya seperti,
Mesir, Turki, Qatar, dan Indonesia. Kunjungan itu amat penting, terutama dalam
rangka mendengarkan langsung visi pemerintahan Obama terhadap dunia Islam.

Sejauh ini dan juga sudah diutarakan sebelumnya bahwa dalam sebuah
fenomena akan menghasilkan dampak, baik itu positif dan negatif karena, seperti
yang dijelaskan dalam Al-Qur’an sendiri bahwa segalanya diatas dunia ini
diciptakan secara bepasang-pasangan. Manis, rasa manis itu ada karena kita juga
pernah merasakan pahit. Tentu rasa manis itu juga tidak akan pernah ada jika
pahit juga tidak ada, dan entah bagaimana dunia ini jika, seluruh rasa itu semua
sama dan pendapat kita semua juga sama terhadap semua hal. Tentu hidup akan
sangat membosankan. Begitu juga dengan positif dan negatif.

Atas dilantiknya Barack Obama sebagai presiden Amerika Serikat banyak


terdapat harapan-harapan dan pandangan positif mengenai bersatunya masyarakat
antar bangsa. Kalau jutaan rakyat Amerika sanggup berkumpul dalam cuaca sejuk
di Washington untuk menyaksikan sendiri Obama mengangkat sumpahnya,
masyarakat di luar negara itu juga turut untuk menyaksikan sendiri acara
bersejarah itu. Kemunculan Presiden kulit hitam pertama Amerika Serikat. Rata-
rata harapan mereka yang menjadi saksi ini adalah sama, baik yang berada di
Amerika maupun yang bermilyar-milyar lagi di luar negara tersebut, yaitu harapan
dibawah pemerintahan Presiden Obama akan muncul Washington baru,
Washington yang akan menjalin kerjasama, membuka pintu dialog dan tidak lagi
Amerika yang suka berkonfrontasi seperti di bawah pemerintahan Bush. Hal ini
dapat dilhat dari ucapan pertamanya sebagai Presiden yang memberi harapan
bahwa Washington baru akan muncul.

"Kita berkumpul disini karena kita memilih untuk menaruh harapan, kita
memilih untuk bersama dalam mencapai kesepakatan untuk menghentikam
konflik dan perpecahan. Kepada dunia Islam kita akan menjalin hubungan
baru yang didasarkan kepada kepentingan bersama dan saling hormat-
menghormati"9

Dalam kasus ini, sikap yang mengemuka dari dunia Islam sendiri terhadap
Obama juga penuh dengan warna-warna, yang secara umum dapat kita
kelompokkan menjadi dua yaitu: Pertama, sikap optimis. Dalam banyak
kesempatan, dunia Islam secara umum menyambut terpilihnya Obama sebagai
langkah maju bagi demokrasi dan kebijakan politik di Timur Tengah. Obama
merupakan harapan bagi semua pihak untuk tegaknya demokrasi di Timur
Tengah. Pada prinsipnya, Obama akan mengubah desain demokrasi secara umum.
“Demokrasi secara nyata dan substantif telah memberikan kemungkinan tentang
perubahan.”10

Dilain pihak menurut sebagian orang Obama masih mempunyai pertalian


darah Muslim dengan bapaknya.

Obama mempelajari banyak hal dari Indonesia yang mayoritas


penduduknya beragama Islam. Indonesia adalah tempat pertama ia
belajar seni memahami, bernegosiasi, berteman dengan orang-orang yang
berbeda latar belakang. Indonesia adalah tempat pertama ia mempelajari
fleksibilitas. Lebih jauh lagi, Indonesia adalah tempat pertama ia
memahami kompleksitas dunia. Obama terakhir kali ke Indonesia pada
1991, saat ia menulis buku Dream From My Father. Ia bilang kepada
saya, dalam kunjungan itu ia makin memahami Indonesia dan
masyarakatnya. Ini situasi yang menantang. Secara personal, saya merasa
bagus bila AS punya presiden yang punya pengalaman dengan Islam,
yang pernah menghabiskan waktu di negara muslim, di mana manusia
adalah manusia. Mereka melakukan hal-hal yang sama seperti yang
dilakukan manusia lain di muka bumi untuk menghidupi keluarga dan
sebagainya.11

9
http://www.bharian.com.my/Current_News/BH/Thursday/Rencana/20090121231349/Article/index_html
diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 02. 18 WIB.
10
Hashem Soleh, dalam Zuhairi Misrawi, Direktur Eksekutif Moderate Muslim Society (MMS); Ketua PP
Baitul Muslimin Indonesia http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/22/05130297/obama.dan.dunia.Islam
diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 02. 07 WIB.
11
http://teguhtimur.com/2008/05/09/antara-obama-indonesia-dan-Islam/ diakses tanggal 22 Januari 2009 jam
01. 39 WIB. Cetak miring dari saya.
Dengan begitu sudah tidak diragukan akan mengeluarkan kebijakan yang lebih
positif terhadap Timur Tengah. Karena itu, pimpinan Hamas menyambut positif
terpilihnya Obama yang akan membawa pembaruan dalam peta politik di Timur
Tengah.

Sejumlah pemimpin negara Islam seperti Presiden Afghanistan Hamid


Karzai, Penasihat Perdana Menteri Irak Nouri Maliki, Sadeq Riqabi, Pemimpin
Palestina Mahmoud Abbas, Presiden Pakistan dan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) sebagai kepala negara yang penduduknya mayoritas Muslim
menaruh harapan kepada Obama dalam menciptakan perdamaian dunia. Salah
satu organisasi Islam terbesar di Indonesia, Muhammadiyah, juga menaruh
harapan besar kepada Obama untuk lebih bersahabat dengan Islam.12

Kedua, sikap pesimis. Yang paling menonjol menyatakan sikap pesimis


tentu adalah Iran, utamanya Ahmadinajed. Hal itu telihat dari pesan khusus
Ahmadinejad Kepada Obama yang berbunyi:

Presiden Republik Islam Iran Dr. Mahmoud Ahmadinejad mengucapkan


selamat kepada Barack Obama atas kemenangannya dalam pemilu
presiden AS. Ahamdinejad menegaskan bahwa harapan publik saat ini
menantikan tindakan cepat dan nyata Obama terhadap tuntutan
masyarakat AS dan dunia serta mewujudkan perubahan mendasar dalam
kebijakan dalam dan luar negeri pemerintah AS.13

Sedangkan Dalam pesan khususnya kepada Obama,

Ahmadinejad menyinggung kebijakan Washington di masa lalu dan


mengingatkan bahwa bangsa-bangsa dunia berharap AS bisa mengubah
kebijakannya yang berlandaskan militerisme, penjajahan, arogansi,
penipuan, penghinaan terhadap bangsa-bangsa lain, dan pemaksaan
hubungan yang diskriminatis dan tidak adil terhadap bangsa-bangsa dunia
dan dalam hubungan internasional, menjadi tindakan yang berdasarkan
pada keadilan, penghormatan terhadap hak-hak manusia dan bangsa-
bangsa lain, persahabatan, dan tidak mencampuri urusan internal negara
lain.14

Hubungan AS-Iran yang kurang baik dalam beberapa tahun terakhir telah
menyebabkan hilangnya kepercayaan terhadap AS. Obama, menurut

12
http://aswanesher.wordpress.com/2008/11/13/harapan-Islam-terhadap-barack-obama/ diakses tanggal 22
Januari 2009 jam 01. 02 WIB.
13
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=6527&Itemid=48 diakses tanggal
22 Januari 2009 jam 01. 50 WIB.
14
Ibid
Ahmadinajed, tidak akan membawa perubahan yang signifikan dalam politik
Timur Tengah dan dunia Islam pada umumnya, khususnya Iran. Meskipun Obama
dalam kampanye dan debat politik melawan John McCain tetap pada sikapnya
untuk bernegosiasi dengan Iran, Ahmadinajed sudah kehilangan kepercayaan
terhadap AS.

Kecurigaan terhadap politik luar negeri AS bukan hal yang tidak


beralasan. Sebab, AS sudah terbukti menggunakan ”tangan besi” untuk
melakukan perang terhadap pihak mana pun yang dianggap mengancam dan
mengganggu kepentingan politiknya. Perang hampir menjadi bagian terpenting
dalam bentangan politik luar negeri AS. Pada dasarnya, siapa saja yang menjadi
presiden, kebijakan AS menghadapi negara-negara Islam akan tetap sama atau
tidak akan jauh berbeda. Hal ini karena kebijakan AS merupakan permasalahan
strategi yang tidak sepenuhnya berada di tangan Presiden perlu digaris bawahi AS
bukanlah Obama, tapi juga melibatkan lembaga seperti Kongres.

Di sisi lain, Obama akan tampil lebih loyal terhadap Israel. Misalnya,
Obama tidak pernah menutup-nutupi dukungannya terhadap Israel.

“Saya berjanji kepada Anda bahwa saya akan melakukan apapun yang saya
bisa dalam kapasitas apapun untuk tidak hanya menjamin kemanan Israel
tapi juga menjamin bahwa rakyat Israel bisa maju dan makmur dan
mewujudkan banyak mimpi yang dibuat 60 tahun lalu,”15

Ia berjanji akan menambah dukungan terhadap Israel sebesar 30 milyar dollar.


Pada konferensi tahunan American Israel Public Affairs Committee (AIPAC),
Obama berjanji akan menjadikan Yerusalem (Al-Quds) sebagai ibukota Israel
tanpa bisa diganggu-gugat. Obama juga mengatakan, "Israel adalah mukjizat bagi
Timur Tengah." Selain itu, loyalitas Obama terhadap Israel tampak pada
dukungannya terhadap penyerangan Suriah, dengan alasan bela diri Israel
terhadap bahaya yang sewaktu-waktu mengancam, khususnya bahaya nuklir
Suriah.16 Sedangkan mengenai kasus Irak, Obama akan menarik pasukan AS

15
Barack Obama, http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/06/obama-tidak-akan-membawa-perubahan-apapun-
untuk-dunia-Islam diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 01. 52 WIB.
16
Muhammad Yasin Jumadi, Mahasiswa Universitas Al Azhar, Fakultas Syariah wa Al Qanun (Islamic Law
and Jurisprudence), Tingkat VI. http://202.43.181.250/forum/viewtopic.php?id=933 diakses tanggal 22
Januari 2009 jam 01. 11 WIB.
secara bertahap. Hal ini karena Obama sangat memahami bahwa selama ini
hegemoni AS terhadap dunia semakin pudar, akibat pendudukan AS terhadap Irak
yang tidak berdasarkan justifikasi kuat, di samping AS juga rugi besar di Irak.
Sehingga Obama memfokuskan Afghanistan, untuk kembali berusaha meraup
dukungan penuh Eropa dan dunia. Hal inilah yang tidak dilakukan oleh Bush dan
Republik selama ini, karena Bush melakukan invasi di banyak wilayah, sehingga
AS nyaris kehilangan dukungan Eropa dan keharmonisan dengan dunia.

Menyikapi kedua pandangan tersebut, sebenarnya ada hal yang menarik


diketahui publik. Pandangan Obama terhadap dunia Islam sebenarnya bisa
dimulai dari pengalaman dan pandangannya tentang Indonesia. Ia mempunyai
catatan kritis yang akan membentuk pandangannya terhadap dunia Islam. Dalam
buku The Audacity of Hope: Thoughts on Reclaiming The American Dream,
Obama memberi catatan betapa citra AS di dunia Islam, khususnya di Indonesia,
yang menurut dia makin terpuruk. Setidaknya dalam sebuah survei yang dirilis
pada tahun 2003, publik menganggap Osama bin Laden lebih baik dibandingkan
dengan George W Bush. Sebagaimana yang terjadi di negara-negara Muslim
lainnya, menurut Obama, di Tanah Air telah terjadi pergeseran yang bersifat
signifikan, yaitu perihal pertumbuhan Islam yang militan dan fundamentalis.
Obama menambahkan, partai-partai Islam membuat salah satu blok politik
terbesar, dengan agenda penegakan Syariat Islam. Intervensi Timur Tengah,
khususnya pemimpin Wahabi, telah mengucurkan dana untuk membangun
sekolah dan masjid yang mulai bermunculan di pedesaan.17

Sikap yang disampaikan secara eksplisit oleh Obama merupakan


penggambaran yang lebih luas tentang dunia Islam. Indonesia sebagai negara
dengan penduduk Muslim terbesar di dunia dapat dijadikan sebagai contoh terbaik
untuk melihat realitas dunia Islam secara lebih luas. Meski demikian, Obama juga
berupaya jujur melihat fenomena tersebut. Menguatnya radikalisme bukanlah
sesuatu yang taken for granted (adopsi tanpa pertimbangan), tetapi juga bisa
dipahami sebagai dampak dari kebijakan politik luar negeri AS yang tidak tepat.

17
Ibid.
Nah, berdasarkan pandangan-pandangan tersebut sebenarnya kita terlalu
dini untuk mengatakan bahwa sesuatu itu adalah negatif dan positif. Tapi karena
kita akan membahas dampak maka saya akan mencoba untuk mengklasifikasikan
pandangan tersebut menjadi dampak positif dan negatif.

Salah satu dampak positif yang terjadi atas terpilihnya Obama adalah
dengan bergantinya sebuah rezim kekuasaan tentu juga akan merubah corak
kepemimpinan di suatu institusi (AS) baik secara radikal ataupun sebahagian,
tergantung kepada pihak yang termasuk pada peta dampak tersebut. Contoh salah
satu kebijakan Obama adalah penghentian dan peninjauan ulang kasus tahanan
Guantanamo (yang di dominasi tersangka teroris), hal ini merupakan salah satu
dampak positif bagi dunia, khususnya dunia Islam karena kebanyakan tersangka
teroris adalah umat Islam dan ini berarti kepercayaan AS terhadap dunia Islam
semakin meningkat. Sehingga akan menghasilkan sikap kerjasama dan toleransi
yang tinggi yang akan berujung pada perdamaian dunia. Kemudian Obama juga
mengatakan “akan memilih untuk bersama dalam mencapai kesepakatan untuk
menghentikan konflik dan perpecahan. Kemudian kepada dunia Islam kita akan
menjjalin hubungan baru yang didasarkan kepada kepentingan bersama dan
saling hormat menghormati”

Selanjutnya dilain pihak Obama mengatakan akan menarik pasukan AS di


Irak selama 16 bulan. Namun dia menghendaki upaya lebih keras di Afganistan
yang dia sebut sebagai garis depan perang melawan terorisme.18 Inilah salah satu
yang saya maksud dengan penilaian secara dini tersebut, karena semua kebijakan
yang dilakukan Obama masih dalam taraf wacana sedangkan sebuah kebijakan
dapat dilihat dampaknya apakah positif atau negatif adalah pada saat proses
implementasi, karena perencanaan bisa saja tidak sama dengan implementasinya.
Karena akan sangat tidak fair jika kita menilai sesuatu hanya berdasarkan estimasi
dan kajian yang mendalam sebab didalam sebuah kasus akan terdapat hubungan
kausalitas antara satu dengan yang lainnya.

Satu hal lagi Amerika adalah sebuah institusi, dan seorang Obama tidak
mungkin akan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang merupakan masalah
18
KOMPAS, 22 Januari 2009, Tahanan Guantanamo “Bebas” dari Tuntutan, Hal. 1.
sistemik di negara itu. Amerika adalah negara dengan idiologi kapitalis dengan
politik luar negeri kapitalis yang intinya adalah keserakahan dan penjajahan
negara lain. Karenanya Amerika akan tetap menjaga dominasi mereka di negeri
Islam dan melanjutkan agenda kapitalis mereka untuk mengekploitasi negeri-
negeri Islam. Presiden AS boleh berganti, tapi prinsip penjajahan mereka tidak
akan berubah. Jadi intinya kita tidak boleh terlalu berharap. Menurut analisis saya,
ini merupakan dampak negatif bagi dunia khusunya dunia islam, tapi bukan
berarti ini karena Obama yang jadi presiden, akan tetapi karena sistem yang
berlaku di Amerika itu sendiri.
BAB III

PENUTUP

Sejak Perang Dingin, AS telah membuat kesalahan yang dampaknya mulai


terasa sekarang. Dukungannya terhadap Taliban pada Perang Dingin saat
melawan Uni Soviet telah memukul balik AS sendiri. Taliban merupakan ”anak
haram” AS karena mereka awalnya mendapatkan latihan dan dukungan
persenjataan dari AS. Selain itu, kebijakan perang melawan Irak merupakan
kesalahan lain yang memperpanjang bayangan buruk AS di mata dunia pada
umumnya, dan dunia Islam secara khusus. Kebijakan tersebut telah menjadikan
kelompok militan terkonsolidasi dan mempunyai alasan kuat untuk melakukan
aksinya. Tidak menutup kemungkinan, benih-benih terorisme justru bermunculan
akibat kebijakan politik yang salah itu.

Kadang-kadang, kebijakan luar negeri AS telah berpandangan jauh,


sekaligus bermanfaat bagi kepentingan nasional, cita-cita, dan
kepentingan bangsa lain. Di saat lain, kebijakan-kebijakan tersebut telah
salah jalan, didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru, sehingga
mengabaikan aspirasi orang lain, melemahkan kredibilitas dan
menciptakan dunia yang lebih berbahaya.19

Tentu saja, pandangannya yang jujur dan jernih ini akan memberikan nuansa yang
lebih positif bagi kebijakan luar negeri AS pada masa mendatang. Obama
berupaya melihat persoalan yang terjadi di dunia Islam bukan dari ”fakta” yang
tampak di permukaan, melainkan justru dari sesuatu yang menjadi dasar dan
sebab munculnya fakta itu.

Pandangan obyektif tersebut akan memberikan dampak yang amat luar


biasa karena bagaimanapun keterlibatan AS dalam menciptakan demokrasi di
dunia Islam sangat penting, baik secara langsung maupun tidak langsung. Artinya,
kebijakan politik yang mengedepankan diplomasi, negosiasi, dan persuasi akan
memberikan kesan bahwa AS mempunyai ketulusan dan kejujuran dalam
membangun demokrasi.

19
Barack Obama, Ibid.
Satu hal yang sedang ditunggu oleh dunia Islam adalah kebijakan Obama
soal konflik Israel-Palestina. Dalam beberapa tahun terakhir sudah muncul tanda-
tanda baik perihal penyelesaian konflik akut tersebut dengan cara mengakui
kemerdekaan Palestina dan Israel. Satu bangsa dengan dua negara. Dalam konflik
Israel-Palestina, kerumitan yang sulit dipecahkan adalah perihal konflik internal
antara faksi Fatah dan faksi Hamas.20 Meskipun demikian, posisi AS dalam soal
Israel-Palestina amat menentukan. Sebab, Israel tidak bisa bertindak apa-apa tanpa
dukungan AS. Di sinilah sikap Obama ditunggu dengan harap cemas oleh dunia
Islam.

Pada akhirnya, relasi AS dengan dunia Islam harus bersifat mutualistik. Di


satu sisi AS harus mampu memahami akar-akar masalah yang menyebabkan
munculnya konflik, terorisme, dan krisis demokrasi di dunia Islam, tetapi di sisi
lain dunia Islam juga mesti mempunyai komitmen yang kuat untuk mewujudkan
perdamaian, toleransi, dan demokrasi. Masalah utamanya, yaitu kurangnya
komitmen membangun kultur kebangsaan yang mengakui perbedaan dan
keragaman. Kebinekaan kerap kali dibunuh atas nama agama dan penyeragaman.

Perubahan mendasar dunia Islam tidak akan muncul karena individu orang
lain. Bukan pula muncul dari sekedar terjadi krisis akibat kegagalan system
Kapitalis. Perubahan akan terjadi kalau keimanan individual seorang muslim tidak
berhenti pada keimanan yang individual dan spiritual (al-aqidah ar ruhiyah). Tapi
menjadi keimanan yang sifatnya politik (al-aqidah as siyasiyah). Keimanan yang
mendorong seorang muslim untuk taat kepada Allah SWT secara totalitas , bukan
hanya dalam persoalan individu tapi juga sosial dan politik, serta keimanan yang
bukan pragmatis dan tidak mudah di mobilisir atas kepentingan apapun.

20
Ibid.
DAFTAR KEPUSTAKAAN

Hirata, Andrea, 2008, Edensor, Yogyakarta: PT. Bentang.

Hok Gie, Soe, 2005, Catatan Seorang Demonstran, Jakarta: LP3ES

http://aswanesher.wordpress.com/2008/11/13/harapan-Islam-terhadap-barack-
obama/ diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 01. 02 WIB.
http://hizbut-tahrir.or.id/2008/11/06/obama-tidak-akan-membawa-perubahan-
apapun-untuk-dunia-Islam diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 01. 52
WIB.
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=6527&Ite
mid=48 diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 01. 50 WIB.
http://teguhtimur.com/2008/05/09/antara-obama-indonesia-dan-Islam/ diakses
tanggal 22 Januari 2009 jam 01. 39 WIB.

http://www.bharian.com.my/Current_News/BH/Thursday/Rencana/20090121231
349/Article/index_html diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 02. 18 WIB.
http://www.kompas.com/read/xml/2008/12/22/05130297/obama.dan.dunia.Islam
diakses tanggal 22 Januari 2009 jam 02. 07 WIB.
http://202.43.181.250/forum/viewtopic.php?id=933 diakses tanggal 22 Januari
2009 jam 01. 11 WIB.
KOMPAS, 22 Januari 2009, Tahanan Guantanamo “Bebas” dari Tuntutan

Manji, Irshad, 2008, Beriman Tanpa Rasa Takut, terjemahan Herlina Permata
sari, Jakarta
Mushtofa Ramadlan, Mohammad, 2005, Reformasi Vs Revolusi, Ciputat: Wadi
Press

Wahid, Ahmad, 1981, pergolakan pemikiran Islam, catatan harian, Cetakan


Kedua, Jakarta: LP3ES

Anda mungkin juga menyukai