Anda di halaman 1dari 3

Begitu juga karena islam menguatkan pegangan yang paling terpercaya antara aktivitas duniawi dengan usaha untuk

mendapatkan kebahagiaan akhirat1. Pengertian zuhud dalam hal duniawi yang selaras dengan pemahaman Islam adalah bertekad sepenuh hati dengan sejujur-jujurnya mengakui bahwa kehidupan dunia akan musnah, dan zuhud tersebut tidak mempedulikan kepemilikan manusia atas dunia namun tidak boleh membiarkan dunia menguasai hatinya. Jika Allah berkehendak mencabut nyawa manusia dari kehidupan dunia, maka Allah tidak akan menciptakannya dalam bentuk yang diciptakan di dunia ini yang membutuhkan sandang, pangan, papan, istri dan anak-anak. Begitu pula, jika Allah telah menciptakan manusia untuk berlatih mempersiapkan dirinya kosong dari hal duniawi, dan merupakan sebuah bantahan yang menjadi tujuan awal penciptaan, niscaya iman kepada Allah bertentangan dengan kemakmuran bumi. Hal ini kemudian menjadi suatu hak yang penting bagi seorang muslim untuk mencintai kefakiran daripada kekayaan, sakit daripada sehat, bersukacita atas kematian anaknya atau merelakan hidupnya tanpa menikah. Hasilnya dengan keteraturan seperti ini menjadikan orang-orang non-muslim menjadi penguasa diatas bumi dan orang-orang muslim rela menjadi pengikut dan menempati posisi yang memalukan.2 Walaupun demikian, pemahaman yang benar dalam Islam menjelaskan bahwa ada batasan dalam mementingkan kemakmuran dunia dengan orang-orang beriman yang meletakkan keseimbangan dengan hati-hati antara berusaha mendapatkan keduniaan dan keakhiratan. Allah SWT berfirman:

"laki-laki yang tidak dilalaikan oleh perniagaan dan tidak (pula) oleh jual beli dari mengingati Allah, dan (dari) mendirikan sembahyang, dan (dari) membayarkan zakat. Mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan penglihatan menjadi goncang." (Q.S. An-Nur: 37) Allah SWT juga berfirman:

1 2

Abd Ar-Rahman Yusri: Mukaddimah fi Ilmi Al-Iqtishadi Al-Islami, 2000 M. Hal 11. Ibid. Hal 12

"Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung." (Q.S. Al-Jumuah: 9-10)
Tampak kepentingan dalam aktivitas perekonomian yang disaksikan seluruh peradaban Islam adalah pembangunan ekonomi atas dasar pertimbangan yang mencakup segala sesuatu yang dibuat manusia dari kecenderungan, keinginan, aspirasi dan mungkin bahan yang paling penting dalam keberhasilan filsafat atau sistem adalah tingkat perhitungan dasar yang dibangun berdasarkan perilaku manusia yang terletak pada fitrahnya. Dari sini kita menemukan firman Allah SWT:

"dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan." (Q.S. AlFajr:20) Dan menetapkan aturan waris atas dasar bahwa manusia diciptakan untuk mencintai keturunannya tanpa ada batasan dan keinginan untuk menjadikan keturunannya miskin dengan hasil kerja kerasnya dalam membangun kekayaan setelah kematiannya. Allah SWT berfirman:

"Apakah ada salah seorang di antaramu yang ingin mempunyai kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dia mempunyai dalam kebun itu segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil. Maka kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, lalu terbakarlah. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayatNya kepada kamu supaya kamu memikirkannya."

Anda mungkin juga menyukai