Anda di halaman 1dari 8

1.

PENDAHULUAN Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, drainase, bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi (Neill Grigg). Infrastruktur merupakan prasarana publik primer dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu negara, dan ketersediaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Pembangunan infrastruktur adalah merupakan Public Service Obligation, yaitu sesuatu yang seharusnya menjadi kewajiban Pemerintah. Keberadaan infrastruktur sangat penting bagi pembangunan. Infrastruktur merupakan prasyarat utama untuk pertumbuhan jangka panjang dan menjadi salah satu faktor penting penentu daya saing suatu negara, sehingga pada fase awal pembangunan disuatu negara hal tersebut akan dipikul sepenuhnya oleh Pemerintah yang dibiayai dari APBN murni 2. INDONESIA VS MALAYSIA a. SECARA UMUM Menghadapi resiko yang sama pada tahun 2011 yaitu krisis global yang awalnya merupakan krisis Eropa, sektor konstruksi dan infrastruktur Malaysia dan Indonesia relatif mengalami tekanan, dapat kita lihat bahwa malaysia mengalami penurunan pertumbuhan ril sektor konstruksinya yang pada awalnya 5,6% di tahun 2010 menjadi 3,5% pada awal 2011 sementara Indonesia relatih lebih baik dengan pertumbuhan 6,3% pada setengah tahun 2011.

Meskipun demikian BMI meramalkan kondisi sektor industri konstruksi malaysia akan cepat membaik dengan pertumbuhan rata-rata 4,8% per tahun antara 2012 dan 2016 hal ini salah satunya dikarenakan kemampuan Malaysia dalam mendapatkan investasi swasta melalui skema keuangan Syariah (Islam) untuk beberapa proyek-proyek infrastruktur dalam program transformasi ekonomi (ETP) mereka, untuk hal ini Malaysia jauh mengungguli Indonesia, meskipun
2

menyandang predikat sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia, aset keuangan Islam Indonesia baru mencapai 3% dari total aset per-bank-kan nasional kalah jauh di banding dengan Malaysia yang mencapai lebih dari 20% Sama-sama fokus pada pembangunan insfrastruktur transpostasi dan energy namun kedua negara mempunyai capaian yang berbeda.

Indonesia menurut catatan BMI belum mencapai hasil yang maksimal, hal ini dapat dilihat dari faktor faktor kunci yang diperkirakan mempengaruhi pertumbuhan, dari 3 faktor yang disebutkan 2 faktor kegiatan investasi baru mencapai tahap MOU dan Penanda tanganan persetujuan dan 1 kegiatan merupakan kegagalan investasi yaitu : pada juli 2011, 3 perusahaan BUMN China melakukan MOU untuk beberapa proyek infrastruktur di Jawa Timur dengan total 3 miliar USD . Dan pada Agustus 2011, persetujuan kerjasama antara perusahaan Malaysia Markmore Labuan dengan Prodexim yang merupakan perusahaan milik pemerintah daerah (BUMD) Sumatera Selatan untuk membangun jalan tol di sumatera selatan sepanjang 137 km (walaupun dalam perkembangan terakhir diperpendek menjadi 112 km) yang akan menghubungkan kota Kayu Agung di Kab. OKI (Ogan Komering Ilir) dan kota Betung di Kab. Musi Banyu Asin, dengan total biaya 882 juta USD. Sedangkan pada september 2011 pemerintah DKI mengumumkan batalnya proyek monorel, proyek yang di mulai tahun 2004 ini dengan perkirakan menelan biaya sebesar 630 juta gagal dilanjutkan karena kekurangan pemodal. Sedangkan untuk Malaysia, BMI mencatat 3 perkembangan-

perkembangan kunci (jadi sudah lebih ril dibanding Indonesian yang baru disebut faktor-faktor kunci) yaitu : Oktober 2011, Tenaga Nasional yang merupakan BUMN Malaysia berhasil mendapatkan pendanaan untuk proyek PLTU Manjung di daerah Perak melalui Sukuk yang merupakan pendanaan keuangan Islam sebesar 1, 52 milyar USD. Pada Oktober 2011 ini juga pemerintah Malaysia telah mendaftar 5 penawar (termasuk didalamnya Sinohydo Group yang merupakan perusahaan pembangunan bendungan terbesar di China) proyek tunneling untuk jalur kerata api dengan dana sebesar 2,2 milyar USD yang merupakan bagian dari proyek Mass Rapid Transit (MRT) sebesar 11,5 milyar USD yang bertujuan untuk mengurai kemacetan di dalam Ibukota Negara (Kuala Lumpur). Pada November 2011, Malaysia bekerjasama dengan Singapura melaksanakan proses tender konsultan untuk proyek Rapid Transit System (RTS) bersama mereka, yang akan menghubungkan kedua negara.

b. PERBANDINGAN SWOT Dari laporan BMI dapat dilihat bahwa : Kekurangan energi listrik masih menjadi ancaman bagi iklim investasi Indonesia meskipun rencana ekspansi PLN untuk membangun pembangkit energi listrik sebesar 20 gigawatt dicatat sebagai faktor kekuatan infrastruktur Indonesia, sedangkan Malaysia dilihat sangat berlimpah sumber daya energi listriknya terutama yang dihasilkan dari bahan bakar gas, yang mencapai sekitar dua pertiga dari listrik yang dihasilkan di dalam negeri (dan lebih dari 50% dari daya yang dikonsumsi internal). Namun, pemerintah Malaysia ingin meningkatkan listrik tenaga batubara, sehingga dapat meningkatkan ekspor gas. Tingkat inflasi yang rendah menjadi salah satu faktor kekuatan Infrastruktur Malaysia berbanding terbalik dengan indonesia dimana inflasi yang tinggi menjadi faktor yang mengancam bagi kelayakan proyek secara ekonomi karena peningkatan harga bahan semen, demikian juga dengan nilai tukar Ringgit Malaysia yang relatif stabil ketimbang nilai tukar Rupiah Indonesia. Walaupun Indonesia dan Malaysia sama-sama mempunyai kelemahan dalam penegakan kontrak, Iklim usaha yang belum baik terus menimbulkan risiko negatif bagi investor di Indonesia , meskipun pemerintah Indonesia telah bekerja keras untuk menarik investor swasta, masih ada ancaman yang mendasar berupa parktek korupsi dan kurang transparansi dalam proses tender/pelelangan. Ini menyebabkan tingkat daya saing Indonesia sangat jauh dibandingkan dengan Malaysia, dapat dilihat dari laporan World Economic Forum dalam The Global

Competitiveness Report 2011-2012 menunjukkan Indonesia berada di posisi 46, atau dua kali lipat di bawah Malaysia yang berada pada peringkat 21 dunia (skor 5,1). Peringkat Malaysia naik 5 poin dari sebelumnya 26, sedangkan peringkat Indonesia justru turun 2 poin dibanding tahun sebelumnya (2010) yang semula 44. Kenaikan peringkat daya saing Malaysia ini ditunjang kemajuan institusinya dan kondisi makroekonomi, seperti ukuran efisiensi pasar. Keunggulan lainnya yaitu memiliki kinerja efisien dalam hal sektor finansial (menempatkan negeri jiran ini

sebagai negara yang paling maju), setelah Singapura dan Hong Kong atau berada di peringkat 3. Sementara itu, Indonesia jauh tertinggal di peringkat 69. Indonesia memilki keunggulan dalam hal volume pasar yang berada di peringkat 15, dibanding Malaysia di posisi 29. Keunggulan Indonesia yang lain yaitu kondisi makro yang berada di peringkat 23, dibanding Malaysia di posisi 29, yang memiliki defisit anggaran 5 persen dari produk domestik bruto (PDB). Namun, untuk sektor lain, harus diakui Malaysia lebih unggul dibanding Indonesia, seperti infrastruktur yang menempati peringkat 26. Sementara itu, Indonesia tertinggal di peringkat 76. Tingkat efisiensi tenaga kerja, Malaysia menempati peringkat 20, sedangkan Indonesia berada di peringkat 94. Indonesia juga perlu mengejar kesiapan teknologi yang berada di peringkat ke-94, sedangkan Malaysia 44. Sebagai perbandingan, Malaysia memiliki populasi penduduk 27,9 juta jiwa, dengan PDB US$238 miliar dan PDB per kapita US$8.423. Sementara itu, Indonesia memiliki populasi 232,5 juta jiawa dengan PDB US$706,7 miliar dan PDB per kapita US$3.015.

c. PERBANDINGAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI Sektor infrastruktur transportasi Indonesia mengambil porsi yang lebih besar ketimbang sektor lainnya sekitar 65-67% dan menurut BMI akan berlangsung sampai dengan 2021, dengan sub sektor jalan dan jembatan menempati porsi dominan disusul dengan sub sektor kereta api di prioritas kedua, ini menunjukan keseriusan pemerintah Indonesia untuk melakukan perbaikan dikarenakan celah yang lebar antara kondisi yang ada dan kebutuhan yang harus dipenuhi. Luas wilayah negara yang besar membutuhkan infrastruktur yang berskala raksasa, melebihi kebutuhan yang sama pada kebanyakan negara. Berbeda dengan Malaysia yang berkisar 50% antara tahun 2012-2016 turun dari sebelumnya 63,2% antara tahun 2004-2008, dengan sub sektor kereta api yang diharapkan menjadi pendorong utama pertumbuhan.

Kalau kita lihat dari segi kuantitas, Infrastruktur transportasi Indonesia melebihi Malaysia , jalan yang ada di Indonesia sepanjang 437.759 km jauh melebihi Malaysia yang hanya 98.721 km, begitu juga dengan rel kereta api Indonesia sepanjang 8.529 km yang jauh melampaui Malaysia yang hanya 1.849 km, hal sama pun dapat kita lihat dari jumlah airport dimana Indonesia

mempunyai 684 airport sedangkan Malaysia hanya 118. Ini dapat dimengerti mengingat besarnya cakupan wilayah indonesia dibanding dengan wilayah Malaysia. Namun demikian kalau kita lihat laporan dari World Economic Forum dalam The Global Competitiveness Report 2011-2012.

Kualitas infrastruktur secara keseluruhan Indonesia mempunyai nilai 3,9 dengan peringkat 82 kalah jauh dibanding dengan Malaysia dengan nilai 5,7 dan peringkat 23. Penilaian di atas sesuai dengan kenyataan yang dirasakan banyak orang di Indonesia. Angkutan darat terkendala oleh kondisi jalan yang buruk, sekitar 36 persen dari jaringan jalan dilaporkan rusak atau mengalami kerusakan berat pada tahun 2007, hanya 59% dari total panjang jalan di Indonesia (258.744 km) yang diaspal, berbeda dengan Malaysia yang 81,0% jalannya telah diaspal. Begitu juga dengan panjang ruas jalan tol di Indonesia sampai dengan tahun 2011 panjang jalan tol di Indonesia baru mencapai +/- 750 km. Sedangkan Malaysia saat ini sudah memiliki jalan tol dengan panjang hampir mencapai 4.000 km. Padahal pada 1978, Malaysia belajar dari Indonesia saat pembangunan jalan tol Jagorawi. Tapi, kini kondisi prasarana transportasi mereka malah lebih baik dari negeri kita. Peran kereta api Indonesia masih sangat terbatas, terutama untuk angkutan barang. Jaringan kereta api juga belum menyebar ke pulau-pulau besar, baru tersedia di Jawa dan sebagian Sumatera. Sungai-sungai besar di Sumatera dan Kalimantan belum dimanfaatkan secara maskimal untuk angkutan barang dan penumpang. Pelabuhan laut dan bandar udara mengalami kesesakan dengan cepat setelah belum lama diperbesar.

Anda mungkin juga menyukai