Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH GEOLOGI LAUT DEPOSIT SEDIMEN

Disusun oleh :
RAHTYA LUHCITA A. ARBYANTO AZMI HARRY MUHAMMAD H NAUFAN INDRA IKHSAN ANGGA PRATAMA N. LUTHFIYYAH AZIZAH ANDI DESANDI YUSHAR RONA SANDRO FATIMAH MAULIDA 230210110028 230210110029 230210110030 230210110031 230210110032 230210110033 230210110034 230210110035 230210110036

ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012

DAFTAR ISI
MAKALAH GEOLOGI LAUT...................................................................1 DEPOSIT SEDIMEN...................................................................................1 RAHTYA LUHCITA A. 230210110028...................................................1 ILMU KELAUTAN.....................................................................................1 FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN.............................1 UNIVERSITAS PADJADJARAN..............................................................1 2012..............................................................................................................1 DAFTAR ISI.................................................................................................i BAB I. PENDAHULUAN...........................................................................1 Latar Belakang.........................................................................................1 1.2. Tujuan...............................................................................................1 1.3. Manfaat.............................................................................................2 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.................................................................3 2.1. Pengertian Mineral............................................................................3 2.2. Pembentukan Endapan Mineral........................................................6 2.2.1. Proses Magmatis........................................................................7 2.2.2. Proses Pegmatisme...................................................................10 2.2.3. Proses Pneumatolisis................................................................10 2.2.4. Proses Hydrotermal..................................................................10 2.2.5. Proses Replacement (Metasomatic replacement).....................12 2.2.6. Proses Sedimenter....................................................................15 2.2.7. Proses Evaporasi......................................................................15

2.2.8. Konsentrasi Residu dan Mekanik.............................................15 2.2.9. Supergen enrichment................................................................16 2.2.10. Metamorfisme........................................................................16 BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN...................................................17 3.1. Kesimpulan.....................................................................................17 3.2. Saran................................................................................................17 DAFTAR PUSTAKA................................................................................18

ii

BAB I. PENDAHULUAN

Latar Belakang
Proses proses pembentukan endapan mineral mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaan dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi penyelidikan , pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan distribusi unsur unsur kimia, aspek fisika dan biologis. Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.

1.2. Tujuan
1. Mengetahui proses pembentukan deposit mineral 2. Mengetahui sebaran deposit meneral 3. Mengetahui potensi dari deposit mineral

1.3. Manfaat
1. Dapat Mengetahui proses pembentukan deposit mineral (endapan mineral), baik yang memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis 2. Dapat mengetahui daerah mana saja yang dominan terhadap sebaran dari deposit mineral 3. Di samping itu, kita juga dapat mengetahui potensi dari deposit mineral itu sendiri, baik yang bersifat positif maupun yang negatif.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Mineral


Menurut defenisi klasik, mineral adalah suatu benda padat anorganik yang terbentuk secara alami, bersifat homogen, yang mempunyai bentuk kristal dan rumus kimia yang tetap. Dan menurut defenisi kompilasi, mineral adalah suatu zat yang terdapat dialam dengan komposisi kimia yang khas, bersifat homogen, memiliki sifat-sifat fisik dan umumnya berbentuk kristalin yang mempunyai bentuk geometris tertentu. Hal yang membedakan kedua defenisi tersebut adalah pada defenisi klasik, yang termasuk mineral hanyalah benda atau zat padat saja. Dan pada defenisi kompilasi, mineral mempunyai ruang limgkup yang lebih luas karena mencakup semua zat yang ada dialam yang memenuhi syarat-syarat dalam pengertian tersebut. Hal ini salah satunya disebabkan karena ada beberapa bahan yang terbentuk karena penguraian atau perubahan sia-sisa tumbuhan dan hewan secara alamiah juga digolongkan kedalam mineral, seperti batubara, minyak bumi dan tanah diatome. Mineral termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam-garam sederhana sampai silikat yang sangat kompleks dengan ribuan bentuk yang diketahui (senyawaan organik biasanya tidak termasuk). Mineralogi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang mineral. Mulai dari pembagian atau penggolongan mineral, pengenalan sifat-sifat mineral, pendeskripsian mineral dan semua hal yang berkaitan dengan mineral. Untuk mempelajari tentang mineral, tentu harus terlebih dahulu mengetahui sifat-sifat yang ada pada mineral tersebut. Ada beberapa sifat mineral, yaitu sifat fisik secara teoritis dan sifat fisik secara determinasi (laboratorium). Sifat fisik secara teori hanya bisa menggambarkan sebagian dari sifat-sifat mineral dan tidak dapat digunakan sebagai pedoman untuk menentukan atau membedakan mineral-mineral yang ada, karena hanya terdapat pada sebagian mineral saja. Adapaun sifat-sifat mineral secara teori tersebut adalah :

1.Suhu Kohesi Sifat kohesi mineral adalah kemampuan atau daya tarik-menarik antar atom pada sebuah mineral. Pada mineral, antar mineral-mineral yang sejenis, akan mempunyai daya tarik-menarik yang menyebabkan mineral-mineral tersebut cenderung akan terkumpul dalam suatu jumlah tertentu dalam suatu daerah. Hal ini disebabkan oleh susunan atom-atom atau komposisi kimia dalam mineral yang tetap. Daya tarik-menarik ini juga dapat dipengaruhi oleh suhu. Suhu yang mempengaruhi daya tarik-menarik atau kohesi ini disebut suhu kohesi. 2. Reaksi Terhadap Cahaya Mineral cenderung akan bereaksi terhadap cahaya yang dating atau dikenai padanya. Reaksi ini pada umumnya dapat terlihat oleh mata kita. Namun, sifat ini tidak dapat dijadikan penentu untuk membedakan mineral. Karena kecenderungan timbulnya reaksi yang sama pada mineral-minera bila terkena cahaya. Reaksireaksi yang terjadi pada mineral akan menimbulkan atau menampakkan sifat fisik mineral secara determinasi seperti warna, gores, kilap, transparansi dan perputaran warna. 3. Perawakan Kristal Perawakan kristal pada mineral diartikan sebagai kenampakkan sekelompok mineral yang sama yang tumbuh secara tidak sempurna karena ada gangguan dari sumber utama mineral maupun gangguan dari lingkungan tempat terjadinya mineral, sehingga mineral tidak terbentuk dengan sempurna yang menyebabkan ada perbedaan bentuk dan ukuran mineral. Kenampakkan tersebut sering disebut sebagai struktur mineral. 4. Sifat Kelistrikan Sifat kelistrikan pada mineral adalah kemampuan mineral untuk menerima dan juga meneruskan aliran listrik yang dikenakan padanya. Pada mineral hanya

ada dua jenis sifat kelistrikan. Yaitu, yang dapat menghantarkan listrik (konduktor) dan yang tidak dapat menghantarkan listrik (isolator). 5. Sifat Radioaktivitas Sifat Radioaktivitas mineral tercermin dari unsur-unsur kimia yang ada dalam mineral tersebut yang unsure-unsur tersebut dapat mengeluarkan sinar-sinar , , dan . Ada mineral-mineral unsure-unsur yang dapat bersifat radioaktiv seperti Uranium(U), Radium(Ra), Thorium(Th), Plumbum(Pb), Vanadium(V) dan Kalium(K). Biasanya, mineral_mineral yang bersifat radioaktiv dijumpai dalam mineral-mineral ikutan atau mineral-minera yang terbetas jumlahnya. Kegunaan dari mineral-mineral radioaktiv adalah dapat digunakan sebagai sumber energi dan dapat juga digunakan untuk mengukur waktu Geologi dengan cara menghitung waktu paruhnya (half time). 6. Gejala Emisi Cahaya Gejala emisi cahaya adalah gejala sumber cahaya yang dihasilkan dalam proses-proses tertentu. Misalnya, proses radiasi dan keluarnya sinar Ultraviolet. Mineral Phospor yang pada waktu malam mengeluarkan cahaya adalah contoh emisi cahaya yang terus-menerus, demikian juga halnya yang terjadi pada mineral Radium(Ra). Cahaya tersebut merupakan gelombang cahaya yang dikeluarkan oleh mineral, dimana panjang gelombang cahaya tersebut lebih panjang daripada gelombang cahaya biasa. Hanya ada beberapa mineral yang dapat menimbulkan emisi cahaya seperti Phospor, Radium dan Flouride. 7. Bau dan Rasa Bau pada mineral dapat diamati jika bentuk fisik mineral tersebut dapat diubah menjadi gas. Jenis-jenis bau mineral adalah: Bau Sulforous adalah bau yang seperti bau Sulfur(S). Bau Bituminous adalah bau yang seperti Ter Bau Argillerous adalah bau seperti lempung(tanah).

Seperti halnya bau, rasa pada mineral hanya dapat diamati jika bentuk fisik mineral diubah menjadi cair. Berikut adalah jenis-jenis rasa pada mineral : 5

Rasa Saline atau rasa seperti garam(asin). Rasa Alkaline atau rasa seperti logam atau soda. Rasa Witter atau rasa pahit. mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan

Setiap

memperkembangkan bentuk kristalnya yang khas, yaitu suatu wajah lahiriah yang dihasilkan struktur kristalen (bentuk kristal). Ada mineral dalam keadaan Amorf, yang artinya tak mempunyai bangunan dan susunan kristal sendiri (misalnya kaca & opal). Tiap-tiap pengkristalan akan makin bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat.

2.2. Pembentukan Endapan Mineral


Proses proses pembentukan endapan mineral mineral baik yang memiliki nilai ekonomis,maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan , keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaan dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi penyelidikan , pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu endapan mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh,antara lain banyaknya dan distribusi unsur unsur kimia, aspek fisika dan biologis. Secara umumnya proses pembentukan endapan mineral baik jenis endapan logam maupun non logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma ,dan endapan mineral ekonomis selain karena aktifitas magma ,juga dapat dihasilkan dari proses alterasi yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor.Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor faktor tertentu. Proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu baik yang bernilai ekonomis maupun mineral

yang hanya bersifat sebagai gangue mineral, tetapi disini akan difokuskan pada pembentukan mineral secara magmatic concentration.

2.2.1. Proses Magmatis Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Magmatik awal, yang terbagi atas: Disseminated, contohnya Intan Segregasi, contohnya Crhomite Injeksi, Contohnya Kiruna Magmatik akhir, yang terbagi atas: Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

Magmatik Awal Deposit magmatik awal dihasilkan dari pembekuan magma langsung yang disebut orthotectic dan orthomagmatic. Deposit ini terbentuk oleh : (1) kristalisasi langsung tanpa konsentrasi (2) segregasi kristal yang terbentuk lebih dahulu dan (3) injeksi material padat ke tempat lain oleh difrensiasi. Mineral bijih mengkristal lebih dulu dibanding batuan silikat dan sebagian kemudian terpisah karena difrensiasi kristalisasi. a. Diseminasi Proses kristalisasi magma untuk pertama kali, terjadi relatif pada kedalaman besar, menghasilkan batuan beku granular. Kristal mineral (termasuk 7

mineral bijih dalam bentuk fenokris) yang terbentuk dalam proses ini tidak terkonsentrasi, tapi tersebar merata (disseminated) di dalam tubuh batuan beku intrusive, bisa berbentuk dike, pipa atau massa berbentuk stok. Ukuran depositnya sangat besar dibandingkan jenis deposit lainnya. Contoh deposit adalah pipa intan Afrika Selatan yang tersebar merata dalam batuan kimberlite dan korundum yang tersebar dalam nephelin syenite di Ontario. b. Segregasi Segregasi magmatik awal adalah konsentrasi pertama pertama yang menghasilkan unsur-unsur berharga dari magma, terbentuk karena difrensiasi kristalisasi akibat gaya gravitasi. Karena kristalisasi tersebut, sebagian material menjadi lebih berat dari larutan sehingga material tersebut terendapkan dan terakumulasi pada bagian bawah dapur magma. Bentuk deposit mineral jenis ini biasanya lenticular dan berukuran kecil. Kadang juga ditemukan dalam bentuk layer dalam batuan induk. Contoh depositnya adalah deposit kromit Bushveld Igneous Complex (BIC) di Afrika Selatan. c. Injeksi (Injections) Beberapa deposit bijih magmatik terbentuk dalam grup ini. Mineral bijih kemungkinan terbentuk karena difrensiasi kristalisasi, lebih dulu atau bersamaan dengan dengan mineral batuan silikat yang berasosiasi dengan mineral bijih tersebut. Mineral-mineral yang terbentuk tidak terakumulasi pada tempatnya terendap, tapi di-injeksi-kan dan terkonsentrasi pada batuan samping. Contoh deposit seperti ini adalah dike titanoferous magnetit di Cumberland, dan pipa platinum di Afrika selatan. Magmatik Akhir Deposit magmatik akhir terdiri atas deposit mineral bijih yang mengkristal dari magma residual setelah pembentukan batuan silikat sebagai bagian akhir dari proses magmatik. Gejala yang sering diperlihatkan berupa pembentukan mineralmineral kemudian yang memotong endapan magmatik awal, dicirikan oleh adanya reaction rim pada sekeliling mineral yang telah terbentuk. Deposit yang terbentuk berasal dari proses difrensiasi kristalisasi, akumulasi gravitatif dari heavy residual liquid, dan pemisahan liqud sulfide droplets (yang disebut liquid immiscibility), dan berbagai bentuk difrensiasi lainnya. Perbedaan nyata antara proses magmatik awal dan akhir adalah deposit magmatic awal terbentuk pada tempat dimana tubuh intrusi batuan beku (magma) terbentuk dan setelah akumulasi mineral bijih membeku, tidak ada lagi perpindahan tempat. Sedang pada deposit magmatik akhir, kadang-kadang akumulasi tersebut masih berpindah dan diendapkan pada batuan samping. a. Residual Liquid Segregation 8

Pemisahan yang terjadi di dalam dapur magma oleh proses difrensiasi kristalisasi sudah terjadi mulai dari tahap awal sampai konsolidasi akhir. Karena mineral-mineral mafik mengkristal lebih dulu, maka magma residu yang lebih bersifat felsik menjadi sangat kaya akan silika, alkali, dan air. Kristal yang terbentuk pertama cenderung akan bergerak ke dasar dapur magma karena berat jenisnya lebih besar dari liquid residu-nya. Deposit mineral pada tipe ini terbentuk karena adanya proses difrensiasi kristalisasi dan akumulasi magma residual. Contoh endapannya adalah deposit Titanomagnetik di Bushveld. b. Residual Liquid Injection Liquid residual yang banyak mengandung logam yang terakumulasi di dalam dapur magma, sebelum terkonsolidasi, bisa mengalami pergerakan dan diinjeksikan ke tempat lain yang tekanannya lebih rendah (karena adanya tekanan dari batuan induk atau tekanan dari dalam magmanya sendiri) membentuk mineral-mineral berikutnya secara terkonsentrasi (Residual Liqud Injection). c. Residual Liquid Pegmatitic Injection Pembentukan pegmatitik dihasilkan dari injeksi fluida magmatik yang mengandung bahan-bahan mineral pembentuk batuan yang masih tersisa, air, karbondioksida, konsentrasi rare elements, mineralizers, dan logam. Beberapa deposit pegmatite memiliki deposit mineral berharga dan layak untuk dieksploitasi. Tubuh pegmatitik biasanya berupa intrusi dike atau intrusi irregular. Pegmatit yang memiliki nilai ekonomi umumnya berasosiasi dengan batuan beku felsik seperti granit dan diorit. Deposit pegmatite dicirikan oleh dominasi kuarsa, feldspar, dan mika; mineral tersebut membentuk zonasi dari dinding (wall) ke inti (core) injeksi. Feldspar dan mika dominan pada bagian dinding hingga intermediet, kuarsa dominan pada bagian inti. Kristal-kristal besar pada zona inti dihasilkan dari fluiditas magma yang sangat tinggi (viskositas rendah) memungkinkan ion-ion dapat bergerak lebih cepat untuk membentuk muka kristal. Deposit logam yang cukup penting adalah tantalium, niobium, tin, tungsten, molybdenum, dan uranium. Disamping itu, terdapat pula deposit mineral industri seperti feldspar, mika, kuarsa, korondum, kriolit, gemstone, rare earth, dan mineral-mineral yang mengandung beryllium, lithium, cesium, dan rubidium. d. Immiscible Liquid Injection Jika fraksi yang kaya akan sulfida telah terakumulasi (seperti dijelaskan diatas) dan kemudian mengalami gangguan sebelum terkonsolidasi, fraksi tersebut akan mendesak ke dinding dapur magma membentuk celah atau membentuk daerah breksiasi pada batuan samping dan akhirnya terkonsolidasi membentuk immiscible liquid injection.

Setelah proses-proses di atas terjadi (Early Magmatic Process dan Late Magmatic Process) jika magma asalnya banyak mengandung unsur volatile, maka unsureunsur volatile tersebut bersama larutan sisa, disebut larutan magma sisa (rest magma) akan membentuk jebakan transisi ke pegmatitit-pneumatolitis. Apabila pembentukan deposit pegmatitit-pneumatolitis sudah berakhir, maka larutan sisa magmanya akan sangat encer, karena tekanan gasnya sudah menurun dengan cepat. Larutan terakhir ini akan membentuk jebakan hidrotermal.

2.2.2. Proses Pegmatisme Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600C sampai 450C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

2.2.3. Proses Pneumatolisis Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineral pneumatolitis.

2.2.4. Proses Hydrotermal Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas : Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah : Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.

10

Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar. Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi. Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z. Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya : Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal. Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi. Tekstur akibat cavity filling jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa crustification dan banding. Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn. Proses pengayaan sering terjadi. Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut : Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah. Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi). Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi. Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein). Struktur khas yang sering terjadi adalah cockade structure. Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral ganguenya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity filling. Cavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan

11

collapse), Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.

2.2.5. Proses Replacement (Metasomatic replacement) Adalah proses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineralmineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated. Metasomatisme Kontak Umumnya magma tidak sempat mencapai permukaan bumi, tapi terkonsolidasi di dalam kerak bumi. Selama proses konsolidasi tersebut (1) emanasi fluida bertemperatur tinggi (selama atau sesaat setelah konsolidasi magma) menghasilkan efek pada invaded rock, dan (2) kristalisasi cenderung menyebabkan konsentrasi volatil dalam residual liquid bertambah, sehingga pada akhir konsolidasi terdapat volatile dalam jumlah besar yang akan bereaksi dengan batuan samping. Efek emanasi magma pada batuan samping terdiri atas dua tipe, yaitu (1) efek panas tanpa aksesi dari magma yang menghasilkan metamorfisme kontak, dan (2) efek panas yang disertai aksesi dari dapur magma yang menghasilkan metasomatisme kontak. Kedua tipe tersebut agak sulit dibedakan, dalam kaitannya

12

dengan deposit mineral metamorfisme kontak jarang menghasilkan deposit mineral yang cukup ekonomis dan sebaliknya metasomatisme kontak sering menghasilkan deposit mineral yang ekonomik. Metamorfisme kontak memperlihatkan sifat-sifat yang dipengaruhi oleh : (1) endogene atau efek internal pada daerah diluar margin tubuh intrusif dan (2) exogene atau efek eksternal pada batuan yang kontak dengan intrusi magma. Dalam semua alterasi tersebut komposisi kimia batuan hampir tidak ada perubahan. Alterasi semakin kuat pada daerah yang dekat dengan tubuh intrusi dan menghasilkan suatu metamorphic aureule disekitar intrusi dalam berbagai bentuk dan ukuran tergantung pada bentuk dan ukuran intrusi. Metasomatisme kontak berbeda dengan metamorfisme kontak dalam hal banyaknya accessions dari magma yang terlibat dalam reaksi. Dalam reaksi metasomatik dengan batuan kontak, mineral baru yang terbentuk dibawah kondisi temperatur dan tekanan yang tinggi bisa terdiri atas sebagian atau seluruhnya berasal dari magma. Mineraloginya pun lebih bervariasi dan kompleks dibanding metamorfisme kontak, sedang depositnya terbentuk dengan baik terutama pada batuan calcareous. Proses dan Efek Emanation membawa unsur-unsur yang me-replace the intruded rock membentuk mineral logam dan non-logam yang terdistribusi secara tidak teratur dalam contact aureule. Tapi tidak semua intrusi magma dapat menghasilkan deposit metasomatisme kontak berharga karena sangat terkait dengan tipe magma dan lingkungan pembentukannya. Magma harus mengandung unsur-unsur berharga, dan batuan kontak harus berupa batuan yang reaktif dan pada the invaded zone sebaiknya dapat dicapai oleh sirkulasi air konat dan air meteorik.

13

Temperatur. Semakin jauh dari zona kontak, temperatur semakin menurun. Penurunan tersebut (secara gradual selama pendinginan magma yang lambat) menyebabkan terjadinya zona mineralisasi disekitar tubuh intrusif. Disamping temperatur, zonasi tersebut juga sangat tergantung pada chemical gradient. Kehadiran mineral wollastonite, andalusite, sillimanite, kyanite, kuarsa, dan lainlain, mengindikasikan bahwa metasomatisme kontak terjadi pada temperatur antara 300o-800oC, meski bisa juga (sangat jarang) terbentuk pada temperatur yang lebih tinggi. Rekristalisasi, Rekombinasi, dan Accessions. Rekristalisasi dan rekombinasi mineral penyusun batuan terjadi pada alteration halo. Rekristalisasi adalah indikasi paling ringan dalam aksi kontak magma dengan invaded rock, terbentuk pada zona alterasi terluar. Rekombinasi ion-ion terjadi dengan penambahan material dari magma. Sebagai contoh, mineral AB dan CD te-rekombinasi menjadi AC dan BD, kemudian menjadi ACX dan BDY, dimana X dan Y adalah Accessions dari magma. Dolomit + kuarsa (+ temperatur tinggi) tremolite, kemudian seiring dengan naiknya temperatur terbentuk forsterite, diopside, periclase, wollastonite, monticellite, spurrite, merwinite, dan larnite. Magmatic accession terutama terdiri atas logam-logam, silika, sulfur, boron, chloride, fluorine, potassium, magnesium, dan sejumlah sodium. Perubahan Volume. Berbagai penelitian menunjukkan adanya ekspansi volume dalam metasomatisme kontak. Lingdren yang meneliti deposit metasomatik di Morenici, Arizona, menunjukkan jika CaO dalam 1cc CaCO3 dikonversi menjadi andradit

14

garnet, volume CaO akan berubah menjadi 1,40cc, atau terjadi ekspansi volume hampir setengah dari volume semula. Tahap Pembentukan. Metasomatisme kontak mulai terjadi sesaat setelah intrusi dan berlanjut hingga setelah bagian terluar intrusif terkonsolidasi. Secara umum, tahap pertama terjadi rekristalisasi dan rekombinasi dengan atau tanpa accessions dari magma. Mineral yang pertama terbentuk adalah mineral-mineral silikat. Magnetit dan hematite kadang terbentuk bersamaan atau sesudah pembentukan mineral-mineral silikat tersebut, tapi secara umum kedua jenis mineral tersebut (silikat dan oksida) mendahului pembentukan mineral-mineral sulfida. Berturut-turut terbentuk pyrite dan arsenopyrite, disusul oleh pyrhotite, molybdenite, sphalerite, chalcopyrite, galena, dan paling akhir terbentuk sulfo-salts. Pada beberapa tempat, sulfida ditemukan terbentuk bersamaan dengan silikat, namun ini sangat jarang terjadi. Transfer material antara fluida magmatik dengan batuan samping terutama terjadi pada periode akhir konsolidasi magma, yaitu setelah pendinginan border atau chill zone dan selama akumulasi magma sisa dimana mineralizer mulai terbentuk.

2.2.6. Proses Sedimenter Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

2.2.7. Proses Evaporasi Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah. 2.2.8. Konsentrasi Residu dan Mekanik Terdiri atas : Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lainlain.

15

Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.

2.2.9. Supergen enrichment

2.2.10. Metamorfisme Terbagi metamorfisme atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan

16

BAB III. KESIMPULAN DAN SARAN


3.1. Kesimpulan 3.2. Saran

17

DAFTAR PUSTAKA
Asisten, Team. 2003. Penuntun Praktikum Kristalografi dan Mineralogi. Institut Teknologi Medan Mondadori, Arlondo. 1977. Simons & Schusters Guide to Rocks and Minerals. Milan : Simons & Schusters Inc. Noor, D. 2008. Pengantar Geologi. Bogor : Universitas Pakuan Salisbury, Edwar Dana. 1921. A Textbook of Mineralogy. New York : JohnWiley & Sons.

18

Anda mungkin juga menyukai