Anda di halaman 1dari 13

Tugas Evaluasi Pendidikan Melakukan Pemahaman Tentang Evaluasi Pendidikan melalui pertanyaan Apa, Bagaimana, Mengapa, Siapa, dimana,

dan Kapan Oleh : Saiful Qodri A. Apakah Evaluasi Pendidikan Menurut pengertian bahasa kata evaluasi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang berarti penilaian atau penaksiran (John M. Echols dan Hasan Shadily: 1983). Menurut Stufflebeam, dkk (1971) mendefinisikan evaluasi sebagai the process of delineating, obtaining, and providing useful information for judging decision alternatives," Artinya evaluasi merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan. Evaluasi berarti pengumpulan kenyataan secara sistematis untuk menetapkan apakah dalam kenyataannya terjadi perubahan dalam diri siswa dan menetapkan sejauh mana tingkat perubahan dalam diri pribadi siswa. Evaluasi Pendidikan adalah kegitan menilai yang terjadi dalam kegiatan pendidikan. Bertujuan melakukan evaluasi dalam proses belajar mengajar untuk mendapatkan informasi akurat mengenai tingkat pencapaian tujuan instruksional oleh siswa sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai pengukuran atau penilaian hasil belajar-mengajar, padahal antara keduanya punya arti yang berbeda meskipun saling berhubungan. mengukur adalah membandingkan sesuatu dan satu ukuran (kuantitatif), sedangkan menilai berarti mengambil satu keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik buruk (kualitatif). Adapun pengertian evaluasi meliputi keduanya.

B. Bagaimana Pelaksanaan Evaluasi Pendidikan

Sebelum melakukan desain evaluasi maka terlebih dahulu harus dilakukan fokus evaluasi yaitu mengkhususkan apa dan bagaimana evaluasi akan dilakukan. Bila evaluasi sudah terfokus, maka ini berarti proses dan desain dimulai. Ada tiga elernen dalam proses pemfokusan, yaitu : mempertemukan pengetahuan dan harapan, mengumpulkan informasi, dan merumuskan rencana evaluasi. Penyusunan desain evaluasi program merupakan langkah pertama dan menyangkut aspek perencanaan. Di dalam tahap perencanaan ini diuraikan garis garis besar mengenai hal hal lain yang berkaitan dengan kegiatan evaluasi tersebut. Evaluasi program merupakan pelayanan bantuan kepada pelaksana program untuk memberikan input bagi pengambilan keputusan tentang kelangsungan program tersebut. Oleh karena itu, maka pelaksana evaluasi program harus memahami seluk beluk program yang dinilai. 1. Pengambilan keputusan mengeluarkan kebijakan mengenai pelaksanaan suatu program. 2. Kepala Sekolah menunjuk evaluator program (dapat dari bagian dalam pengelola ataupun orang luar dari program) untuk melaksanakan evaluasi program setelah melaksanakan selama jangka waktu tertentu. 3. Penilai program melaksanakan kegiatan penilaiannya, mengumpulkan data, menganalisis dan menyusun laporan. 4. Penilai program menyampaikan penernuannya kepada pengelola program. Adapun komponen komponen evaluasi program, sebagai berikut: 1. Tujuan yang ditetapkan oleh pengambil keputusan dan diberitahukan kepada pelaksana program. 2. Kegiatan semua aktifitas yang dilakukan untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, kegiatan harus relevan benar dengan tujuan 3. Sarana fasilitas penunjang kegiatan 4. Person pelaksana kegiatan
5. Hasil keluaran sebagai akibat dari kegiatan.

Efektifitas program ditentukan oleh sejauh mana hasil ini telah mendekati tujuan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan seorang evaluator dalam penyusunan desain evaluasi program. Sebelum evaluator menyusun desain terlebih dahulu harus mengetahui betul apa tugasnya. Secara garis besar terdapat tiga hal yang harus ditangani oleh seorang evaluator, yaitu : 1. Keberhasilan pencapaian tujuan: Hubungan antara tujuan dengan hasil merupakan hal utama yang harus ditangani oleh seorang evaluator. Mereka harus memusatkan perhatiannya terhadap keberhasilan ini. Namun, evaluator tidak boleh terpaku terlalu erat dengan tujuan. Hal ini disebabkan, ada beberapa program mencanturnkan dengan jelas apa yang ingin dicapai dengan kegiatannya akan tetapi ada pula yang ticlak merumuskannya sama sekali. Pada kondisi ini, evaluator harus mencari informasi mengenai tujuan program tersebut karena ticlak mungkin seorang evaluator bekerja tanpa mengetahui tujuan apa yang ingin dicapai. 2. Tujuan program, yang dirumuskan oleh pengembang program. Tujuan umum suatu program akan dijadikan titik awal kegiatan evaluator dalam menyusun desain evaluasi. 3. Proses yang terjadi dalam program, meliputi kegiatan, sarana penunjang dan

personil pelaksana program. Dalam hal ini, kegiatan merupakan aktualisasi yang ditentukan oleh para pengembang program. Kegiatan menunjukkan pada aktivitas yang diperhitungkan dari prosedur, teknik dan proses lain yang berkaitan dengan sumber pencapaian tujuan. Banyak evaluator program hanya terpaku pada hasil pencapaian dan kurang memperhatikan kegiatan yang menghasilkan pencapaian tujuan tersebut. Sarana biasanya terwujud pada peralatan, ruangan, biaya dan hal hal lain yang diperhitungkan antara lain: Apakah sarana yang digunakan sudah tepat ? Apakah program itu mahal ? Apakah ada biaya yang belum diperhitungkan ?; sedangkan Person adalah pelaksana program baik yang tergolong sebagai tenaga edukatif, administratif maupun pengelola.

Sesudah memahami tentang isi yang terdapat di dalam program yang merupakan objek evaluasi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penyusunan desain. Adapun hal hal yang perlu dilaksanakan, antara lain: 1. Latar belakang. 2. Problematika (yang akan dicari jawabannya). 3. Tujuan evaluasi. 4. Populasi dan sampel 5. Instrumen dan sumber data 6. Teknik analisis data. Adapun langkah langkah yang harus dilalui dalam menyusun instrumen, adalah : 1. Merurnuskan tujuan yang akan dicapai dengan instrumen yang akan disusun. Bagi para peneliti pemula, merumuskan tujuan seperti ini tidak lazim. Padahal sebenarnya langkah ini sangat perlu. Ticlak mungkin kiranya, atau apabila mungkin akan sukar sekali dilakukan, menyusun instrumen tanpa tahu untuk apa data terkumpul, apa yang harus dilakukan sesudah itu, apa fungsi setiap jawab dalam setiap butir bagi jawaban problematika dan sebagainya. 2. Membuat kisi kisi yang mencanangkan tentang perincian variabel dan jenis instrumen yang akan digunakan untuk mengukur bagian variabel yang bersangkutan. 3. Membuat butir butir instrumen.

Kriteria evaluasi selalu berhubungan dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Dasar pertimbangannya adalah memudahkan evaluator dalam mempertimbangkan nilai atau harga terhadap komponen-komponen program yang dinilainya, apakah telah berhasil sesuai dengan yang ditentukan atau tidak, seperti yang dinyatakan oleh Sudarsono (1994) bahwa kriteria yang dimaksud adalah kriteria keberhasilan program dan hal yang dinilai dapat berupa dampak atau hasil yang dicapai atau prosesnya itu sendiri.

Menyusun instrumen bukanlah pekerjaan yang mudah. Bagi peneliti pemula atau orang yang kurang tertarik pada pekerjaan evaluasi, tugas menyusun instrumen merupakan pekerjaan yang membutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Untuk memperoleh hasil evaluasi yang akurat, maka diperlukan kriteria keberhasilan dan kriteria tertentu terutama bagi evaluator program, kriteria tersebut dijelaskan sebagai berikut : a. Memahami materi

Memahami materi yaitu memahami tentang seluk beluk program yang dievaluasi, antara lain : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Tujuan program yang telah ditentukan sebelum dimulai kegiatan Komponen komponen program Variabel yang akan diujicobakan atau dilaksanakan Jangka waktu dan penjadualan kegiatan Mekanisme pelaksanaan program Pelaksanaan program Sistem monitoring kegiatan program

Kriteria keberhasilan yang ditetapkan adalah dilihat dari materi, maka Evaluator membuat format pencapaian materi program yang direncanakan dibandingkan dengan yang telah digapai berdasarkan penjabaran point 1 sampai dengan 7. b. Menguasai Teknik Karena kegiatan evaluasi program mengenai sejumlah evaluasi, maka evaluator program dituntut agar menguasai metodologi evaluasi, yang meliputi : 1. 2. 3. Cara membuat perencanaan evaluasi Teknik menentukan populasi dan sampel Teknik menyusun instrumen

4. 5. 6.

Prosedur dan teknik pengumpulan data Penguasaan teknik pengolahan data Cara menyusun laporan evaluasi

Untuk metodologi yang terakhir ini evaluator program harus menguasai sesuatu yang lebih dibandingkan dengan peneliti karena apa yang disampaikan akan sangat menentukan kebijaksanaan yang terkadang memiliki resiko lebih besar. Kriteria keberhasilannya adalah seorang evaluator harus dapat membuat point 1 sampai dengan 6 secara operasional. c. Objektif dan Cermat Tim evaluator adalah sekelompok orang yang mengemban tugas mengevaluasi program serta ditopang oleh data yang dikumpulkan secara cermat dan objektif. Atas dasar tersebut mereka diharapkan, mengklasifikasikan, mentabulasikan, mengolah dan sebagainya secara cermat dan objektif pula. Khususnya di dalam menentukan pengambilan strategi penyusunan laporan, evaluator tidak boleh memandang satu atau dua aspek sebagai hal yang istimewa dan tidak boleh pula memihak. Kriteria keberhasilan yang dipakai adalah apabila hasil penilaian dari evaluator dapat menunjukkan hasil yang objektif dengan alasan rasional dan didukung oleh data data yang akurat.

d.

Jujur dan Dapat Dipercaya Evaluator adalah orang yang dipercaya oleh pengelola dan pengambil

keputusan, oleh karena itu mereka harus jujur dan dapat dipercaya. Mereka harus dapat memberikan penilaian yang jujur, tidak membuat baik dan jelek, menyajikan data apa adanya. Dengan demikian pengelola dan pengambil keputusan tidalk salah membuat treatment akan programnya. Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan oleh seorang evaluator agar dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara tepat, yaitu :

1. Evaluator hendaknya merupakan evaluator yang otonom artinya orang luar yang sama sekali tidak ada ikatan dengan pengambilan kebijaksanaan maupun pengelola dan pelaksanaan program. 2. Ada hubungan baik dengan responden dalam arti dapat memahami sedalam dalamnya watak, kebiasaan dan cara hidup klien yang akan dijadikan sumber data evaluasi. 3. Tanggap akan masalah politik dan sosial karena tujuan evaluasi adalah pengembangan program. 4. Evaluator berkualitas tinggi, dalarn arti jauh dari biasa. Evaluator adalah orang yang mempunyai self concept yang tinggi, tidak mudah terombang-ambing. 5. Menguasai teknik untuk membuat desain dan metodologi penelitian yang tepat untuk program yang dievaluasi. 7. Bersikap terbuka terhadap kritik. Untuk mengurangi dan menahan diri dari bias, maka evaluator memberi peluang kepada orang luar untuk melihat apa yang sedang dan telah dilakukan. 8. Menyadari kekurangan dan keterbatasannya serta bersikap jujur,

menyampaikan (menerangkan) kelemahan dan keterbatasan tentang evaluasi yang dilakukan. 9. Bersikap pasrah kepada umum mengenai penemuan positif dan negatif. Evaluator harus berpandangan luas dan bersikap tenang apabila menemukan data yang tidak mendukung program dan berpendapat bahwa penemuan negatif sama pentingnya dengan penemuan positif. 10. Bersedia menyebarluaskan hasil evaluasi. Untuk program kegiatain yang penting dan menentukan, hasil evaluasi hanya pantas dilaporkan kepada pengambil keputusan dalam sidang tertutup atau pertemuan khusus. Namun untuk program yang biasa dan dipandang bahwa masyarakat dapat menarik manfaat dari evailuasinya, sebaiknya hasil evaluasi disebarluaskan, khususnya bagi pihak pihak yang membutuhkan.

11. Tidak mudah membuat kontrak. Evaluasi yang tidak memenuhi persyaratan persyaratan yang telah disebutkan sebaiknya tidak dengan mudah menyanggupi menerima tugas karena secara etis dan moral akan merupakan sesuatu yang kurang dapat dibenarkan.

C. Mengapa Dilakukan Evaluasi Pendidikan Evaluasi pendidikan adalah suatu proses pembuatan pertimbangan tentang jasa, nilai, atau manfaat program, hasil dan proses. Evaluasi biasanya dilakukan untuk kepentingan pengambilan keputusan, misalnya tentang akan digunakan atau tidaknya sesuatu sistem, strategi atau metode. Penelitian evaluasi merupakan kegiatan pengumpulan data secara sistematis guna membantu para pengambil keputusan. Para peneliti evaluasi yakin bahwa hasil kerjanya akan bermanfaat bagi para pengambil keputusan dalam mengambil keputusan yang lebih baik jika dibandingkan dengan apabila tidak ada penelitian yang dilakukan. Nana Syaodih Sukamadinata (2005) mengemukakan bahwa tujuan evaluasi adalah untuk menyempurnakan program, kelayakan program, program dilanjutkan atau dihentikan, diubah atau diganti. Sedangkan Suharsimi Arikunto & Cepi Safruddin (2004) menyatakan bahwa ada dua macam tujuan evaluasi yaitu tujuan khusus dan tujuan umum. Tujuan umum diarahkan pada program secara keseluruhan, sedangkan tujuan khusus diarahkan pada masing-masing komponen. Terdapat beberapa alasan yang mendasari adanya evaluai dalam pendidikan , akan tetapi di sini Sumadi Suryabrata membagi tiga kelompok alasan yang mendasar yaitu dasar psikologis, didaktis, dan administrative.

1. Dasar psikologis 1) Di tinjau dari anak didik Anak manusia yang belum dewasa pada umumnya belum mampu memilih ide dan melaksanakannya secara lepas dari pendukung ide tersebut. Mereka belum mandiri dalam menentukan sikap dan tingkah lakunya, dan belum bisa

berpegang pada pedoman yang berasal dari dalam dirinya, melainkan berpegang pada norma-norma yang berasal dari luar dirinya, yaitu orang dewasa dan termasuk pula seorang guru. 2) Di tinjau dari pendidik Orang tua adalah orang yang pertama yang mempunyai kepentingan mengenai pendidikan anak-anakya. Oleh karenanya mereka secara psikologis ingin mengetahui hasil belajar anak-anak mereka. 2. Dasar didaktis 1) Di tinjau dari segi anak didik

Keberhasilan anak didik dalam mencapai status yang terhormat akan menimbulkan kepuasan tersendiri, kepuasan yang senantiasa akan di perolehnya dalam waktu-waktu lain. Akibatnya siswa akan termotivasi dengan cukup besar untuk belajar yang lebih giat lagi, begitu juga sebaliknya, bila siswa mengetahui status dalam kelompoknya, mereka akan berusaha agar hasil yang kurang menyenangkan tidak terulang lagi. 2) Di tinjau dari segi pendidik

Hasil yang di capai oleh siswa akan member petunjuk kepada guru, dalam hal-hal yang dia berhasil dan gagal, karena semua itu akan menjadi bakal mendasar pada saat-saat berikutnya. 3. Dasar administratif Jika semua kebutuhan ingin terpenuhi maka penilaian harus di lakukan karena tanpa data dan informasi yang di peroleh dari evaluasi, maka petugas dalam lembaga pendidikan tidak mungkin dapat mengisi raport, STTB, menentukan naik kelas atau tidak dan sejenisnya. Agar dapat melakukan tugasnya maka seorang evaluator dituntut untuk mampu mengenali komponen-komponen program. Program kerja yang dianggap sebagai perwujudan kinerja dan pengembangan sumber daya pengurus dalam menjalankan perannya. Dengan mengelolanya secara wajar dan berhasil guna akan dapat membantu meningkatkan partisipasi masyarakat di daerah. Karena itu, ketika program tersebut tidak

memperlihatkan hasil yang maksimal diperlukan evaluasi terhadapnya. Pendapatpendapat tersebut dapat saja digolongkan ke dalam dua tujuan pokok, yakni sebagai penyempurnaan program yang biasanya disebut formatif dan untuk memutuskan apakah program diteruskan atau dihentikan, yang sering disebut sumatif. Kegiatan evaluasi program tidak hanya ingin melanjutkan program, tetapi juga menghentikan program, di samping meningkatkan prosedur-prosedur pelaksanaannya, mengalokasikan sumber-sumber kelemahan, tetapi juga menentukan strategi serta teknikteknik tertentu untuk memperbaiki program di masa yang akan datang. Evaluasi pendidikan memberikan manfaat baik bagi siswa/peserta pendidikan, pengajar maupun manajemen. Dengan adanya evaluasi, peserta didik dapat mengetahui sejauh mana keberhasilan yang telah digapai selama mengikuti pendidikan. Pada kondisi dimana siswa mendapatkan nilai yang mernuaskan maka akan memberikan dampak berupa suatu stimulus, motivator agar siswa dapat lebih meningkatkan prestasi. Pada kondisi dimana hasil yang dicapai tidlak mernuaskan maka siswa akan berusaha memperbaiki kegiatan belajar, namun demikian sangat diperlukan pemberian stimulus positif dari guru/pengajar agar siswa tidak putus asa. Dari sisi pendidik, hasil evaluasi dapat digunakan sebagai umpan balik untuk menetapkan upaya upaya meningkatkan kualitas pendidikan.

D. Siapakah Sasaran Evaluasi Pendidikan

Adapun beberapa sasaran evaluasi pendidikan adalah sebagai berikut : 1.Input Input merupakan aspek yang bersifat rohani yang setidak-tidaknya mencakup empat hal yaitu: Kemampuan, Kepribadian, sikap dan inteligensi. 2. Transformasi Unsur-unsur dalam transformasi yang menjadi objek penilaian meliputi: kurikulum atau materi, metode dan cara penilaian, sasaran pendidikan/media, sistem administrasi, guru dan personal lainnya. 3. Output Penilaian terhadap lulusan suatu sekolah dilakukan untuk mengetahui sebeapa jauh tingkat pencapaian/prestasi belajar mereka selama mengikuti program. Alat yang digunakan untuk mengukur pencapaian ini disebut tes pencapaian atau achievement test.

E. kapankah Dilaksanakan Evaluasi Pendidikan Ruang lingkup evaluasi pendidikan mencakup dua sasaran pokok, yaitu : evaluasi makro (program) dan evaluasi mikro (kelas). Secara umum, evaluasi terbagi dalam tiga tahapan sesuai proses belajar mengajar yakni dimulai dari evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi output. Setiap jenis evaluasi memiliki fungsi yang berbeda satu dengan yang lain. Evaluasi input mencakup fungsi kesiapan penempatan dan seleksi. Evaluasi proses mencakup formatif, diagnostik dan monitoring, sedangkan evaluasi output mencakup sumatif. Fungsi kesiapan penempatan dan seleksi adalah penilaian yang ditujukan untuk mengetahui ketrampilan prasyarat yang diperlukan bagi suatu program belajar dan penguasaan belajar seperti yang diprogramkan sebelum memulai kegiatan belajar untuk program tersebut. Fungsi seleksi yaitu penilaian yang bertujuan untuk keperluan seleksi, seperti ujian saringan masuk perguruan tinggi tertentu dengan berdasarkan kriteria tertentu. Fungsi formatif yaitu penilaian yang dilaksanakan pada akhir program belajar mengajar untuk melihat tingkat keberhasilan proses belajar mengajar. Adapun fungsi diagnostik dan monitoring adalah penilaian yang bertujuan untuk mengidentifikasi kelemahan kelemahan siswa dan faktor yang menjadi penyebab serta menetapkan cara untuk mengatasi kesulitan belajar tersebut. Fungsi sumatif adalah penilaian yang dilaksanakan pada akhir unit program, dengan tujuan untuk melihat hasil yang dicapai oleh para siswa. Dengan kata lain berfungsi untuk mengetahui seberapa jauh suatu proses pendidikan telah mencapai tujuan yang telah ditentukan. F. Dimanakah Evaluasi Pendidikan Dilaksanakan Dalam konteks pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan hasil kerja siswa, Nitko dan Brookhart (2007) mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses penetapan nilai yang berkaitan dengan kinerja dan hasil karya siswa. Fokus evaluasi dalam konteks ini adalah individu, yaitu prestasi belajar yang dicapai kelompok siswa atau kelas.

Konsekuensi logis dari pandangan ini, mengharuskan evaluator untuk mengetahui betul tentang tujuan yang ingin dievaluasi. Beberapa hal yang dapat dijadikan sebagai objek evaluasi yaitu prestasi belajar, perilaku, motivasi, motivasi diri, minat, dan tanggung jawab. dari pernyataan di atas dapat dikemukakan bahwa evaluasi pendidikan dilaksanakan di dalam ruang lingkup pendidikan, maksudnya lebih mengarah dalam arti kegiatan yang dilaksanakan bukan pada tempat yang disediakan, sehingga penerapan evaluasi pendidikan dapat dilaksanakan di manapun selama masih dalam ruang lingkup pendidikan.

Kajian Pustaka
Suharsimi, Arikunto. Dasar-Dasar Evaluasi Dalam Pebdidikan. Jakarta: Bumi Aksara. 2008

http://guruidaman.blogspot.com/2011/11/pengertian-prinsip-evaluasi-dan-model.html http://riniastuti0909.blogspot.com/2012/04/sasaran-evaluasi.html

Anda mungkin juga menyukai