Anda di halaman 1dari 10

BAB II DASAR TEORI 2.1 Pengertian Korosi Korosi merupakan kerusakan akibat reaksi dengan lingkungan sekitarnya.

Korosi dapat diartikan sebagai suatu perusakan suatu material karena bereaksi dengan lingkungannya. Reaksi ini menghasilkan oksida logam, sulfida logam atau hasil reaksi lain. Perhitungan laju korosi dapat dilakukan dengan melihat rumus laju korosi secara umum[1] : ( ) .(1) Keterangan : K = Konstanta (3.45 x 106) T = Waktu (jam) A = Luas permukaan logam (cm2) W = Kehilangan berat ( gram) D = Densitas (2.7 gr/cm3) Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu proses korosi adalah: - Material korosi Material yang dipakai untuk membuat benda konstruksi sangat berpengaruh terhadap laju korosi, dengan demikian harus dipilih sejeli mungkin untuk mengurangi dampak negatif korosi. - Kondisi lingkungan/media Lingkungan di mana benda konstruksi akan dibuat dan digunakan juga merupakan salah satu faktor dalam proses dan kecepatan korosi. Material di lingkungan air laut akan sangat berbeda dengan lingkungan di lingkungan air tawar. Korosi yang timbul akan dipengaruhi oleh media korosif yang terkandung pada lingkungan tersebut. - Bentuk konstruksi/susunan Bentuk konstruksi yang oleh sebagian orang diabaikan efeknya terhadap proses korosi, sebenarnya tidak sedikit dampak negatifnya. Karena bentuk ini sedikit banyak juga akan berpengaruh terhadap kecepatan korosi. Sebagai contoh pipa 1

2 yang dibengkokkan dengan radius 180o akan sangat berlainan korosinya jika dibandingkan dengan pipa yang lurus. - Fungsi konstruksi Konstruksi baja yang digunakan untuk operasi suhu panas akan berlainan jika dibandingkan dengan suu operasi rendah. Dengan demikian dapat diambil kesipulan jika konstruksi tersebut akan dibuat harus dipertimbangkan untuk apa alat tersebut dibuat atau untuk operasi yang bagaimana konstruksi tersebut dipakai [1]. 2.2 Mekanisme Korosi Proses korosi dapat terjadi apabila sekurang-kurangnya terdapat sepasang reaksi oksidasi dan reduksi yang berlangsung secara serempak dengan kecepatan reaksi yang sama. Reaksi anodik dalam setiap proses korosi merupakan reaksi oksidasi suatu logam menjadi ionnya yang ditandai dengan kenaikan valensi atau pelepasan elektron. Secara umum reaksi anodik dapat dituliskan sebagai berikut: M Mn+ + n.e-....................................(2) di mana n adalah jumlah elektron yang dihasilkan dan besarnya sama dengan valensi ion logam yang terkorosi. Reaksi katodik dalam setiap proses korosi merupakan reaksi reduksi yang ditandai dengan penurunan valensi atau penyerapan elektoron. Ada beberapa reaksi katodik yang berbeda yang sering dijumpai dalam proses korosi logam, yaitu pada reaksi suasana asam tanpa oksigen (persamaan 3) dan dengan oksigen (persamaan 4), pada suasana basa atau netral (persamaan 5), dan pada reduksi ion logam (persamaan 6 dan 7). 2H+ + 2e- H2 ..............(3) 4H+ + O2 + 4e- 2H2O ........(4) 2H2O + O2 + 4e- 4OH- ...(5) Mn+ + ne- M.. (6) Mn+ + e- M(n-1)+. (7) Dari sekian banyak reaksi katodik, yang umum dijumpai adalah reaksi (3), (4) dan (5). Dari sini dapat disimpulkan bahwa peranan air dan oksigen sangat dominan dalam proses korosi.

2.3 Macam Korosi 2.3.1 Korosi Atmosfir Korosi ini terjadi akibat proses elektrokimia antara dua bagian benda padat pada khususnya metal besi yang berbeda potensial dan berhubungan dengan udara terbuka. Mekanisme terjadinya karat: - Electron mengalir dari anoda ke katoda Fe Fe+++ 2e (Reaksi O ksidasi) Air banyak mengandung ion hidroksil bermuatan negative H2O 4e + O2 + 2H2O 2H+ + 2e H2 (Reaksi reduksi) Dalam air terjadi reaksi ion besi dengan ion hidroksil

Gambar 2.1 pembentukaan korosi pada besi[1] Faktor-faktor yang menentukan tingkat karat atmosfer, yaitu: 1. Jumlah zat pencemar di udara (debu, gas), butir-butir arang, oksida metal, H2SO4, NaCl, (NH4)2SO4 2. Suhu 3. Kelembaban kritis

4 4. Arah dan kecepatan angin 5. Radiasi matahari 6. Jumlah curah hujan 2.3.2 Korosi Galvanis Korosi ini terjadi karena proses elektrokimia dua macam metal yang berbeda potensial dhubungkan langsung di dalam elektrolit yang sama. Dimana electron mengalir dari metal kurang mulia (anodic) menuju metal yang lebih mulia (katodik). Akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion-ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion-ion negative yang berada dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur-sumur karat (Surface attack) atau serangan karat permukaan.

Gambar 2.2 pipa yang mengalami korosi galvanis[2] 2.3.3 Korosi Celah Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Karat imi terjadi karena celah sempit terisi dengan elektrolit (air yang PHnya rendah) maka terjadilah sel korosi dengan katodanya permukaan sebelah luar celah yang basah dengan air yang lebih banyak mengandung zat asam daripada sebelah dalam celah yang sedikit mengandung zat asam sehingga akibatnya bersifat anodic. Proses pengkaratan ini berlangsung cukup lama karena cairan elektrolit di dalam celah cenderung lama mengeringnya walaupun bagian luar permukaan/celah telah lama kering.

Gambar 2.3 korosi celah[2] Contoh, sebuah logam steinless steel dimasukkan ke dalam air laut dalam waktu yang cukup lama sehingga pada permukaan logam yang semula rata dan bersih tidak ada karat akan menjadi bergelombang pada permukaanya dan berkarat. Hal itu mencerminkan bahwa terjadi perbedaan konsentrasi zat asam antara logam dengan air laut. 2.3.4 Korosi Erosi Korosi erosi adalah proses perusakan pada permukaan logam yang disebabkan oleh aliran fluida yang sangat cepat. Korosi erosi dapat dibedakan pada 3 kondisi, yaitu: 1. Kondisi aliran laminar 2. Kondisi aliran turbulensi 3. Kondisi peronggaan Korosi erosi dsebabkan oleh beberapa factor,yaitu: 1. Perubahan drastis pada diameter lubang bor atau arah pipa 2. Penyekat pada sambungan yang buruk pemasangannya 3. Adanya celah yang memungkinkan fluida mengalir di luar aliran utama 4. Adanya produk korosi atau endapan lain yang dapat mengganggu aliran laminar.

Gambar 2.4 Korosi erosi[2] 2.3.5 Korosi Seragam Korosi seragam atau biasa disebut dengan serangan seragam merupakan suatu bentuk korosi elektrokimia yang terjadi dengan tingkat ekuivalen tinggi pada seluruh bagian permukaan yang diuji dan sering kali meninggalkan suatu kerak dibalik permukaan atau endapan. Prosesnya terjadi secara merata pada permukaan yang akan menimbulkan penipisan material/logam dan laju penipisannya berlangsung secara bertahap. Dengan mikroskop dapat terlihat bahwa reaksi reduksi dan oksidasi yang terjadi pada permukaan terlihat lebih acak. Pada umumnya korosi seragam terjadi pada besi, baja dan barang-barang yang terbuat dari perak. Korosi seragam pada umumnya lebih dapat diterima dibanding korosi lainnya karena korosi seragam dapat diprediksi dan didesain untuk kemudahan yang relatif.

Gambar 2.5 korosi seragam[2] 2.4 Pencegahan Korosi Prinsip pencegahan terjadinya korosi (pengkaratan) dengan cara melindungi besi dan penyebab terjadinya karat. dilihat dari faktor-faktor yang memengaruhi proses pengaratan besi, banyak cara pencegahan yang dapat dilakukan, seperti modifikasi lingkungan, modifikasi besi, proteksi katodik, dan pelapisan. 1. Cara modifikasi lingkungan. Oksigen (O2) dan kelembaban udara merupakan faktor penting dalam proses pengaratan, mengurangi kadar oksigen atau menurunkan kelembaban udara dapat memperlambat proses pengantaraan. Sebagai contoh, kelembaban di dalam gudang dapat dikurangi dengan mendinginkan gudang menggunakan pengondisi udara (Air Conditioner / AC). 2. Cara modifikasi besi. Ketika besi membentuk aloi (logam campuran) dengan unsurunsur tertentu, besi akan lebih tahan terhadap pengaratan. Baja (aloi dari besi) mengandung sebelas persen hingga dua belas persen kromium dan sedikit mengandung karbon, disebut stainless steel. Baja ini ini tahan karat dan sering digunakan dalam industri, untuk bahan kimia, dan di rumh tangga. 3. Cara proteksi katodik. Jika logam besi dihubungkan dengan seng, besi tersebut akan sukar mengalami korosi. Hal ini disebabkan seng lebih mudah teroksidasi dibandingkan dengan besi. Potensi reduksi besi adalah EZn2+|Zn = -0.76V, lebih negatif dari pada potensi reduksi besi, yaitu sebesar EFe2+|Fe = -0.44V. Seng akan beraksi dengan oksigen dan air dalam lingkungan yang mengandung karbon dioksida. Seng karbonat yang terbentuk berfungsi melindungi

8 seng itu sendiri dari korosi. Cara perlindungan logam seperti ini disebut cara proteksi katodik (Katode Pelindung). Selain seng (Zn), logam magnesium (Mg) yang termasuk alkali tanah, banyak digunakan untuk keperluan ini. 4. Cara pelapisan. Jika logam besi dilapisi tembaga atau timah, besi akan terlindung dari korosi. Sebab logam Cu (ECu2+|Cu = +0.34V) dan Sn( ESn2+|Sn =-0.14V) memiliki potensi reduksi yang lebih positif dari pada besi (EFe2+|Fe = -0.44V). Namun, bila lapisan ini bocor, sehingga lapisan tembaga atau timah terbuka, besi akan mengalami korosi yang lebih cepat. Selain dengan tembaga dan timah, besi juga dapat dilapisi dengan logam lain yang sulit teroksidasi. Logam yang dapat digunakan adalah yang memiliki potensial reduksi lebih positif dibandingkan besi, seperti perak, emas, nikel, timah, tembaga, dan platina. Selain senyawa logam, pelapisan dapat pula menggunakan senyawa nonlogam. Proses pelapisan logam besi ini dapat dengan cara membersihkan besi terlebih dahulu, kemudian melapis dengan suatu zat yang sukar ditembus oleh oksigen, misalnya cat, gelas, plastik, atau vaselin (gemuk). Perlu diperhatikan, seluruh permukaan besi harus terlapis sempurna untuk menghindarkan kontak dengan oksigen. Proses pelapisan yang tidak sempurna dapat lebih berbahaya dibandingkan besi tanpa pelapis. Pengaratan dapat terjadi pada bagian yang tertutup sehingga tidak terdeteksi. Namun upaya yang paling tepat untuk menghambat laju korosi (contoh pada Jembatan baja) adalah dengan cara pengecatan, karena tidaklah efisien jika setiap harinya ada petugas yang membersihkan, karena hal ini dapat membahayakan jiwa petugasnya. Oleh karena itu metode yang tepat adalah dengan cara pengecatan. Dalam metode pengecatan, ada ketentuan-ketentuan yang harus diperhatikan. Jika ketentuan-ketentuan ini tidak di perhatikan maka hasilnya juga akan berbeda. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa, tiap-tiap kondisi tertentu maka berbeda pula cara menangani laju korosinya.

9 Secara umum cat harus mempunyai daya lekat yang baik dan mudah dilapiskan pada permukaan secara merata, memiliki ketebalan dan waktu pengeringan yang tertentu, dan tahan terhadap pengaruh sifat kimia, fisik dan cuaca. Berdasarkan fungsinya lapisan cat umumnya terdiri atas: Cat dasar, yang menjamin pelekatan yang haik untuk lapisan yang berikutnya, cat antara, merupakan lapisan pengikat yang merata antara lapisan cat dasar dengan lapisan cat akhir, cat akhir, yang merupakan lapisan permukaan akhir yang halus, licin, mudah dibersihkan, dan tahan terhadap serangan zat-zat kimia. Terdapat lima koponen utama pada cat, yaitu diulent (pelarut), binder (pengikat), pewarna, ekstender dan aditif. Binder adalah yang paling kebenarannya, binder adalah bagian dari cat dimana pada akhirnya membentuk suatu lapisan film cat yang kering. Fungsi diluents adalah unutk mengatur kekentalan dari cat. Diluent adalah bersifat menguap dan tidak ikut terbentuk menjadi lapisan film. Fungsi aditif adalah bermacam-macam, aditif adalah satu komponen yang ditambahkan pada cat yang berfungsi untuk menambah atau meningktkan properti (sifat-sifat/ fitur-fitur kepemilikan) dari suatu cat, seperti kilap tidaknya, daya sebar pigmen, stabilitas dan lain-lain. Pewarna berfungsi sebagai penyedia warna pada cat, pewarna bisa sebagai pigman atau dye. Jika cat tidak dibei pewarna, maka cat dapat dikatakan sebagi cat verish. Ekstender atau atau filter berfungsi unutk meningkatkan ketebalan dan kekerasan dan kekrasan lapisan film berfungsi untuk menigkatkan ketealan dan kekerasan lapisan film cat dan juga sebagai pemurah (bulking agent) [3].

10

Halaman ini sengaja dikosongkan

Anda mungkin juga menyukai

  • FFT
    FFT
    Dokumen17 halaman
    FFT
    Anindita Adikaputri Vinaya
    100% (2)
  • Pasal Dalam UUD
    Pasal Dalam UUD
    Dokumen1 halaman
    Pasal Dalam UUD
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • Oposisi Pada Masa Orde Baru
    Oposisi Pada Masa Orde Baru
    Dokumen1 halaman
    Oposisi Pada Masa Orde Baru
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • Pasal Dalam UUD
    Pasal Dalam UUD
    Dokumen1 halaman
    Pasal Dalam UUD
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • 8) Elastisitas
    8) Elastisitas
    Dokumen13 halaman
    8) Elastisitas
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • 8) Elastisitas
    8) Elastisitas
    Dokumen13 halaman
    8) Elastisitas
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • Fix
    Fix
    Dokumen10 halaman
    Fix
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat
  • Karakterisasi Sumber Cahaya
    Karakterisasi Sumber Cahaya
    Dokumen7 halaman
    Karakterisasi Sumber Cahaya
    Anindita Adikaputri Vinaya
    Belum ada peringkat