Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Dunia ini terdiri atas berbagai macam hal, baik biotik (makhluk hidup) maupun abiotik (makhluk tak hidup). Dari dua macam makhluk tersebut kita dapat menemukan berbagai jenisnya di kehidupan sekitar kita. Contoh dari makhluk biotik, yakni : semut, nyamuk, kucing, ayam, anjing, bunga mawar, tanaman lidah buaya dan lain sebagainya. Sedangkan makhluk abiotik pun tak terhingga jumlahnya, seperti tanah, batu, udara, debu dan lain sebagainya. Dari berbagai jenis makhluk hidup yang tersebut diatas, kita dapat mengelompokkannya lagi menjadi 2 macam, yang pertama yaitu hewan seperti semut, nyamuk, kucing dan yang kedua ialah tumbuhan, seperti bunga mawar dan tanaman lidah buaya. Kedua kelompok diatas dapat ditentukan berdasarkan ciri-cirinya. Berdasarkan cara bergerak, pergerakan tumbuhan tak mudah untuk dapat diamati seperti halnya hewan. Begitupula dengan cara bernapas. Perbedaan yang paling mendasar lainnya antara tumbuhan dan hewan ialah tumbuhan yang berklorofil dapat membuat makanan sendiri dengan cara alami (berfotosintesis) atau bersifat autotrof, sehingga dalam rantai makanan dijelaskan bahwa tumbuhan berada pada tingkat satu (produsen) atau penyuplai makanan. Sedangkan hewan, merupakan konsumen yang tidak dapat membuat makanan sendiri (bersifat heterotrof).

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, kami dapat mendeskripsikan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah perbedaan antara sel Tumbuhan dan sel Hewan? 2. Bagaimanakah struktur penyusun dari sel tumbuhan dan sel hewan? 1.3 Tujuan Penelitian Dalam laporan ini memiliki tujuan sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui bagaiamanakah perbedaan antara sel tumbuhan dan sel hewan.

2. Untuk mengetahui bagaian-bagian sel yang menjadi pembeda antara sel tumbuhan dan sel hewan. 1.4 Manfaat Penelitian Dalam laporan ini memiliki manfaat sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui perbedaan antara sel tumbuhan dan sel hewan 2. Kita dapat mengetahui bagian-bagian sel yang menjadi pembeda antara sel tumbuhan dan hewan.

BAB II KAJIAN TEORI

2.1 Sel Tumbuhan Sel tumbuhan adalah bagian terkecil dari setiap organ tumbuhan. Sel tumbuhan adalah penggerak dari suatu tumbuhan itu sendiri. Sel tumbuhan cukup berbeda dengan sel organisme eukariotik lainnya. Fitur-fitur berbeda tersebut meliputi:

Vakuola yang besar (dikelilingi membran, disebut tonoplas, yang menjaga turgor sel dan mengontrol pergerakan molekul di antara sitosol dan getah.

Dinding sel yang tersusun atas selulosa dan protein, dalam banyak kasus lignin, dan disimpan oleh protoplasma di luar membran sel. Ini berbeda dengan dinding sel fungi, yang dibuat dari kitin, dan prokariotik, yang dibuat dari peptidoglikan.

Plasmodesmata, merupakan pori-pori penghubung pada dinding sel memungkinkan setiap sel tumbuhan berkomunikasi dengan sel berdekatan lainnya. Ini berbeda dari jaringan hifa yang digunakan oleh fungi.

Plastida, memberikan

terutama kloroplas yang warna hijau bagi

mengandung klorofil, pigmen yang tumbuhan dan memungkinkan

terjadinya fotosintesis.

Kelompok tumbuhan tidak berflagella (termasuk konifer dan tumbuhan berbuga) juga tidak memiliki sentriol yang terdapat di sel hewan.

Tipe Sel

Sel Parenkim - Sel ini memiliki fungsi untuk menyokong berdirinya tumbuhan, juga merupakan dasar bagi semua struktur dan fungsi tumbuhan. Sel parenkim memiliki dinding primer yang tipis, dan sitoplasma yang sangat fungsional. Sel ini hidup saat dewasa, dan bertanggung jawab terhadap fungsi biokimia.

Sel Kolenkim.Sel kolenkim tersusun sebagai berkas atau silinder dekat permukaan korteks pada batang dan tangkai daun serta sepanjang tulang

daun besar pada helai daun. Kolenkim jarang ditemukan pada akar. Kolenkim adalah jaringan hidup, erat hubungannya dengan parenkim, dan terspesialisasi sebagai penyokong dalam organ yang muda. Bentuk sel berkisar antara bentuk prisma hingga bentuk memanjang. Sel-sel kolenkim memiliki dinding primer yang lebih tebal dibandingkan sel-sel parenkim. Dinding tidak menebal secara merata dan itu merupakan ciri khasnya. Selsel parenkim tidak memiliki dinding sekunder dan lignin.

Sel Skelerenkim Sel sklerenkim membentuk kumpulan sel yang berkesinambungan atau berupa berkas yang ramping. Selain itu, sklerenkim juga terdapat tersendiri di antara sel-sel lain. Sklerenkim dapat berkembang dalam tubuh tumbuhan primer ataupun sekunder. Dindingnya tebal, sekunder dan sering berlignin, dan pada saat dewasa protoplasnya bisa hilang.

2.2 Sel epitel pipi Jaringan epitel merupakan jaringan yang melapisi permukaan tubuh dan membatasi rongga tubuh. Jaringan ini hampir ditemukan diseluruh permukaan tubuh.Jaringan epitel yang melapisi lapisan luar tubuh disebut epithelium, jaringan epitel yang membatasi rongga tubuh disebut mesotelium dan jaringan epitel yang membatasi organ disebut endothelium. Jaringan epitel terdiri dari sel-sel yang memadat dan saling terikat erat. Pada permukaan apical (bagian atas) beberapa jenis epitel terdapat mikrovili (tonjolan dari permukaan sel yang bentuknya seperti jari) atau silia. Permukaan basal (bagian bawah) jaringan epitel berikatan dengan jaringan ikat. Jaringan epitel dan jaringan ikat yang berada dibawahnya dihubungkan oleh membrane dasar basalis dan lamina retikularis. Jaringan ini terdiri dari kumpulan atau deretan sel-sel yang sangat rapat susunannya sehingga membentuk suatu lembaran/ lapisan yang substansi interselulernya sangat sedikit dan tipis atau tidak punya, dan cairannya sangat sedikit. Deretan sel ini melapisi permukaan jaringan atau alat, baik dari luar maupun dalam organ. Istilah Epithelium berasal dari kata epi yang berarti di atas dan thele berarti punting (nipple). Istilah persebut untuk pertama kali digunakan terhadap suatu lapisan pada permukaan bibir yang tembus cahaya. Dibawah lapisan tersebut terdapat punting-punting (papilae) jaringan pengikat yang banyak mengandung kapiler darah. Jaringan epitel tidak berdiri terlepas, tetapi melekat erat pada jaringan di

bawah deretan sel, jaringan ini dinamakan membrana basalis, tempat sel epitel melekat. Membrana basalis ini dahulu dianggap sebagai kondensasi substitusi dasar jaringan ikat di bawah epitel yang langsung berhubungan dengan jaringan epitel. Sekarang membrana basalis dianggap sebagai hasil produksi langsung sel epitel. Membrana basalis tidak dapat dilihat dengan mikroskop optik dengan teknik pewarnaan Haematoksilin-Eosin (H.E.), Membrana basalis bersifat permeabel, sehingga zat makanan dari jaringan dibawahnya dapat merespon epithelium. Jaringan epitel memiliki berbagai macam fungsi, diantaranya melindungi jaringan di bawahnya dari kerusakan dan mengangkut zat-zat antar-jaringan atau rongga yang dipisahkannya. Selain itu, jaringan epitel pada saluran pencernaan mengeluarkan berbagai macam enzim. 2.3 Hipotesis Pada sel hewan memiliki dinding sel sedangkan pada sel tumbuhan tidak memiliki dinding sel.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian Penelitian yang kami lakukan pada kegiatan praktikum mengamati sel hewan dan sel tumbuhan termasuk jenis penelitian observasi, dimana kami melakukan pengamatan langsung dengan mikroskop pada objek yang telah diletakkan pada preparat.

3.2 Tempat dan waktu Tempat : Tempat yang kami gunakan untuk melakukan praktikum pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan adalah di Laboratorium Biologi dasar di Gedung C9 lantai 2 Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan alam Universitas Negeri Surabaya. Waktu : 20 September 2012 Pada sekitar pukul 09.15 Pagi.

3.3 Sasaran Penelitian Obyek pengamatan dari sel Tumbuhan yang kami amati dengan menggunakan mikroskop adalah Bunga Rhoeodiscolor yang kami dapatkan dari taman depan gedung C8 FMIPA UNESA tepat sebelum praktikum biologi. Obyek pengamatan sel hewan yang kami amati adalah berupa kerokan rongga pipi bagian dalam dari Muhammad Nugroho Adi dengan menggunakan sendok plastik.

3.4 Alat dan Bahan Alat yang dibutuhkan: 1. Mikroskop 2. 2 buah obyek glass 3. 2 buah cover glass 4. Tisu 5. Pipet tetes

6. Sendok plastik

Bahan yang digunakan: 1. Bunga Rhoe discolor 2. Sayatan rongga pipi bagian dalam 3. Air

3.4 Prosedur Penelitian 1. Siapkan daun Rhoe discolor dan sayatlah salah satu bagian sisinya dengan menggunakan kuku sehingga menghasilkan sayatan tipis dan letakkan pada kaca objek. 2. Tetesi dengan air secukupnya menggunakan pipet tetes pada sayatan bunga Rhoe discolor yang berada di objek glas tersebut agar tidak cepat layu, kemudian tutuplah dengan menggunakan cover glas. 3. Kemudian amati menggunakan mikroskop dengan menggunakan

perbesaran lensa okuler terkecil sampai yang terbesar, Kemudian catat hasilnya dan gambar dari apa yang telah ditampilkan oleh mikroskop. 4. Untuk pengamatan sel hewan, kita gunakan sampel rongga pipi manusia bagian dalam. 5. Keroklah rongga pipi manusia bagian dalam dengan menggunakan sendok plastik. 6. Letakkan hasil kerokan tersebut pada objek glas lalu beri air secukupnya menggunakan pipet tetes agar sel tidak mati. 7. Tutup dengan menggunakan cover glas lalu amati dengan mikroskop seperti yang kita lakukan pada sayatan bunga Rhoe discolor. 8. Gambar atau foto hasilnya kemudian bandingkan dengan hasil gambar dari sayatan bunga Rhoe discolor.

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Analisis Data 4.1.1 Sel Tumbuhan

4.1.2 Sel Epitel Pipi

4.2 Pembahasan 4.2.1 Sel Tumbuhan Dalam praktikum yang dilakukan telah diamati bagian bagian dari sel tumbuhan rhoeodiscolor. Bagian tumbuhan ini dilihat dengan perbesaran yang menggunakan microskop. Nampak jelas bahwa sel sel tumbuhan ini tampak teratur. Sel tumbuhan ini memiliki dinding

sel,vakuola,mimbran sel,dan inti sel. Selnya berbentuk seperti segi 5 beraturan. Inti selnya berada di tengah tengah sel. 4.2.2 sel Epitel pipi Pengamatan yang ke dua dilakukan pada epitel pipi manusia. Pada praktium ini sel epitel pipi tidak teratur seperti sel tumbuhan,bentuknya juga tidak berstruktur seperti sel tumbuhan karena epitel ini tidak memiliki dinding sel. Bagiannya memang mirip seperti sel tumbuhan tapi sel epitel pipi ini tidak memiliki dinding sel yang membuat bagian dari sel ini tidak terstruktur dengan baik. Inti selnya pun juga berada di tengah tetapi tidak teratur seperti yang ada pada sel tumbuhan.

BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Dapat disimpulkan bahwa : 1. Sel hewan memiliki dinding sel sehingga bentuknya teratur karena dibatasi oleh dinding-dinding tersebut, selnya memiliki bentuk yang sama. 2. Sel hewan tidak memiliki dinding sel sehingga bentuknya tidak teratur. 5.2 Saran Dalam praktikum ini dilakukan penelitian terhadap sel sel tumbuhan dan sel epitel pipi yang sama strukturnya dengan sel hewan. Dalam hal ini dilakukan agar bisa di bedakan antara sel tumbuhan dan sel hewan. Banyak mahasiswa yang masih awam dalam membedekan antara sel tumbuhan dengan sel hewan,sehingga dengan diadakannya praktikum ini dapat membantu mahasiswa dalam mengklasifikasikan sel.

Kata Pengantar
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmatNya kepada kita sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini.

Karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran ataupun masukan dari pembaca kami perlukan untuk memperbaiki kelayakan karya ilmiah kami.

Daftar Isi
Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Isi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penelitian 1.4 Manfaat Penelitian BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Tumbuhan 2.2 Sel Epitel pipi 2.3 Hipotesis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian 3.2 Tempat dan Waktu 3.3 Sasaran Penelitian 3.4 Alat dan Bahan 3.5 Prosedur Penelitian BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Hasil dan Analisis Data 4.1.1 Sel Tumbuhan 4.1.2 Sel Epitel Pipi 4.2 Pembahasan 4.2.1 Sel Tumbuhan 4.2.2 Sel Epitel Pipi BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan 5.2 Saran Daftar Pustaka

Anda mungkin juga menyukai