Anda di halaman 1dari 2

Faktor yang Melatar Belakangi Konflik Suriah Negara Suriah modern didirikan usai Perang Dunia Pertama, yaitu

setelah mendapatkan kemerdekaannya dari Perancis pada tahun 1946. Pasca meraih kemerdekaannya, Suriah sering diguncang gejolak politik serta kudeta militer, yang sebagian besar terjadi antara periode 19491971. Kemudian antara periode 1958-1961, Suriah bergabung dengan Mesir membentuk perserikatan yang dikenal dengan RPA (Republik Persatuan Arab). Perserikatan itu berakhir karena terjadinya kudeta militer di Suriah. Sejak tahun 1963 hingga 2011, Suriah terus memberlakukan UU Darurat Militer, sehingga dengan demikian sistem pemerintahannya pun dianggap oleh pihak barat tidak demokratis.1 Presiden Suriah adalah Bashar al-Assad, yang telah mengambil alih pemerintahan dari ayahnya Hafez al Assad dengan penunjukan secara aklamasi dan telah berkuasa di Suriah mulai tahun 2000. Sejak era perang dingin, Suriah terkenal dengan kekuatan militernya di kawasan, dan identik dengan julukan Rusia Timur Tengah. Hal itu berkat kedekatan hubungan Suriah dengan Rusia, sehingga kerap mendapat pasokan senjata modern. Alasan ini jugalah yang membuat Israel sedikit segan untuk melakukan perang frontal menghadapi Suriah dalam persengketaan Dataran Tinggi Golan. Di samping itu, Suriah menjadi tumpuan beberapa negara kawasan dalam menyelesaikan konflik militer yang sering terjadi di Timur Tengah.2 Fakta membuktikan, bahwa sebagian besar negara Arab adalah aliansi abadi blok Barat, yang dinakhodai langsung oleh Amerika Serikat sebagai kekuatan Super Power tunggal dunia. Keberadaan kekuatan militer Suriah di kawasan tentu saja menjadikan mereka jengah, karena dianggap sebagai kekuatan lawan. Tidak jarang, beberapa kasus sebelumnya sudah pernah diangkat untuk merontokkan Suriah terutama presidennya, namun semuanya gagal. Terpaan Badai Arab Spring 2011 (Badai Musim Semi Arab 2011), yang telah merontokkan beberapa kekuatan besar di negeri Arab juga ikut mempengaruhi stabilitas suasan politik di Suriah. Padahal sebelumnya, presiden Suriah Bashar al Assad dengan sangat optimis telah mengungkapkan, bahwa badai Musim Semi Arab tidak akan menerpa Suriah, karena rakyat Suriah secara umum telah memperoleh hak-hak mereka secara adil, jadi tidak ada alasan bagi rakyat Suriah untuk melakukan revolusi di negara tersebut. Fenomena Arab Spring akhirnya
1 2

Peta Konflik Suriah (http://warkopmbahlalar.com/peta-konflik-syiria/) diakses pada 25 September 2012 Israel dan konflik Suriah (http://luar-negeri.kompasiana.com/2012/06/15/ada-isreal-di-balik-konflik-di-suriah/) diakses pada 25 September 2012

dimanfaatkan dengan sangat baik oleh pihak-pihak yang berkepentingan. Terbukti dengan merebaknya perlawanan rakyat yang dimotori oleh kelompok minoritas Suriah, yang menurut informasi dari pejabat Suriah, pihak-pihak berkepentingan tersebut sengaja mendukung kelompok minoritas untuk melakukan perlawanan untuk meruntuhkan rezim Al- Assad. Melihat dampak Arab Spring yang menimpa Suriah, kelompok negara-negara Arab yang selama ini bersebrangan dengan Suriah, mendorong lembaga tertinggi negara-negara Arab itu untuk membekukan keanggotaan Suriah, serta menyerahkan kasus Suriah kepada Dewan Keamanan PBB untuk segera diselesaikan secara internasional.3 Selanjutnya, hal ini juga yang membuat Rusia dan Cina sebagai mitra abadi Suriah semakin tidak nyaman di kursinya. Karena mereka merasa termasuk kelompok yang paling dirugikan berkaitan dengan masalah Suriah, jika putusan Dewan Keamanan PBB itu disahkan yang pada akhirnya berujung pada jatuhnya veto dari kedua negera adidaya tersebut.4

Konflik Suriah ancam perdamaian dunia (http://www.sabili.co.id/islamic-world/konflik-suriah-ancamperdamaian-internasional) diakses pada 25 September 2012 4 AS dan Rusia saling menyalahkan dalam konflik Suriah (http://www.republika.co.id/berita/internasional/global/12/07/07/m6rt9b-as-dan-rusia-saling-menyalahkan-soalkonflik-suriah) diakses pada 25 September 2012

Anda mungkin juga menyukai