Anda di halaman 1dari 13

Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol

1

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
PENGUKURAN BEBAN NOL PADA
GENERATOR DC, MOTOR DC, TRANSFORMATOR DAN MOTOR INDUKSI

Generator DC Beban Nol

Karakteristik beban nol dari generator dengan penguat medan terpisah baik generator shunt maupun
seri dapat dilihat pada gambar berikut:





Gambar 1. Rangkaian Generator DC Beban Nol dan Grafik Karakteristiknya

Karakteristik tersebut dapat dibuat menjadi sebagai berikut:

Mesin dijalankan pada kecepatan putar tetap dan emf beban nol yang dibangkitkan pada ujung-
ujung kumparan jangkar diukur tegangannya dengan voltmeter. Pengukuran arus penguat medan
dimulai dari nol dan selangkah demi selangkah dinaikkan, sehingga akhirnya diperoleh grafik dari
hubungan antara I
f
(arus penguat medan) dan E
a
(emf jangkar) atau fluks penguat medan magnet.
Dari gambar terlihat bahwa I
f
= 0 fluks penguat medan magnet atau emf jangkar sudah ada harganya.
Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
2

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Hal ini disebabkan adanya magnet sisa pada kutub magnet. Keadaan ini merupakan syarat utama
untuk generator penguat medan sendiri dapat dijalankan.

Motor DC Beban Nol

Motor Shunt

Motor beban nol maksudnya ialah bahwa arus jala-jala I
L
= (I
L
)0 karena I
Sh
= V
t
/ R
Sh
, maka arus
jangkar tanpa beban ialah :

(I
a
)0 = (I
L
)0 I
Sh


Besarnya GGL jangkar tanpa beban ialah:

(E
a
)0 = E
0
= V
t
(I
a
)0 R
a


Pada motor shunt tanpa beban, besar daya output P
o
= 0 atau relatif kecil karena I
a
= (I
a
)0

Besarnya daya input P
in
sama dengan jumlah seluruh rugi-rugi dapat ditulis:

P
in
=
loss


dimana:

P
in
= V
t
(I
L
)0

loss
= (I
a
)0 R
a
+ (I
Sh
)
2
R
Sh
+ rugi inti + rugi gesek
Rugi gesek = P
a
P
o
P
c


Motor Seri

Untuk motor seri tanpa beban, besar I
L
= 0, karena I
a
= I
L
, maka arus jangkar juga sama dengan nol.
GGL jangkar motor seri tanpa beban ialah E
o
= V
t
. Daya output dan daya input untuk motor seri tanpa
beban ialah nol.


Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
3

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Transformator Beban Nol


Gambar 2. Rangkaian Ekuivalen Transformator Pada Pengukuran Beban Nol

Dalam keadaan tanpa beban, bila kumparan primer dihubungkan dengan V
1
maka hanya I
0
yang
mengalir. Dari pengukuran P
1
, I
0
dan V
1
diperoleh:

R
C
=
v
1
2
P
1
Z
0
=
v
1
I
0
=
]X
m
R
C
R
C
+]X
m


Motor Induksi Beban Nol

Data yang diperlukan untuk penghitungan penampilan suatu motor induksi fasa banyak dapat
diperoleh dari hasil pengujian tanpa beban, pengujian rotor tertahan, dan pengukuran tahanan DC
lilitan stator. Rugi-rugi beban tersebar, yang harus dimasukkan dalam perhitungan bila akan
menghitung besarnya efisiensi yang teliti, dapat juga diukur dengan percobaan-percobaan yang tidak
memerlukan pembebanan motor.


Gambar 3. Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi


Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
4

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Seperti pengujian rangkaian terbuka pada suatu transformator, pengujian beban nol pada motor
induksi memberikan keterangan dalam hal arus peneralan dan rugi-rugi beban nol. Biasanya
pengujian tersebut dilakukan pada frekuensi yang diizinkan dan dengan tegangan fasa banyak
seimbang yang diberikan pada terminal stator. Pembacaan diambil pada tegangan yang diizinkan,
setelah motor bekerja cukup lama agar bagian-bagian yang bergerak mengalami pelumasan
sebagaimana mestinya. Rugi-rugi perputaran keseluruhan pada frekuensi dan tegangan yang
diizinkan pada waktu dibebani biasanya dianggap tetap dan sama dengan rugi-rugi beban nol.

Pada keadaan beban nol, besarnya arus rotor sangat kecil dan hanya diperlukan untuk
menghasilkan momen kakas yang cukup untuk mengatasi gesekan dan perlilitan. Karenanya, rugi-rugi
I
2
R rotor beban nol ialah kecil dan dapat diabaikan. Tidak seperti halnya pada suatu transformator,
yang rugi-rugi I
2
R primer beban nol dapat diabaikan, maka rugi-rugi I
2
R stator beban nol motor
induksi besarnya cukup berarti karena arus peneralannya lebih besar. Besarnya rugi-rugi perputaran P
R

pada keadaan kerja normal ialah:

P
R
= P
nl
q
1
I
2
nl
R
1


dimana:

P
nl
: masukan daya fasa banyak keseluruhan
I
nl
: arus tiap fasa
q
1
: banyaknya fasa stator
R
1
: tahanan stator tiap fasa











Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
5

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Karena slip pada keadaan beban nol sangat kecil, tahanan rotor terpantul R
2/snl
sangat besar.
Sehingga gabungan paralel rotor dan cabang magnetisasi menjadi jX

di shunt dengan suatu tahanan


yang sangat besar, dan besarnya reaktansi dari gabungan paralel karenanya sangat mendekati sama
dengan X

. Akibatnya besarnya reaktansi yang tampak X


nl
yang diukur pada terminal stator pada
keadaan beban nol sangat mendekati sama dengan X
1
+ X

, yang merupakan reaktansi diri X


11
stator,
ialah:

X
11
= X
1
+ X

= X
nl


Maka besarnya reaktansi diri stator dapat ditentukan dari pembacaan alat ukur pada keadaan beban
nol. Untuk suatu mesin 3 fasa yang terhubung Y besarnya impedansi beban nol Z
nl
tiap fasa ialah:

Z
nl
=
v
nl
3I
nl


dimana V
nl
ialah tegangan terminal saluran ke saluran pada pengujian beban nol. Besarnya tahanan R
nl

ialah:

R
nl
=
P
nl
3I
nl


dimana P
nl
merupakan masukan daya 3 fasa keseluruhan pada keadaan beban nol, maka besarnya
reaktansi beban nol X
nl
ialah:

X
nl
= .Z
nI
2
R
nI
2


Sehingga rangkaian ekuivalen menjadi:


Gambar 4. Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi Beban Nol
Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
6

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
atau:


Gambar 5. Rangkaian Ekuivalen Motor Induksi Beban Nol yang Lain

Reaktansi total saat tanpa beban (X
nl
):

X
nl
= X
1
+ X
m


Rangkaian pengujian yang dilakukan ialah seperti gambar berikut ini:


Gambar 6. Rangkaian Pengujian Beban Nol Motor Induksi

Data yang didapatkan:

P
nl
: daya nyata yang terbaca pada wattmeter, merupakan rugi-rugi tembaga magnetisasi (pada R
C
)
V
1
: tegangan yang terbaca pada voltmeter
I
nl
: arus tanpa beban yang terbaca pada amperemeter

Biasanya besarnya faktor daya beban nol sekitar 0,1 sehingga reaktansi beban nol sangat mendekati
sama dengan impedansi beban nol.

Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
7

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Seperti pengujian terhubung singkat pada transformator, pengujian rotor tertahan pada suatu
motor induksi memberikan keterangan mengenai impedansi bocor. Rotor tersebut ditahan sehingga
tidak dapat berputar, dan tegangan fasa banyak seimbang diberikan pada terminal stator. Kadang-
kadang momen kakas rotor tertahan juga diukur.

Rangkaian ekuivalen untuk keadaan rotor tertahan identik dengan yang terdapat pada
transformator terhubung singkat. Tetapi suatu motor induksi lebih rumit daripada transformator,
karena impedansi bocornya dapat dipengaruhi oleh kejenuhan magnetik lintasan fluks bocor dan oleh
frekuensi rotor. Impedansi tertahan dapat juga dipengaruhi oleh kedudukan rotor, meskipun pada
umumnya pengaruh tersebut kecil dengan adanya rotor sangkar. Pedoman utama yang perlu
diperhatikan adalah bahwa pengujian rotor tertahan harus dilakukan pada keadaan frekuensi rotor
dan arus kira-kira sama dengan harga-harga pada keadaan kerja yang penampilannya akan dihitung
nanti.

Sebagai contoh, bila diinginkan untuk mendapatkan karakteristik pada slip mendekati satu
satuan, seperti pada awal motor bekerja, maka pengujian rotor tertahan harus dilakukan pada
frekuensi normal dan dengan arus yang besarnya mendekati harga yang akan diperoleh pada waktu
motor mulai dihidupkan. Tetapi, bila diinginkan karakteristik pada waktu bekerja normal, pengujian
rotor tertahan harus dilakukan pada tegangan yang lebih kecil yang akan menghasilkan sekitar arus
yang diizinkan, frekuensinya juga harus dikurangi, karena harga tahanan efektif rotor dan induktansi
bocor pada frekuensi rotor yang rendah yang bersangkutan dengan slip yang kecil dapat berbeda
cukup besar dari harganya pada frekuensi normal, terutama pada rotor-rotor sangkar ganda atau
batang dalam.

Prosedur pengujian IEEE menyarankan frekuensi sebesar 25% frekuensi yang diizinkan. Besarnya
reaktansi bocor keseluruhan pada frekuensi normal dapat diperoleh dari harga pengujian ini dengan
memandang besarnya reaktansi sebanding dengan frekuensi. Pengaruh frekuensi sering dapat
diabaikan untuk motor-motor normal yang ukurannya kurang dari 25 dk, dan karenanya impedansi
tertahan dapat diukur langsung pada frekuensi normal. Pentingnya menjaga arus pengujian
mendekati harga yang diizinkan beranjak dari kenyataan bahwa reaktansi bocor tersebut sangat
dipengaruhi oleh kejenuhan.



Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
8

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Apabila arus peneralan dapat diabaikan, besarnya reaktansi rotor tertahan X
bl
, yang dibetulkan
pada frekuensi normal, sama dengan jumlah reaktansi bocor stator dan rotor pada frekuensi normal
X
1
dan X
2
. Penampilan motor secara relatif tidak begitu dipengaruhi oleh adanya pembagian
reaktansi bocor keseluruhan X
1
+ X
2
di antara stator dan rotor. Prosedur Pengujian IEEE menyarankan
pembagian secara empiris seperti terlihat pada tabel berikut.

Tabel 1. Pembagian Secara Empiris Reaktansi Bocor dalam Motor Induksi

Kelas Motor Keterangan
Bagian dari X
1
+ X
2

X
1
X
2
A Momen kakas awal normal, arus awal normal 0,5 0,5
B Momen kakas awal normal, arus awal rendah 0,4 0,6
C Momen kakas awal tinggi, arus awal rendah 0,3 0,7
D Momen kakas awal tinggi, slip tinggi 0,5 0,5
Rotor Terlilit 0,5 0,5

Sekarang reaktansi magnetisasi dapat ditentukan dari pengujian beban nol dan harga X
1
, jadi

X

= X
nl
X
1


Tahanan stator R
1
dapat dipandang sebagai harga dc-nya. Maka tahanan rotor dapat ditentukan
sebagai berikut. Dari percobaan rotor tertahan, tahanan tertahan R
bl
dapat dihitung dengan
menggunakan hubungan yang mirip dengan persamaan R
nl
. Perbedaan antara tahanan tertahan dan
tahanan stator karenanya dapat ditentukan dari data pengujian. Dengan menyatakan tahanan
tersebut sebagai R, didapatkan

R = R
bl
R
1


Dari rangkaian ekuivalen, dengan s = 1, maka tahanan R merupakan tahanan kombinasi R
2
+ jX
2

paralel dengan jX

. Besarnya gabungan paralel tersebut:



R = R
2

X
u
2
R
2
2
+X
22
2
R
2
I
X
e
X
22
]
2


dimana X
22
= X
2
+ X

merupakan reaktansi diri rotor. Bila X


22
lebih besar dari 10 R
2
seperti yang
biasanya terjadi, akan terjadi kesalahan kurang dari 1% dari penggunaan bentuk pendekatan
Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
9

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
persamaan di atas. Dengan memasukkan bentuk pendekatan tersebut ke dalam persamaan R = R
bl

R
1
dan menyelesaikannya untuk R
2
, didapatkan:

R
2
= R |
X
22
X
u
1
2
= (R
bl
R
1
) |
X
22
X
u
1
2


Semua tetapan rangkaian ekuivalen sekarang telah ditentukan, dan penampilan motor pada keadaan
ada beban dapat dihitung.


Gambar 7. Rangkaian Ekuivalen Rotor Tertahan pada Motor Induksi

atau bisa disederhanakan lagi menjadi:


Gambar 8. Rangkaian Ekuivalen Sederhana Rotor Tertahan pada Motor Induksi

dimana:
R
eq
= R
1
+ R
2

X
eq
= X
1
+ X
2



Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
10

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Rangkaian pengujian untuk rotor tertahan ialah sebagai berikut:

Gambar 9. Rangkaian Pengujian Rotor Tertahan Motor Induksi

Data yang didapatkan:
P
bl
: daya nyata yang terbaca pada wattmeter, merupakan rugi-rugi tembaga magnetisasi pada R
eq

V
bl
: tegangan yang terbaca pada voltmeter, keadaan rotor ditahan
I
bl
: arus listrik yang terbaca pada amperemeter, keadaan rotor ditahan

Contoh Soal
Data pengujian berikut berlaku pada suatu motor induksi 4 kutub 60 Hz 19 A 220 V 3 fasa 7,5 dk
dengan suatu rotor sangkar bajing ganda dari jenis arus awal rendah momen kakas awal tinggi
(rancangan kelas C).

Pengujian 1: Pengujian beban nol pada 60 Hz
Tegangan yang diberikan V = 219 V jala-jala ke jala-jala
Arus jala-jala rata-rata I
nl
= 5,7 A
Daya (dua buah wattmeter): W
1
= 680 W W
2
= -300 W

Pengujian 2: Percobaan rotor tertahan pada 15 Hz
V = 26,5 V
I = 18,57 A
W
1
= 215 W
W
2
= 460 W

Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
11

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Pengujian 3: Tahanan dc rata-rata tiap fasa stator (diukur langsung setelah pengujian 2)
R
1
= 0,262 / fasa (dianggap terhubung Y)

Pengujian 4: Pengujian rotor tertahan pada 60 Hz
V = 212 V
I = 83,3 A
W
1
= 3300 W
W
2
= 16.800 W
Momen kakas awal terukur T
awal
= 54,6 pon.kaki

a. Hitunglah rugi-rugi perputaran beban nol dan tetapan rangkaian ekuivalen yang berlaku untuk
keadaan operasi normal. Anggap sukunya sama seperti pada pengujian 3.
b. Hitunglah momen kakas awal dalam dari pengukuran masukan pengujian 4. Anggap suku sama
seperti pada pengujian 3.

Penyelesaian:
a. Dari pengujian 1, P
nl
= 380 W, dan oleh persamaan P
R
= P
nl
q
1
I
2
nl
R
1.

P
R
= 380 3(5,7)
2
(0,262) = 354 W
Dari pengujian 1:
Z
nl
=
219
3(5,7)
= 22,2 / fasa Y
R
nl
=
380
3(5,7)
2
= 3,9 X
nl
= 21,8
Pengujian rotor tertahan pada frekuensi yang dikurangi dan arus yang diizinkan menghasilkan
kembali secara kira-kira keadaan operasi normal pada rotor. Dari pengujian 2:
Z
bl
=
26,5
3(18,57)
= 0,825 / fasa pada 15 Hz
R
bl
=
675
3(18,57)
2
= 0,654 X
bl
= 0,503 pada 15 Hz
dimana tanda prima menunjukkan harga 15 Hz. Maka besarnya reaktansi tertahan yang
berpatokan pada frekuensi normal ialah:
Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
12

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
X
bl
=
60
15
(0,503) = 2,01 / fasa pada 60 Hz
Menurut tabel 1,
X
1
= 0,3(2,01) = 0,603 X
2
=0,7(2,01) = 1,407 / fasa
dan dengan persamaan X

= X
nl
X
1

X

= 21,8 - 0,6 = 21,2 / fasa


Kemudian,
R = 0,654 0,262 = 0,392 R
2
= 0,392I
22,6
21,2
]
2
= 0,445 / fasa
Dengan demikian maka tetapan-tetapan rangkaian ekuivalen untuk harga slip kecil telah
dihitung.

b. Momen kakas awal dalam dapat dihitung dari pengukuran masukan pada pengujian 4. Dari
masukan daya dan rugi-rugi I
2
R stator, besarnya daya celah udara P
g 1
ialah:

P
g 1
= 20100 3(83,3)
2
(0,262) = 14650 W

Kecepatan serempak
s
= 188,5 rad/det, dan

T
start
=
14650
188,5
= 77,6 N . m = 57,3 lb . ft
Harga pengujian, T
awal
= 54,6 pon . kaki, merupakan beberapa persen lebih kecil dari harga
perhitungan karena dalam perhitungan tidak memasukkan daya yang diserap dalam rugi-rugi inti
stator dan rugi-rugi beban terbesar.





Mesin Listrik 2 >> Pengukuran Beban Nol
13

Teknik Elektro >> Fakultas Teknik >> Universitas Negeri Padang
Daftar Pustaka

A.E. Fitzgerald, Charles Kingsley, Jr, Stephen D. Umans. 1983. Electric Machinery, 4th Edition. McGraw-
Hill, Inc.
Ir. Djoko Achyanto, M.Sc.EE. 1997. Mesin-Mesin Listrik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai