Anda di halaman 1dari 5

*** Hari itu adalah hari yang panas di bulan Ramadhan.

Aku sedang berjalan ketika tiba-tiba ku melihat sesosok wanita berbaju lusuh hendak ingin menyebrangi jalan raya kalimalang. Namun tanpa iba aku membuang muka menghadapkan sepasang mata ini ke arah wanita berparas cantik, berkulit kuning langsat dan tinggi semampai, yang sedang menunggu jemputannya. Hidup ini adalah pilihan, namun kesemuanya ini diiringi kebutuhan. Apalah arti idiom itu, karena syaraf syaraf di otakku ini, sudah diracuni dengan yang namanya rasa enak lagi mengenakkan. Sungguh pikiran ini berkata, nikmat mana lagi yang akan manusia dustakan. Bidadari dari surga itu begitu menawan, berbeda dengan wanita berbaju lusuh yang pertama kutatapi itu. Maka tanpa sadar secepat kilat, pikiran ku memikirkan bahwa wanita itu adalah wanita yang Tuhan kirimkan untuk ku nikmati keanggunannya, bahwasannya inilah ciptaan Ku, ciptaan yang sebenarnya hanya mampir di bumi ini tanpa ada keraguan bagi siapapun yang bertemu untuk melihat keanggunannya. nak, nak, bisa bantu ibu nyebrang jalan ini. Ibu mau ke cucu ibu, rumahnya disebrang sana, mohon sang wanita berbaju lusuh itu. Aku terkejut kaget melihat wanita itu berkata demikian, karena aku heran saat wanita itu berbicara wajahnya mengarah ke wanita cantik, yang juga sedang kupandangi dari tadi. ehm, maaf ibu, kenapa ya? jawab ku heran, dengan mendekati ibu itu sambil sedikit menundukkan kepala. Ternyata memang baju yang dikenakannya sangat lusuh, dengan aksesoris kaca mata hitam yang tampaknya setia bertengger di depan matanya itu. oh iya nak, ibu mau nyebrang. Cuman agak takut, soalnya Alhamdulillah mata ibu sudah gak bisa lihat. Dari tadi ibu nunggu cucu ibu ndak datang-datang. Eh, Alhamdulillah ibu denger kayak ada orang datang, ibu langsung panggil untuk minta tolong. Kamu mau bantu ibu? penjelasan panjang sang wanita berbaju lusuh itu dengan riang tanpa beban. oh, mari ibu mari saya bantu, kebetulan saya juga mau menyebrang jalan ini, kaget karena ternyata wanita ini tidak bisa lihat. Aku menggandeng tangannya untuk memudahkan ku menuntunnya. celingak-celinguk - tengok kanan kiri, memperhatikan jalan raya kalimalang, yang padat dengan pengendara sepeda motor dari arah bekasi. Sekumpulan pengendara yang merupakan punggawa-punggawa keluarga yang senantiasa gigih dan ulet untuk mengumpulkan hadiah-hadiah buka puasa bagi raganya dan raga-raga keluarganya.

Aku berani maju melangkah, menuntun sang ibu menuju keadaan yang lebih baik. Mengangkat tangan, dengan penuh ragu-ragu, untuk berani mencoba mengisyaratkan para pengendara kendaraan mengurangi kecepatan pacuannya, bahwasannya ini ada saya, dan wanita berbaju lusuh yang ingin sekali bertemu dengan cucunya disebrang sana. ** Nikmat Tuhan hari ini begitu indah sekali, bidadari yang sepertinya diturunkan kepadaku tampaknya terus memperhatikan ku, yang sedang asyik dan gemetaran membantu wanita berbaju lusuh menyebrangi jalan raya kalimalang. Memang tak seharusnya ada yang didustakan lagi dan tak ada yang diragukan lagi, aku dan wanita berbaju lusuh itu berhasil menyebrangi jalan raya kalimalang dengan selamat, tanpa ada sedikit pun lecet. Bahkan wanita berbaju lusuh, sontak tersenyum memberi tanda terima kasih adek. ** nak, terima kasih banyak ya. Kalau gak ada mungkin ibu ndak nyebrang-nyebrang, sumringah si wanita berbaju lusuh itu, dengan memalingkan muka ke arah jalan raya kalimalang. sama sama ibu. Ehm, ibu mau saya antar ke rumah cucu ibu, tutur ku, untuk sedikit membantu bebannya. Akan tetapi, memang satu bagian tubuh ini tidak bisa dibohongi. Mata-mata, memang sepasang bola mata. Pandangan ku tetap menerawang mencari-cari bidadari surga ku. Padahal aku sedang berbicara dengan wanita berbaju lusuh yang sedang butuh bantun, tapi memang seperti itu, hidup ini rasanya tidak menginginkan untuk menikmati kerugian. Penyesalan datang menghampiriku. Agak lama menyelamatkan wanita berbaju lusuh, bidadari ku sepertinya kembali lagi ke langit, menemui Tuhan. Rasanya penyesalan ini membuat otakku bergerilya memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, kenapa dia pergi meninggalkan pria malang ini, satu kemungkinan yang paling mungkin. Dia kembali ke langit menemui Tuhan untuk mengatakan bahwa, ya Tuhan pemilik semesta alam, saya kembali. Mohon ingatkan manusia Mu yang pagi ini menatap ku terus, aku tidak nyaman dipandangi terus olehnya. Engkau tempat aku meminta, dan Engkau tempat aku bersandar *

Menunduk adalah sikap yang pasti untuk ku lakukan saat itu. Sebab percuma aku berbicara penuh kepastian ke wanita berbaju lusuh untuk memberikan bantuan lebih, bahwa semangat ini pudar dikelilingi polusi udara Jakarta. * oh ndak usah repot-repot nak. Ibu merasa sudah sangat bersyukur bisa menyebrang jalan raya itu, lagian kasihan kamu nanti telat karena ibu lagi, tutur wanita berbaju lusuh sambil tersenyum berseri seri. tapi ibu gak papa sendiri? Saya ikhlas kok bu., bujuk ku agar sang ibu menerima bantuan ku. oh ndak papa, ibu sudah biasa. Lagian juga kayaknya ibu mau nunggu cucu ibu saja, dia pasti ke sini. Dia sudah janji soalnya, papar wanita berbaju lusuh, dengan sedikit membetulkan posisi tas gandengannya yang agak turun. oh begitu, baiklah ibu, jawab ku singkat meng-iya-kan kemauannya. ibu, mari menunggu disana saja. Agak sejuk., pintaku untuk wanita berbaju lusuh menuju ke bawah pohon rindang pinggir jalan, dengan mengangkat tangan kirinya, seolah menariknya ke tempat tujuan. Wanita berbaju lusuh itu mengikutiku, membuat aku terpana akan kewibawaan wanita ini. maaf ibu, sebelum menyebrang ibu bilang tidak bisa melihat, tapi ibu bilang juga Alhamdulillah. Kenapa begitu?, basa basi ku saat mengantarkannya ke tampat aman dan nyaman itu. oh, kamu tau semua ini siapa yang kasih, jawab singkat wanita berbaju lusuh. gak tau bu, singkatku menyela. semua ini anugerah Tuhan. Ibu percaya ini adalah berkah. Apapun itu, cobaan kah atau nikmat kah, semua itu anugerah yang lebih baik. Syukur alhamdulillah, sangat tepat untuk diucapkan saat menerima anugerah Tuhan, tak akan ada kata yang paling tepat selain itu., terang wanita berbaju lusuh dengan penuh senyum. wah, luar biasa sekali ibu., lirih ku manggut-manggut menerima kata-kata luar biasa tersebut, sambil melipir berhenti di bawah pohon rindang pinggir jalan.

saya mengerti ibu, sungguh kata-kata luar biasa. saya ucapkan terima kasih banyak ibu sudah memberikan saya satu kata canggih hari ini, tutur ku menggapai tangan kanannya untuk ku salami, dengan ucapan terbata-bata dan salah dalam memilih kata-kata. ah, kamu ini. Ibu yang berterima kasih sudah dibantu nyebrang., jawabnya singkat dengan menumpukan tangan kirinya di atas tangan kanan ku yang sedang menyalaminya itu. Bisa saja ibu. Baiklah ibu, angkot saya sepertinya sudah datang, saya pamit dulu. Ibu baik-baik di sini ya., ucap ku memulai langkah-langkah perpisahan. ibu akan baik-baik saja kok nak, kamu tenang saja. Ibu doakan semoga di hari yang panas ini kamu bertemu dengan wanita berparas cantik yang membakar semangat juang mu, jelas wanita berbaju lusuh dengan nada-nada doa yang khidmat. wah, kenapa harus wanita cantik, jawab ku tersenyum-senyum sendiri. Wanita berbaju lusuh itu hanya membalas pernyataan ku dengan tersenyum juga. Seperti mengatakan suatu hal bahwa, nanti juga kamu akan tahu, nikmat Tuhan akan selalu menyertai mu, wahai pemerhati wanita. baiklah, terima kasih ibu, saya angkot dulu. sampai ketemu lagi, jawab ku singkat dan terburu-buru, melambangkan perpisahan yang kurang indah dan kurang sopan, untuk se-onggok angkot reot. Saat menaiki angkot, pikiran ini dipenuhi satu kalimat tanya. Kenapa wanita berbaju lusuh itu berdoa seperti itu. Apakah ini berkah ramadhan pasca bertemu dirinya, yakni dapat melirik wanita berparas cantik, berkulit kuning langsat, dan tinggi semampai, bidadari Tuhan dari surga. Adilnya Tuhan, memberikan ganjaran kebaikan di muka, tanpa ragu-ragu apakah beban di muka itu akan atau tidak akan dilakukan. Inilah takdir Tuhan yang luar biasa, takdir baik atau takdir buruk yang harus di-iman-i. Memang nikmat mana lagi yang akan manusia dustakan. *** Ku berseri-seri membaca buku harian ku, tertanggal 28 Juli 2012. Hari terindah, termewah, dan termegah untuk dijadikan hari-hari petualang. Ku raba-raba ingatan ku yang abstrak itu, sekelibat situasi siang nan panas di pinggir jalan raya kalimalang. Jalan suram dan penuh keunikan, jalan di mana begitu banyak berkah dan ilmu yang ku dapat. Jalan yang penuh misteri, penuh harapan, dan penuh kegelisahaan untuk ku bahas satu-satu. Rasanya aku ingin bertemu kembali dengan wanita berbaju

lusuh itu, untuk sekedar bersua, bahwasannya doa mu menginspirasikan aku untuk selalu bersyukur akan anugerah Tuhan. Anugerah yang aneh, dan tak terduga kedatangannya, anugerah yang penuh kejutan, anugerah yang selalu akan melibatkan jiwa dan raga kita ke dalam kondisi yang sulit lagi menyulitkan, dan yang berlebih-lebihan. Terima kasih Tuhan, engkau menciptakan cerita untuk ku yang indah ini, cerita rasa syukur dari wanita berbaju lusuh yang tidak bisa melihat, alias buta. Cerita yang selalu membuat ku untuk mengucap Alhamdulillah, kapan pun, dimana pun, dan dalam keadaan apapun. Layaknya wanita berbaju lusuh yang kehilangan pandangan matanya, demi meng-iman-i anugerah Mu yang maha agung, Tak luput aku juga ucapkan terima kasih, telah memperlihatkan bidadari Mu, yang sekejap hadir di retina mata ku ini. Sungguh pengalaman yang luar biasa, sungguh aku semakin bersemangat untuk memberikan makna, bahwa Engkau memang mempunyai kejutan-kejutan yang luar biasa. Aku akan terus menunggu cerita-cerita yang akan Engkau berikan kepada ku. Menunggu tanpa rasa bosan, karena seperti kata teman ku, bahwa kita hidup juga menunggu. Menunggu panggilan Mu, agar kita bisa bertemu di tempat mu yang agung, indah, dan penih rasa nikmat. Surga milik Mu seorang. Alhamdulillah 02 - UY A -

Terus menangis untuk selalu rindu, takan pernah aku main-main lagi. Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai