Anda di halaman 1dari 3

Nama : Fauzan Alfi A.

NIM : 15210044 Jaringan Islam Liberal

UAS Mentoring

Beberapa tahun akhir ini, Jaringan Islam Liberal menjadi sebuah perbincangan yang panas di kalangan Muslim, terlebih lagi di kalangan para Muslim akademis. Tetapi, Jaringan Islam Liberal di kalangan Muslim awam masih belum diketahui dengan baik dan dianggap biasa-biasa saja. Pendapat dan pemikiran mereka yang berseberangan dengan syariat Islam dianggap biasa saja karena Muslim awam menafsirkannya dengan logika dan budaya, bukan melakukan click-and-match dengan Al-Quran dan Hadits. Islam Liberal itu adalah ketika Islam dirasuki oleh paham-paham dari Barat seperti sekularisme dan plurarisme. Kehadiran Islam Liberal merupakan salah satu dari perang pemikiran antara pendukung kebenaran dan penentangnya atau dikenal dengan Ghazwul fikriy. Ghazwul fikriy sudah ada sejak zaman kaum-kaum terdahulu, salah satu kaum Nabi Ibrahim as. Salah satu contohnya adalah ketika Nabi Ibrahim as berhadapan dengan penguasa zalim yang menetapkan dirinya sebagai tuhan, namun sang penguasa mengalami shock therapy melalui lisan Nabi Ibrahim as yang diriwayatkan di Al-Quran: Apakah kamu tidak memerhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kekuasaan kepada orang itu? Ketika Ibrahim mengatakan, Tuhanku ialah Yang Menghidupkan dan Mematikan. Orang itu berkata, Saya dapat menghidupkan dan mematikan. Ibrahim berkata, Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah ia dari barat. Lalu, terdiamlah orang kafir itu dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS Al-Baqarah [2]: 258) Dalam rekam jejaknya di Indonesia, Jaringan Islam Liberal di Indonesia lebih menekankan kepada paham plurarisme untuk menanamkan pemikirannya di masyarakat Indonesia. Mengapa mereka memilih plurarisme? Menurut saya, dengan banyaknya suku dan kepercayaan yang ada di Indonesia serta motto bangsa Bhinneka Tunggal Ika, paham plurarisme dalam beragama mudah merasuki masyarakat tanpa menyaringnya terlebih dahulu. Cara mudah para aktivis JIL untuk menyebarkan pemikiran mereka adalah dengan menyampaikan ayat-ayat Al-Quran namun hanya sepotong saja. Coba simak kata-kata berikut ini:

Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja) tapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Di tangan seorang Liberalis, kata-kata di atas bisa menjadi senjata untuk menjelaskan pluralisme secara panjang lebar. Mereka akan dianggap mengerti Al-Quran dan bila ada yang menentangnya, mereka hanya berkata bahwa ini hanya beda penafsiran belaka. Jika mereka sudah dipercaya karena ini, maka muncul generasi yang malas melakukan pengecekan ulang atas pemikiran di atas dan menelan bulat-bulat pemikiran pluralisme. Sebenarnya jika ditilik dengan benar, kata-kata di atas itu merupakan penggalan ayat di Al-Quran. Ayat selengkapnya berbunyi sebagai berikut: Kami telah turunkan kepadamu Al-Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang ada sebelumnya, yaitu kitabkitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitabkitab yang lain itu. Maka, putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah dating kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja) tapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. (Q.S. Al-Maidah [5]: 48) Jika kita baca ayat tersebut dengan utuh, maka kita mendapatkan penafsiran yang berbeda jauh dengan apa yang diutarakan oleh kaum Liberal. Sehingga, untuk dapat menghindari pemikiran mereka, kita harus pandai dan rajin mengecek ulang setiap

pemikiran mengenai penafsiran ayat Al-Quran dan Hadits langsung dengan membaca AlQuran dan Hadits serta jangan langsung mempercayai/menelannya bulat-bulat. Sumber: Sjafril, Ahmad, 2011, Islam Liberal 101, Tangerang Selatan: Indie Publishing

Anda mungkin juga menyukai