Anda di halaman 1dari 7

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL (EMOTIONAL QUESTION) PADA ANAK USIA PRASEKOLAH (3-5 TAHUN) DITINJAU DARI IBU YANG

BEKERJA DAN TIDAK BEKERJA PADA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM SELONG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Anak adalah aset bangsa dan penerus cita-cita bangsa, yang dasarnya telah diletakkan oleh generasi sebelumnya. Jika selama masa pertumbuhan dan perkembangan anak dipelihara dengan baik, maka anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik pula sesuai dengan keinginan dan harapan, begitu pula sebaliknya. Perkembangan moral serta dasar-dasar kepribadian juga dibentuk pada anak, sehingga setiap kelainan atau penyimpangan sekecil apapun, apabila tidak terdeksi apalagi tidak tertangani dengan baik akan mengurangi kualitas sumber daya manusia kelak dikemudian hari (Soetjiningsih, 2001). Bagi orang tua, masa awal anak-anak merupakan usia yang sulit, karena anak-anak berada dalam proses pengembangan kepribadian. Proses ini berlangsung dengan disertai perilaku-perilaku yang kurang menarik untuk orang tua, misalnya melawan orang tua, marah tanpa alasan, takut yang tidak rasional dan sering merasa cemburu. Selain dikatakan sebagai usia yang sulit, anak usia dini oleh orang tua juga dianggap sebagai usia bermain karena pada masa-masa ini anak-anak menghabiskan banyak waktu untuk bermain dan puncaknya pada tahun-tahun tersebut (Mashar, 2011). Keberhasilan perkembangan anak dilihat dari beberapa aspek yaitu fisik, kognitif, efektif, kecerdasan empsional, serta aspek social. Menurut Calhoun (2005), bakat seorang anak muncul bukan hanya dikarenakan oleh factor bawaan saja tetapi harus dirangsang serta ditunjang dengan pelatihan sejak dini, makanan yang cukup bergizi, kesehatan yang baik, orang tua yang harmonis, dan pendidikan yang cukup serta lingkungan yang menunjang. Demikian halnya dengan kualitas-kualitas yang tidak terukur dalam membentuk kecerdasan emosional dipengaruhi oleh lingkungan, kepribadian, minat serta

motivasi berprestasi. Kualitas-kualitas tersebut kontribusinya sangat besar bagi keberhasilan anak. Kecerdasan emosi adalah kemampuan untuk mengenali, mengolah dan mengontrol emosi agar anak mampu merespons secara positif sesuai kondisi yang merangsang munculnya emosi-emosi ini (Susanto, 2011). Namun, pada kenyataannya masih banyak orang tua yang menganggap bahwa kecerdasan intelektual (IQ) lebih membawa keberhasilan dalam masa depan anak dibandingkan kecerdasan emosional (EQ), serta tidak mengajarkan atau mendidik anaknya untuk memiliki emosi yang baik, sehingga banyak anak usia dini yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Kecerdasan emosional yang diasah sejak dini dapat menjadi suatu poros keberhasilan dalam berbagai aspek kehidupan. Kemampuan anak mengembangkan kecerdasan emosinya akan berkorelasi positif dengan keberhasilan akademis, sosial dan kesehatan mentalnya (Susanto, 2011). Menurut goleman (2000) cara orang tua merawat atau mengasuh anak-anaknya akan berakibat mendalam dan permanen bagi kehidupan emosional anak selanjutnya. Jika sejak dini anak-anak mendapatkan latihan emosi yang tepat, maka tentu kecerdasan emosionalnya akan meningkat. Sebaliknya jika kurang mendapat latihan-latihan emosi yang tepat, perkembangan kecerdasan emosinya pun akan terhambat. Oleh karena itu pentingnya pengawasan dan pengasuhan anak secara dini dengan tepat dan secara tidak langsung emosional anak akan terbentuk dengan baik selain itu juga anak akan mampu mengatasi berbagai masalah yang timbul dan anak akan lebih mampu mengatasi tantangan-tantangan dalam kehidupan modern ini. Rendahnya kecerdasan emosional anak usia dini tidak hanya disebabkan rendahnya peran orang tua dalam mendidik anaknya namun juga keadaan fisik anak, norma yang berlaku dalam lingkungan dimana mereka tinggal, lingkungan pendidikan, dan keadaan sosial-ekonomi orang tua. Apabila EQ anak yang rendah dibiarkan begitu saja, dapat menyebabkan kegagalan dalam kecerdasan intelektual (IQ) dan spiritual intelektual (SQ) yang menimbulkan imbas ke dalam proses perkembangan anak, baik perkembangan bahasa, motorik kasar , motorik halus maupun personal sosial. Melihat pentingnya meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini dalam perkembangannya, maka peran orang tua bahkan pendidik sangat berpengaruh terutama

dalam pemberian stimulasi, dukungan dan pendidikan yang tidak mengarah pada perkembangan IQ namun juga perkembangan EQ anak. Kecerdasan emosional anak dapat ditingkatkan dengan mengenali kebutuhan anak, meluangkan waktu bersama untuk bermain, sekaligus memberikan pemahaman kepada anak. Berdasarkan permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti tentang pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja pada taman kanak-kanak islam selong lombok timur. 1.2 PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: apakah ada pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja pada taman kanak-kanak islam selong Lombok timur?

1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja 1.3.2 Tujuan khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: 1.3.2.1 Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja 1.3.2.2 Untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang tidak bekerja 1.3.2.3 Untuk mengetahui keeratan hubungan antara ibu yang bekerja dan tidak bekerja dengan tingkat kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun)

1.4 MANFAAT PENELITIAN 1.4.1 Manfaat Teoritis 1.4.1.1 Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah yang bermanfaat tentang pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada

anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja 1.4.1.2 Sebagai referensi ataupun bahan pertimbanganbagi penelitian selanjutnya mengenai pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja 1.4.2 Manfaat Praktis 1.4.2.1 Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya kepada orang tua yang memiliki anak bahwa terdapat pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja 1.4.2.2 Dengan mengetahui adanya pengaruh kecerdasan emosional (EQ) pada anak usia prasekolah (3-5 tahun) ditinjau dari ibu yang bekerja dan tidak bekerja maka diharapkan para orang tua dapat menerapkan perilaku yang dapat meningkatkan kecerdasan emosional (EQ) anak

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 JENIS DAN RANCANGAN PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross-sectional yaitu penelitian yang dilakukan dengan pengamatan sesaat atau dalam satu periode tertentu dan setiap subyek studi hanya dilakuakan satu kali pengamatan selama penelitiann (Notoatmojo, 2010) dimana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Kecerdasan Emosional (EQ) pada Anak Usia Prasekolah (3-5 tahun) Ditinjau dari Ibu yang Bekerja dan Tidak Bekerja 3.2 TEMPAT PENELITIAN Penelitian dilakukan di taman kanak-kanak islam di kota selong Lombok timur 3.3 WAKTU PENELITIAN Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 1 November2012 3.4 POPULASI PENELITIAN Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Notoatmojo, 2010). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh seluruh murid pada taman kanak-kanak islam selong Lombok timur 3.4.1 Kriteria Inklusi 1. Murid taman kanak-kanak islam selong Lombok timur 2. Berusia 3-5 tahun 3.4.1 Kriteria Eksklusi 1. Responden mengalami gangguan mental

2. Tidak bersedia ikut dalam penelitian 3. Tidak mengisi angket secara lengkap 3.5 SAMPEL PENELITIAN Sampel penelitian akan diambil secara acak dengan menggunakan simple random sampling. Semua sampel yang didapat dan memenuhi kriteria pemilihan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah sampel yang dibutuhkan terpenuhi. 3.6 TEKNIK PENGUMPULAN DATA Pengumpulan data untuk penelitian ini diperoleh dari data primer. Data diperoleh langsung dari responden melalui angket yaitu pengumpulan data dengan melakukan tes kecerdasan emosional (EQ) pada murid TK islam selong Lombok timur. Responden akan diberikan daftar lampiran pertanyaan kombinasi antara pertanyaan tertutup yang berkaitan dengan tingkat kecerdasan emosional (EQ) dan ibu yang bekerja atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen

Kesehatan

Republik

Indonesia.

2006.

Pedoman

Diagnosis

dan

Penatalaksanaan Gangguan Mental Emosional Anak Usia 6 Tahun Kebawah. Jakarta: Direktorat Jendral Pelayanan Medik. Goleman, Daniel. 2002. Emotional Intelliegence (terjemahan). Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Isoacs, A. Keperawatan Jiwan dan Psikiatrik. Jakarta: EGC Mangkunegara, Anwar Prabu. 2005. Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Cipta.

Anda mungkin juga menyukai