Anda di halaman 1dari 5

STRESS Stres adalah keadaan atau respon ketegangan yang disebabkan oleh stressor atau oleh tuntutan aktual

yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (Antonovsky, 1979; Burr, 1973). Sters adalah ketegangan dalam diri seseorang atau system sosial (keluarga) dan merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan (Burgess, 1978). TAHAPAN STRESS 1. Tahap alarm (bahaya) stage menerima tuntutan dari lingkungan dan menganggap sebagai ancaman. Masa ini tidak berlangsung lama 2. Tahap resistence (perlawanan) Tahap ini tubuh anda mencoba untuk menyesuaikan stressor dengan memulai proses dan memperbaiki kerusakan yang diakibatkan oleh stressor. 3. Tahap exhaustion (kehabisan tenaga) Selama tahap ini stressor tdk diatur dgn efektif, tubuh dan pikiran tdk mampu untuk memperbaiki kerusakan. Manajemen Stress Manajemen Stres Stres adalah suatu kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi seseorang (Handoko, 1997:200). Menurut Robbins (2001:565-567) ada tiga sumber utama yang dapat menyebabkan timbulnya Stres yaitu : 1. Faktor Lingkungan Dalam faktor lingkungan terdapat tiga hal yang dapat menimbulkan Stres bagi karyawan yaitu ekonomi, politik dan teknologi. Perubahan yang sangat cepat karena adanya penyesuaian terhadap ketiga hal tersebut membuat seseorang mengalami ancaman terkena Stres. Hal ini dapat terjadi, misalnya perubahan teknologi yang begitu cepat. Perubahan yang baru terhadap teknologi akan membuat keahlian

seseorang dan pengalamannya tidak terpakai karena hampir semua pekerjaan dapat terselesaikan dengan cepat dan dalam waktu yang singkat dengan adanya teknologi yang digunakannya. 2. Faktor Organisasi Didalam organisasi terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan Stres yaitu role demands, interpersonal demands, organizational structure dan organizational leadership. Pengertian dari masing-masing faktor organisasi tersebut adalah sebagai berikut : a. Role Demands Peraturan dan tuntutan dalam pekerjaan yang tidak jelas dalam suatu organisasi akan mempengaruhi peranan seorang karyawan untuk memberikan hasil akhir yang ingin dicapai bersama dalam suatu organisasi tersebut. b. Interpersonal Demands Mendefinisikan tekanan yang diciptakan oleh karyawan lainnya dalam organisasi. Hubungan komunikasi yang tidak jelas antara karyawan satu dengan karyawan lainnya akan dapat menyeba bkan komunikasi yang tidak sehat. Sehingga pemenuhan kebutuhan dalam organisasi terutama yang berkaitan dengan kehidupan sosial akan menghambat perkembangan sikap dan pemikiran antara karyawan yang satu dengan karyawan lainnya. c. Organizational Structure Mendefinisikan tingkat perbedaan dalam organisasi dimana keputusan tersebut dibuat dan jika terjadi ketidak jelasan dalam struktur pembuat keputusan atau peraturan maka akan dapat mempengaruhi kinerja seorang karyawan dalam organisasi. d. Organizational Leadership Berkaitan dengan peran yang akan dilakukan oleh seorang pimpinan dalam suatu organisasi. Karakteristik pemimpin menurut The Michigan group (Robbins, 2001:316) dibagi dua yaitu karakteristik pemimpin yang lebih mengutamakan atau menekankan pada hubungan yang secara langsung antara pemimpin dengan karyawannya serta karakteristik pemimpin yang hanya mengutamakan atau menekankan pada hal pekerjaan saja. Empat faktor organisasi di atas juga akan menjadi batasan dalam

mengukur tingginya tingkat Stres. Pengertian dari tingkat Stres itu sendiri adalah muncul dari adanya kondisi-kondisi suatu pekerjaan atau masalah yang timbul yang tidak diinginkan oleh individu dalam mencapai suatu kesempatan, batasan-batasan, atau permintaan-permintaan dimana semuanya itu berhubungan dengan keinginannya dan dimana hasilnya diterima sebagai sesuatu yang tidak pasti tapi penting (Robbins, 2001:563). 3. Faktor Individu Pada dasarnya, faktor yang terkait dalam hal ini muncul dari dalam keluarga, masalah ekonomi pribadi dan karakteristik pribadi dari keturunan. Hubungan pribadi antara keluarga yang kurang baik akan menimbulkan akibat pada pekerjaan yang akan dilakukan karena akibat tersebut dapat terbawa dalam pekerjaan seseorang. Sedangkan masalah ekonomi tergantung dari bagaimana seseorang tersebut dapat menghasilkan penghasilan yang cukup bagi kebutuhan keluarga serta dapat menjalankan keuangan tersebut dengan seperlunya. Karakteristik pribadi dari keturunan bagi tiap individu yang dapat menimbulkan Stres terletak pada watak dasar alami yang dimiliki oleh seseorang tersebut. Sehingga untuk itu, gejala Stres yang timbul pada tiap-tiap pekerjaan harus diatur dengan benar dalam kepribadian seseorang. Cara Menanggulangi Stres Berikut cara Strategi Pencegahan terhadap stres : Untuk mencegah mengalami stress, setidaknya ada 3 lapis. 1. Lapis pertama ~ primary prevention Dengan cara merubah cara kita melaku kan sesuatu. Untuk keperluan ini kita perlu memiliki skills yang relevan, misal-nya : skill mengatur waktu, skill menyalurkan, skill mendelegasikan, skill mengorganisasikan, menata, dst. 2. Lapis kedua ~ Secondary prevention strateginya kita menyiapkan diri menghadapi stressor, dengan cara exercise, diet, rekreasi, istirahat , meditasi, dst.

3. Lapis ketiga ~ Tertiary prevention Strateginya kita menangani dampak stress yang terlanjur ada, kalau diperlukan meminta bantuan jaringan supportive ( social-network) ataupun bantuan profesional. KOPING Koping didefinisikan sebagai respon (kognitifperilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, mengandalkan distress emosional. Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan. Koping keluarga didefinisikan sebagai proses aktif saat keluarga memamfaatkan sumber yang ada dan mengembangkan perilaku serta sumber baru yang akan memperkuat unit keluarga dan mengurangi dampak peristiwa hidup penuh stress (McCubbin,1979). STRATEGI KOPING KELURGA 1. Strategi Koping keluarga internal Strategi koping keluarga internal memiliki tiga jenis strategi, yaitu strategi hubungan, kognitif dan komunikasi. a. Strategi hubungan 1) Mengandalkan kelompok keluarga = Kleuarga tertentu saat mengalami tekanan mengatasi dengan menjadi lebih bergantung pada sumber mereka sendiri. 2) Kebersamaan yang lebih besar = Kebersamaan yang lebih besar menghasilkan kohesi keluarga yang lebih tinggi, atribut keluarga yang mendapatkan perhatian yang luas sebagai atribut keluarga inti (Olson, 1993).

3) Fleksibitas peran = Olson (199) dan Walsh (1998) telah menekankan bahwa fleksibitas peran adalah satu dari dimensi utama adaptasi keluarga. Keluarga harus mampu beradaptasi terhadap

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KOPING 1. Perbedaan Gender dalam koping Wanita lebih menganggap lebih bermamfaat berkumpul bersam orang lain, mengungkapkan perasaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka, Disi lain pria cenderung menggunakan strategi yang lebih menarik diri 2. Variasi Sosial Budaya Dalam Koping Keluarga 3. Dampak Gangguan Kesehatan AREA PENGKAJIAN KELUARGA Pertanyaan yang menyertai relevan untuk dipertimbangkan saat menilai stressor, kekuatan, persepsi, strategi koping dan adaptas. 1. Stressor, Kekuatan, dan Persepsi Keluarga a. Stersor (baik jangka panjang maupun pendek) apa yang dialami oleh keluarga? Lihat family inventory of life scale untuk contoh stressor yang signifikan. Pertimbangkan stressor lingkungan dan sosioekonomi. Bagaiman kekuatan dan durasi dari stressor ini? b. Kekuatan apa ynag menyebabakan stressor? Apakah keluarga mampu mengatasi stress biasa dan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari keluarga? Sumber apa yang dimiliki keluarga untuk mengatasi stressor? c. Apa definisi keluarga mengenai situasi tersebut? Apakah dilihat sebagai tantangan secara realistic dan penuh harapan? Apakah keluarga mampu bertindak bardasarka penilaian realistic dan objektif mengenai situasi dan peristiwa penuh stress? Apakah

perubahanperkembangan dan lingkungan. b. Strategi kognitif 1) Normalisasi = Normalisasi adalah proses terus menerus yang

melibatkan pengakuan pentakit kronik tetapi menegaskan kehidupan keluarga sebagai kehidupan keluarga yang normal, menegaskan efek social memiliki anggota yang memiliki atau menderita penyakit kronik sebagi suatu yang minimal, dan terlibat dalam perilaku yang menunjukkan kepada orang lain bahwa keluarga tersebut adalah normal. 2) Pengendalian makna masalah dengan membingkai ulang dan penilaian pasif = Keluarga yang menggunakan strategi koping ini cenderung melihat aspek positif dari peristiwa hidup penuh stress dan membuat peristiwa penuh stress menjadi tidak terlalu penting dalam hierarki nilai keluarga.
3) Pemecahan masalah bersama 4) Mendapatkan informasi dan pengetahuan c. Strategi Komunikasi 1) Terbuka dan jujur 2) Menggunakan humor dan tawa 2.

Strategi Koping Keluarga Eksternal a. Strategi komunitas b. Memamfaatkan sistem dukungan social

stressor utama dilihat sangat membebani, mustahil untuk diatasi, atau sedemikian rupa mengganggu? 2. Strategi Koping Keluarga a. Bagaiman keluarga bereaksi terhadap stressor yang dialaminya? Strategi koping apa yang digunakan? Strategi koping apa yang diterapkan keluarga dan untuk mengatasi tipe masalah apa? Apakah anggota keluarga berada dalam cara koping mereka saat ini? Jika demikian, bagaimana keluarga mengatasi perbedaab itu? b. Sejauh man keluarga menggunakan strategi koping internal: 1) Mengandalkan kelompok keluarga 2) Berbagi perasaan, pemikiran, dan aktivitas 3) Fleksibilitas peran 4) Normalisasi 5) Mengendalikan makn masalah denagn pembimbing ulang dan penilaian pasif 6) Pemecahan masalah bersam 7) Mendapatkan informasi dan pengetahuan 8) Terbuka dan jujur dalam komunikasi keluarga 9) Menggunakan humor dan tawa c. Sejauh mana keluarga menggunakan keluarga menggunakan strategi koping eksternal dan sistem dukungan informal berikut: 1) Memelihara jalinan aktif dengan komunitas 2) Menggunakan dukungan spiritual 3) Menggunakan sistem dukungan social

4) Apakah keluarga memiliki ikatan yang bermakna dengan teman, kerabat, tetangga, kelompok social dan organisasi komunitas yang memberikan dukungan dan bantuan jika dibutuhkan? 5) Jika demikian, siapa mereka dan bagaimana sifat hubungan mereka? Apakah keluarga memiliki sedikit atau tidak memiliki teman, tetangga, kerabat, kelompok social atau organisasi komunikasi? Jika demikian, mengapa? Apakah keluarga mempunyai ketidakpuasan atau kemarahan terhadap sumber dukungan social yang ada? 6) Apa layanan dan petugas kesehatan yang membantu keluarga? 7) Apa fungsi dan kekuatan dari hubungan ini? d. Strategi koping disfungsional apa yang telah digunakan keluarga atau apa yang sedang digunakan? Apakah ada tanda-tanda disfungsionalitas berikut? Jika demikian, catat keberadaannya dan seberapa ekstensif digunakannya? 1) Mengambinghitamkan 2) Penggunaan ancaman 3) Orang ketiga 4) Psedumutualitas 5) Otoriterianisme 6) Perpecahan keluarga 7) Penyalahgunaan alcohol dan atau obat-obatan 8) Kekerasan dalam keluarga

9) Pengabaian anak 3. Adaptasi a. Bagimana pengelolaan dan fungsi keluarga? Apakah stressor atau masalah keluarga dikelola secara adekuat oleh keluarga? Apa dampak dari stressor pada fungsi keluarga? b. Apakah keluarga berada dalam krisis? Apakah masalah yang ada bagian ketidakmampuan kronikmenyelesaikan masalah? 4. Mengidentifikasi Stresor, Koping dan Adaptasi Ketika perawat keluarga bekerja dengan keluarga sepanjang waktu, akan sangat bermamfaat untuk mengidentifikasi atau memantau bagaimana keluarga bereaksi terhadap stressor, persepsi, koping dan adaptasi.

8. Berduka disfungsional 9. Gangguan pemeliharaan rumah 10. Distress spiritual 11. Resiko distress spiritual 12. Kesiapan untuk meningkatkan kesejahteraan spiritual

DIAGNOSIS KEPERAWATN KELUARGA Menurut klasifikasi NANDA (NANDA, 2000), terdapat 12 diagnosis keperawatan yang berhubungan erat dengan masalah stress, koping, dan adaptasi keluarga antara lain: 1. Ketidakefektifan penatalaksanaan regimen terapi keluarga 2. Kesiapan untuk meningkatkan koping keluarga 3. Gangguan koping keluarga 4. Ketidakmampuan koping keluarga 5. Resiko kekerasan terhadap orang lain 6. Gangguan proses keluarga 7. Proses keluarga yang tidak fungsional: alkoholisme

Anda mungkin juga menyukai