Anda di halaman 1dari 8

MENGENAL SARBANES OXLEY ACT (SOX/SOA)

Suradi Widyaiswara Madya Balai Diklat Keuangan Palembang

A. Sejarah SOA
Salah satu tema yang sangat menarik dalam Association Certified Fraud Examiner (ACFE) Annual Fraud Conference ke-14 di Chicago adalah diterbitkannya SarbanesOxley Act (SOX atau SOA). Undang-undang ini merupakan suatu terobosan dan sebagai reformasi terbesar di USA khususnya dan dunia pada umumnya bagi penilaian corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of 1933 and 1934. Undang-undang tersebut diprakarsai oleh Senator Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio). Undang-undang ini diterbitkan sebagai jawaban dari Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa korporasi besar seperti: Enron dan kemudian diikuti oleh WorIdCom, Qwest, Tyco, HeaIthSouth dan lain-lain, yang juga melibatkan beberapa Kantor Akuntan Publik (KAP) yang termasuk dalam kelompok lima besar "the big five" seperti: Arthur Andersen, PWC, dan KPMG. Semua skandal ini merupakan contoh yang tragis dan menyedihkan bagaimana skema kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pemegang saham, pasar, pegawai dan masyarakat dalam arti luas. Dengan diberlakukannya undang-undang Sarbanes Oxley 2002 yang ditandatangani oleh Presiden George Walker Bush pada 30 Juli 2002 diharapkan dapat membawa dampak positif bagi berbagai profesi, antara lain : akuntan publik bersertifikat (CPA); kantor akuntan publik (KAP); perusahaan yang memperdagangkan sahamnya (listed di bursa US (termasuk direksi, komisaris, karyawan, dan pemegang saham); perantara (broker); penyalur (dealer); pengacara yang berpraktik untuk perusahaan publik; investor perbankan serta para analis keuangan. Penerapan undang-undang tersebut dilatarbelakangi oleh bangkrutnya sejumlah korporasi di Amerika Serikat. Dalam tulisan ini akan dibahas tentang : apa saja yang diatur dalam SOA dan bagaimana sanksi yang akan dijatuhkan jika aturan-aturan dalam SOA dilanggar.

B. Pengaturan dan Pengawasan Perusahaan


Pemerintah mengatur perusahaan melalui berbagai cara, baik melalui pembentukan undang-undang maupun berbagai peraturan pelaksanaan lainnya. Pemerintah melakukan regulasi dengan tujuan agar terjadi persaingan yang sehat diantara pelaku usaha. Selain itu juga untuk menyeleraskan ketidakseimbangan kekuatan diantara pelaku usaha, konsumen secara individu, dan masyarakat pada umumnya. Masyarakat baik dalam arti individu maupun kelompok sangat membutuhkan adanya suatu lembaga yang mengatur dan melindungi kepentingan mereka terutama terhadap barang/jasa publik. Tujuan dari adanya pengaturan tersebut adalah berkaitan dengan 5 (lima) hal sebagai berikut : 1. Mengatur persaingan (regulate competition) 2. Melindungi konsumen (protect consumers) 3. Mendorong keadilan dan keselamatan (promote equity and safety)
1

4. Melindungi lingkungan alam (protect natural environment) 5. Adanya etika untuk mencegah dan menegakkan hukum terhadap tindakan ilegal (ethics to deter and provide for enforcement against misconduct)

C. Kronologi Skandal Enron dan Sejumlah Perusahaan


Menurut Jeff Fischer (July 22, 2002), bursa di Amerika telah jatuh jauh sebelum kasus Enron, WorIdCom dan lain-lain terungkap. Menurut Fischer penyebab jatuhnya harga saham di bursa bukan karena accounting scandal akan tetapi karena berbagai keputusan bisnis yang salah yang dilakukan oleh manajemen (bad business decisions). Sebagai akibat keputusan sebelumnya yang salah maka kinerja perusahaan terpuruk dan untuk membantu keterpurukan itulah maka manajemen melakukan windowdressing dengan tujuan untuk menutupi adanya kerugian tersebut (Jusuf Halim, Media Akuntansi Edisi 29/Nop-Des. 2002). Menurut penulis jatuhnya harga saham di bursa disebabkan oleh dua hal, yaitu : (1) keputusan bisnis yang salah yang dilakukan oleh manajemen, dan (2) adanya skandal akuntansi. Terjadinya skandal kecurangan yang menimpa sejumlah perusahaan kelas dunia (world dass) sebagai bukti gagalnya tata kelola perusahaan secara internal dan pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah. Kecurangan tersebut terjadi disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : pemimpin yang serakah, tidak efektifnya dewan komisaris, serta faktor-faktor yang lain. Skandal tersebut dimulai dari Enron dan kemudian diikuti oleh WorIdCom, Qwest, Tyco, HeaIthSouth, dan lain-lain yang menimbulkan kepanikan di pasar modal dan menyebabkan terjadinya kerugian lebih dari US $7 triliun yang menimpa pasar modal di USA. Sejumlah perusahaan terkenal dinyatakan bangkrut. Tabel 1-1 menunjukkan 10 perusahaan terbesar yang dinyatakan bangkrut dalam sejarah USA dan 6 (enam) diantaranya terjadi pada tahun 2002. Tabel 1-1 10 Besar Perusahaan di USA Yang Bangkrut Perusahaan 1.WorIdCom 2.Enron 3.Texaco 4.Financial Cor of America 5.Global Crossing 6.Adelphia 7.United Airlines 8.PG&E 9.Mcor 10.KMart Jumlah Aktiva (Milyar) $101.9 $63.4 $35.9 $33.9 $25.5 $24.4 $22.7 $21.5 $20.2 $17.0 Juli 2002 Desember 2001 April 1987 September 1988 Januari 2002 Juni 2002 Desember 2002 Juni 2002 Maret 1989 Januari 2002 Kejadian

Sumber : Albrecht, Albrecht, & Albrecht : Fraud Examination, 2006

Enron Corporation
Pimpinan dan CEO Ken Lay mengaku tidak terlibat dalam suatu rencana untuk membohongi publik, para pemegang saham dan pemerintah. Jeffrey Skilling, seorang eksekutif Enron, juga mengaku tidak terlibat dalam : kecurangan, konspirasi, insider trading, dan berbagai kecurangan yang lain. Andrew Fastow, seorang Chief Financial Officer (CFO), mengaku terlibat dan suatu konspirasi dan bersedia untuk bekerjasama dengan aparat penegak hukum. Pemain utama atas kebangkrutan Enron : Ken Lay : Lay menduduki jabatan sebagai Chairman dari Board of Directors sejak Februari 1986 sampai dengan Februari 2002. Lay terlibat dalam perusahaan tersebut sejak Enron didirikan pada tahun 1985. ia menjabat sebagai Chief Executive Officer (CEO) dari Februari 1986 sampai dengan Februari 2001, dan kemudian menduduki jabatan lagi dari Agustus 2001 hingga mengundurkan diri pada Januari 2002. Lay merupakan orang yang menjadi pusat perhatian ketika terjadinya skandal Enron, karena ia merupakan orang benar-benar mencurahkan waktu dan pikirannya pada Enron. Jeff Skilling : Skilling adalah partner di perusahaan konsultan ternama yaitu McKinsey & Company. la merupakan seorang konsultan bisnis yang sukses setelah lulus dari Harvard Business School. Skilling merupakan sosok eksekutif pekerja keras dan berkompeten. la menduduki berbagai jabatan di Enron sebelum ditunjuk sebagai Presiden dan Chief Operating Officer (COO) pada Januari 1997. ia menduduki jabatan tersebut selama empat tahun lebih. Pada Februari 2001 Skilling ditunjuk sebagai CEO Enron dan kemudian pada tanggal 14 Agustus 2001 mengundurkan diri karena alasan pribadi. Andrew Fastow : Fastow memulai meniti karir di Enron pada tahun 1990. ia adalah seorang manajer yang cerdas dan kreatif. Karir Fastow di Enron cukup cemerlang dan pernah menduduki berbagai jabatan, sebelum menjabat sebagai Senior Vice President Financial pada Januari 1997 dan Chief Financial Officer (CFO) pada Maret 1998. Fastow membentuk dan mengelola persekutuan yang merupakan cikal bakal dari terjadinya skandal Enron. la mendapatkan gelar MBA dari Kellogg Graduate School of Management di Northwestern University , sebelum bergabung dengan Enron la pernah bekerja pada Continental Illinois Bank's Asset Securitizzation Group.

Andrew Fastow : Fastow memulai meniti karir di Enron pada tahun 1990. ia adalah seorang manajer yang cerdas dan kreatif. Karir Fastow di Enron cukup cemerlang dan pernah menduduki berbagai jabatan, sebelum menjabat sebagai Senior Vice President Financial pada Januari 1997 dan Chief Financial Officer (CFO) pada Maret 1998. Fastow membentuk dan mengelola persekutuan yang merupakan cikal bakal dari terjadinya skandal Enron. la mendapatkan gelar MBA dari Kellogg Graduate School of Management di Northwestern University , sebelum bergabung dengan Enron la pernah bekerja pada Continental Illinois Bank's Asset Securitizzation Group.

WorIdCom Inc.
Bernard Ebbers, pejabat CEO, mengaku tidak terlibat dalam kecurangan dan konspirasi terhadap kecurangan akuntansi yang menyebabkan terjadinya kerugian yang diprediksi lebih dari US$11 milyar. Scott Sullivan, pejabat CEO, mengaku terlibat dalam kecurangan tersebut dan akan dikonfrontasikan dengan Ebbers.

Tyco International Ltd.


Dennis Kozlowski, CEO dan Mark Swartz dituduh mencuri uang perusahaan sebesar US$ 600 juta. Jaksa menyatakan bahwa Pengadilan New York mengumumkan terjadinya kesalahan dalam mengadili perkara tersebut, hal ini dapat terungkap berkat kegigihan dari para juri. Pengadilan ulangan yang ke -2 akan dilaksanakan pada tahun mendatang. Mark Belnick disangka melakukan kecurangan yang berupa Larceny.

Adelphia Communications Corporation.


Setahun setelah terjadinya kecurangan yang nilainya sekitar $600 juta oleh skandal Enron, salah seorang pejabat menyampaikan pernyataan melalui media televisi kabel bahwa perusahaan Enron telah memanipulasi laporan keuangannya. Pada bulan Maret 2002, Adelphia Communications, konglomerat yang bergerak dibidang televise kabel, mengakui telah menyetujui untuk memberikan pinjaman kepada keluarga Rigas sebesar $2,3 miliar dolar, tulang punggung keuangan perusahaan. Dengan adanya transaksi yang mencurigakan ini mendorong pemerintah untuk melakukan investigasi, yang akhirnya ditemukan kecurangan dan penggelapan yang nilainya puluhan miliar dolar. Di samping memberikan pinjaman kepada keluarga senilai $2,3 miliar, Departemen Kehakiman menyatakan bahwa terdakwa telah melakukan 6erbagai pelanggaran hukum sebagai berikut : 1) memanipulasi laporan keuangan perusahaan dengan menggelembungkan jumlah pelanggan; 2) menyebabkan kerugian bagi investor lebih dari $60 miliar; 3) menggunakan dana perusahaan sebesar $252 juta untuk melakukan investasi atas nama keluarga, dan 4) menggunakan dokumen palsu untuk memperoleh saham Adelphia sebesar $420. Pendiri perusahaan, John Rigas dan anak laki-lakinya, Timothy dihukum karena melakukan konspirasi dan kecurangan yang menyangkut bank dan saham. Anak laki-laki Rigas yang lain, Michael dibebaskan dari segala dakwaan.

Credit Suisse First Boston.


Frank Quattrone, pendiri dari investment bank executive, dihukum karena menghambat proses peradilan. Quattrone, mendirikan perusahaan yang bergerak dibidang internet dan telah go

publik ketika industri dibidang tersebut sedang naik daun, Quattrone dijatuhi hukuman selama satu tahun.

HeaIthSouth Corporation.
Richard Scrushy, CEO didakwa telah menggelembungkan pendapatan HeaIthSouth sebesar jutaan-dollar US. Sehingga laporan keuangan perusahaan tersebut kelihatan sangat menarik bagi para investor. Sebanyak 16 orang eksekutif dari HeaIthSouth juga terlibat dalam kecurangan tersebut. Scrushy merupakan satusatunya eksekutif yang tidak mengaku terlibat dalam skandal tersebut dan juga tidak mau bekerja sama dengan para investigator.

Martha Stewart Living Omnimedia.


Martha Stewart, pendiri dari Martha Stewart Living Omnimedia telah dihukum karena : melakukan konspirasi, menghambat proses penyidikan, dan berbohong atas penjualan saham ImDone. la menolak untuk diadili berkaitan dengan sumpah palsu yang dilakukan . stewart telah dijatuhi hukuman selama 5 (lima) bulan. Dan broker yang telibat dalam skandal tersebut telah juga didenda sebesar US$2,000.

Qwest Communications International Inc.


Jaksa pada negara bagian Denver, USA tidak berhasil untuk menghukum 4 (empat) orang yang menduduki manajemen menengah pada perusahaan Qwest yang dituduh menyembunyikan pendapatan perusahaan senilai US$34 juta. Grant Graham, chief financial officer dari Qwest global business unit; Bryan Treadway, asisten controller; Thomas Hall, senior vice president; dan John walker, vice president, masing-masing dituduh terlibat dalam 11 jenis kejahatan, antara lain menyangkut konspirasi, kecurangan menyangkut saham, dan membuat laporan keuangan palsu.

D. Pendekatan "CARROT" ATAU "STICK" : Mana yang terbaik?


Mana yang lebih efektif untuk mempengaruhi hukum dan perilaku yang etis dalam suatu organisasi, Carrot merupakan program etika korporasi secara suka rela atau stick (cambuk) merupakan program kepatuhan hukum? Berdasarkan studi menunjukkan bahwa suatu kombinasi yang menggabungkan dengan regulasi eksternal, standar kepatuhan (compliance standards), program etika yang dimiliki perusahaan dapat secara efektif dalam mencegah dan melawan aktivitas yang tidak bermoral dan ilegal. The 2002 Sarbanes-Oxley Act (SOA), merupakan jawaban regulasi secara langsung oleh Kongres (USA) untuk menangani terjadinya berbagai skandal dalam perusahaan. Pricewaterhouse Coopers menyatakan bahwa SOA merupakan undang-undang yang paling penting untuk mempengaruhi tata kelola perusahaan, disdosure tentang finansial, dan praktik akuntansi publik semenjak tahun 1930-an. Berdasarkan ringkasan dari SOA menunjukan adanya pengaturan tentang akuntabilitas, pengawasan, penegakan hukum, dan keakuratan pelaporan keuangan dalam perusahaan publik. Sebelum terjadinya Great Depression (1929-1930), perusahaan publik dapat menyusun laporan keuangan "semau Gue" dan menentukan sendiri metode yang menurut mereka layak dalam penyajian laporan keuangan. Dalam situasi "tanpa standar" tersebut telah menyebabkan terjadinya praktik window-dressing yang sangat merugikan investor. Setelah masa Great Depression, maka dengan Undang-undang Pasar Saham (Securities Act, 1933) dibuatlah standar yang disebut GAAP. GAAP merupakan suatu standar awal dalam pengukuran dan pengungkapan dalam pelaporan keuangan.

E. Legalisasi Sarbanes-Oxley Act (SOA)


Karena adanya desakan dari masyarakat, Congress cepat untuk bertindak. Pada tanggal 30 Juli 2002, Presiden Walker Bush mengesahkan suatu undang-undang yang bernama Sarbanes-Oxley Act of 2002. Undang-undang tersebut bermaksud untuk meningkatkan kepercayaan publik terhadap pasar modal dan menetapkan kewajiban dan hukuman yang berat bagi perusahaan publik dan para eksekutif, direksi, auditor, pengacara, dan analis saham yang melanggar aturan yang telah ditetapkan. Undang-undang ini merupakan reformasi terbesar di USA bagi penilaian corporate governance sejak diterbitkannya Securities Acts of 1933 and 1934. Oleh karena itu merupakan suatu keharusan bagi para akuntan, auditor dan fraud examiners untuk mempelajari undangundang ini, dan termasuk juga Statement on Auditing Standards (SAS) No. 99, agar mengetahui pengaruhnya bagi organisasi publik, swasta maupun jenis organisasi yang lain serta tanggung jawab apa saja yang menjadi kewajibannya. Berikut ini ringkasan isi pokok dari Sarbanes-Oxley Act: Membentuk independent public company board untuk mengawasi audit terhadap perusahaan public. Mensyaratkan salah seorang anggota komite audit adalah orang yang ahli dalam bidang keuangan. Mensyaratkan untuk melakukan full disclosure kepada para pemegang saham berkaitan dengan transaksi keuangan yang bersifat kompleks. Mensyaratkan Chief Executive Officer (CEO) dan Chief Financial Officer (CFO) perusahaan untuk melakukan sertifikasi tentang validitas pembuatan laporan keuangan perusahaannya. Jika diketahui mereka melakukan laporan palsu, mereka akan dipenjara selama 20 tahun dan denda sebesar US$5 juta. Melarang kantor akuntan publik dari tawaran jasa lainnya, seperti melakukan konsultasi, ketika rnereka sedang melaksanakan audit pada perusahaan yang sama. Hal ini untuk menghindari adanya benturan kepentingan (conflict of interest). Mensyaratkan adanya kode etik, terdaftar pada Securities and Exchange Commission (Bapepam-LK), untuk para pejabat keuangan (financial officer) Ancaman hukuman 10 tahun penjara untuk pelaku kecurangan wire and mail fraud. Mensyaratkan mutual fund professional untuk menyampaikan suaranya pada wakil pemegang saham, sehingga memungkinkan para investor untuk mengetahui bagaimana saham mereka berpengaruh terhadap keputusan. Memberikan perlindungan kepada individu yang melaporkan adanya tindakan menyimpang kepada pihak yang berwewenang. Mensyaratkan penasehat hukum perusahaan untuk mengungkap adanya penyimpangan kepada pejabat senior dan kepada dewan komisaris, jika perlu; penasehat hukum tersebut berhenti untuk bekerja sama dengan perusahaan jika manajer senior tersebut mengabaikan laporan tersebut.

Pro dan Kontra Penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA)


Berikut ini sejumlah kritik terhadap penerapan Sarbanes-Oxley Act (SOA) : 1. Membutuhkan biaya besar (it is too costly) Salah satu perkiraan berdasarkan suatu survai yang dilakukan oleh Financial Executives International menyatakan bahwa perusahaan dengan pendapatan sebesar US$5 milyar harus menyisihkan anggaran rata-rata sebesar US$4.7 juta untuk menerapkan pengendalian intern yang dipersyaratkan oleh SOA, kemudian juga harus masih mengeluarkan lagi biaya tahunan sebesar US$1.5 juta untuk menjaga kepatuhan.
6

2. Memiliki dampak negatif bagi perusahaan terhadap persaingan global (it impacts negatively on a firm's global competitiveness) Argumen ini juga mendasarkan atas biaya yang dikeluarkan untuk menjaga kepatuhan operasi internal terhadap undang-undang. Kritik ini berargumen bahwa perusahaan lain yang berasal diluar USA tidak harus menanggung beban ini, kenapa perusahaan-perusahaan USA harus menanggungnya? 3. Pengeluaran pemerintah juga meningkat untuk menerapkan undangundang tersebut (government costs also increase to regulate the law) The SEC (Bapepam-LK) menerima tip (pengaduan) tentang adanya pelanggaran hukum melalui e-mail yang telah disediakan (http://www.sec.gov/complaint.shtml). Jumlah pengaduan meningkat dari 77.000 pada tahun 2001 menjadi 180.000 pada tahun 2003. SEC menerima pengaduan sekitar 250.000 pada tahun 2006. Setiap had diterima lebih dari 1.300 pengaduan lewat e-mail. Sebagian besar pengaduan tersebut berkisar tentang adanya permasalahan akuntansi pada perusahaan publik. 4. Chief Financial Officer (CFO) bertambah bebannya dan tertekan karena harus mematuhi akuntabilitas yang dipersyaratkan oleh undang-undang Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah CFO menyatakan bahwa sejak 2001, 1/5 dari eksekutif keuangan mengatakan bahwa mereka merasakan lebih tertekan karena harus menggunakan metode akuntansi dengan penuh pertimbangan untuk menghasilkan laporan keuangan yang lebih baik. Selain itu mereka juga harus melakukan sertifikasi terhadap laporan keuangan. 5. Menurunnya Minat Perusahaan Privat Untuk Menjadi Perusahaan Publik Argumennya adalah dengan menerapkan SOA menyebabkan perusahaan harus menanggung biaya yang begitu besar sehingga untuk perusahaan ukuran kecil dan menengah enggan untuk go publik.

Paul Volcker (ahli dari SEC) dan Arthur Levitt (ahli dari Federal Reserve), memberikan sejumlah argumen terhadap sejumlah kritik terhadap penerapan SOA:
1. Biaya yang dikeluarkan untuk menerapkan SOA adalah lebih kecil dibandingkan jika tidak menggunakannya (the cost of implementing SOA are minimal to the costs of not having it). Misalkan terjadinya kerugian dalam saham sebesar US$7 triliun, hal ini belum terhitung kerugian yang dialami oleh pegawai, keluarga pegawai, dan dampak ekonomi secara keseluruhan. 2. Perubahan yang dipersyaratan untuk menerapkan SOA adalah sulit (the changes required to implement this law are difficult) Berdasarkan survei yang dilakukan oleh majalah Corporate Board Member menyatakan bahwa lebih 60% dari 153 direktur berkeyakinan bahwa SOA memiliki dampak positif bagi perusahaan mereka, dan lebih dari 70% berpendapat bahwa hukum juga memiliki dampak positif bagi mereka. 3. Tidak adanya data pendukung terhadap argumen bahwa penerapan SOA akan menyebabkan perusahaan tidak mampu bersaing dalam lingkungan global.

The NASDAQ stock exchange menyatakan telah terjadi penambahan 6 (enam) perusahaan internasional yang listing dalam kuartal kedua selama 2004. Dan berdasarkan survei yang dilakukan oleh Broadgate Capital Advisory dan the Valuae Alliance menyatakan bahwa hanya 8% dari 143 perusahaan asing yang telah go public dan sahamnya diperdagangkan di bursa USA mengklaim bahwa karena SOA akan menyebabkan mereka untuk berfikir ulang untuk memasuki pasar USA. 4. Jika suatu perusahaan menerapkan SOA sebagai alasan tidak untuk go public, perusahaan tidak harus go public atau menggunakan dana dari para investor. Pasar USA termasuk salah satu pasar yang paling diminati di dunia karena memiliki regulasi yang sangat baik. 5. Para pejabat dibidang keuangan (financial officer) yang protes tentang persyaratan dari SOA, ada kemungkinan mereka tertekan karena sebelumnya tidak memiliki pengendalian intern. Pada tahun 2003, sebanyak 57 perusahaan dari skala kecil hingga terbesar mengatakan bahwa mereka memiliki kelemahan yang sangat mengkhawatirkan tentang pengendalian, setelah para auditor yang bertugas melakukan tes terhadap pengendalian keuangan diberhentikan. Keputusan ini diambil oleh perusahaan untuk menekan biaya. Polemik tentang biaya dan manfaat yang diperoleh dari penerapan SOA terus akan berlanjut. Paul Volcker dan Arthur Levitt menegaskan bahwa "meskipun diperlukan biaya dalam meningkatkan kepatuhan, kita berkeyakinan bahwa suatu investasi dalam tata kelola perusahaan yang baik, professional integrity, dan transaparansi akan dibayar kembali deviden yang berbentuk meningkatnya kepercayaan dari investor, pasar yang lebih efisien, dan partisipasi pasar yang lebih baik dimasa mendatang.

F. Isi Ringkas dari SOA


Sarbanes-Oxley Act terdiri dari 11 seksi atau judul (sections or titles), yaitu : Title I : Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB), Title II : Auditor Independence, Title III : Corporate Responsibility, Title IV : Enhanced Financial Disdosures, Title V : Analyst Conflicts of Interest, Title VI : Commission Resources and Authority, Title VII : Studies and Reports, Title VIII : Corporate and Criminal Fraud Accountability, Title IX : White-Collar Crime Penalty Enhancements, Title X : Corporate Tax Returns, dan Title XI : Corporate Fraud Accountability Daftar Pustaka: Albrecht, W. Steve, Conan C. Albrecht and Chad O. Albrecht, 2006, Fraud Examination, Canada: Thomson South-Western. Media Akuntansi, Dampak Sarbanes-Oxley Act bagi Akuntan. Edisi 40/Mei/Tahun X1/2004, Pedneault, Stephen, Anatomy of a Fraud Investigation, 2010, New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Anda mungkin juga menyukai