Anda di halaman 1dari 1

YOGYA (KRjogja.com) - Ketersediaan kayu di Indonesia dan dunia berada dalam kondisi kritis.

Hal ini terjadi karena tidak sebandingnya kebutuhan kayu dengan ketersediaan kayu dari hutan yang ada.

Ketua DPP Asosiasi Hutan Tanaman Rakyat Mandiri Indonesia (AHTRMI), Elan Masbulan mengungkapkan, untuk pembangunan infrastruktur, setidaknya kebutuhan kayu di Indonesia sekitar 0,3 meter kubik per orang per tahun. Dengan asumsi 250 juta penduduknya, maka secara total kebutuhan kayu per tahun di Indonesia sekitar 75 meter kubik. "Sementara kayu yang bisa ditebang hanya pada sekitar 20 juta meter kubik lahan. Atau hanya bisa memenuhi tidak sampai sepertiga kebutuhan kayu. Kondisi ini terjadi karena maraknya illegal logging, dimana hasil kayu yang kita miliki justru ditimbun oleh negara lain," ujarnya dalam pelantikan DPW AHTRMI di Gedung Pracimosono Kepatihan, Senin (16/1). Menurutnya, kondisi kritisnya ketersediaan kayu di Indonesia dan di dunia turut dipengaruhi oleh tingginya kerusakan hutan. Tercatat, bumi kehilangan 56,3 juta hektar hutan di setiap tahunnya. Atau sekitar satu persen hutan yang hilang setiap 3 tahun dari total luas hutan di dunia. Kerusakan hutan di dunia sendiri mencapai 13,7 juta hektar tiap tahun. Kondisi ini juga terjadi di negara berkembang dengan angka kerusakan hutan sampai 12,9 juta hektar setiap tahun. Hutan sendiri hanya terdapat di 23 negara dan 63 persen pemilik hutan dunia adalah Indonesia dengan luas 120,3 juta hektar.

"Dengan kondisi tersebut, kita menghadapi permasalahan dilematis terkait kebutuhan kayu dan kelestarian hutan itu sendiri. Sehingga perlu segera dilakukan upaya untuk mengatasinya. Salah satunya dengan parent trees program atau program penanaman pohon secara mandiri dan menggalakkan penghijauan. Kita juga perlu mewaspadai illegal logging terutama dengan masuknya banyak perusahaan asing," tandasnya. (Aie)

http://bisnis.news.viva.co.id/news/read/123497-dephut_percepat_realisasi_hutan_untuk_rakyat

Anda mungkin juga menyukai