Anda di halaman 1dari 20

Presentasi kasus 201 2

LAPORAN KASUS PSIKIATRI RSPAD GATOT SUBROTO JAKARTA =============================================================== I. IDENTITAS PENDERITA Nama Umur Jenis Kelamin Pekerjaan Pendidikan Agama Suku Alamat Status Tanggal Masuk RS II. : Tn. S : 38 tahun : Laki-laki : PNS MABES TNI AD : SMA Persamaan : Islam : Betawi : Kp. Pedurenan RT:22 RW:05 Jati asih, Bekasi : Menikah : 19 September 2012

RIWAYAT PSIKIATRI Pasien mengamuk.

II.1 KELUHAN UTAMA

II.2 RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG 19 September 2012 Alloanamnesis dengan istri pasien (Paviliun Amino) Alloanamnesis dilakukan saat pasien datang ke Paviliun Amino RSPAD Gatot Subroto Jakarta pada tanggal 19 September 2012. 3 jam SMRS pasien mengamuk dengan menendang-nendang pintu kamar. Menurut istri pasien sudah 10 hari ini pasien tidak minum obat dikarenakan istri pasien sedang dinas ke luar kota dan tidak ada yang mengingatkan pasien untuk minum obat. Sejak 10 hari tersebut paien mulai sering bicara sendiri, pasien mengatakan ada Nabi Ibrahim dan Sulaiman di rumah. Pasien juga membuang pot bunga, kamar dan baju-baju di siram air karena merasa pot bunga dan baju-baju tersebut jahat. Pasien susah tidur, badan tampak kaku, mulut komat-kamit, tidak mau makan, mandi dan tidak mau bicara.

18

Presentasi kasus 201 2

28 September 2012 Autoanamnesis (Paviliun Amino) Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 28 September 2012, pasien mengatakan dirinya di bawa ke Paviliun Amino dengan di antar oleh istri, adik ipar dan tetangganya karena pasien mengamuk, pasien menendang-nendang pintu kamar sehingga banyak tetangganya yang datang. Pasien mengatakan alasan ia menendang pintu karena merasa ada bos nya yang terkunci di dalam, saat pintu akhirnya berhasil di buka, pasien mengatakan ada beberapa bosnya keluar dari dalam kamar tersebut berlarian keluar. Pasien juga mengatakan sering didatangi oleh para Nabi yang mebisikan hal-hal yang baik. Pasien juga mengatakan sudah 10 hari tidak minum obat karena merasa dirinya tidak sakit. Pasien merasa akan dijahati oleh orang lain. Ketika pemeriksa melakukan anamnesa, sering kali pasien mengatakan iya-iya, saat ditanyakan, pasien menjawab sedang dibisikan hal-hal baik oleh para Nabi. Kata pasien para Nabi tahu bila ada orang yang ingin menjahati pasien dan akan melindungi pasien dari orang jahat tersebut. II.3 RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA A. Riwayat gangguan psikiatri Sejak tahun 2003, pasien kurang lebih telah 10 kali dirawat di paviliun Amino setiap tahunnya minimal sekali. Istri pasien mengatakan pasien tidak rutin minum obat di rumah karena merasa dirinya sehat. Pertama kali pasien dirawat tahun 2003 karena pasien merasa selalu salah dalam bekerja. Kemudian mulai tidak mau berbicara, badan tampak kaku, tidak mau makan dan minum, sulit tidur dan mengurung diri di kamar. Pada perawatan pertama di Paviliun Amino RSPAD, pasien dirawat selama kurang lebih 2 minggu dengan pengobatan berupa stelazine, klorpromazin, risperidon dan amitripilin. Keadaan pasien membaik dan rutin kontrol ke poli jiwa RSPAD namun hampir setiap tahun pasien kambuh dan kembali di rawat di Paviliun Amino karena ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat. Dalam keluarga ada yang mengalami hal serupa dengan pasien, yaitu

18

Presentasi kasus 201 2


sepupu dari ayah pasien.
B. Riwayat Penyakit Sistemik

Pasien tidak memiliki kelainan bawaan sejak lahir, tidak menderita sakit serius sampai di rawat di RS. Pasien juga tidak memiliki riwayat kejang, darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung dan penyakit lainnya.
C. Riwayat Penggunaan zat psikoaktif

Menurut pengakuan pasien memiliki kebiasaan merokok namun tidak sering, biasanya 2 batang per hari. Pasien tidak mengkonsumsi alkohol. II.4 Riwayat kehidupan pribadi A. Riwayat prenatal dan perinatal Menurut istri pasien, pasien dilahirkan cukup bulan, lahir normal tanpa ada trauma dengan bantuan bidan. Kelahiran pasien dikehendaki orangtuanya.
B. Masa kanak-kanak dini (0-3 tahun)

Pasien diasuh oleh ibu pasien diberi ASI sampai usia 10 bulan. Pasien tidak pernah mengalami kejang, maupun penyakit lainnya yang dapat mempengaruhi tumbuh kembangnya.
C. Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

Pasien tumbuh seperti anak seusianya, tidak ada gangguan pertumbuhan. Namun pasien merupakan anak yang pemalu dan pendiam. D. Masa pubertas dan remaja Pasien termasuk orang yang cukup pemalu dan pendiam. Hubungan pasien di rumah dengan anggota keluarga kurang komunikasi, hanya bicara yang seperlunya saja. Pasien tamatan SMA Persamaan. Pendidikan pasien sejak SD, SMP dan SMA Persamaan di Pedurenan, Bekasi. E. Masa dewasa Riwayat pekerjaan Pasien bekerja PNS di MABES TNI AD sebagai supir Brigjen namun sejak pasien sakit, pasien hanya bekerja sebagai pengantar surat di MABES TNI AD. Pasien mengatakan jarang berkomunikasi dengan reksn kerjanya. Aktivitas sosial

18

Presentasi kasus 201 2


Sebelum sakit, pasien adalah orang yang tidak suka ikut dalam kegiatan sosial. Pasien cenderung tertutup dan jarang bersosialisasi dengan orang lain. Riwayat pernikahan Pasien menikah pada tahun 1997. Pasien mengenal istrinya sejak Sekolah Dasar dan mereka adalah tetangga. Pasien mengatakan bahwa istrinya adalah satu-satunya sahabat, tempat curhat. Istri pasien bekerja sebagai guru SMP. Pasien memiliki 3 orang anak, anak tertuanya berjenis kelamin perempuan yang sekarang sudah kelas 2 SMP, anak keduanya berjenis kelamin laki-laki dan sudah kelas 3 SD dan yang terakhir anak laki-laki sudah kelas 2 SD. Masalah seksual Pasien dan istri pasien mengatakan tidak pernah mengalami masalah seksual. Agama Pasien beragama Islam. Pasien mengatakan bahwa pasien menjalankan ibadah sholat. Menurut istri pasien, ketika di rumah, pasien rajin menjalankan ibadah sholat 5 waktu walau terkadang hanya sujud saja, ruku saja ataupun dengan lengkap. Pasien juga terkadang membaca Al-Quran. Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan pengajian dilingkungannya. Riwayat hukum Tidak ada riwayat kriminal selama kehidupan pasien. Riwayat keluarga Pasien adalah anak ke lima dari enam bersaudara. Semua saudara pasien telah berkeluarga. Menurut istri pasien, ada keluarga yang memiliki keluhan yang sama seperti pasien yaitu sepupu dari ayah pasien dan telah meninggal dunia sejak 12 tahun. Pasien menikah pada tahun 1997 dan dikaruniai tiga orang anak. Anak pertama perempuan dan telah sekolah kelas 2 SMP, anak kedua laki-laki telah sekolah kelas 3 SD dan anak ketiga laki-laki dan sekolah kelas 2 SD.

18

Presentasi kasus 201 2

Genogram

Situasi kehidupan sekarang Saat ini pasien sudah bisa di ajak berkomunikasi. Pasien sudah tidak mengamuk. Namun pasien masih mendengar suara para Nabi yang membisikan hal-hal baik kepada pasien. Selama di bangsal, pasien mengurus dirinya dengan baik. Pasien sudah mau mandi, membersihkan diri dan makan. Pasien mengatakan dirinya tidak sakit.

Situasi kehidupan sekarang Saat ini pasien sudah bisa di ajak berkomunikasi. Pasien sudah tidak mengamuk. Namun pasien masih mendengar suara para Nabi yang membisikan hal-hal baik kepada pasien. Selama di bangsal, pasien mengurus dirinya dengan baik. Pasien sudah mau mandi, membersihkan diri dan makan.

Persepsi pasien tentang diri sendiri dan kehidupannya

18

Presentasi kasus 201 2


Pasien tahu saat ini ia berada di poli jiwa RSPAD. Pasien merasa saat ini dirinya tidak sakit.

Persepsi keluarga tentang diri pasien Istri pasien menyadari adanya perubahan pada pasien dikarenakan pasien merasa jabatannya tidak naik-naik, hal ini membuat pasien merasa gelisah dan tidak bisa tidur.

Mimpi Pasien mengatakan bercita-cita ingin menjadi tentara, namun karena merasa tubuhnya tidak tinggi, pasien membatalkan niatnya untuk mendaftar sebagai tentera dan mendaftarkan diri sebagai PNS.

III. Status Mental III.1 Deskripsi umum 1. Penampilan Pasien berjenis kelamin laki-laki usia 38 tahun, penampilan sesuai usia, tampak tenang, kebersihan dan perawatan diri cukup, kumis dan jenggot di cukur, berkulit sawo matang, menggunakan pakaian sewajarnya dan menggunakan alas kaki. 2. Perilaku dan aktivitas psikomotor Pada saat wawancara pasien duduk dengan tenang di kursi. Kontak mata terjadi selama wawancara. Pasien mengatakan mendengar bisikkan para Nabi. 3. Pembicaraan Pasien menjawab pertanyaan dengan sopan, spontan, irama teratur, artikulasi jelas, isi pembicaraan dapat dimengerti. III.2 Mood dan afek
1. Mood 2. Afek

: cenderung hipotimik : terbatas

3.

Keserasian : Serasi antara mood dan afek

18

Presentasi kasus 201 2


III.3 Sensorium dan Kognisi 1. Taraf kesadaran dan kesiagaan Kuantitas : Kompos mentis dan kesiagaan baik

Kualitas

Respon buka mata: spontan membuka mata Respon motorik: mengikuti perintah Respon verbal: berorientasi dengan baik

2.

Daya konsentrasi Pasien mampu menjawab hasil perhitungan (8+2,205,4x5 ).

3.

Orientasi Waktu Tempat Orang : Baik, pasien dapat membedakan saat pagi, siang, dan malam.. : Baik, pasien mengetahui saat ini sedang berada di Paviliun Amino RSPAD Gatot Subroto. : Baik, pasien dapat mengenali dokter pemeriksa, dokter muda, perawat. : pasien masih ingat dimana pasien sekolah SD, : pasien dapat mengingat nama orang yang : pasien mampu mengulang 10 angka secara

4.

Daya ingat

Daya ingat jangka panjang SMP dan SMA. Daya ingat jangka pendek Daya ingat segera

disebutkan pemeriksa kurang lebih sepuluh menit yang lalu. berurutan sesudah diucapkan pemeriksa. 5. 6. Kemampuan membaca dan menulis Dapat menulis dan membaca dengan baik. Berpikir abstrak

18

Presentasi kasus 201 2


Kurang, pasien tidak dapat menjelaskan arti pribahasa Tong kosong nyaring bunyinya. 7. 8. Bakat kreatif Pasien tidak memiliki bakat kreatif. Intelegensia dan kemampuan informasi Pasien dapat menyebutkan nama Presiden Indonesia saat ini dan Presiden pertama Indonesia.

III.4 Gangguan persepsi Pasien memeliki gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dimana pasien mendengar bisikan yang menurut dia adalah bisikan para Nabi. Pasien mengatakan para Nabi selalu membisikan hal-hal baik. Pasien juga merasa ada yang ingin berbuat jahat terhadapnya. Dan halusinasi visial dimana pasien melihat bosnya terturung dikamar sehingga pasien menendang-nendang pintu kemudian pasien melihat banyak orang berlariaan keluar dari kamar tersebut. III.5 Pikiran
1. Proses dan bentuk pikiran

Koheren, namun terdapat gangguan tes realitas. Pasien tidak menyadari bahwa suara-suara yang didengarnya sebenernya tidak nyata. Pasien juga cenderung berpikir autistik dengan preokupasi orang-orang yang ingin menjahatinya. 2. Isi pikiran Waham kejar, pasien merasa akan ada orang yang berniat jahat terhadap dirinya, namun pasien tidak tahu siapa orangnya. III.6 Pengendalian impuls Selama wawancara pasien dapat tenang dan mengendalikan diri. III.7 Daya nilai dan tilikan
1. Daya nilai sosial: baik, pasien bersikap sopan terhadap dokter muda perempuan

maupun laki-laki, perawat dan pasien lainnya.

18

Presentasi kasus 201 2


2. 3. Penilaian realita: RTA terganggu, pada pasien ini gangguan persepsi yaitu Tilikan: derajat 1 yaitu penyangkalan penyakit sama sekali.

halusinasi auditorik.

III.8 Taraf dapat dipercaya Secara umum keterangan yang diberikan pasien dapat dipercaya, setelah dikonfirmasi dengan keluarganya.

IV. Pemeriksaan fisik IV.1 Status Generalis Keadaan umum : Baik Kesadaran TTV Mata Mulut dan gigi Thoraks Abdomen Ekstremitas : Compos mentis, GCS 15 : - TD : 1120/80 mmhg - Suhu : afebris : Dalam batas normal : Cor dan pulmo dalam batas normal : Dalam batas normal : Akral hangat, edema (-) - RR : 18x/menit - Nadi : 76x/menit

: Konjungtiva pucat -/-, Sklera ikterik -/-

IV.2 Status Neurologi Tanda rangsang meningeal : Negatif Tanda efek ekstrapiramidal : ( - ) Motorik : 5/5/5/5 Sensorik : Dalam batas normal V. Ikhtisar penemuan bermakna Pasien laki-laki, usia 38 tahun, beragama islam, status sudah menikah, sebelumnya pernah menjalani pengobatan ataupun menjalani perawatan di rumah sakit.

18

Presentasi kasus 201 2


Pasien datang ke RS dibawa oleh istri, adik ipar dan tetangganya dengan keluhan mengamuk. Dari anamnesis didapat pasien mengamuk, menendang-nendang pintu kamar sehingga banyak tetangganya yang datang. Pasien mengatakan alasan ia menendang pintu karena merasa ada bos nya yang terkunci di dalam, saat pintu akhirnya berhasil di buka, pasien mengatakan ada beberapa bosnya keluar dari dalam kamar tersebut berlarian keluar. Pasien juga mengatakan sering didatangi oleh para Nabi yang mebisikan hal-hal yang baik. Pasien juga mengatakan sudah 10 hari tidak minum obat karena merasa dirinya tidak sakit. Pasien merasa akan dijahati oleh orang lain. Sering kali pasien mengatakan iya-iya, saat ditanyakan, pasien menjawab sedang dibisikan hal-hal baik oleh para Nabi. Kata pasien para Nabi tahu bila ada orang yang ingin menjahati pasien dan akan melindungi pasien dari orang jahat tersebut. Dari pemeriksaan didapatkan pasienlaki-laki, penampilan sesuai usia dengan perawatan diri yang cukup. Selama wawancara pasien tenang dan kooperatif. Pembicaraan spontan. Didapatkan mood cenderung hipotym dan afek terbatas. Proses pikir koheren, isi pikir waham kejar dan bentuk pikir autistik. Pasien memiliki gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual. Orientasi, konsentrasi dan perhatian, kemampuan membaca dan menulis, berpikir abstrak, dan intelegensia baik. Daya ingat jangka panjang, jangka sedang dan jangka pendek baik. Terdapat RTA terganggu dengan tilikan derajat 1, status generalis dan neurologis dalam batas normal. VI. Formulasi diagnosis Pada pasien ini ditemukan adanya perubahan pola dalam pikir, perasaan, dan perilaku yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam kehidupan sosial dan fungsional pasien A. Aksis I Berdasarkan anamnesa riwayat perjalanan penyakit pasien dan pemeriksaan, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik (F00-F09) dapat disingkirkan. Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang secara fisiologis dapat menimbulkan perubahan fisiologis otak.

18

Presentasi kasus 201 2


Sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif (F10-F19) dapat disingkirkan. Pada pasien terdapat adanya gangguan dalam penilaian realita karena adanya psikopatologi gangguan persepsi yaitu halusinasi auditorik dan visual. Pada pasien juga terdapat gangguan isi pikir yaitu adanya waham kejar. Berdasarkan PPDGJ III dengan adanya halusinasi auditorik dan waham yang menonjol pada diri pasien, maka ditegakkan diagnosis untuk aksis I adalah Skizofrenia Paranoid.

B. Aksis II Saat pasien masih bersekolah pasien termasuk anak pemalu, tidak suka bergaul dan cenderung menarik diri dari pergaulan. Pasien hanya mempunyai hubungan akrab dengan istrinya dan sangat tidak sensitif terhadap norma dan kebiasaan sosial, untuk aksis II ciri kepribadian skizoid. C. Aksis III Tidak ditemukan adanya kelainan atau gangguan fisik yang bermakna D. Aksis IV Ditemukan adanya masalah pada ketaatan pasien dalam meminum obatnya dikarenakan hanya istrinya saja yang berperan mengingatkan pasien untuk minum obat sehingga bila istri pasien memiliki aktivitas keluar kota sulit untuk mengontrol kepatuhan pasien dalam meminum obat. E. Aksis V Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala GAF, didapatkan menurut PPDGJ-III, GAF saat masuk adalah 50 41 yaitu gejala berat dan disabilitas berat. GAF saat ini adalah 60 51 yaitu gejala sedang ( moderate ), disabilitas sedang. VII. Evaluasi multiaksial Aksis I Aksis II Aksis III Aksis IV : F20.0 Skizofernia Paranoid : F60.2 Ciri kepribadian skizoid : Tidak ada diagnosis : Masalah compliace minum obat

18

Presentasi kasus 201 2


Aksis V

GAF saat masuk adalah 50 - 41 yaitu gejala berat dengan disabilitas berat. GAF saat ini adalah 60 51 yaitu : gejala sedang ( moderete ), disabilitas sedang.

VIII. Daftar masalah A. Organobiologik : Tidak ada B. Psikologik


1. Mood 2. Afek 3. Gangguan persepsi 4. Isi pikir 5. Proses piker 6. Bentuk pikir 7. Tilikan

: cenderung hipotim : terbatas : Halusinasi auditorik dan visual : Waham kejar : koheren : Autistik : Derajat 1, RTA terganggu.

C. Lingkungan dan sosioekonomi Masalah Compliace minum obat IX. Perencana terapi Psikofarmaka
1. Risperidon 2 X 3 mg 2. THP 2 X 1 mg

3. Clozanyl 1 x 25 mg (malam hari) Psikoterapi - Memberikan penjelasan pada pasien dan keluarga pasien yang bersifat komunikatif, edukatif, dan informatif tentang keadaan pasien sehingga pasien dapat mengerti tentang gangguan yang dideritanya, menjaga kepatuhan minum obat dan sadar akan manfaat dan efek samping obat tersebut. - Memberi nasihat dan motivasi pada keluarga pasien terutama istri pasien serta lingkunganya untuk menyelesaikan masalah yang ada dan memperbaiki hubungan untuk mendukung pasien agar dapat berfungsi secara optimal bagi diri sendiri dan lingkungan.

18

Presentasi kasus 201 2


Sosioterapi - Memberi penjelasan tentang penyakit pasien kepada keluarga, agar keluarga dapat memahami dan menerima keadaan pasien - Edukasi keluarga untuk mendengar curahan hati pasien dan membantu pasien menyelesaikan masalahnya.

X. Prognosis Prognosis yang meringankan: 1. Istri pasien yang sangat perhatian dan peduli dengan pasien. 2. Lingkungan kerja yang cukup mengerti dan menrima keadaan dan kemampuan pasien. Prognosis yang memberatkan : 1. Adanya riwayat keluarga yang mengalami hal serupa. 2. Perilaku autistik dan menarik diri. 3. Gejala negatif. 4. Ketidakpatuhan pasien dalam meminum obat. 5. Ketidaksadaran pasien akan penyakitnya.

Quo ad vitam : Bonam Quo ad functionam : Dubia ad malam Quo ad sanationam : Dubia ad malam XI. Diskusi Pada pasien ini ditemukan pola perilaku yang secara klinis bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) dan hendaya

18

Presentasi kasus 201 2


(impairment/disability) dalam kehidupan sosial pasien dan fungsional pasien, sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien mengalami suatu gangguan jiwa. Berdasarkan data yang didapat, pasien memiliki gejala halusinasi auditorik dan visual yang amat jelas, gejala telah berlangsung selama lebih dari 1 bulan sehingga memenuhi kriteria skizofrenia (F20). Dimana kriteria umum skizofrenia adalah : 1. Satu gejala yang amat jelas: a. b. c. d. 2. Thought echo, thought insertion/withdrawal, thought broadcasting Delution of control, delution of influence, delusion of passivity, delusion perception Halusinasi auditorik Waham-waham menetap jenis lainnya

Atau paling sedikit dua gejala: a. b. c. d. Halusinasi yang menetap dari panca indra apa saja. Arus pikiran yang terputus atau mengalami sisipan yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan atau neologisme. Perilaku katatonik. Gejala negatif (apatis, bicara jarang, respon emosional yang tumpul/tidak wajar, penarikan diri dari pergaulan sosial).

Telah berlangsung selama kurun waktu 1 bulan atau lebih Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan dari berbagai aspek perilaku perorangan, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, tak bertujuan, sikap malas, sikap berdiam diri dan penarikan diri secara sosial.

Pada pasien terdapat gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan visual, gangguan isi pikir berupa waham kejar dan gangguan afek sehingga berdasarkan PPDGJ III diagnosis pasien ini adalah F20.0 Skizofrenia paranoid. Pedoman diagnosis skizofrenia paranoid: Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

18

Presentasi kasus 201 2


Sebagai tambahan: 1. Halusinasi dan atau waham harus menonjol
a.

Suara-suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing).

b.

Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau lain-lain perasaan tubuh, halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang menonjol.

c.

Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan (delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau passivity yang beraneka ragam adalah yang paling khas.

2.

Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala katatonik secara relatif tidak nyata/ tidak menonjol.

Antipsikotik atipikal dipilih dengan pertimbangan, selain kini memang obat pilihan utama psikosis, juga memiliki berbagai keuntungan. Obat antipsikotik atipikal memiliki superior long-term outcome dibandingkan antipsikotik tipikal, antipsikotik tipikal juga tidak memiliki perbedaan yang signifikan dalam efektifitasnya untuk menghilangkan gejala positif dibanding antipsikotif atipikal, antipsikosis atipikal pun efektif dalam mengatasi gejala negatif. Berdasarkan diagnosis diatas, terapi psikofarmaka yang dipilih untuk pasien adalah Risperidone. Risperidon adalah derivat benzisoksazol yang bekerja sebagai antagonis poten serotonin ( terutama 5-HT ) dan aktivitas menengah terhadap reseptor dopamin ( D2 ), alfa 1 dan alfa 2 adrenergik dan reseptor histamin. Indikasi pemberian risperidon adalah terapi pada skizofrenia akut dan kronik serta pada kondisi psikosis yang lain, dengan gejala-gejala tambahan (seperti; halusinasi, delusi, gangguan pola pikir, kecurigaan dan rasa permusuhan) dan atau dengan gejalagejala negatif yang terlihat nyata (seperti; blunted affect, menarik diri dari lingkungan sosial dan emosional, sulit berbicara). Juga mengurangi gejala afektif (seperti; depresi, perasaan bersalah dan cemas) yang berhubungan dengan skizofrenia. Pada pasien ini sasaran gejala dari pemberian Risperidone adalah halusinasi. Risperidon diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian oral. Risperidon dimetabolisme oleh enzim hepar CYP 2D6. Waktu paruhnya bervariasi sesuai aktivitas 18

Presentasi kasus 201 2


enzim tersebut. Pada metabolizer ekstensi yaitu pada sekitar 90 % orang kulit putih dan 99 % orang Asia, waktu paruh risperidon adalah sekitar 3 jam. Sebaliknya pada metabolizer buruk mempunyai waktu paruh lebih dari 20 jam. Untuk preparat oral, risperidon tersedia dalam dua bentuk sediaan yaitu tablet dan cairan. Dosis awal yang dianjurkan adalah 2 mg/hari dan besoknya dapat dinaikkan menjadi 4 mg/hari. Sebagian besar orang dengan skizofrenia membutuhkan 4 6 mg/hari. Perbaikan dengan risperidon terlihat dalam delapan minggu pertama. Apabila respon risperidon tidak adekuat, dianjurkan untuk menaikkan dosis hingga 8 mg/hari. Risperidon bisa diberikan satu kali sehari dan efektivitasnya sama dengan pemberian dua kali sehari. Secara umum, risperidon ditoleransi dengan baik. Efek samping pada risperidon sering terjadi pada dosis 6 mg/hari. Efek samping yang dilaporkan adalah insomnia, agitasi, ansietas, mual, muntah, peningkatan berat badan, hiperprolaktinemia dan reaksi ekstrapiramidal. Terapi kombinasi yang dipilih pada pasien ini adalah kombinasi dengan triheksilfenedil. Trideksilfenidil bermanfaat terhadap Parkinsonisme akibat obat. Misalnya oleh neuroleptik, termasuk juga antiemetik turunan fenotiazin, blokade yang menimbulkan DA gangguan ekstrapiramidal akibat reseptor di otak. Tidak banyak diketahui tentang

farmakokinetik obat ini. Kadar puncak triheksifenidil tercapai setelah 12 jam. Masa paruh eliminasi terminal antara 10 dan 12 jam. Dosis anjuran adalah 3 4 x 2 mg/ hari. Clozanyl 1x25 mg perhari. Merupakan APG II yang pertama dikenal, kurang menyebabkan timbulnyaEPS, tidak menyebabkan terjadinya tardice dyskinesia dan tidak terjadi peningkatan dari prolaktin. Clozapine merupakan gold standard pada pasien yangtelah resisten dengan obat antipsikotik lainnya. Profil farmakoligiknya atipikal bila dibandingkan dengan antipsikotik lain. Dibandingkan terhadap psikotropik yang lain, clozapine menunjukkan efek dopaminergik rendah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak, yang berhubungan dengan fungsi emosional dan mental yang lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin neuron di daerah nigrostriatal (darah gerak) dantuberoinfundibular (daerah neruendokrin). Clozapine efektif untuk menggontrol gejala-gejala psikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitias) maupun yang negatif (social disinterest dan incompetence, personal neatness). Efek yang bermanfaat terlihat dalam waktu 2 minggu, diikuti perbaikan secara 18

Presentasi kasus 201 2


bertahap pada minggu-minggu berikutnya. Obat ini berguna untuk pasien yang refrakter dan terganggu berat selam pengobatan.Selain itu, karena resiko efek samping EPS yang sangat rendah, obat ini cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala EPS yang berat bila diberikan antipsikosisyang lain. Namun, karena clozapin memiliki efek resiko agranulositosis yanglebih tinggi dibandingkan antipsikosis yag lain, maka pengunaannya di batasi hanya pada pasien yang resisten atau tidak dapat mentoleransi antipsikosis lain. Pasien yang diberi clozapine perlu di pantau sel darah putihnya setiap minggu. Secara farmakokinetik, clozapine di absorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral. Kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah pemberian obat. Clozapine secara ekstensif diikat protein plasma (>95%), obat ini di metabolisme hampir sempurna sebelum dieksresi lewat urin dan tinja (30% melaui kantong empedu dan 50% melaui urine), dengan waktu paruh rata- rata 11,8 jam sehingga pemberiannya dianjurkan 2 kali dalam sehari. Distribusidari clozapine dibandingkan obat antipsikotik lainnya lebih rendah. Umunya afinitas dari clozapine rendah pada reseptor D2 dan tinggi pada reseptor 5HT2A sehingga cenderung rendah untuk menyebabkan terjadinya efek samping EPS. Pada reseptor D4 afinitasnya lebih tinggi 10 kali lipat dibandingkan antipsikotik lainnya, dimana reseptor D4 terdapat pada daerah korteks dan sedikit pada daerah srtiatal. Hal ini lah yang membedakan clozapine dengan APG I. Dosis :

Hari 1 : 1 2 x 12,5 mg. Berikutnya ditingkatkan 25 50 mg / hari sp 300 450 mg / hari dengan pemberian terbagi. Dosis maksimal 600 mg / hari. Sediaan yang ada di pasaran tablet 25 mg dan 100 mg.

Efek samping : Granulositopeni, agranulositosis, trombositopeni, eosinofilia, leukositosis,leukemia. Ngantuk, lesu, lemah, tidur, sakit kepala, bingung, gelisah, agitasi,delirium. Mulut kering atau hipersalivasi, penglihata kabur, takikardi, posturalhipotensi, hipertensi. Kontra indikasi : Ada riwayat toksik/hipersensitif.

18

Presentasi kasus 201 2


Gangguan fungsi Sumsum tulang. Epilepsi yang tidak terkontrol. Psikosis alkoholik dan psikosis toksik lainnya Intoksikasi obat. Koma. Kollaps sirkulasi. Depresi SSP. Ganguan jantung dan ginjal berat. Gangguan liver Aspek keluarga dalam skizofrenia memang peranan yang cukup penting karena

pasien dengan skizofrenia akan menjadi lebih sering berada di rumah dibandingkan dengan sebelum mereka menderita skizofrenia. Selain itu juga, keluarga memang peranan penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada pasien ini masalah pada keluarga yang pertama adalah kurangnya pengetahuan keluarga, mengenai penyakit pasien gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, bagaimana cara pencegahannya dan kepercayaan bahwa sakit tersebut diakibatkan oleh guna-guna sehingga pasien tidak meminum obatnya dengan teratur. Maka direncanakan psikoedukasi terhadap keluarga. Pada pesikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pnegobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, hubungan keluarga dengan pasien skizofrenia, serta pelayanan-pelayanan kesehatan mental yang dapat di jangkau.

18

Presentasi kasus 201 2

DAFTAR PUSTAKA
1. 2. Maslim R. Buku saku diagnosis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ-III. FK UNIKA Atmajaya . Jakarta. 2003. Maslim R. Penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi ketiga. FK UNIKA Atmajaya. Jakarta. 2001.

18

Presentasi kasus 201 2


3. Tim editor FKUI. Farmakologi dan terapi. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FK UI. Jakarta. 2007.

18

Anda mungkin juga menyukai