Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tiada yang lebih didambakan manusia melebihi kedamaian dan ketentraman di dunia ini. Pada dewasa ini, orang-orang mendambakan kesuksesan. Sesungguhnya kesuksesan itu dapat diraih dengan mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT. Tidak hanya kesuksesan dunia, melainkan kesuksesan akhirat juga dengan mendekatkan diri pada Allah SWT. Bagi pelajar Sekolah Menengah Atas seperti penulis, salah satu kesuksesan yang dimaksud adalah keberhasilan dalam belajar. Atau bisa lebih spesifik lagi, yaitu dalam mengerjakan soal ulangan atau ujian. Untuk mempersempit pembahasan, penulis ingin memfokuskan pada mata pelajaran Matematika yang berkompetensi dasar berhitung. Bagaimana kunci sukses dalam ketelitian berhitung itu? Dalam keseharian beribadah, ada waktu yang disisihkan untuk berdzikir. Makna dari dzikir itu sering diartikan mengucapkan sesuatu untuk mengingat lebih banyak apa yang disebut itu. Dalam hal ini adalah Allah SWT. Saat berdzikir terasa ketengan jiwa dan batin menyelimuti kita. Seakan manusia dekat dengan Allah SWT dan terasa bebas dari masalah dunia yang ada.

Hal inilah yang menjadi pedoman dan acuan penulis dalam penelitian ini. Mungkinkah ketenangan saat berdzikir bisa dimanfaatkan untuk ketelitian berhitung? Dalam konteks teori seperti yang telah dijelaskan, ketenangan berdzikir bisa dimanfaatkan dalam ketelitian berhitung. Oleh sebab itu penulis ingin meneliti lebih lanjut pada keadaan nyata di kehidupan sehari-hari.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, penulis membataskan penelitian ini sebagai berikut: 1. Apa yang dimaksud dengan dzikir dan berhitung? 2. Bagaimana pengaruh dzikir dan berhitung di kehidupan seharihari?

1.3 Tujuan Penelitian


Dari perumusan masalah tersebut, penulis bertujuan untuk memberikan perkembangan ilmu pengetahuan yang ada kepada masyarakat luas, berupa hubungan antara ketenangan berdzikir dan ketelitian berhitung. Apabila benar dzikir dapat mempengaruhi ketelitian berhitung, maka penelitian ini akan sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat dunia.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penulisan karya tulis ini insya Allah sangatlah berguna bagi banyak pihak. Bagi penulis sendiri, penelitian ini memberikan ilmu pengetahuan baru bagi penulis, pengalaman yang baru dalam sebuah proses penelitian. Selain itu bagi pihak sekolah, penelitian ini bisa menjadi ilmu pengetahuan atau bahkan bisa dijadikan sebagai informasi/acuan bagi penelitian-penelitian selanjutnya. Bagi masyarakat luas, penulis berharap penelitian ini juga bisa dimanfaatkan oleh pihak lainnya demi terwujudnya berkehidupan yang lebih baik lagi di dunia ini.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Dzikir 2.1.1 Pengertian Dzikir


Dzikir pada mulanya berarti mengucapkan dengan lidah atau menyebut sesuatu. Makna ini kemudian berkembang lagi menjadi mengingat. Mengingat sesuatu menjadilah sangat istimewa jika yang diingat itu adalah sesuatu yang agung yaitu Allah. Dzikir secara garis besar bisa dikaitkan secara sempit dan bisa secara luas. Dzikir dalam artian sempit yaitu hanya dilakukan oleh lidah saja, yaitu mengingat-ingat tentang Allah atau yang berkaitan dengan-Nya. Bisa dengan menyebut tasbih, tahmid, tahlil, dan takbir. Biasa orang berdzikir menggunakan tasbih. Contoh tasbih adalah seperti gambar di bawah ini.

Gambar 1: Tasbih biasa digunakan untuk dzikir 4

Sedangkan secara artian luas dapat diartikan, yaitu keadaan ingat dan kesadaran akan Allah beserta kebesaran-Nya di mana saja dan kapan saja. Zikir seperti ini yang mendorong suatu umat manusia mengikuti perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya sehingga mengarah kepada manusia yang bertakwa. Pada manusia bertakwa, mereka lebih sering menghabiskan waktu mereka untuk beribadah kepada Allah SWT dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Hal ini juga bertujuan pada jangka panjang, yaitu dengan harapan mendapat ridha Allah untuk masuk kedalam surga Allah SWT. Salah satu bentuk tasbih seperti gambar di bawah.

2.1.2 Objek Dzikir


Pada keseharian manusia berdzikir, ada sesuatu yang selalu didzikirkan atau diingat. Merujuk kepada ajaran agama, yang harus selau diingat adalah Allah beserta kebesaran-Nya. Namun apabila ditinjau kembali, ada beberapa objek dzikir menurut ajaran Al-Quran. Objek dzikir tersebut adalah: 1. Pada objek dzikir yang pertama adalah Allah SWT. Allah SWT yang dimaksud disini bukan dzat-Nya, melainkan adalah sifat, kebesaran, keagungan, dan perbuatan-Nya. Ini yang utama harus selalu kita ingat dalam berdzikir. Tidak hanya sebatas melantunkan pada ucapan dzikir kita, melainkan diresapi hingga ke dalam hati. Tertulis pada QS. Al-Ahzab (33) : 41, Allah berfirman : wahai orang-orang beriman, berdzikir (sebut sebutlah

nama Allah dan renungkanlah kebesaran-Nya) dengan dzikir yang banyak. Tulisan nama Allah dalam bahsa arab adalah sebagai berikut.

Gambar 2: Allah SWT merupakan salah satu objek dzikir

2.

Hari-hari Allah. Hari-hari Allah yang dimaksud adalah hari dimana terjadi peristiwa penting yang dialami baik yang berupa nikmat maupun yang berupa bencana. Hal ini bertujuan agar umat manusia senantiasa mengingat Allah dan kebesaran-Nya, menjadi tidak takabur, dan selalu pada jalan Allah. Hal ini juga yang menyebabkan Allah SWT menganjurkan kaum Nabi Muhammad SAW selalu mengingat dan merenung peristiwa yang pernah dialami. Dengan kata lain, seseorang dianjurkan untuk mengingat sejarah. Hal ini bertujuan agar orang tersebut mengambil pelajaran dari apa yang telah dilakukan. Seseorang bisa mencari tahu sebab-sebab suatu peristiwa, meneladani jika hal itu baik dan dihindari apabila hal itu buruk. Apabila peristiwa yang diingat tersebut adalah suatu nikmat, berdzikir pada konteks

objek ini juga termasuk dalam bersyukur. Hal ini juga dapat mengantarkan seseorang menuju jalan yang diridhai-Nya. 3. Kitab Allah. Sesuai dengan QS al-Anbiya (21) : 50, Allah SWT berfirman : Dan (al- Quran) ini adalah suatu dzikir (kitab pengingatan) yang penuh berkah yang telah Kami turunkan. Maka mengapakah kamu mengingkarinya? Allah SWT menjanjikan kemudahan untuk memeliharan dan mengingat alQuran bagi siapa yang bermaksud memelihara, mengingat, dan

memahaminya. Banyak cara mengingat al-Quran, bisa dengan bertadarus sambil menghafalkannya, mengajarkan kepada sesama, bahkan hingga memperbanyak dalam kaset atau media lainnya. 4. Tokoh-tokoh yang baik dan yang buruk. Tokoh yang baik dan yang buruk termasuk dalam objek dzikir dengan tujuan seseorang bisa meneladani dan mempelajari sifat-sifat mereka. Tokoh yang baik bisa diambil sifat, sikap, dan perilakunya agar menjadi insan yang baik dan berguna bagi banyak pihak. Sedangkan tokoh yang buruk diingat kesalahannya dengan tujuan tidak mengulangi kesalahan yang sama yang telah mereka lakukan. Selain itu sesuai dengan QS Maryam (19) manusia diperintahkan untuk mengingat beberapa nama nabi dan banyak tokoh lainnya yang dapat diteladani. Tokoh yang benar-benar harus diteladani dalam hidup ini adalah Nabi Muhammad SAW. Sosok, sifat, sikap, dan perilakunya sungguh harus diingat dan diterapkan dalam keseharian.

5. Diri Manusia. Banyak ayat dalam al-Quran yang menyebutkan manusia sebagai objek dzikir. Salah satunya adalah QS Maryam (19) : 67 : tidakkah manusia mengingat (berpikir) bahwa sesungguhnya Kami telah

menciptakannya, sedang dia (sebelum diciptakan itu, dahulu) tidak ada sama sekali. Potongan ayat itu memiliki makna bahwa seseorang harus selalu mengingat asal mula sebelum dilahirkan di dunia ini. Selalu mengingat asal usul peristiwa perjalanan sebelum kita hidup. Dzikir terhadap diri manusia bertujuan luas agar seseorang tidak sombong dan takabur dalam menjalani dunia ini. Selalu ingat bagaimana latar dilahirkan dan apa tujuan dilahirkan.

2.1.3 Tata Cara Dzikir


Dalam dzikir ada beberapa syarat yang perlu diperhartikan demi kekhusukan dzikir. Kekhusukan dzikir dimaksudkan agar dzikir yang dilakukan mencapai pada ketenangan secara lahirian dan batiniah. Berikut adalah apa saja yang perlu diperhatikan saat dzikir: 1. sebaiknya berwudhu terlebih dahulu. Seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 3: Wudhu dianjurkan sebelum berdzikir

2. dilakukan di tempat yang nyaman dan kondusif. Dalam artian tidak ramai, tidak terganggu dengan kedaan sekitar 3. meghadap ke arah kiblat. Hal ini bertujuan untuk lebih mengkhusukan karena seakan-akan sama dengan shalat 4. dilakukan secara sungguh-sungguh dan dalam waktu yang cukup lama. Apabila hal tersebut dilakukan, dzikir yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat dan memperoleh ketenangan lahir dan batin, contohnya seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 4: Ketenangan saat dzikir

2.1.4 Macam- macam Bacaan Dzikir


Pada keseharian, banyak bacaan dzikir yang bisa kita lantunkan kepada Allah SWT. Bacaan tersebut sangat banyak jumlahnya, namun hanya beberapa yang akan penulis singgung pada bab ini. Bacaan yang pertama adalah bacaan tasbih. Bacaan tasbih berbunyi Subhannallah yang berarti Maha Suci Allah. Bacaan ini memiliki artian menjauhkan Allah dari segala sifat kekurangan dan keburukan. Dengan mengucapkan tasbih, orang tersebut mengakui bahwa tidaka da sifat dan perbutan Tuhan yang kurang sempurna. Sehingga ia membenarkan bahwa Maha Suci Allah. Bacaan yang kedua adalah bacaan tahmid. Bacaan tahmid berbunyi Alhamdulillah yang berarti Segala Puji Bagi Allah. Bacaan ini merupakan bacaan tanda syukur seseorang atas nikmat yang telah Allah berikan kepadanya. Jika bacaan tahmid ini sering diucapkan terus menerus, maka dari waktu ke waktu pembaca selalu akan merasa dalam curahan rahmat dan kasih sayang. Bacaan yang ketiga adalah bacaan takbir. Bacaan takbir berbunyi Allahuakbar yang berarti Allah Maha Besar. Bacaan takbir bermakna sebagai suatu bentuk pengakuan atas kebesaran Allah. Mengagungkan Allah dapat berbentuk ucapan, sikap batin, dan perbuatan. Takbir dalam ucapan adalah sebatas mengucapkan Allahu Akbar. Takbir dengan sikap batin adalah meyakini bahwa Dia Maha Esa, kepada-Nya tunduk segala makhluk, dan kepada-Nya kembali keputusan segala sesuatu. Sedangkan 10 takbir dengan perbuatan adalah

mengaplikasikan makna-makna yang terkandung dalam takbir berdasar sikap batin pada kehidupan sehari-hari. Bacaan yang keempat adalah bacaan istighfar. Bacaan ini berbunyi astaghfirullah. Kata ini terdiri dari kata Astaghfiru dan Allah. Astaghfirullah berarti permohonan agar Allah menutup aib dan dosa si pemohon. Seseorang yang membaca istighfar seharusnya dilandasi dengan kesadaran bahwa maghfirah Allah sangat luas. Namun, ampunan Allah yang begitu luas, tidak sepantasnya manusia permainkan. Maksudnya adalah manusia yang memohon ampunan dari dosa seharusnya sungguh-sungguh dalam bertobat dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah dilakukan. Bacaan yang kelima adalah bacaan tahlil. Bacaan tahlil sering juga disebut kalomat tauhid. Bacaan ini berbunyi La Ilaha Illa Allah. Bacaan ini berarti tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah. Penghayatan dan pemahaman terhadap bacaan ini bisa menjadikan seseorang yang berdzikir merasakan ketenangan sesuai firman Allah pada QS. Ar-Rad (13) : 28. Arti ayat tersebut adalah Sungguh! Dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram. Ketenangan dan ketentraman itu lahir bila sesorang yang berdzikir percaya dan sadar bahwa Allah adalah penguasa tunggal dan pengatur alam raya dan yang dalam genggaman tangan-Nya segala sesuatu.

11

2.2 Berhitung 2.2.1 Pengertian Berhitung


Berhitung berasal dari kata dasar hitung. Sebagai kata kerja, hitung lebih tepat didefinisikan terjemahan dari kata to count dalam bahasa Inggris. Dalam matematika, berhitung lebih diartian secara luas karena melibatkan operasi dasar seperti penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Kemampuan ini sebaiknya diajarkan atau dilatih sejak usia dini, yaitu dari sesorang masih balita. Seperti orang tua mengajarkan anaknya berhitung sejak bayi seperti gambar di bawah ini. Ketelitian berhitung didefinisikan dimana kemampuan seseorang dapat menghitung dengan benar pada tiap soal yang ada dan stabil pada suatu jangka waktu yang ada.

Gambar 5: Kecerdasan berhitung sebaiknya diajarkan sejak usia dini

12

2.2.2 Kecerdasan Berhitung (Numerik)


Kecerdasan berhitung atau lebih mudah disebut kecerdasan numerik. Kecerdasan numerik ini dalam bidang psikologis disebut kecerdasan logistikmatematis. Kecerdasan yang satu ini adalah ketrampilan mengolah angka dan kemahiran menggunakan logika dan akal sehat. Ini adalah kecerdasan yang digunakan ilmuwan untuk membuat hipotesa dan dengan tekun mengujinya dengan eksperimen. Ini juga kecerdasan yang digunakan oleh akuntan pajak, pemrogaman komputer dan ahli matematika. Orang yang memiliki kecerdasan logistik-matematis memiliki ciri-ciri sebagai berikut: 1. cepat menghitung problem aritmatika di luar kepala 2. mampu menjelaskan masalah secara logis dan memainkan teka-teki logika 3. menikmati menggunakan bahasa komputer 4. menyenangi mata pelajaran Matematika dan IPA serta berprestasi dalam bidang tersebut. 5. merancang eksperimen 6. ahli bermain catur dan permainan strategi lainnya 7. mudah memahami sebab akibat Wilayah ini berkaitan dengan logika, abstraksi, penalaran, dan angka. Meskipun sering dianggap bahwa orang dengan kecerdasan ini secara alami unggul dalam matematika, catur, pemrograman komputer dan kegiatan logis atau numerik, namun yang definisi yang lebih tepat adalah kemampuan pada 13

matematika tradisional dan banyak lagi kemampuan penalaran, pola-pola absktrak pengenalan, berpikir dan penyelidikan ilmiah, dan kemampuan untuk melakukan perhitungan yang kompleks. Ini berkolerasi kuat dengan konsep IQ. Karir yang sesuai adalah ilmuwan matematikawan, insinyur, dokter, dan ekonom. Dalam berhitung, ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam ketelitian berhitung seseorang. Faktor tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam pribadi seseorang. Faktor ini terdiri dari kemampuan dasar berhitung orang tersebut, kecerdasan intelektual, dan bakat orang tersebut. Kemampuan dasar berhitung seseorang dipengaruhi oleh kemampuan otak orang tersebut. Ada yang memiliki kemampuan berhitung cepat dan akurat, ada yang cepat namun salah, ada yang lebih lama namun benar, dan ada pula yang kemampuan berhitung rendah yaitu lama dan salah. Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar pribadi seseorang. Faktor ini terdiri dari faktor lingkungan. Faktor lingkungan yang dimaksud adalah kenyamanan orang tersebut dalam melakukan penghitungan. Ada tipe orang dimana dalam berhitung, orang tersebut harus dalam keadaan sepi dan tenang. Namun ada pula yang memiliki kemampuan berhitung akurat walau dalam keadaan ramai.

14

2.2.3 Mekanisme Penghantar Impuls Sebagai Bagian dari Berhitung


Impuls dapat dihantarkan melalui beberapa cara, di antaranya melalui sel saraf dan sinapsis. Berikut ini akan dibahas secara rinci kedua cara tersebut. 1. Penghantaran Impuls Melalui Sel Saraf Penghantaran impuls baik yang berupa rangsangan ataupun tanggapan melalui serabut saraf (akson) dapat terjadi karena adanya perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam sel. Pada waktu sel saraf beristirahat, kutub positif terdapat di bagian luar dan kutub negatif terdapat di bagian dalam sel saraf. Rangsangan (stimulus) pada indra menyebabkan terjadinya pembalikan perbedaan potensial listrik sesaat. Perubahan potensial ini (depolarisasi) terjadi berurutan sepanjang serabut saraf. Kecepatan perjalanan gelombang perbedaan potensial bervariasi antara 1 sampai dengan 120 m per detik, tergantung pada diameter akson dan ada atau tidaknya selubung mielin. Bila impuls telah lewat maka untuk sementara serabut saraf tidak dapat dilalui oleh impuls, karena terjadi perubahan potensial kembali seperti semula (potensial istirahat). Untuk dapat berfungsi kembali diperlukan waktu 1/500 sampai 1/1000 detik. Energi yang digunakan berasal dari hasil pemapasan sel yang dilakukan oleh mitokondria dalam sel saraf. Stimulasi yang kurang kuat atau di bawah ambang (threshold) tidak akan menghasilkan impuls yang dapat merubah potensial listrik. Tetapi bila kekuatannya di atas ambang maka impuls akan 15

dihantarkan sampai ke ujung akson. Stimulasi yang kuat dapat menimbulkan jumlah impuls yang lebih besar pada periode waktu tertentu daripada impuls yang lemah. 2. Penghantaran Impuls Melalui Sinapsis Titik temu antara terminal akson salah satu neuron dengan neuron lain dinamakan sinapsis. Setiap terminal akson membengkak membentuk tonjolan sinapsis. Di dalam sitoplasma tonjolan sinapsis terdapat struktur kumpulan membran kecil berisi neurotransmitter; yang disebut vesikula sinapsis. Neuron yang berakhir pada tonjolan sinapsis disebut neuron pra-sinapsis. Membran ujung dendrit dari sel berikutnya yang membentuk sinapsis disebut post-sinapsis. Bila impuls sampai pada ujung neuron, maka vesikula bergerak dan melebur dengan membran pra-sinapsis. Kemudian vesikula akan melepaskan neurotransmitter berupa asetilkolin. Neurontransmitter adalah suatu zat kimia yang dapat menyeberangkan impuls dari neuron pra-sinapsis ke post-sinapsis. Neurontransmitter ada bermacam-macam misalnya asetilkolin yang terdapat di seluruh tubuh, noradrenalin terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin serta serotonin yang terdapat di otak. Asetilkolin kemudian berdifusi melewati celah sinapsis dan menempel pada reseptor yang terdapat pada membran post-sinapsis. Penempelan asetilkolin pada reseptor menimbulkan impuls pada sel saraf berikutnya. Bila asetilkolin sudah melaksanakan tugasnya maka akan diuraikan oleh enzim asetilkolinesterase yang dihasilkan oleh membran postsinapsis. 16

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1.

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 bertempat di Jalan. K.H.

Ahmad Dahlan no. 14 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

3.2.

Metode Penelitian
Pada penelitian ini penulis mendapatkan informasi melalui 2 metode.

Metode utama adalah metode eksperimen. Eksperimen yang dilakukan adalah dengan menguji ketelitian berhitung pada objek penelitian dengan latar belakang 2 kelompok siswa yang berbeda. Kelompok pertama dengan ketenangan setelah berdzikir dan kelompok kedua dengan tanpa ketenangan berdzikir. Metode kedua yang digunakan penulis adalah dengan kajian pustaka beberapa buku dan website dari internet yang telah dipilih oleh penulis.

3.3.

Objek Penelitian
Objek penelitian karya tulis ini adalah dzikir dan pengaruhnya terhadap

ketelitian siswa saat menghitung.

17

3.4.

Teknik Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini penulis mengambil sampel seluruh dari siswa

akselerasi kelas XII. Siswa akselerasi kelas XII ini terdiri dari 6 siswi dan 1 siswa yaitu penulis sendiri. Penulis mengambil sampel sedemikian rupa agar kemampuan sampel yang diambil sama rata, yaitu dengan kemampuan di atas rata-rata sesuai dengan predikat kelas akselerasi yang disandangnya. Populasi sampel penelitian adalah siswa akselerasi kelas XII SMA Labschool Kebayoran.

3.5.

Teknik Analisis Data


Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis data secara

kuantitatif, yaitu berdasarkan dari hasil data eksperimen yang penulis lakukan. Hasil data yang didapatkan akan dijelaskan pada bab berikutnya.

18

BAB IV PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Analisis Kelompok Dzikir 4.1.1 Kelompok Responden Dzikir Berdasarkan IQ


Berdasarkan data dari penelitian yang penulis lakukan, kelompok responden dzikir memiliki kecerdasan intelektual seperti pada tabel tersebut. IQ pada kelompok responden dzikir paling tinggi adalah 136. IQ terendah pada kelompok responden ini adalah 117. Lebih jelas lagi seperti yang ditampilkan pada tabel dan diagram di bawah ini. No Urut 1a 2a 3a IQ 117 136 121

Tabel 1: Tabulasi IQ kelompok responden dzikir

19

Diagram 1: Kelompok responden dzikir berdasarkan IQ

Diagram tersebut menunjukkan bahwa paling banyak kelompok dzikir memiliki IQ diantara 120-139 dengan jumlah 2 orang. Kelompok ini digolongkan pada kelompok cerdas. Kelompok kedua adalah dengan IQ diantara 110-119 dengan jumlah 1 orang. Kelompok ini digolongkan pada kelompok rata-rata cerdas.

4.1.2 Kelompok Responden Dzikir Berdasarkan Faktor Eksternal


Berdasarkan penelitian penulis, maka kemampuan berhitung berdasarkan faktor eksternal kelompok responden dzikir adalah seperti yang ditampilkan pada tabel dan diagram di bawah ini.

20

1a

2a Jumlah Benar

3a

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10

10 9 12 13 15 17 12 17 7 13

18 16 18 18 18 18 18 18 18 18

18 9 14 18 16 18 13 14 11 11

Tabel 2: Tabulasi data penelitian kelompok responden dzikir

Grafik 1: Perbandingan jumlah benar kelompok responden dzikir di tiap baris soal

21

Dari tabel 2, kelompok responden dzikir paling sedikit hanya menjawab 7 soal pada salah satu baris soal, dan paling banyak mampu mengerjakan dengan benar tiap baris soal. Dari diagram 2 dapat dilihat variasi kemampuan kelompok responden dzikir menghitung cukup tinggi. Ada kecenderungan naik dalam mengerjakan soal dengan benar, namun pada baris akhir terjadi penurunan.

4.2 Analisis Kelompok Responden Tidak Dzikir 4.2.1 Kelompok Responden Tidak Dzikir Berdasarkan IQ
Pada tabel tersebut dapat dilihat kemampuan intelektual (IQ) pada kelompok tidak dzikir. IQ tertinggi dalam kelompok tidak dzikir adalah 136. IQ terendah dalam kelompok ini adalah 99. Lebih jelas lagi seperti yang ditampilkan pada tabel dan diagram berikut. No Urut 1b 2b 3b IQ 133 142 143

Tabel 3: Tabulasi IQ kelompok responden tidak dzikir

22

Diagram 2: Kelompok responden tidak dzikir berdasarkan IQ

Diagram tersebut menunjukkan bahwa paling banyak kelompok dzikir memiliki IQ diantara 140-159 dengan jumlah 2 orang. Kelompok ini digolongkan pada kelompok sangat cerdas. Kelompok kedua adalah dengan IQ diantara 120139 dengan jumlah 1 orang. Kelompok ini digolongkan pada kelompok cerdas.

4.2.2 Kelompok Responden Tidak Dzikir Berdasarkan Faktor Eksternal


Berdasarkan penelitian yang dilakukan penulis kepada kelompok responden tidak dzikir, maka diperoleh data seperti yang ditampilkan pada tabel dan diagram berikut.

23

1a

2a Jumlah Benar

3a

Baris 1 Baris 2 Baris 3 Baris 4 Baris 5 Baris 6 Baris 7 Baris 8 Baris 9 Baris 10

18 18 18 18 18 18 18 18 18 18

18 9 18 14 10 13 12 13 18 4

18 14 16 16 16 15 11 16 15 15

Tabel 4: Tabulasi data penelitian kelompok responden tidak dzikir

Grafik 2: Perbandingan jumlah benar kelompok responden tidak dzikir di tiap baris soal Dari tabel 2, kelompok responden tidak dzikir paling sedikit hanya menjawab 4 soal pada salah satu baris soal, dan paling banyak mampu mengerjakan dengan benar tiap baris soal. 24

Dari grafik 2 dapat dilihat variasi kemampuan kelompok responden tidak dzikir menghitung cukup tinggi. Ada kecenderungan stabil dalam mengerjakan soal dengan benar. Namun 2 dari 3 responden memiliki lebih cenderung turun dalam mengerjakan soal dengan benar pada tiap baris yang ada.

4.3 Perbandingan Kelompok Responden Dzikir dan Kelompok Responden Tidak Dzikir
Melalui data yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dilihat perbandingan kelompok responden dzikir dan kelompok responden tidak dzikir seperti pada tabel dan diagram di bawah ini.

Diagram 3: Perbandingan IQ kelompok responen dzikir dan kelompok responden tidak dzikir

25

Grafik 3: Perbandingan jumlah benar kelompok responden dzikir dan kelompok responden tidak dzikir di tiap baris soal Terlihat pada diagram 3 diatas bahwa IQ kelompok responden tidak dzikir memiliki rata-rata lebih tinggi daripada kelompok responden dzikir. Hal ini merupakan faktor internal pada masing-masing individu pada masing-masing kelompok responden yang merupakan gen dan kemampuan dasar yang telah ada sejak lahir. Dari grafik 3 dijelaskan bahwa kemampuan kelompok responden dzikir dan responden tidak dzikir dalam mengerjakan soal yang diberikan sangat bervariasi. Pada kelompok responden dzikir cenderung tinggi dan tidak banyak mengalami penurunan. Sedangkan pada kelompok responden tidak dzikir, cenderung turun pada pengerjaan tiap baris soal.

26

BAB V PENUTUP

5.1

Kesimpulan
Dzikir adalah kegiatan ibadah umat Islam dengan mengingat penciptanya

yaitu Allah SWT. Dzikir dilakukan agar manusia selalu tawakal dan istiqomah di jalan Allah dengan selalu mengingat kebesaran dan keagungan Allah SWT demi mencapai kesuksesan dunia dan akhirat. Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan penulis mengenai pengaruh dzikir terhadap ketelitian berhitung, maka penulis menyimpulkan bahwa dzikir memiliki pengaruh terhadap ketelitian berhitung. Hasil dari proses berdzikir, seseorang mendapatkan ketenangan batin. Ketenangan batin tersebut menjadi faktor penunjang dalam ketelitian berhitung. Hasil dari percobaan ini memang tidak menunjukkan hasil yang signifikan dari proses dzikir tersebut. Proses dzikir tidak berpengaruh begitu banyak karena adanya faktor internal lain yang ikut mempengaruhi ketelitian berhitung. Faktor internal yang dimaksud berupa kecerdasan intelektual orang tersebut dan merupakan kemampuan otak orang tersebut.

27

5.2

Saran
Dari penelitian tersebut, penulis menyarankan kepada teman-teman dan

para pembaca agar bisa mengaplikasikan apa yang telah diteliti oleh penulis. Walau hanya sedikit, dzikir tetap saja memepengaruhi kemampuan ketelitian berhitung. Meski tidak banyak pengaruh dzikir terhadap ketelitian berhitung, dzikir juga merupakan ibadah yang bisa dilakukan demi mendapatkan pahala. Sudah sepatut dan sewajarnya manusia ingat kepada penciptanya yaitu Allah SWT dengan cara dzikir tersebut.

28

DAFTAR PUSTAKA

Mulyaningtyas, B. Renita., dkk. 2006. Bimbingan dan Konseling SMA untuk Kelas X. Jakarta: Esis Shihab, M Quraish.2006. Wawasan Al-Quran tentang Zikir dan Doa. Jakarta: Lentera Hati. http://en.wikipedia.org/wiki/Theory_of_multiple_intelligences http://free.vlsm.org/v12/sponsor/SponsorPendamping/Praweda/Biologi/0083%20 Bio%202-9b.htm http://www.bayumukti.com/8-kecerdasan-manusia

29

LAMPIRAN

Soal Aritmetika untuk Mengukur Ketelitian Responden dalam Berhitung


6 5 3 9 7 8 4 9 6 4 8 5 1 7 3 6 7 5 9 4 5 6 8 7 5 2 9 7 4 6 9 3 8 5 7 3 1 4 8 2 6 4 7 3 9 1 5 8 7 6 3 9 5 7 2 4 8 3 5 9 7 2 4 6 9 2 4 8 6 5 3 9 4 2 1 7 5 7 3 6 5 4 9 8 6 7 5 3 8 1 9 2 4 5 7 2 8 3 9 4 7 5 5 6 3 7 4 8 3 9 2 1 5 6 7 2 5 4 7 3 8 9 7 5 6 1 3 4 5 7 8 6 9 1 8 3 8 9 5 6 6 8 7 3 2 1 4 2 7 8 3 9 9 5 9 7 5 6 6 3 7 7 4 9 5 4 8 9 7 6 2 5 7 7 5 6 9 4 8 3 9 2 2 5 6 8 7 6 4 9

30

Anda mungkin juga menyukai