Anda di halaman 1dari 3

BAB.

I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Langkah paling utama dan pertama dalam penyusunan rancang bangun suatu program diklat adalah kegiatan Analisis Kebutuhan Diklat (AKD) atau Training Needs Assessment (TNA). TNA memiliki kaitan erat dengan perencanaan pelatihan. Perencanaan yang paling baik didahului dengan identifikasi kebutuhan. Kebutuhan pendidikan dan pelatihan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat pengetahuan dan kemampuan yang diharapkan (sebagaimana terlihat pada misi, fungsi dan tugas) dengan pengetahuan dan kemampuan yang senyatanya dimiliki oleh peserta pelatihan. Pelatihan dianggap sebagai faktor penting dalam peningkatan kinerja dalam organisasi. Tetapi masalahnya, banyak pelatihan yang

diselenggarakan oleh suatu organisasi tidak atau kurang memenuhi kebutuhan sesungguhnya. Misalnya yang diperlukan sesungguhnya adalah pelatihan B tetapi yang dilakukan A, akibatnya manfaat yang diinginkan melalui pelatihan kurang dapat dilihat hasilnya. Kegiatan TNA diharapkan akan menghasilkan jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh organisasi, sehingga dapat mewujudkan pelatihan yang tepat sasaran, tepat isi kurikulum dan tepat strategi untuk mencapai tujuan. Melalui kegiatan TNA, maka idealnya setiap program yang disusun dan dijabarkan dalam bentuk kegiatan merupakan perwujudan dari pemenuhan kebutuhan. Hasil yang diharapkan dari TNA akan memperjelas kaitan antara pelaksanaan pendidikan dan pelatihan dengan peningkatan kinerja organisasi. Di sekolah SD St. Bellarminus tempat penulis berkerja, rendahnya hasil belajar siswa khususnya untuk mata pelajaran tertentu seperti Matematika dan IPA disebabkan oleh beberapa faktor, salah satu diantaranya siswa enggan untuk belajar Matematika dan IPA karena dianggap sulit. Penulis berusaha agar masalah yang dialami di tempat kerjanya tersebut bisa mendapatkan penyelesaian yang tepat dengan memberikan pelatihan kepada siswa, maka penulis melakukan beberapa tindakan antara lain berupa penelitian dokumentasi, observasi kelas, penyebaran angket pada guru-guru serta wawancara dengan koordinator bidang studi serta kepala sekolah untuk mencari informasi mengenai jenis pelatihan yang tepat. Dari tindakan penelitian penulis tersebut, maka diperoleh hasil bahwa guru-guru yang mengampu bidang studi Matematika dan IPA kurang dapat menggunakan pendekatan yang tepat ketika mengajar

dan kemampuan dan kreativitas pendidik dalam mendesain pembelajaran belum dapat mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif. Metode dalam pembelajaran Matematika dan IPA masih banyak yang menggunakan metode ceramah dan tanpa media. Hal ini

menyebabkan siswa tidak mampu mengkaitkan ide-ide atau konsep-konsep yang diperoleh sebelumnya dengan ide-ide atau konsep-konsep yang baru. Para pendidik perlu untuk melatih siswa agar mampu aktif berpikir dan kreatif sebagai subyek belajar. Pendekatan peta konsep merupakan salah satu yang mampu menempatkan siswa sebagai subjek belajar dalam

pembelajaran Matematika dan IPA. Pendekatan mengajar dapat merupakan suatu prosedur yang digunakan dalam membahas suatu bahan pelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Peta konsep adalah suatu gambar (visual), tersusun atas konsep-konsep. Yang dimaksud dengan pemetaan konsep di sini adalah pengidentifikasian konsep-konsep dari suatu materi pelajaran dan pengaturan konsep-konsep tersebut dalam suatu hirarki, mulai dari yang paling inklusif, kemudian yang kurang inklusif, setelah itu baru konsep-konsep yang lebih spesifik. Pendekatan peta konsep yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pendekatan mengajar dengan peta konsep.

B. Tujuan dan Sasaran Tujuan Pedoman Analisis Kebutuhan Pelatihan/Training Need Analysis adalah agar dapat disusun program pelatihan yang tepat berdasarkan hasil analisis kebutuhan pelatihan, sehingga setelah selesai mengikuti pelatihan peserta pelatihan memiliki kompetensi yang sesuai dengan persyaratan kebutuhan yang diinginkan dalam suatu organisasi. Sasaran Pedoman Analisis Kebutuhan Pelatihan (Training Need Analysis /TNA) adalah memberikan panduan dan kemudahan bagi tenaga pelatihan dalam melakukan kegiatan analisis kebutuhan pelatihan, sehingga dapat diperoleh hasil analisis kebutuhan pelatihan yang akurat. Dari pernyataan di atas, maka timbul permasalahan yaitu : apakah pendekatan peta konsep dapat meningkatkan perhatian dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep Matematika dan IPA. Sesuai dengan tujuan tindakan penulis yang bermaksud untuk memperbaiki proses pembelajaran, maka tujuan yang ingin dicapai melalui pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1. Meningkatkan perhatian siswa dalam pembelajaran Matematika dan IPA.

2. Meningkatkan pemahaman konsep Matematika dan IPA.

C. Ruang Lingkup Ruang lingkup analisis kebutuhan pelatihan meliputi ; 1. Prinsip dasar dan Fungsi analisis kebutuhan pelatihan 2. Kategori/Jenis Analisis kebutuhan pelatihan 3. Mekanisme Analisis Kebutuhan Pelatihan 4. Penetapan program pelatihan

D. Manfaat Pelatihan Hasil pelatihan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak, yaitu : 1. Bagi sekolah SD St. Bellarminus Hasil penelitian dapat bermanfaaat dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah tempat penulis bekerja. 2. Bagi guru-guru sebagai pendidik Hasil pelatihan dapat memberikan informasi ilmiah tentang pendekatan peta konsep dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep di berbagai bidang studi khsusunya Matematika dan IPA.

Anda mungkin juga menyukai