Anda di halaman 1dari 59

KARAKTERISTIK MINYAK TRAFO SEBELUM DAN SESUDAH FILTERING ON LINE LAPORAN PRAKTEK INDUSTRI Disusun dalam rangka memenuhi

syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri, dengan pembimbing Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd. dan Sugiarto

Oleh: Handi Agus H. 0908810

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2012

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON

Disusun Oleh : NAMA NIM : Handi Agus H. : 0908810

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1 Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik

Bandung, Oktober 2012 Disetujui oleh, Pembimbing Ketua Praktik Industri

Drs. I Wayan Ratnata, ST, M. Pd. NIP. 19580214 198603 1 002

Drs. H. Bambang Trisno, M.SIE. NIP. 19610306 198610 1 001

Mengetahui, Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro

Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, ST, M.SIE. NIP. 19551204 198103 1 002

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PT. PLN (PERSERO) P3B JB APP CIREBON

Disusun Oleh : NAMA NIM : Handi Agus H. : 0908810

Program Studi : Pendidikan Teknik Elektro S-1 Konsentrasi : Teknik Tenaga Listrik

Cirebon, Oktober 2012 Disetujui oleh, Pembimbing

Sugiarto NIP. 5983005 K3 Mengetahui, Supervisor Harprodatel APP Cirebon Base Camp Cirebon

Sugiarto NIP. 5983005 K3

ABSTRAKSI Isolasi cair dalam hal ini adalah minyak trafo merupakan sesuatu hal yang sangat penting dalam menunjang kerja dari peralatan-peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo. Sebagai isolasi, minyak trafo harus mampu untuk menyerap panas yang ditimbulkan pada saat trafo beroperasi dalam hal ini minyak trafo sebagai pendingin. Selain itu, minyak trafo juga harus mampu menjadi isolator antara satu kumparan dengan kumparan lainnya. Oleh karena itu, minyak trafo harus menenuhi standar kualitas atau karakteristik minyak trafo yang telah ditetapkan. Sehingga minyak trafo dapat menjalankan fungsinya dengan maksimal. Namun seiring dengan pengoperasian trafo, maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas. Hal ini dikarenakan minyak trafo sudah teroksidasi dan terkontaminasi. Sehingga perlu dilakukan treatment (pemeliharaan), salah satu caranya yakni dengan filtering. Penyaringan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Sehingga pada akhirnya bisa diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan sesudah filtering.

KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Esa, puji syukur patut di ucapkan atas kehadirat-Nya karena telah memberikan segala bentuk rahmat serta karuniaNya, sehingga laporan praktik industri ini dapat diselesaikan. Laporan yang berjudul Karakteristik Minyak Trafo Sebelum dan Sesudah Filtering On Line ini disusun guna memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Praktik Industri, yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi seluruh mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. Tidak lupa pula, ucapan terima kasih patut disampaikan kepada semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu. Bimbingan, dukungan, fasilitas maupun lain sebagainya sangat berguna rangka pelaksanaan praktik industri maupun penyelesaian laporan. Oleh karena itu, perlu kiranya mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. H. Mukhidin, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (FPTK UPI); 2. Bapak Prof. Dr. H. Bachtiar Hasan, S.T., M.SIE., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI; 3. Bapak Drs. Bambang Trisno, M.SIE., selaku koordinator Praktik Industri Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI; 4. Bapak Drs. I Wayan Ratnata, ST, M.Pd., selaku dosen pembimbing. Arahan, nasehat, dan dorongan motivasi sungguh berarti dalam penyelesaian penulisan laporan praktik industri; 5. Bapak Komar dan Bu Sri, selaku staff tata usaha Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI. 6. Bapak Sugiarto selaku pembimbing lapangan sekaligus juga Supervisor Pemeliharaan Proteksi, Meter, Scadatel, dan Otomasi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon Base Camp Cirebon. Uraian penjelasan, nasehat, bimbingan, motivasi, dorongan semangat dan lain sebagainya

dari Bapak sangat bermanfaat guna menambah wawasan keelektroan, keindustrian, dan lain-lain; 7. Pak Bambang P. selaku teknisi trafo arus dan Pak Amin Prasetyo selaku teknisi penyaringan yang telah memberikan ilmu-ilmu dan pengalaman yang semoga berguna bagi penulis; 8. Pak Daryanto selaku Supervisor Administrasi dan SDM PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan administrasi bapak berguna bagi kelancaran pelaksanaan praktik industri; 9. Bu Ida dan Pak Agus, selaku bagian Admin Teknik PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon. Bantuan data-data yang diberikan telah memudahkan pengerjaan laporan; 10. Jajaran-jajaran Manager beserta seluruh pegawai PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali APP Cirebon, terutama bagian Pemeliharaan Proteksi, Meter, Scadatel, dan Otomasi Base Camp Cirebon, yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan praktik industri maupun fasilitasnya guna penunjang pembuatan laporan; 11. Supervisor serta seluruh operator Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi; terima kasih atas bimbingan selama pelaksanaan praktik industri; 12. Kedua orang tua yang sangat dicintai, beserta keluarga. Support dan doanya sungguh berguna bagi ananda; 13. Teman-teman sesama praktikan kerja praktik, siswa-siswa SMKN 1 Cirebon (Dani, Al, Bowo, Zaenal, Junaedi, Salman, Ikhsan, dan Fadli) dan mahasiswa Universitas Jendral Soedirman (Ipeng, Syamsul, dan Andri). Dukungan, kerjasama, dan kebersamaan kalian telah memberikan kesan yang indah selama pelaksanaan praktik industri; 14. Teman-teman seperjuangan, angkatan 2009, yang telah memberikan berbagai bantuan guna memudahkan penyelesaian laporan; dan 15. Semua pihak yang telah membantu, baik itu moril ataupun nonmoril.

Disadari bahwa laporan praktik industri ini belumlah sempurna dan masih terdapat kekurangan-kekurangan, sehingga diperlukan penyempurnaan. Baik itu dari segi pemaparan teori ataupun dari sistematika penulisannya. Oleh karena itu, kritik serta saran sangat dibutuhkan, sehingga penulisan-penulisan karya selanjutnya bisa lebih baik dari sekarang. Harapannya semoga Laporan Praktik Industri ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amien

Bandung, September 2012

Penulis

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ........... DAFTAR ISI . DAFTAR GAMBAR ..... i iv vi

DAFTAR TABEL ..... viii DAFTAR LAMPIRAN . BAB I PENDAHULUAN .. A. Latar Belakang .. B. Tujuan dan Manfaat ..... C. Batasan Pembahasan D. Metode Pengumpulan Data .. E. Sistematika Penulisan ... F. Waktu dan Tempat Praktek Industri . BAB II PROFIL PERUSAHAAN ... A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB APP Cirebon) .... B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan ................................... 6 10 ix 1 1 2 3 3 4 5 6

C. Struktur Organisasi Perusahaan . 11 D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan ................................................ E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan ............................................. BAB III LANDASAN TEORI . A. Minyak Trafo 12 12 15 15

B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo ...... 17 C. Purifikasi Minyak Trafo .. BAB IV PEMBAHASAN . 27 29

A. Filtering On Line ... 29 B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line .. 32

C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line .......... D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo . BAB V PENUTUP

36 37 43

A. Kesimpulan 43 B. Saran .. 44 DAFTAR PUSTAKA 45 LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero) .................................................................... 6

Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon .............................. 10 Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas ...................... Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi ........................................................ 13 14

Gambar 2.5. Switch Yard GI Sunyaragi ................................................................. 14 Gambar 3.1. Minyak trafo ... 15 Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak . 21 Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus ... Gambar 3.4. Alat uji kadar asam .... 22 23

Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka ...... 23 Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT 24 Gambar 3.7. Alat uji warna minyak .... 24 Gambar 3.8. Alat pengujian sediment .... 26

Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point) .... 27 Gambar 3.10. Oil treatment plant on line ... 28

Gambar 3.11. Oil treatment plant off line ... 28 Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi .... 29 Gambar 4.2. Mesin Filter tampak kiri .... 30 Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan ..... 31

Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang ..... 31 Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan ..... Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih .... 31 34

Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual ... 35 Gambar 4.8. Kandungan air 37 Gambar 4.9. Kandungan asam 37 Gambar 4.10. Kandungan sediment 38 Grafik 4.11. Kualitas warna 39

Gambar 4.12. Tegangan tembus .

39

Gambar 4.13. IFT 40 Gambar 4.14. Viskositas . 40 Gambar 4.15. Titik nyala api .. 41 Gambar 4.16. Perbandingan kadar air 41

Gambar 4.17. Kandungan gas . 42 Gambar 4.18. Tegangan tembus . 42

DAFTAR TABEL Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM ... 17 Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya .... 18 Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik) ... 19 Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo . 25 Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter ... 33 Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter .... 35 Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus ... 35

Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter .... 36 Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter .... 36 Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus ... 36

DAFTAR LAMPIRAN A. Struktur organisasi PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon B. Tabel perhitungan kurva kandungan gas dan kadar air C. Data trafo IV 60 MVA 150 / 20 KV D. Data hasil pengujian karakteristik minyak trafo E. Hasil penyaringan minyak transformator on line F. Surat izin kerja praktek dari PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon G. Daftar hadir kerja praktek H. Kartu asistensi praktik industri I. Surat penunjukkan dosen bimbingan laporan praktik industri J. Surat tugas pelaksanaan Seminar Laporan Praktik Industri K. Penilaian praktek industri PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isolasi merupakan sesuatu hal yang mempunyai peranan sangat penting pada sistem ketenagalistrikan, karena isolasi sangat berguna untuk mengisolasi atau memisahkan dua atau lebih penghantar listrik yang saling berdekatan dan mempunyai beda potensial sehingga diantara penghantar-penghantar tersebut tidak terjadi lompatan (flashover) atau percikan (sparkover) api. Sehingga apabila suatu isolasi tidak mampu menjalankan fungsinya secara maksimal, maka bisa menyebabkan kegagalan isolasi yang berakibat pada terganggunya kinerja dari peralatan-peralatan listrik yang terisolasi dan dapat mengganggu sistem tenaga listrik. Salah satu contoh isolasi adalah isolasi minyak merupakan hal yang sangat penting dalam peralatan sistem tenaga listrik khususnya trafo, circuit breaker, reaktor dan kapasitor karena berpengaruh terhadap kinerja peralatan tersebut. Pada trafo, minyak trafo selain berfungsi sebagai isolasi juga dapat berfungsi sebagai pendingin. Seiring dengan pemakaian atau pengoperasian trafo secara terus-menerus, maka secara perlahan-lahan minyak trafo akan mengalami penurunan kualitas (karakteristik). Hal ini kemungkinan besar terjadi karena minyak trafo sudah teroksidasi dan terkontaminasi dengan bahan-bahan yang lain, sehingga dapat menurunkan kemampuannya sebagai bahan isolasi. Agar kualitas minyak trafo senantiasa dalam kondisi yang bagus, kegiatan pemeliharaan perlu dilaksanakan. Oleh karena itu, untuk menjaga kualitas (karakteristik) minyak trafo maka perlu dilakukan pengujian secara berkala, pada umumnya dilakukan setiap setahun sekali. Sehingga apabila berdasarkan pengujian tersebut menunjukkan bahwa kualitas minyak trafo dalam keadaan buruk, maka

langkah pemeliharaan selanjutnya yakni dilakukannya proses pemurnian kembali (purifikasi), salah satu caranya ialah dengan filtering atau penyaringan. Cara tersebut dapat memperbaiki dan meningkatkan kembali kualitas minyak trafo. Dan pada akhirnya dapat diketahui perbandingan karakteristik minyak trafo sebelum dan sesudah disaring. B. Tujuan dan Manfaat 1. Tujuan Kegiatan praktik industri, yang merupakan salah satu mata kuliah wajib bagi setiap mahasiswa/ mahasiswi Jurusan Pendidikan Teknik Elektro FPTK UPI, memiliki tujuan sebagai upaya pembekalan bagi seluruh mahasiswa guna mengenal dunia industri (kerja) dan pengaplikasian ilmu pengetahuan yang telah didapat selama perkuliahan. Sedangkan tujuan dari penulisan laporan praktik industri ialah sebagai berikut: a. Mengetahui cara kerja filtering on line; b. Mengetahui karakteristik minyak isolasi yang baik; dan c. Mengetahui perbandingan karakteristik minyak isolasi sebelum dan sesudah di filter. 2. Manfaat Pelaksanaan praktik industri secara umum bermanfaat dalam melatih kedispilinan, tanggung jawab, dan etos kerja mahasiswa di industri. Selain itu, secara pribadi praktik industri juga memberikan banyak manfaat seperti bertambahnya pengalaman di industri, wawasan dan pengetahuan mengenai kelistrikan yang belum didapat di perkuliahan, mengetahui secara langsung objek peralatan-peralatan tegangan tinggi dan lain-lain. Sedangkan penulisan laporan ini bermanfaat sebagai bahan referensi mengenai karakteristik minyak trafo dan cara kerja filtering on line, baik itu untuk konsumsi pribadi ataupun umum.

C. Batasan Pembahasan Agar pembahasan laporan ini terfokus pada suatu permasalahan dan tidak melebar dari permasalahan, maka laporan ini dibatasi hanya membahas: 1. Minyak trafo yang digunakan merupakan minyak jenis Diala B Trafo IV 60 MVA 150 / 20 KV di GI Sunyaragi; 2. Standar karakteristik minyak trafo yang digunakan ialah standar IEC 60422 dan standar yang dilampirkan oleh produsen alat filter; 3. Hasil pengujian laboratorium mengacu pada standar IEC 60422; 4. Hasil pengujian manual mengacu pada standar produsen alat filter; dan 5. Perbandingan karakteristik minyak trafo merupakan perbandingan masing-masing hasil pengujian. D. Metode Pengumpulan Data Dalam penulisan laporan praktik industri ini, ada beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Diantaranya adalah: 1. Studi Literatur Studi literatur diperlukan untuk memperoleh referensi yang berkaitan dengan pembahasan. Literatur bersumber dari buku, internet, jurnal, dan datadata kepustakaan yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali Area Pelaksana dan Pemeliharaan Cirebon. 2. Wawancara Proses wawancara melibatkan pembimbing praktik industri, baik itu pembimbing dari universitas maupun pembimbing di industri, ataupun dengan para teknisi-teknisi lainnya di industri. 3. Observasi Guna menambah data dalam penulisan laporan, pengamatan langsung dan pendokumentasian kegiatan dilakukan terhadap objek.

E. Sistematika Penulisan Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan praktik industri adalah: BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang dilaksanakannya praktik industri, tujuan dan manfaat praktik industri dan penulisan laporannya, batasan pokok pembahasan, metode pengumpulan data, sistematika penulisan laporan, dan waktu beserta tempat praktik industri. BAB II PROFIL PERUSAHAAN Bab ini membahas tentang sejarah singkat perusahaan, penjelasan akan visi, misi, motto, dan nilai-nilai yang terkandung dalam perusahaan, struktur organisasi yang digunakan perusahaan, tugas pokok dan fungsi perusahaan, dan lokasi beserta wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon. BAB III LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang landasan teoritis atau studi kepustakaan laporan praktik industri. Mengenai dasar minyak trafo, pengujian kualitas minyak trafo (karakteristik), serta purifikasi minyak trafo. BAB IV PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai inti dari penyusunan laporan praktik industri. Isi pembahasannya ialah cara kerja filtering on line, karakteristik minyak trafo sebelum dan sesudah dilakukan filtering on line beserta analisisnya dengan masing-masing hasil pengujian. BAB V PENUTUP

Bab ini berisi mengenai kesimpulan beserta saran yang di dapat dari penulisan laporan praktik. F. Waktu dan Tempat Praktik Industri Waktu pelaksanaan praktik industri sebulan penuh, tepatnya dimulai pada hari senin, tanggal 30 Juli 2012 sampai dengan 30 Agustus 2012. Sedangkan untuk tempatnya yakni di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon yang beralamat di Jl. Brigdjen Dharsono (By Pass), Cirebon 45135.

BAB II PROFIL PERUSAHAAN A. Sejarah Singkat PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Area Pelaksana Pemeliharaan Cirebon (P3B JB APP Cirebon) Perusahaan Listrik Negara (PLN) memiliki sejarah yang sangat panjang dalam perindustrian ketenagalistrikan di Indonesia. Dikarenakan PLN merupakan satu-satunya perusahaan penyedia listrik di tanah air, maka dari sejak berdiri sampai sekarang PLN terus berusaha semaksimal mungkin untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan bagi seluruh pelanggan di negeri ini.

Gambar 2.1. Logo PT. PLN (Persero) Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada pertengahan abad ke-19. Sejak jaman Belanda, penguasaan dan pengusahaan listrik di Indonesia dipegang dan diselenggarakan secara monopoli oleh perusahaan-perusahaan swasta milik Belanda. Diantaranya: 1. Di Jakarta (dulu Batavia), penguasaan dan pengusahaan pelistrikan dikuasai oleh O.G.B.M (Overzeese Gemeeschappeljik Electriciet

Maatschappij); 2. Di Jawa Barat (Bandung), penguasaan listrik mula-mula dilakukan oleh B.E.M (Bandoengsche Electriciet Maatschappij); dan

3. Di Jawa Tengan dan Jawa Timur, penguasaan dan pengusahaan pelistrikan dieksploitir oleh A.N.I.E.M (Algemeene Electriciet Maatschappij). Hal tersebut dikarenakan pada saat itu listrik memegang peranan penting dalam perekonomian di Indonesia, khususnya untuk Belanda. Karena pada saat itu beberapa perusahaan Belanda yang bergerak di bidang pabrik gula dan teh membutuhkan enegi listrik untuk dapat menjalankan usahanya. Sehingga hal tersebut mengharuskan Belanda untuk mendirikan pembangkit listrik. Setelah Belanda menyerah tanpa syarat kepada pasukan tentara Jepang di awal Perang Dunia II, antara tahun 1942-1945 terjadi peralihan pengelolaan perusahaan-perusahaan Belanda oleh Jepang. Pada zaman penjajahan Jepang perusahaan listrik tersebut bernama Seibu Jawa Denhijigyo Kosha. Setelah Indonesia merdeka, perusahaan listrik tersebut diambil alih dan namanya diubah menjadi Jawatan Listrik dan Gas. Sejak peralihan tersebut, pada tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang bergerak pada bidang kelistrikan, gas, dan kokas yang dibubarkan pada tanggal 1 Januari 1965. Dan pada saat yang sama, Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai pengelola tenaga listrik milik Negara dan Perusahaan Gas Negara (PGN) sebagai pengelola gas diresmikan. Pada tahun 1972, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 17, status Perusahaan Listrik Negara (PLN) ditetapkan sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara dan sebagai Pemegang Kuasa Usaha Ketenagalistrikan (PKUK) dengan tugas menyediakan tenaga listrik bagi kepentingan umum. Seiring dengan kebijakan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam bisnis penyediaan listrik, maka sejak 1 Agustus 1994 status PLN beralih menjadi dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan Perseroan (Persero) dan juga sebagai PKUK hingga sekarang.

Dengan

terbitnya

Surat

Keputusan

Direksi

PT.

PLN

(Persero)

No.257.K/010/DIR/2000, tentang pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali, maka PT. PLN (Persero) P3B yang merupakan inti pusat (profit center) berubah menjadi unit pusat insvestasi (investment center) dengan nama Unit Bisnis Strategi Penyaluran dan Pusat Pengaturan Beban Jawa Bali (UBS P3B). Perubahan tersebut menuntut adanya kajian ulang atas organisasi PT. PLN (Persero) P3B yang antara lain mencakup revisi atas visi dan misi organisasi, rekayasa ulang proses bisnis menuju ke arah yang lebih efisien, serta pengembangan usaha, pengembangan potensi pegawai, pembentukan budaya perusahaan, serta pengelolaan perubahan organisasi. Hal yang juga baru pada organisasi UBS P3B adalah pembentukan Unit Pelayanan Transmisi (UPT) dan Unit Jasa Teknik (UJT), yang merupakan bagian dari organisasi region. Pembentukan UPT dimaksudkan sebagai upaya untuk mengefisienkan pelaksanaan proses bisnis operasi dan pemeliharaan sistem penyaluran sejalan dengan rencana pengalihan kepemilikan aset trafo HV/MV dari UBS P3B kepada Distribusi. Dan, Pembentukan UJT dilakukan sebagai langkah untuk pemisahan usaha di luar pokok (non-core) dari usaha pokok (core) yang sifatnya monopoli. UJT didirikan untuk transisi menuju pemisahan usaha core dan usaha non-core, mengoptimalkan utilisasi sumberdaya yang ada, dan memungkinkan pengembangan usaha di luar usaha pokok menjadi lebih fokus dalam menangkap peluang yang ada sehingga dapat memberikan kontribusi bagi laba usaha. Tetapi pada tahun 2002 PT. PLN (Persero) UBS P3B berubah kembali menjadi PT. PLN (Persero) P3B. Dan pada tahun 2003, PT. PLN (Persero) P3B berubah menjadi PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. Ini dikarenakan telah hadirnya PT. PLN (Persero) P3B Sumatera. Dan sejak ditetapkannya UU No. 30/2009 tentang UU Ketenagalistrikan, pemerintah memberikan keluasan kesempatan bagi

Pemerintah Daerah untuk ikut berperan dalam memberikan suplai listrik bagi masyarakat. Perubahan-perubahan nama PT. PLN (Persero) yaitu: 1. Pada tahun 1951 sampai tahun 1960 nama jawatan listrik menjadi Perusahaan Listrik untuk Pembangkit Tenaga Listrik. (PANUPETEL); 2. Pada tahun 1960 sampai tahun 1974 berubah menjadi Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi XII; 3. Pada tahun 1975 sampai tahun 1983 berubah menjadi Perusahaan Listrik Negara Pembangkit III, salah satunya sektor Cirebon; 4. Pada tahun 1984 sampai dengan tahun 1986 diubah menjadi Pembangkit Listrik Jawa Barat dan Jakarta Raya; 5. Pada tahun 1987 sampai dengan 2 Oktober tahun 1995 berubah menjadi PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat yang membawahi 16 sektor; 6. Mulai 1 Agustus 1994 sampai sekarang PLN Pusat berubah status menjadi PT.PLN (Persero); 7. Dari tanggal 3 Oktober 1995 sampai 31 Maret 2000 PLN Pembangkit dan Penyaluran Jawa Bagian Barat menjadi PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sektor Priangan; 8. Pada tanggal 1 April tahun 2001 kembali berubah menjadi PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali Region Jawa Barat (P3B JB RJBR), salah satunya membawahi Unit Pelayanan Transmisi Cirebon; dan 9. Dan pada akhir tahun 2011 PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat UPT Cirebon dimerger dengan PT. PLN (Persero) P3B JB Region Jawa Barat UPT Garut menjadi PT. PLN (Persero) P3B JB Area Pelaksana dan Pemeliharaan Cirebon. Penggabungan dua UPT tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan efektifitas pemeliharaan bidang penyaluran pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa

Bali. Maka dengan alasan tersebut diadakanlah penataan organisasi unit pelaksana pada PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali.

Gambar 2.2. Kantor PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon B. Visi, Misi, Motto, dan Nilai-Nilai Perusahaan 1. Visi Visi dari PT. PLN (Persero) adalah Diakui sebagai perusahaan kelas dunia yang bertumbuh kembang, unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani. Dengan wawasan tersebut PT. PLN (Persero) akan survive menghadapi tantangan masa depan berdasarkan visi diatas PT. PLN (Persero) menyusun rencana dan strategi jangka panjang dan menengah. Rencana ini bertahap direalisasikan melalui jangka panjang dan jangka pendek dalam rencana kerja anggaran perusahaan pada setiap anggaran. 2. Misi a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan pemegang saham;

b. Menjadi tenaga sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat; c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi; dan d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan. 3. Motto Motto PT. PLN (Persero) adalah Listrik untuk kehidupan yang lebih baik (Electricity for A Better Life). 4. Nilai-Nilai a. Saling percaya, integritas, peduli, dan pembelajar; b. Peka-tanggap terhadap kebutuhan pelanggan; c. Penghargaan pada harkat dan martabat manusia; d. Integritas; e. Kualitas produk; f. Peluang untuk maju; g. Inovatif; h. Mengutamakan kepentingan perusahaan; dan i. Pemegang saham.

C. Struktur Organisasi Perusahaan Dalam pengelolaan perusahaan perlu adanya penyusunan organisasi yang diselaraskan dengan fungsi yang ada. Penerapan pola organisasi yang ada perlu dilakukan untuk meningkatkan fleksibilitas, efektifitas, dan efisiensi kerja dengan memperhatikan fungsi organisasi. Struktur organisasi (terlampir) yang terdapat di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon digunakan sebagai sistem informasi dalam pelaksanaan tugas tenaga kerja, menggambarkan tanggung jawab masing-masing bagian, memperlihatkan garis kewenangan dan jalur koordinasi yang harus diakui oleh para tenaga kerja serta jalur kerja sama antar bagian dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi di PT.

PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon, ini diharapkan agar tercipta koordinasi yang dapat mengarahkan semua kegiatan perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. D. Tugas Pokok dan Fungsi Perusahaan PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon mempunyai tugas pokok dan fungsi (tupoksi) sebagai penanggung jawab atas rencana kerja dan anggaran (RKA) Area Pelaksana dan Pemeliharaan, seperti melaksanakan pengelolaan aset sistem transmisi, pengendalian investasi sistem transmisi dan logistik, melaksanakan pemeliharaan instalasi penyaluran tenaga listrik yang meliputi fungsi pemeliharaan proteksi, meter, SCADATEL, dan keselamatan ketenagalistrikan untuk mencapai target kinerja, melakukan penyelesaian permasalahan sosial dan hukum terkait Right of Way (ROW), serta mengelola bidang administrasi dan keuangan, dan hubungan masyarakat dan Corporate Social Responbility (CSR). Hal tersebut dilakukan guna mendukung kegiatan pemeliharaan instalasi dengan mengacu pada strategi dan kebijakan PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. E. Lokasi dan Wilayah Kerja Perusahaan Wilayah kerja PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon meliputi wilayah Tiga Cirebon dan Priangan bagian Timur. Sehingga PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon mempunyai dua base camp yakni di Cirebon dan di Garut. Wilayah kerjanya adalah: 1. Jaringan dan Gardu Induk Babakan; 2. Jaringan dan Gardu Induk Cangkring dan Arjawinangun; 3. Jaringan dan Gardu Induk Haurgeulis dan PLTU Indramayu; 4. Jaringan dan Gardu Induk Jatibarang dan Indramayu; 5. Jaringan dan Gardu Induk Kuningan; 6. Jaringan dan Gardu Induk Sunyaragi; 7. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Mandirancan;

8. Jaringan dan Gardu Induk Kadipaten dan Parakan; 9. Jaringan dan Gardu Induk Garut; 10. Jaringan dan Gardu Induk Pameungpeuk; 11. Jaringan dan Gardu Induk Sumadra; 12. Jaringan dan Gardu Induk Malangbong; 13. Jaringan dan Gardu Induk Drajat dan Kamojang; 14. Jaringan dan Gardu Induk Banjar dan Ciamis; 15. Jaringan dan Gardu Induk Tasikmalaya; 16. Jaringan dan Gardu Induk Pangandaran; dan 17. Jaringan dan Gardu Induk/ GITET Tasikmalaya Baru. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon beralamat di Jl. Brigdjen. Dharsono (By Pass), Cirebon 45135.

Gambar 2.3. PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon tampak atas

Gambar 2.4. Gedung Gardu Induk Sunyaragi

Gambar 2.5. Switchyard GI Sunyaragi

BAB III LANDASAN TEORI A. Minyak Trafo Minyak trafo adalah salah satu isolator cair pada trafo yang harus mampu untuk memisahkan dua buah penghantar atau lebih yang bertegangan dan saling berdekatan guna mencegah adanya kebocoran arus/ hubung singkat, maupun sebagai pelindung mekanis dari kerusakan yang diakibatkan oleh korosif. Jenis minyak trafo yang banyak digunakan di lapangan ialah minyak trafo mineral dan minyak trafo sintetis (askarel).

Gambar 3.1. Minyak trafo Minyak trafo mineral merupakan minyak yang berbahan dasar dari pengolahan minyak bumi yaitu antara fraksi minyak diesel dan turbin yang mempunyai struktur kimia yang sangat kompleks. Contohnya ialah minyak Diala C dan B (USA), Univolt (Esoo), Nynas (Swedia), Mictrans (Jepang), Sun Ohm-MU (Korea), Petromin (Dubai), dan BP-Energol (UK). Sedangkan minyak sintetis merupakan jenis minyak yang mempunyai sifat tidak mudah terbakar dan tidak mudah teroksidasi, akan tetapi beracun dan dapat melukai kulit. Contohnya ialah

minyak Aroclor dan Pyranol (USA), Clopen (Jerman), Phenoclor dan Pyralene (Perancis), Pyroclor (UK),dan Fenclor (Itali). Sebagian besar dari trafo tenaga memiliki kumparan-kumparan yang intinya direndam dalam minyak trafo, terutama pada trafo-trafo tenaga yang berkapasitas besar, karena minyak trafo mempunyai sifat sebagai media pemindah panas (disirkulasi) dan bersifat pula sebagai isolasi (memiliki daya tegangan tembus tinggi). Fungsi dari minyak trafo adalah: 1. Pelindung Melindungi komponen-komponen yang berada di dalam trafo terhadap korosi dan oksidasi. 2. Isolator Minyak trafo berfungsi sebagai isolator yakni sebagai pengisolasi kumparan di dalam trafo supaya tidak terjadi loncatan bunga api listrik (hubungan pendek) akibat tegangan tinggi. 3. Pendingin Minyak trafo juga bisa digunakan sebagai pendingin, maksudnya yaitu menyerap panas yang ditimbulkan sewaktu trafo berbeban lalu melepaskan melalui saluran udara. Minyak trafo harus memiliki mutu yang tinggi dan senantiasa berada dalam keadaan bersih. Disebabkan energi panas yang dibangkitkan dari inti maupun kumparan, maka suhu minyak akan naik. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya perubahan-perubahan pada minyak trafo. Lagi pula dalam jangka waktu yang lama akan terbentuk berbagai pengotoran yang akan menurunkan mutu minyak trafo. Halhal ini dapat mengakibatkan kemampuan pendinginan maupun isolasi minyak akan menurun. Selanjutnya dapat pula terjadi bahwa hawa lembab yang sebagaimana halnya terjadi di daerah tropis, mengakibatkan masuknya air didalam minyak trafo. Untuk itu minyak trafo harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Kekuatan isolasi harus tinggi; 2. Penyalur panas yang baik, berat jenis kecil, sehingga partikel-partikel

dalam minyak dapat mengendap dengan cepat;


3. Viskositas yang rendah agar lebih mudah bersirkulasi dan kemampuan

pendinginan menjadi lebih baik;


4. Titik nyala yang tinggi, sehingga tidak mudah menguap yang dapat

membahayakan;
5. Tidak merusak bahan isolasi padat; dan 6. Sifat kimia yang stabil.

B. Kualitas (Karakteristik) Minyak Trafo Oksidasi dan kontaminan adalah hal yang dapat menurunkan kualitas minyak yang berarti dapat menurunkan kemampuannya sebagai isolasi. Oksidasi pada minyak isolasi trafo juga akan ikut andil dalam penurunan kualitas kertas isolasi trafo. Pada saat minyak isolasi mengalami oksidasi, maka minyak akan menghasilkan asam. Asam ini apabila bercampur dengan air dan suhu yang tinggi akan mengakibatkan proses hydrolisis pada isolasi kertas. Untuk itu pemantauan dan pemeliharaan kualitas minyak adalah sangat penting guna menjamin keandalan operasi peralatan listrik khususnya trafo, dan para ahli yang berwenang telah menetapkan petunjuk dalam bentuk standar uji dan spesifikasi teknik seperti IEC, ASTM, BS dll. Tabel 3.1. Batasan pengusahaan minyak trafo metoda ASTM Jenis test Dielectric Str Asam (mg. KOH/g) IFT (dyne/cm) Kandungan Air (ppm) ASTM no: D 877 D 974 D 971 D 1533 Batasan Tegangan 69 kV 26 0,05 0,2 30 35 > 69 < 288 kV 26 0,05 0,2 30 20 345 kV 26 0,05 0,2 35 15

Kandungan Gas (%) Warna Kejernihan Flash Point OC Pour point Power factor Berat jenis Viscositas

D 2945 D 1500 D 1524 D 92 D 97 D 1533 D 1298 D 445

2 1,5 Jernih 140 - 40 < 30 0,91 12

2 1,5 Jernih 140 - 40 30 34,9 0,91 12

2 1,5 Jernih 140 - 40 35 0,91 12

Apabila batasan tersebut dilampaui agar difilter ulang, apabila breakdown voltage sudah tidak bisa dinaikkan lagi (endapan < dari 0,5 ppm, moisture < 120 ppm, dielectric strength < 30 kV) sebaiknya minyak dibuang. Sedangkan batasan-batasan minyak trafo yang termuat pada standar IEC 60422 bisa dilihat pada table berikut ini. Tabel 3.2. Kategori peralatan berdasarkan tegangan operasinya Kategori Kategori O Tipe Peralatan Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem 400 kV dan diatasnya Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 170 kV dan dibawah 400 kV Trafo tenaga/ reaktor dengan tegangan nominal sistem diatas 72,5 kV dan dibawah 170 kV Trafo tenaga/ reactor untuk aplikasi MV/ LVeg tegangan sistem nominal sampai 72,5 dan trafo traction Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas 170 kV Trafo instrument atau proteksi dengan tegangan nominal diatas

Kategori A

Kategori B

Kategori C

Kategori D Kategori E

sampai termasuk 170 kV Kategori F Tangki diverter dari OLTC, temasuk type combined tank selector/ diverter PMT dengan type oil filled dengan tegangan sistem nominal diatas Kategori G sampai termasuk 72,5 kV Switches type oil filled, a.c metal enclosed switchgear dan control gear dengan tegangan sistem nominal dibawah 16 kV

Tabel 3.3. Justifikasi kondisi pada pengujian kualitas minyak (karakteristik)

Untuk mengetahui ada tidaknya kontaminan atau terjadi tidaknya oksidasi didalam minyak dilakukanlah pengujian oil quality test (karakteristik). Pengujian oil quality test melingkupi beberapa pengujian yang metodanya mengacu pada standar IEC 60422. Adapun jenis pengujiannya berupa: 1. Pengujian Kadar Air Fungsi minyak trafo sebagai media isolasi di dalam trafo dapat menurun seiring banyaknya air yang mengotori minyak. Oleh karena itu dilakukan pengujian kadar air untuk mengetahui seberapa besar kadar air yang terlarut/ terkandung di minyak. Banyaknya kadar air didalam minyak akan dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Karena sistem isolasi didalam trafo terdiri dari dua buah isolasi, yaitu minyak dan kertas dimana difusi air antara kedua isolasi tersebut dipengaruhi oleh suhu operasi trafo. Adapun satuan dari hasil pengujian ini adalah ppm (part per million) yang didapat dari perbandingan antara banyaknya kadar air dalam mg terhadap 1 kg minyak.

Gambar 3.2. Alat uji kadar air dalam minyak 2. Pengujian tegangan tembus Pengujian tegangan tembus dilakukan untuk mengetahui kemampuan minyak isolasi dalam menahan stress tegangan. Minyak yang jernih dan kering akan menunjukan nilai tegangan tembus yang tinggi. Air bebas dan

partikel solid, apalagi gabungan antara keduanya dapat menurunkan tegangan tembus secara dramatis.

Gambar 3.3. Alat uji tegangan tembus Dengan kata lain pengujian ini dapat menjadi indikasi keberadaan kontaminan seperti kadar air dan partikel. Rendahnya nilai tegangan tembus dapat mengindikasikan keberadaan salah satu kontaminan tersebut, dan tingginya tegangan tembus belum tentu juga mengindikasikan bebasnya minyak dari semua jenis kontaminan. 3. Pengujian Kadar Asam Minyak yang rusak akibat oksidasi akan menghasilkan senyawa asam yang akan menurunkan kualitas kertas isolasi pada trafo. Asam ini juga dapat menjadi penyebab proses korosi pada tembaga dan bagian trafo yang terbuat dari bahan metal. Untuk mengetahui seberapa besar asam yang terkandung di minyak, dilakukan pengujian kadar asam pada minyak isolasi. Besarnya kadar asam pada minyak juga dapat dijadikan sebagai dasar apakah minyak isolasi trafo tersebut harus segera dilakukan reklamasi atau diganti. Pada dasarnya minyak yang akan diuji dicampur dengan larutan alkohol dengan komposisi tertentu lalu campuran tersebut (bersifat asam) di titrasi (ditambahkan larutan) dengan larutan KOH (bersifat basa). Perhitungan

berapa besar asam yang terkandung didalam minyak didasarkan dari berapa banyak KOH yang dilarutkan.

Gambar 3.4. Alat uji kadar asam 4. Pengujian Tegangan Antar Muka Pengujian Inter Facial Tension (IFT) antara minyak dengan air dimaksudkan untuk mengetahui keberadaan polar contaminant yang larut dari hasil proses pemburukan. Karakteristik dari IFT akan mengalami penurunan nilai yang sangat drastis seiring tingginya tingkat penuaan pada minyak isolasi. IFT juga dapat mengindikasi masalah pada minyak isolasi terhadap material isolasi lainnya. Atau terjadinya kesalahan pada saat pengisian minyak yang berdampak pada tercemarnya minyak isolasi.

Gambar 3.5. Alat pengujian tegangan antar muka

Karena nilai IFT sejalan dengan proses penuaan pada minyak isolasi trafo, maka nilai IFT dapat dijadikan konfirmasi setelah ditemukan nilai kadar asam yang tidak normal.

Gambar 3.6. Hubungan kadar asam dengan IFT 5. Pengujian Warna Minyak Warna minyak isolasi trafo akan berubah seiring penuaan yang terjadi pada minyak dan dipengaruhi oleh material material pengotor seperti karbon. Pengujian minyak pada dasarnya membandingkan warna minyak terpakai dengan minyak yang baru.

Gambar 12. Alat uji warna minyak

Tabel 3.4. Beberapa petunjuk untuk melihat minyak trafo Warna dan Kelompok Bagus Kuning pucat # 0,5 Contoh A Kuning Muda # 1.0 Umum Kuning terang # 1,5 2,0 0,11 0,15 24 27 0,05 0,10 27 29 Angka Asam 0,03 0,10 Kekuatan kertas (IFT) dyne/ cm 45 30 Menggambarkan bahwa: Pendinginan bagus Isolasi bagus Terjadi endapan (sludge) yang membaur di minyak yang akan menyebabkan IFT menurun Terjadi endapan asam tipis pada lilitan dan sludge. Hal ini akan menjadi penyebab gangguan. Agar dihindari kandungan sludge yang menebal. Jelek Kuning Sawo # 2,5 Amat jelek Kuning sawo # 3,0 5,0 Sangat jelek Coklat kehitaman # 5,0 7,0 1,5 Minyak kelas 7 (crude oil) hitam # 7,0 8,0 Dan lebih 6 9 0,66 1,50 9 14 0,41 0,65 14 18 Endapan sludge akan beroksidasi kemudian mengeras dan terjadi juga di isolasi (kertas) mudah terjadi kerusakan Sludge menyumbat sirip-sirip pendingin yang menyebabkan kenaikan temperature sampai 200 C Diperlukan suatu cara untuk menghilangkan sludge (yang lebih bagus dari Sludge Purge). Pada kondisi ini trafo harus dioverhaul (tidak ada gunanya hanya dengan mengganti minyak trafo) 0,16 0,40 18 24 Hampir semua trafo pada keadaan ini terdapat endapan sludge pada lilitan dan inti Akibat pada Transformator

6. Pengujian Sediment Banyak material yang dapat mengkontaminasi minyak trafo, seperti karbon dan endapan lumpur (sludge). Pengujian sediment ini bertujuan mengukur seberapa banyak (%) zat pengotor terhadap minyak isolasi trafo. Pengujian ini pada dasarnya membandingkan berat endapan yang tersaring dengan berat minyak yang diuji.

Gambar 3.8. Alat pengujian sediment 7. Pengujian Titik Nyala Api Pengujian titik nyala api atau flash point dilakukan dengan menggunakan sebuah perangkat yang berfungsi memanaskan minyak secara manual (heater atau kompor). Dimana diatas cawan pemanas tersebut di letakan sumber api yang berasal dari gas. Sumber api ini berfungsi sebagai pemancing saat mulai terbakarnya minyak. Seiring dengan lamanya proses pemanasan, suhu minyak pun akan mengalami peningkatan. Pada suhu tertentu minyak akan terbakar dengan sumber api sebagai media pembakarnya. Suhu tersebut merupakan titik nyala api.

Gambar 3.9. Alat pengujian titik nyala api (flash point) 8. Pengujian Viskositas Viskositas adalah suatu ukuran dari besarnya perlawanan yang diberikan oleh minyak untuk mengalir, atau ukuran dari besarnya tekanan geser bagian dalam dari suatu bahan cair. Bila suhu naik maka viskositas akan turun. Viskositas yang rendah menunjukkan bahwa minyak trafo memiliki konduktivitas yang baik, selain itu memungkinkan lebih mudah untuk bersirkulasi dan kemampuan pendingin menjadi lebih baik. C. Purifikasi Minyak Trafo Minyak trafo dapat terkontaminasi oleh berbagai macam pengotor seperti kelembaban, serat, resin dan sebagainya. Ketidakmurnian dapat tinggal di dalam minyak karena pemurnian yang tidak sempurna. Pengotoran dapat terjadi saat pengangkutan dan penyimpanan, ketika pemakaian, dan minyak itu sendiri pun dapat membuat pengotoran pada dirinya sendiri. Minyak yang sudah terkontaminasi atau teroksidasi perlu dilakukan treatment atau pemeliharaan untuk mengendalikan fungsinya sebagai minyak isolasi. Treatment terhadap minyak trafo dapat dilakukan dengan cara pemurnian atau purifikasi dengan alat oil treatment plant yang dirancang khusus untuk melakukan treatment terhadap minyak trafo. Fungsi dari alat tersebut ialah:

1. Menghilangkan kandungan uap air pada minyak trafo; 2. Meningkatkan nilai tegangan tembus pada minyak trafo; 3. Menghilangkan atau mengurangi karbon yang terkandung dalam minyak trafo; dan 4. Sebagai alat bantu flushing atau pencucian trafo. Sistem operasional oil treatment plant ada dua macam, yakni sistem off line dan on line. Maksud dari sistem off line ialah bahwa pekerjaan treatment dilakukan pada saat trafo dalam keadaan tidak beroperasi dan tidak berbeban. Sedangkan sistem on line ialah pekerjaan treatment dilakukan pada saat trafo dalam keadaan beroperasi dan masih berbeban.

Gambar 3.10. Oil treatment plant on line

Gambar 3.11. Oil treatment plant off line

BAB IV PEMBAHASAN Minyak trafo yang diuji ialah minyak trafo yang berada pada Gardu Induk Sunyaragi dengan kapasitas 60 MVA 150 / 20 KV. Minyak trafo yang digunakan merupakan jenis minyak mineral Diala B.

Gambar 4.1. Trafo 60 MVA 150 / 20 KV GI Sragi A. Filtering On Line Sebelum melakukan filtering, pengujian kualitas minyak trafo harus dilakukan untuk memastikan tingkat kualitasnya. Pengujian kualitas minyak trafo merupakan salah satu tindakan dari preventive maintenance (Suplemen SE. 032), yakni pemeliharaan yang dilaksanakan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan secara tiba-tiba dan untuk mempertahankan unjuk kerja peralatan yang optimum. Proses penyaringan/ filtering dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas (karakteristik) minyak trafo, sehingga memenuhi standar yang menjadi acuan, Standar IEC 60422 Tahun 2005. Filtering On Line dilaksanakan ketika trafo dalam keadaan beroperasi atau berbeban. Ini dimaksudkan agar dalam pelaksanaan filtering,

trafo masih bisa untuk menjalankan fungsinya sehingga tidak perlu untuk penghentian operasi dan beban. Spesifikasi mesin filtering on line: 1. Merk 2. Kapasitas 3. Sistem : KATO KGM JAPAN : 4.000 liter per jam : On line dan off line

4. Dengan Element Active For Fullers Earth (FE) Dua tangki FE atau lebih yang dapat dioperasikan secara satu tangki atau bersamaan dan waktu pergantian dari satu tangki ke tangki yang lain tidak mengganggu operasi. Mempunyai kapasitas minimal 759 Lbs ( 345 kg) kering atau lebih. 5. STANDARD: a. Total Water Content max 1,0 ppm (ASTM Method D 1539) b. Total Gas Content max 0,025 % (ASTM Method D 2945)

Gambar 4.2. Mesin filter tampak kiri

Gambar 4.3. Mesin filter tampak kanan

Gambar 4.4. Mesin filter tampak belakang

Gambar 4.5. Mesin filter tampak depan.

Langkah kerja filtering on line: 1. Pemanasan Minyak trafo dipanaskan terlebih dahulu di dalam enam buah pipa dengan suhu yang mencapai 600 C. Proses ini berguna untuk memisahkan air dengan minyak, sehingga air berubah menjadi uap air yang dikarenakan titik didih minyak lebih tinggi daripada titik didih air. 2. Penyaringan pertama Penyaringan yang pertama dilakukan di degesing hal ini dimaksudkan untuk menyaring berbagai kotoran-kotoran yang mengendap di dalam minyak trafo. 3. Penyaringan kedua Berbeda dengan penyaringan pertama, penyaringan yang kedua dilakukan di dalam Fullers Earth. Penyaringan kembali ini berguna untuk penyerapan asam yang terdapat dalam minyak trafo. 4. Vakum Setelah penyaringan yang kedua dilewati, maka minyak trafo selanjutnya akan di vakum di ruang hampa udara (Vacuum system). Hal ini berguna untuk menurunkan kandungan air dan gas dari minyak trafo. Proses sirkulasi tersebut berlangsung terus-menerus hingga mencapai batas standar minyak trafo yang diinginkan. Lama dari sirkulasi tergantung dari jumlah minyak trafo yang ada di dalam tangki dan kapasitas alat filtering. Sedangkan trafo yang di filter mempunyai minyak sejumlah 38.750 liter dan untuk kapasitas alat sendiri yakni 4.000 liter per jam. B. Karakteristik Minyak Trafo Sebelum Filtering On Line Berdasarkan pengujian (karakteristik) minyak trafo yang telah dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 2012, maka diperolehlah karakteristik minyak sebelum di laksanakan filtering on line sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil uji lab minyak trafo sebelum di filter No 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Kandungan Air (ppm) Kandungan Asam (mgKOH/g) Kandungan Sedimen (%) Warna (G.S) Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) IFT (N/cM) Viscositas 1000 C (cSt) Flash Point ( 0 C) Nilai 1,15 0,07 0,021 1,9 58 42,9 2,75 162

Berdasarkan tabel diatas dengan membandingkan Standar IEC 60422 Tahun 2005, maka diperoleh dua kondisi yang menunjukkan kualitas minyak trafo serta tindakan yang mesti dilakukan guna peningkatan kualitas minyak trafo. Sehingga mampu meningkatkan kembali kinerja pemakaian minyak trafo. Kondisi tersebut ialah: 1. Bagus. Hal ini didasarkan pada sejumlah nilai karakteristik yang didapatkan, yakni kandungan air, kandungan asam, warna, tegangan tembus, tegangan antar muka, viskositas, dan titik nyala api. Semua karakteristik menunjukkan keadaan minyak trafo yang bagus, yang ini berarti bahwa minyak trafo masih layak untuk di gunakan dan trafo juga masih bisa beroperasi; dan 2. Buruk Hal ini bisa dilihat dari kandungan sedimen (0,021) yang menunjukkan minyak trafo dalam keadaan buruk, karena diatas standar yang ada yakni 0,02. Kemungkinan yang menjadi penyebab tingginya sediment minyak trafo ialah banyaknya kotoran-kotoran yang berada dalam minyak trafo, seperti karbon, sludge (endapan lumpur), arang, dan lain sebagainya. Hal tersebut

menyebabkan minyak terkontaminasi berlebih. Sehingga hal tersebut mengharuskan dilakukannya suatu penyaringan guna menghilangkan atau mengurangi kandungan sediment yang di miliki minyak trafo. Berdasarkan dua kondisi tersebut, maka penyaringan harus dilakukan dan filtering on line memungkinkan untuk dilaksanakan. Hal ini guna efektitas kerja trafo tanpa perlu memutuskan beban atau mematikan sistem operasi trafo. Meskipun sudah didapatkan karakteristik minyak trafo melalui uji laboratorium, akan tetapi sebelum dilaksanakan filtering on line dilakukan kembali uji karakteristik dengan menggunakan metode selisih yang di lampirkan oleh produsen mesin filter. Cara metode ini ialah dengan menghitung selisih minyak pada suatu alat ukur, yang selanjutnya dilakukan pembacaan kandungan gas dan kadar air pada tabel perhitungan kurva (terlampir). Sedangkan tegangan tembus kembali di uji dengan menggunakan alat uji manual dan pengujian dilakukan sebanyak empat kali.

Gambar 4.6. Alat ukur metode selisih

Gambar 4.7. Alat uji tegangan tembus manual Setelah dilakukan penghitungan selisih minyak trafo yakni 1,3 cm dan dengan melihat tabel perhitungan kurva serta pengujian tegangan tembus sebanyak empat kali, bisa disimpulkan bahwa minyak trafo mempunyai karakteristik: Tabel 4.2. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter No 1 2 3 Kondisi Minyak Kadar air Kandungan gas Selisih Nilai 1,15 ppm 0,02 % 1,3 cm

Tabel 4.3. Pengujian tegangan tembus No 1 2 3 4 Pengujian ke 1 2 3 4 Nilai (KV / 2,5 mm) 60 55 60 58

C. Karakteristik Minyak Trafo Sesudah Filtering On Line Data karakteristik minyak trafo setelah filtering on line sebagai berikut: Tabel 4.4. Hasil uji lab minyak trafo sesudah di filter No 1 2 3 4 5 6 7 8 Karakteristik Kandungan Air (ppm) Kandungan Asam (mgKOH/g) Kandungan Sedimen (%) Warna (G.S) Breakdown Voltage (kV / 2,5 mm) IFT (N/cM) Viscositas 1000 C (cSt) Flash Point ( 0 C) Nilai 2,90 0,09 0,0097 1,9 65 32 2,76 164

Sedangkan hasil pengujian karakteristik dengan menggunakan metode selisih: Tabel 4.5. Hasil uji manual minyak trafo sebelum di filter No 1 2 3 Kondisi Minyak Kadar air Kandungan gas Selisih Nilai 0,44 ppm 0,02 % 0,4 cm

Tabel 4.6. Pengujian tegangan tembus No 1 2 3 4 Pengujian ke 1 2 3 4 Nilai (KV / 2,5 mm) 63 67 69 66

D. Analisis Karakteristik Minyak Trafo 1. Hasil Lab Berdasarkan data yang ada maka diperoleh analisis sebagai berikut: a. Kandungan air Setelah dilakukan filtering on line, kandungan air minyak justru mengalami kenaikan nilai yang berarti mengalami penurunan kualitas. Hal ini bisa saja terjadi dan kemungkinan yang menjadi penyebabnya ialah pada saat pengambilan sampel minyak, wadah ataupun minyak terkontaminasi kembali. Namun kandungan air masih di bawah standar, sehingga masih bagus untuk digunakan.
6 5 4 3 2 1 0 Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan air (ppm) Standar (Bagus)

Gambar 4.8. Kandungan air b. Kandungan Asam


0.12 0.1 0.08 0.06 0.04 0.02 0 Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan asam (mgKOH/g) Standar (Bagus)

Gambar 4.9. Kandungan asam

Berdasarkan grafik diatas, kandungan asam mengalami kenaikan nilai yang ini berarti bahwa penurunan kualitas kandungan asam dari minyak trafo. Sama halnya dengan kandungan air, kemungkinan yang menjadi penyebabnya ialah pada saat pengambilan sampel minyak, wadah ataupun minyak terkontaminasi kembali. Hal tersebut tidak mempengaruhi kandungan asam yang masih dalam kondisi bagus. c. Kandungan sediment Filtering on line telah mampu untuk menurunkan kandungan sediment yang dimiliki oleh minyak trafo. Yang tadinya minyak trafo dalam kondisi sedimentasi yang buruk, namun setelah dilakukan filtering on line kondisi sedimentasi menjadi bagus.
0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 Sebelum difilter Sesudah difilter Sedimen (%) Standar (Bagus)

Gambar 4.10. Kandungan sediment d. Warna Warna minyak trafo menunjukkan kuning terang, hal ini dikarenakan minyak trafo mempunyai kandungan sludge-sludge (kotoran dan endapan). Ini terbukti dari nilai sedimentasi yang diluar batas kondisi bagus. Meskipun sudah dilakukan filtering on line, kualitas warna minyak trafo tidak mengalami perubahan sedikitpun. Namun hal ini dibarengi juga dengan perbaikan nilai sedimennya. Sehingga minyak trafo masih bagus dan layak untuk digunakan kembali.

4 3 2 1 0 Sebelum difilter Sesudah difilter Warna (G.S) Standar (Bagus)

Grafik 4.11. Kualitas warna e. Tegangan tembus Tegangan tembus minyak trafo mengalami kenaikan nilai sekaligus ini juga berarti bahwa minyak trafo telah mengalami peningkatan tegangan tembusnya. Sehingga minyak trafo mempunyai tegangan tembus yang tinggi.
80 60 40 20 0 Sebelum difilter Sesudah difilter Teg. Tembus (kV / 2.5 mm) Standar (Bagus)

Gambar 4.12. Tegangan tembus f. Tegangan antar muka Untuk tegangan antar muka (IFT), filtering on line justru menurunkan kualitasnya. Ini bisa dilihat dari nilai IFT (32) setelah dilakukan penyaringan, meskipun demikian tidak sampai menurunkan kondisinya. Karena nilai tersebut masih diatas standar kondisi bagus. Sehingga minyak trafo masih bisa untuk digunakan.

50 40 30 20 10 0 Sebelum difilter Sesudah difilter IFT (N/cm) Standar (Bagus)

Gambar 4.13. IFT g. Viskositas Penurunan kualitas viskositas minyak trafo terjadi setelah dilakukan penyaringan, yakni sebesar 0,01. Hal ini bisa saja terjadi, karena pada saat pengambilan sampel telah memungkinkan minyak terkontaminasi. Meskipun demikian, minyak trafo masih dalam keadaan bagus, karena masih dalam nilai standar. Sehingga minyak trafo layak digunakan kembali, tanpa perlu dilakukan filter kembali.
3.1 3 2.9 2.8 2.7 2.6 Sebelum difilter Sesudah difilter Viskositas (cSt) Standar (Bagus)

Gambar 4.14. Viskositas h. Titik Nyala Api Titik nyala api minyak trafo jenis Diala B mengalami peningkatan nilai dan kualitasnya, meskipun kenaikan nilainya hanya sebesar 2 angka.

170 165 160 155 150 145 140 Sebelum difilter Sesudah difilter

Flash point ( C) Standar (Bagus)

Gambar 4.15. Titik nyala api 2. Metode Selisih a. Kadar air Kadar air yang dimiliki minyak trafo sebelum penyaringan ialah sebesar 1,15 ppm, akan tetapi nilai tersebut menurun drastis hingga 0,44 ppm setelah dilakukan filtering on line. Nilai tersebut (0,44) menunjukkan kadar air dibawah metode ASTM D 1539 yakni maksimal 1,0 ppm.
6 5 4 3 2 1 0 Sebelum difilter Sesudah difilter Kadar air (ppm) Standar Pabrik Standar IEC

Gambar 4.16. Perbandingan kadar air b. Kandungan Gas Adanya gas terlarut dan gas bebas dalam minyak trafo dapat digunakan untuk mengetahui kondisi trafo dalam operasi. Adanya gas seperti hydrogen (H2), metana (CH4), etana (C2H6), etilen (C2H4) dan asetilin (C2H2) menunjukkan terjadinya dekomposisi minyak trafo pada

kondisi operasi, sedangkan adanya karbon dioksida (CO2) dan karbon monoksida menunjukkan kerusakan pada bahan isolasi. Kandungan gas sebelum dan sesudah filtering on line dalam kondisi baik, ini dikarenakan nilainya masih dibawah standar (0,025 %) yang digunakan mesin filter sesuai dengan metode ASTM D 2945.
0.03 0.025 0.02 0.015 0.01 0.005 0 Sebelum difilter Sesudah difilter

Kandungan gas (%) Standar Pabrik

Gambar 4.17. Kandungan gas c. Tegangan Tembus Berdasarkan grafik dibawah ini, tegangan tembus minyak trafo dalam keadaan bagus, baik itu sebelum ataupun sesudah dilakukan filtering on line. Karena nilainya di atas dari standar IEC. Sehingga minyak trafo masih bisa digunakan.
80 60 40 20 0 Pengujian Pengujian Pengujian Pengujian 1 2 3 4 Sebelum difilter Sesudah difilter Standar IEC

Gambar 4.18. Tegangan tembus

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan pada uraian sebelumsebelumnya, maka ada beberapa hal dapat disimpulkan. Diantaranya ialah sebagai berikut: 1. Minyak trafo yang digunakan di PT. PLN (Persero) P3B JB APP Cirebon adalah minyak mineral jenis Diala B; 2. Pengujian kualitas minyak trafo dilakukan setiap satu tahun sekali, ini berdasarkan preventive maintenance (Suplemen SE. 032). 3. Pengerjaan filtering on line dilakukan karena kandungan sedimen (0.021) dari minyak trafo melebihi standar yakni 0,02. 4. Berdasarkan standar IEC 60422, minyak trafo harus mempunyai kadar air kurang dari 5 ppm, kadar asam kurang dari 0.1 mgKOH/g, kandungan sedimen kurang dari 0.02 %, warna kurang dari 3.5, tegangan tembus lebih dari 50 kV / 2.5 mm, IFT lebih dari 28 N/cM, viskositas kurang dari 3 cSt, dan flash point lebih dari 150 0 C. 5. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, minyak trafo sebelum disaring mempunyai kadar air 1.15 ppm, kadar asam 0.07 mgKOH/g, kandungan sedimen 0.021 %, warna 1.9, tegangan tembus 58 kV / 2.5 mm, IFT 42.9 N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point 1620 C. 6. Sesudah minyak trafo disaring mempunyai kadar air 2.9 ppm, kadar asam 0.09 mgKOH/g, kandungan sedimen 0.0097 %, warna 1.9, tegangan tembus 65 kV / 2.5 mm, IFT 32 N/cM, viskositas 2.75 cSt, dan flash point 1640 C. 7. Berdasarkan hasil pengujian manual dengan metode selisih, minyak trafo sebelum disaring mempunyai kadar air 1.15 ppm, kandungan gas 0.02 %,

dan tegangan tembus 233 KV/cm. Sedangkan setelah disaring minyak trafo mempunyai kadar air 0.04 ppm, kandungan gas 0.007 %, dan tegangan tembus 265 KV/cm. 8. Proses filtering tidak selamanya memperbaiki kualitas minyak trafo, karena berdasarkan data diatas ada kualitas minyak trafo yang justru menurun setelah dilakukan filtering on line. Hal tersebut dimungkinkan karena lamanya proses penyaringan dan kurang steril-nya wadah pengambilan sampel minyak, sehingga terkontaminasi kembali. B. Saran Dalam pengambilan sampel minyak trafo untuk pengujian harus benar-benar memperhatikan sterilisasi wadah sampel serta proses pengambilannya. Agar minyak tidak teroksidasi dan terkontaminasi oleh kandungan-kandungan dari luar. Sehingga bisa didapatkan hasil pengujian yang benar-benar akurat. Lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi juga harus benar-benar diperhatikan, karena akan mempengaruhi kualitas minyak trafo sesudah dilakukan penyaringan. Ini terbukti dari adanya karakteristik minyak trafo yang menurun kualitasnya setelah disaring. Untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih jauh lagi mengenai hal tersebut, apakah lamanya penyaringan dan jumlah sirkulasi dapat menurunkan kualitas minyak trafo. Selain itu proses penuaan dan penurunan kualitas minyak trafo dari tahun ke tahun juga perlu untuk ditindak lanjuti, sehingga kita bisa memperkirakan usia pemakaian dari minyak trafo tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Ansar. (2010). Isolator Cair. [Online]. Tersedia: http://ancharyu.wordpress.com/2010/02/27/isolator-cair/ [25 Agustus 2012] Budi Prayitno. 2010. Analisa Pemeliharaan Peralatan Utama Sistem Kelistrikan Universitas Indonesia Kampus Depok. Depok. Program Studi Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Centre, Knowledge. (2010). Pengujian Karakteristik Minyak Isolasi Trafo. [Online]. Tersedia: http://panellistrikindo.blogspot.com/2010/05/pengujiankarakteristik-minyak-isolasi.htm [25 Agustus 2012] Devi Handaya. 2012. Laporan Kerja Praktek:Level Control Baja Cair Pada Mould di Continous Casting Machine III di Slab Steel Plant II PT. Krakatau SteelCilegon. Bandung. Jurusan Pendidikan Teknik Elektro, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Universitas Pendidikan Indonesia. Hardiansyah. 2011. Sistem Pentanahan SUTT 70 kV di UPT Cirebon. Cilegon. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Rahmat Hardityo. 2008. Deteksi dan Analisis Indikasi Kegagalan Transformator Dengan Metode Analisis Gas Terlarut. Depok. Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Indonesia. Holong, Modal. (2010). Analisis Kegagalan Minyak Transformator. [Online]. Tersedia: http://modalholong.wordpress.com/2010/12/18/analisis-kegagalanminyak-transformator/ [25 Agustus 2012] Irli. -. Gambaran Umum Perusahaan. [Online]. Tersedia:

http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=66373 [29 Agustus 2012]

Lailiyana Farida. 2009. Analisis Kualitas Transformator Daya 150 kv/70 kv di GI Banaran Berdasarkan Hasil Pengujian Isolasi Minyak Menggunakan Metode Stokastik. Surabaya. Jurusan Teknik Elektro FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember. PT. PLN (Persero) P3B Jawa Bali. (2011). Profil P3B Jawa Bali. [Online]. Tersedia: www.pln.co.id/p3bjawabali/?p=62 [28 Agustus 2012] PT. PLN (Persero). 2010. Company Profile. Jakarta. www.pln.co.id. PT. PLN (Persero). 2011. Keputusan Direksi PT. PLN (Persero) Nomor: 1470.K/DIR/2011. Jakarta. PT. PLN (Persero). PT. PLN (Persero). (2011). Profil Perusahaan. [Online]. Tersedia:

www.pln.co.id/?p=102 [28 Agustus 2012] Samuel Panggabean. 2008. Pengaruh Suhu Terhadap Kekuatan Dieletrik Berbagai Minyak Isolasi Transformator (Gulf, Nynas, Shell Diala B dan Total). Medan. Departemen Teknik ELektro Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tim Penyusun. (2010). Buku Petunjuk Transformator Tenaga. Jakarta: PT. PLN (Persero). Tim Penyusun. (2003). Buku Panduan Pemeliharaan Trafo Tenaga. Jakarta: PT. PLN (Persero) P3B. Tim Redaksi. 2008. Sejarah Panjang PLN P3B. PT. PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban Jawa Bali. Floeksi, Edisi 40/ Th 4 Oktober 2008.

Anda mungkin juga menyukai