Anda di halaman 1dari 12

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Selama ini, proses pembelajaran mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar (SD) 06 Al-Islam Al-Fajar Surakarta masih menggunakan pendekatan ceramah hafalan, sehingga kurang terjadi proses interaksi dan dialogis antara guru dan murid, bahkan terkesan doktriner. Akibatnya siswa merasa jenuh dan kurang tertarik pada mata pelajaran yang diajarkan oleh pendidik atau guru, terbukti banyak yang mengantuk dalam mengikuti pelajaran yang ada. Dengan kenyataan semacam ini maka perlu diadakan inovasi dan kreativitas dalam pembelajaran agar tidak terjadi kejenuhan dalam proses belajar mengajar. Seperti dengan penerapan model pembelajaran dengan Quantum Teaching, karena dengan pendekatan ini guru atau pendidik dituntut untuk dapat membuat rancangan pembelajaran yang dinamis di kelas dengan menyesuaikan gaya mengajar guru dengan keragaman gaya belajar siswa yaitu visual (melihat), auditorial (mendengar) dan kinestetik (gerakan, praktik). Sehingga inovasi metode mengajar perlu segera dilakukan agar semua siswa dapat terlayani sesuai dengan gaya belajar mereka. Dari persoalan di atas secara umum bertujuan mengetahui adanya peningkatan atau tidaknya keaktifan siswa dalam mengikuti pembelajaran sejarah atau matematika setelah diterapkannya metode pembelajaran Quantum Teaching di Sekolah Dasar (SD) 06 Al-Islam Al-Fajar Surakarta .

B. Identifikasi Masalah Dari latar belakang masalah tersebut dapat timbul berbagai masalah berkaitan dengan model pembelajaran yang ada di SD 06 Al-Islam Al-Fajar Surakarta, baik berkaitan dengan pendekatan pembelajaran, masalah kurikulum, guru, siswa, lingkungan sekolah dan media yang digunakan dalam proses belajar di kelas.

1. Masalah pendekatan pembelajaran menjadi sangat penting bagi keberhasilan dari proses pembelajaran, karena model pembelajaran menjadi nilai yang sangat mendasar untuk mencapai keberhasilan siswa.. 2. Masalah model belajar di SD 06 Al-Islam Al-Fajar yang ada selama ini masing menggunakan model pembelajaran konvensional, seperti hanya dengan pola hafalan, ceramah, dan mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru, sehingga terkesan pelajaran yang ada membosankan. 3. Masalah desain pengelolaan kelas juga bagian dari persoalan dalam proses pembelajaran, karena dengan desain tertentu akan membuat siswa jenuh untuk mengikuti pelajaran, maka perlu adanya perubahan format dan formasi tempat duduk. 4. Masalah media pembelajaran yang selama ini belum dimanfaatkan secara maksimal oleh guru atau pendidik, sehingga terkesan pembelajaran yang ada bersifat konvensional bahkan bisa dikatan pembelajaran tanpa metode atau pendekatan . C. Perumusan Masalah Dari latar belakjang di atas, maka kami akan fokus pada rumusan masalah yang berkaitan dengan: 1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Quantum Teaching di SD 06 AlIslam Al-Fajar dalam mata pelajaran PAI? 2. Bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan sikap dan keaktifan dari siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching?

D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran Quantum Teaching di SD 06 Al-Islam Al-Fajar dalam mata pelajaran PAI.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap perubahan sikap dan keaktifan dari siswa setelah diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching di SD 06 Al-Islam Al-Fajar Surakarta.

E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi siswa, dengan penerapan model belajar ini akan meningkatkan dan menumbuhkan rasa percaya diri, motivasi berprestasi, semangat dalam belajar dan keinginan untuk tahu yang kuat. 2. Bagi guru PAI, dengan model pembelajaran Quantum Teaching ini akan meningkatkan kemampuan maupun ketrampilan mengajar guru, paling tidak guru atau pendidikan mampu mengelola kleas. 3. Memberikan masukan bagi pihak keluarga (orang tua), pendidik (guru) dan pihakpihak yang berhubungan dengan siswa di kelas unggulan untuk selalu mendorong adanya proses pembelajaran yang profesional dengan mengepankan prinsip belajar yang menyenangkan, humanis dan prifesional. 4. Memberikan sumbangan teoritis mengenai penerapam model pembelajaran Quantum Teaching di Sekolah Dasar (SD) sehingga mampu menjadi model atau contoh yang mampu diimplementasikan di seluruh lembaga pendidikan yang ada.

BAB II LANDASAN PEMIKIRAN DAN METODE PENELITIAN 1. Metode pembelajaran Quantum Teachimg Quantum Teaching merupakan upaya merancang suatu sistem pengajaran yang menggairahkan dan bertumpu pada teknik-teknik Quantum Learning. Secara umum, model pembelaran dengan Quantum Teaching bertujuan mencetak siswa yang tidak hanya pandai atau ahli aksemik semata, melainkan siswa diharapkan juga mempunyai ketrampilan hidup (life skill). Prinsip pembelajaran dengan model pendekatan Quantum Teaching ini adalah dengan metode konser music atau simfoni. Maka kelas didesain atau dirancang seperti panggung pertunjukan untuk menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan mampu mendorong gairah belajar siswa. Dalam model Quantum Teaching ini, siswa berperan sebagai actor dan aktrisnya dipanggung, sedangkan guru bertindak sebagai sutradara atau konduktor, sementara scenario disusun berdasarkan kesepatakan bersama. Konsep dasar dalam metode Quantum Teaching adalah adalah: bawalah dunia mereka kepada dunia kita, dan antarkan dunia kita kepada dunia mereka. Sebagai prinsip utama, maka konsep di atas kemudian dikembangkan ke dalam lima prinsip dasar. Pertama, segala bicara. Segala sesuatu yang terdapat dalam lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas hingga rancangan kertas pembelajaran, semua mengirim pesan tentang belajar. Kedua, segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam pengubahan yang dilakukan guru atau pendidik mengandung makna dan tujuan. Ketiga, pengalaman sebelum pemberian nama. Otak kita berkembang dengan pesat dengan adanya rangsangan atau stimulus yang kompleks, yang akan menggerakan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar paling tidak terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama terhadap apa yang sedang dipelajari. Keempat, akui setiap usaha, karena belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Saat siswa mengambil langkah ini maka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, seberapun kecilnya wujud aktifitas siswa tersebut. Kelima, jika layak dipelajari,
4

maka layak pula dirayakan. Perasaan adalah sarapan para juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan emosi positif dengan belajar (Bobby de Porter, 2002: 7). Dengan demikian yang dimaksud model belajar Quantum Teaching untuk pelajaran PAI adalah upaya penerapan prinsip-prinsip Quantum Teaching dalam mengajarkan materi pelajaran agama Islam dengan cara menyesuaikan gaya mengajar guru agama Islam dengan gaya belajar siswa.adapun materi pelajaran agama Islam yang diajarkan di SD 06 Al-Islam Al-Fajar meliputi lima kompetensi: aspek al-Quran, aspek keimanan, aspek akhlak, aspek tarikh, dan aspek ibadah (Diknas RI, 2004: 56). Keaktifan siswa dalam belajar ditandai banyaknya keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran dengan pengembangan potensi berpikir. Ide belajar aktif ini dilator belakangi oleh pemikiran bahwa tidak semua yang diceramahkan oleh guru itu dapat diingat semua oleh siswa, namun yang dapat ditangkap hanya sebagian kecil saja. Hal ini disebabkan adanya perbedaan kesempatan kemampuan siswa dalam mendengarkan pelajaran dari pendidik atau guru (Mel Silberman, 2001: 10). Belajar aktif merupakan sebuah kesatuan sumber kumpulan strategistrategi pembelajaran yang komprehensif. Belajar aktif meliputi berbagai cara untuk membuat peserta didik atau siswa aktif sejak dari awal melalui aktivitasaktivitas yang membangun kerja kelompok dan dalam waktu yang singkat membuat mereka berpikir tentang materi pelajaran. Oleh karena itu, model pembelajaran Quantum Teaching diperkirakan akan mengurangi tingkat kebosanan siswa dan dapat meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran.

2. Prosedur Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian tindakan kelas (classroom action research), yang dalam penelitiannya selalu mengidikasinya adanya siklus sebagai berikut: pertama, perencanaan. Dalam tahap ini meliputi penelusuran gaya belajar siswa, pembuatan rancangan pembelajaran, skenario pembelajaran, rencana tindakan pada tiap siklus, serta penyiapan lembar evaluasi dan observasi. Kedua,
5

pelaksanaan tindakan. Dalam tahapan ini melalui proses pembelajaran yang mengunakan metode-metode yang dapat mengembangkan tiga gaya belajar siswa, yaitu melalui metode ceramah untuk melatih audiotorial, demonstrasi untuk melatih visual dan sosiodrama untuk melatih kinestetik siswa. Ketiga, observasi. Dilakukan dengan cara bergantian pada setiap pertemuan dan interpretasi dilakukan bersama antara guru atau pendidik dengan siswa. Keempat, analisis dan refleksi. Data yang telah terkumpul kemudian dilakukan analisis dan refleksi untuk menguji kekuarangan yang muncul dari hasil pembelajaran dari siklus yang pertama kemudian dicari penyebabnya lalu diperbaiki untuk kebutuhan siklus berikutnya. Berdasarkan proses siklus itulah kemudian diukur tingkat efektifitas pembelajaran model Quantum Teaching dalam meningkatkan keaktifan siswa di kelas.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tahap Perencanaan Pada tahap ini dilakukan penelusuran terhadap kecenderungan gaya belajar siswa melalui angket, yang diarahkan untuk melihat cirri brlajar siswa antara visual, auditorial maupun kinesttetik. Dari hasil angket yang ada menunjukkan bahwa siswa lebih memiliki kecenderungan melakukan praktik dalam proses belajar mengajar. Artinya siswa kan jauh lebih mudah paham dan menerima pelajaran dengan catatan guru atau pendidik menyampaikan dengan metode demonstrasi, game, sosiodrama, jigsaw, diskusi kelompok dan semua bentuk metode yang mengharuskan siswa untuk melakukan praktik. Dari hasil angket ini kemudian akan disusun rencana pembelajaran harian untuk mata pelajaran PAI. Dalam rencana pembelajaran tersebut, materi yang akan dijadikan sebagai sampel penelitian tindakan kelas adalah mecakup semua aspek dari amteri PAI, seperti Al-Quran, Akhlak, Akidah, Ibadah maupun Tarikh. Masing-masing mata pelajaran mempunyai kompetensi dasarnya, dan diajarkan dalam dua kali pertemua, karena luasnya materi pelajaran yang harus dikaji dan berdasarkan hasil kesepakatan bersama sebagai suatu siklus pembelajaran.

B. Tahap Pelaksanaan dan Pembahasan Hasil penelitaian yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan setalah dua belas kali pertemmuan yang dibagi kedalam enam siklus. Masing-masing siklus memberikan hasil yang tidak jauh berbeda, dengan asumsi: semua siklus merupakan keberlajutan dan bersifat saling melengkapi. Siklus I sebagai tahap percobaan awal (project idea) tentu saja menghasilkan sesuatu yang belum sempurna, karena model pembelajaran Quantum Teaching masih dianggap asing, baik bagi siswa maupun pendidik di lingkungan SD 06 Al-Islam Al-Fajar Surakarta. Siklus I: Materi Al-Quran Hadits
7

Pada siklus ini menggunakan model belajar yang disukai oleh siswa yaitu dengan gaya kinestetik (gerak), dalam hal ini peneliti menyiapkan berbagai media yang dapat menunjang keaktifan siswa, sedangkan materi yang diajarkan adalah surat-surat pendek (al-Lahab, al-Kafirun). Pada pertemuan kedua, bentuk kinetetiknya adalah permainan, dalam bentuk kartu. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran meningkat cukup signifikan, meskipun masih didominasi sebagian anak yang memiliki potensi yang lebih.

Siklus II: Materi Akidah Islam Pada siklus ini menggunakan pendekatan dengan metode bernyanyi dengan tujuan agar siswa senang, dengan materi mengenai ulul Azmi. Pada siklus kedua tingkat keaktifan siswa menjadi makin meningkat karena dalam diskusi kelompok guru atau pendidik memberi bonus kepada siswa yang mau mengajukan pertanyaan dan memberi tambahan nilai bagi yang bisa menjawab. Dalam siklus ini siswa tidak lagi berjalan-jalan karena asyik bernyanyi dan memukul meja sebagai instrument musiknya.

Siklus III: Materi Akhlak Terpuji Materi yang diberikan mengenai tlong menolong dan sikap disiplin, dengan metode pembelajaran ditambah dengan pendekatan sosiodrama. Dengan metode ini praktis meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti pelajaran, dimana dengan bermain peran antara pemain dan penonton melakukan bersama-sama dengan dialog keseharian yang lucu. Metode sosiodrama ini pada dasarnya mempunyai kekurangan, dimana penggunaan waktu yang terlalu lama dan permainannnya kurang berimprovisasi maka dapat berjalan tidak lancar.

Siklus IV: Materi Akhlak Tercela Materi yang diberikan tentang larang mencuri dan menghindari sikap lalai, sedangkan metode yang diterapkan dengan bervariasi dan mulai tumbuh semangat untuk terus mengikuti pelajaran, dan dengan Quantum Teaching siswa tidak mengantuk tetapi malah bergembira. Pada siklus ini keaktifan siswa meningkat
8

cukup signifikan, mengingat semua siswa terlibat dari berbagai macam metode pembelajaran yang bervariasi.

Siklus V: Materi Sejarah Islam Materi yang diberikan adalah kisah keteladan dari Nabi Ayyub, dimana aspek kesabaran menjadi hal yang diutamakan. Pada siklus ini menggunakan metode permainan kartu dengan berbagai variasi, yang kadangkala sebagian kartu dihilangkan atau disembunyikan agar siswa berlatih dalam kerjasama dan menyelsaikan persoalan yang ada. Keaktifan siswa menjadi meningkat cukup signifikan, selain adanya pola komunikasi yang setara antara guru dan murid, sehingga menjadi akrab, tidak tegang, sehingga siswa lebih leluasa menanyakan berbagai persoalan kepada guru tanpa adanya rasa takut.

Siklus VI: Materi Ibadah Materi yang diberikan mengenai berbagai amalan di bulan Ramadhan, metode yang menjadi tindakan dalam siklus keenam ini adalah penggunaan semua unsur TANDUR dalam Quantum Teaching yang dikenal dengan: Tumbuhkan minat siswa, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi dan Rayakan. Dalam penerapan prinsip belajar TANDUR ini siswa mampu berperak aktif, bahkan secara antusias mengikuti pelajaran lebih kreatif dan berani tampil di depan kelas. Sehingga keaktifan siswa meningkat cukup tajam, karena adanya keterlibatan secara aktif dari siswa dalam mengikuti pelajaran. Dengan demikian, model pembelajaran Quantum Teaching sangat menunjang keaktifan siswa dan guru di kelas dalam proses belajar mengajar.

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan Berpijak pada uraian di yang telah diuraikan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan seperti di bawah ini: 1. Sebagian besar siswa di SD 06 Al-Islam Al-Fajar mempunyai kecenderungan belajar dengan menggunakan metode kinestetik, artinya siswa akan lebih mudah paham jika guru mengajar dengan jalan demonstrasi. 2. Terjadi peningkatan keaktifan siswa setelah guru menerapkan metode pembelajaran Quantum Teaching, meskipun peningkatan tersebut terjadi secara bertahap. 3. Keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar dapat terbentuk melalui berbagai model pembelajaran, paling tidak pemaduan antara tiga aspek gaya belajar: visual, auditorial dan kinestetik. 4. Kelengkapan unsure-unsur TANDUR dalam Quantum Teaching sebagai ciri pembelajaran yang dinamis, sangat mendukung keaktifan, dan kreatifitas siswa di kelas, karena itu guru atau pendidik merupakan kunci keberhasilan belajar siswa.
B.

Saran-Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat dikemukakan saran-saran sebagai

berikut: 1. Kepada siswa. Sehubungan dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching siswa seharusnya mampu secara optimal memanfaatkan proses belajar mengajar agar bisa kreatif, inovatif dan mempunyai rasa percaya diri yang tinggi dalam mengikuti mata pelajaran. 2. Kepada pimpinan sekolah atau lembaga pendidikan dalam hal ini SD 06 AlIslam Al-Fajar seharusnya menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching secara aktif yang diorientasikan mampu menghasilkan siswa yang mempunyai daya kekatifan yang signifikan, pembelajaran tidak menjenuhkan apalagi mengantuk.
10

3. Kepada guru atau tenaga pendidikan seharusnya mampu menguasai berbagai metode pendekatan pembelajaran sehingga dalam menyampaikan materi tidak monoton tetapi mempunyai kreatifitas sehingga siswa belajar tidak jenuh karena metode yang dipakai oleh guru atau pendidik bervariasi.

11

DAFTAR PUSTAKA Gordon, Dryden, Revolusi Cara Belajar, Bandung: Kaifa, 2000. Hisyam, Zaini, dkk., Strategi Pembelajaran Aktif di Perguruan Tinggi, Yogyakarta: UIN SUKA PRESS, 2002. Silberman, Mel, Active Learning, Yogyakarta: Yapendis, 2001. Winataputra, Udin, Model-Model Pembelajaran Inovatif, Jakarta: PAU-PPAI Universitas Terbuka, 2001. Departemen Pendidikan Nasional, Standar kompetensi Pendidikan Agama Islam Sekolah Dasar, Jakarta: Direktorat Pendidikan Dasar dan Menengah Umum, 2004. Bobbi de Porter, dkk., Quantum Teaching: Mempraktikan Quantum Learning di Ruang Kelas, Bandung: Kaifa, 2002. Bobbi de Porter, dkk., Quantum Learning, Bandung: Kaifa, 2001.

12

Anda mungkin juga menyukai