Anda di halaman 1dari 102

Kondom Bocor, Sobek Ujungnya

Copyright 2011, 10 Penyair Wanna Be isbn 123-456-789012-3-4

Sampul Ilustrasi Umpu Prahara & Reski Kuantan Editing Abjad Reski Kuantan & Jhon Pello Susun Letak Umpu Prahara & Jhon Pello Penerbit Magenta Publishing Cetakan Pertama Banget, Oktober 2011 x + 89 hlm, 14x20 cm Hak Cipta Puisi ditangan Penulis Puisi, silahkan diperbanyak sebanyak-banyaknya

isi diluar tanggungjawab orang yang tidak bertanggungjawab

SENI DAN SASTRA UNTUK PEMBEBASAN

Dipungkiri atau tidak, terlepas dari teori-teori, lepas dari aturan-aturan dan terlepas dari perkembangan zaman dan peradaban, berseni bagi kami pada dasarnya adalah suatu kesenangan dan sekaligus salah satu bentuk pembebasan atau membebaskan diri dari segala macam tekanan yang datang dari dalam maupun luar, serta adalah media penyampaian dan bahwa seni adalah milik semua orang tanpa terkecuali. Begitu pula dengan bersastra atau menulis suatu karya satra, salah satunya adalah puisi. Misalnya Wiji Thukul dengan puisi-puisinya yang bahkan mampu menjadi motivasi serta semangat tersendiri pada aksi-aksi kawan aktivis dan mahasiswa serta semua orang yang bergerak menentang dan meruntuhkan pemerintahan Orde Baru dengan Hanya ada satu kawan: Lawan! (Puisi Peringatan), atau WS. Rendra yang kemudian dikenal dengan puisi-puisi pamfletnya. William Shakespeare dengan romantismenya dan masih banyak lagi penyair-penyair Tanah Air maupun luar dari latar belakang yang berbeda-beda yang berseni merangkai kata untuk menyampaikan sesuatu hal, baik dari dalam diri sendiri mau pun dari luar atau lingkungan sebagai makhluk sosial dengan berbagai tema, kondisi dan situasi. Mereka adalah segelintir contoh orang-orang yang berhasil membebaskan diri, terutama untuk berseni merangkai kata atau berpuisi dan bahkan berhasil membebaskan orang lain secara

batiniah, seperti mampu memberi semangat, motivasi dan kepuasan ketika menikmati karya-karya mereka. Lantas apa hanya penyair yang menulis puisi? Pertanyaanpertanyaan sederhana seperti inilah yang terkadang membelenggu dan membatasi kreatifitas seseorang dalam berkarya, seseorang seringkali terjebak dalam pemikirannya sendiri, sebab bukan penyair maka tidak menulis puisi, sebab bukan pematung maka tidak membuat patung, sebab bukan pelukis maka tidak melukis, dan cenderung membuat batasan-batasan bagi diri sendiri. Selain itu pola pikir yang dididik dan dipengaruhi lingkungan dengan persepsi-persepsi yang terkadang memandang suatu bentuk hasil suatu karya adalah subyektif yang sebenarnya adalah obyektif. Dan kembali pada hakekatnya, berseni dan bersastra itu bebas, bebas memaknai dan bebas berkarya. Dari itu semua orang wajib bebas dari batasan-batasan dari dalam mau pun luar diri untuk berseni dan berkarya. Berangkat dari pemahaman sederhana ini, kami dengan segala kekurangan dan dengan segenap keberanian serta rasa percaya diri yang mungkin sebenarnya terlalu berlebihan dan dengan keyakinan yang umum sebab yang terpenting adalah proses, maka kami memulai, maka kami berkarya, kami bebaskan diri kami, dan bersepakat untuk membukkukan kumpulan puisi-puisi kami yang kami beri judul Kondom Bocor Sobek Ujungnya. Mengapa Kondom Bocor Sobek Ujungnya? Begini sedikit penjelasannya : Kondom adalah alat kontrasepsi keluarga berencana yang terbuat dari karet dan pemakaiannya dilakukan dengan cara disarungkan pada kelamin laki-laki ketika akan bersenggama. Kondom di sini adalah batasan-batasan yang kami sarungkan dan kami ciptakan pada diri sendiri yang sebenarnya justru menghancurkan rencana-rencana kami, seringkali karena sangat elastisnya tanpa kami sadari telah membunuh kreatifitas kami sendiri. Sehingga alat kontrasepsi ini

harus dibuka alias tidak disarungkan lagi pada kuasa nafsu kebodohan dan ketololan pada diri kami semua, yang seharusnya bebas bersenggama dengan kreatifitas dalam kehidupan kami secara berkeadilan tentu saja. Atau adalah untuk menerabas batasan -batasan dan tidak membatas-batasi diri sendiri. Bocor adalah pertama, berlubang sehingga air dan udara dapat keluar atau masuk; atau tiris, kedua tersiar sedikit-sedikit (tentang rahasia dan sebagainya), ketiga, adalah kerap kali buang air; keempat adalah mengeluarkan darah. Dan kami tentu saja memang sengaja membocorkan atau menjadi bocor agar kami tidak sakit perut, sesak nafas dan sakit kepala dalam berkreatifitas dan menyampaikan sesuatu hal. Sehingga kami bebas dan merdeka tanpa adanya pengkotak-kotakan atau apalagi sampai memenjarakan kreasi dan agar kami terus dapat bersirkulasi dan berproses. Sedangkan Sobek adalah cabik, robek, atau koyak. Dan Ujung yaitu bagian penghabisan, puncak, akhir atau maksud dan tujuan. Yang di sini adalah sebuah harapan atau keinginan agar dengan buku kumpulan puisi ini kami dapat turut membantu menyobek batasan-batasan pada orang lain atau dengan keinginan bisa sedikit memotivasi bahwa untuk melakukan sesuatu, terutama berkreatifitas, semua orang tanpa terkecuali memiliki hak dan kebebasan yang sama, dan itu harga mati. Titik!. Akhirnya, menjadi penting atau tidak penjelasan ini, semoga bisa dinikmati. Jika berkenan dan berlapang dada silahkan dibaca, dikritik habis-habisan, disimpan dan disebarkan. Jika tidak berkenan, silakan buku antologi puisi ini dikilokan sebagai barang loakan, didaurulang atau setidak-tidaknya diwariskan kepada orang lain yang mungkin penasaran, meskipun akhirnya juga akan bersikap sama, sakit perut, sakit kepala dan barangkali muntah. Maka, mari berkondom bocor sobek ujungnya, berseni dan bersastra untuk pembebasan diri dan berkeadilan sosial!

MaGenTa

PUISI RUANG DOKUMENTASI YANG MENERIMA KEBEBASAN Maira Eka Sari

Setiap orang, melalui rangkaian peristiwa yang berbedabeda dalam menjalani hidup. Mau tidak mau, secara tidak langsung mereka menuntut untuk dimengerti apapun itu. Akan tetapi, keadaan alam kadang sering, bahkan lebih dominan memaksa mereka untuk tidak bersikap sesukanya. Terbatas lebih tepatnya. Menjalani hal yang seperti itu menghadirkan ekspresi yang berbeda pula dalam menanggapinya. Salah satu yang merupakan ekspresi mereka adalah keinginan untuk suatu hal yang dinamakan kebebasan. Saat menjalani tuntutan alam yang terkadang mengukung terkadang tidak, kebebasan itu sering diteriakan orang-orang siapapun dia pada apapun, kapanpun, dimanapun, tanpa terkecuali. Bebas berfikir, bebas berbicara, bebas bergerak, bebas berkeingin, dan masih banyak lagi yang ingin dibebaskan dari dalam maupun luar diri mereka. Hal itu tidak bisa dipungkiri dan itu bukan suatu hal yang tidak wajar apalagi suatu kesalahan. Kebebasan itu hak semua, dan wajib diberikan oleh semua Seni kata atau lebih akrab dikenal dengan sastra menjadi wadah untuk kebebasan itu bersuara. Baik itu dalam bentuk puisi maupun prosa. Adapun peranan dari sastra adalah meneruskan tradisi suatu bangsa kepada masyarakat se-zamannya dan kepada

masyarakat yang akan datang, antara lain berupa cara berpikir, kepercayaan, kebiasaan, pengalaman sejarahnya, rasa keindahan, bahasa, serta bentuk-bentuk kebudayaannya (Semi, 1984: 14) Melalui puisi, penulis bebas menuangkan apapun, baik itu pikiran, perasaan, harapan, caci-maki, penghinaan dan lainnya yang akan disampaikan pada orang lain ataupun hanya pada dirinya sendiri. Dalam antologi ini, puisi merupakan salah satu dari sekian banyak bentuk yang bisa digunakan untuk mengekspresikan sesuatu yang dinamakan kebebasan itu. Puisi adalah artefak yang bisa menumpu suara, gerak, perasaan, bau, dan apapun kejadian alam semesta ini dalam bentuk untaian kata, baik memiliki keindahan ataupun tidak. Puisi berhak lahir dan menemui takdir dan caranya masing-masing. Hal ini juga ada pada karya dan hal yang lainnya. Dalam antologi puisi ini, para penyair wanna be mencoba menghadirkan warna baru yang merupakan wujud keinginan mereka dengan yang namanya kebebasan. Berbagai hal yang berbeda disajikan oleh mereka yang berlatarbekang berbeda pula hingga secara tidak sengaja telah membatu memenuhi peran sastra untuk meneruskan tradisi. Hal itu telah menjadi sumbangan berharga dalam khasanah kesusastraan Indonesia. Hadir tanpa sebuah tema, mereka berani menyuguhkankan dokumentasi berharga untuk artefak berharga pada mereka yang akan datang dan berada di masa-masa berikutnya. Padang, Oktober 2011

Daftar Puisi

Alfikri Ilmi Pada Tanah Kelahiran Nostalgia Ramadhan Aku Ingin Tua Bersamamu Permintaan Jadi Cleopatra Semalam Cepat Bangun, Nak Menjahit Nasib Ibu Amanike Liza Fitra Hidupku Kekecewaanku Kepergianmu Sobat Gilank Ralicha Garuda di Dadaku Titip Surat Untuk Ayah Surat Kepada Kawan Hanya Sepotong Kata Untuk Bangsa Yang Merdeka Negeri Para Kesatria Logika Kosong (Anjing) Holy Adibz Seorang Ibu Berbisik Pada Calon Bayinya Sajak Seorang Pelacur Laut Kota Jakarta Anakku Akan Kuliah Ayo Bayar Pajak Seorang Penyair dan Cangkulnya

1 2 3 4 5 7 9 11

12 13 14

15 17 19 21 23 25

26 28 29 30 31 32

Labuhan Kerbau Kampungku

34

Jhon Pello Debu Cinta Palsu Keegoan Joey Rose Sajak Mabuk Al Faiz : Dengan Subuh dan Dibawah Gerimis Aku Bersaksi Tiga Perempuan Dalam Kehidupanku Dari Asrama Ke Jalur Gaza Sajak Untuk Nenek (Selamat Jalan Nek) Pagi Ini Seorang Mahasiswiku Kirim SMS Kami Selalu Siap Berperang! Mungkin Kita Lupa Ah, Revolusi Kok Ditakuti Aku Menangis Ketika Menggali Kubur Untuk Putriku, Dia Maju dan Kemudian Menyisir Janggutku Jika Semua Sempurna Bagaimana Mungkin Aku Bisa Diam, dan Kau? Lismomon Nata Negeri Parewa Mau ke Mana Kau Indonesiaku Korupsi Bupala Wahai Penyair Tanah Apnea Masa Muda Reski Kuantan Penyair Tolol dan Perempuan Gila Aku Melihat Langit

36 37

38 39 41 42 43 44 46 47 48 50 51 52

53 54 55 56 57 58 59

60 61

Cicak Aku Denganmu Puisi-puisian Menuai Hampa Taplau Tujuh Tiga Puluh Aku dan Ibuku, Tuan. Ke Rumahmu Aku Hendak Pulang

62 63 64 65 66 67 68

Rizki Firdaus Mengulum Biru I Sweep The Floor Antonimisme Author Perjalanan ke Kota Besar Perdanaku Tawa Fatamorgana Umpu Prahara Kau 1 Kau 2 Untuk Ibu Seorang Gadis di Sebuah Ruangan Ahh... Malam Satu Hari Untukmu Perempuan

69 70 71 72 73 74

76 77 78 79 81 82 83 85 86

Alfikry Ilmi

Pada Tanah Kelahiran pada suatu waktu yang entah aku akan pergi menghapus segala jejak kaki di tubuhmu ijinkan aku menempuh ribuan kilo jauh dari pandangmu ijinkan aku menjadi lelaki ijinkan aku tepati janji ijinkan mencoba peruntungan dari beberapa kemungkinan dan ijinkan aku mengingatmu dalam kenang karena kelak jika sudah sampai waktu aku akan kembali lagi ke pelukanmu membawa nyala api atau ditikam sepi berkali-kali Padang, 6 Mei 2011

Alfikry Ilmi

Nostalgia Ramadhan Tidurlah. Besok sehabis Shubuh kita bakar petasan di samping orang pacaran Pariaman, 1 Agustus 2011

Alfikry Ilmi

Aku Ingin Tua Bersamamu : Rahma Welly Aku ingin tua bersamamu menghabiskan waktu dalam rentang umur yang beruban Berpetak umpet di keriput kulitmu Bernostalgia ciuman pertama di bibirmu yang sudah kemarau Berkaca pada matamu yang masih menyimpan masa lalu. Aku ingin tua bersamamu Menikmati early reggae atau soul di beranda sambil memandangi kepulangan burung-burung dalam formasi menuju sarang atau menikmati sunset, sunset yang selalu membuatmu kagum atau gemetar. Karena kau pikir masa depan tak pernah datang. Aku ingin tua bersamamu berdua kita tertawai masa sekarang. Dan saat itu barangkali kita sudah pikun tak terlalu ingat kapan pertama kali pandang kita bertemu. Aku ingin tua bersamamu masihkah kau ingin main ayunan di jenggotku? Padang, 1 Juli 2011

Alfikry Ilmi

Permintaan nyamuk tidurlah masih ada malam lain bagimu mencoba peruntungan menghisap darah malam ini jangan aku sudah terlalu lelah dihisap seharian Padang, 22 Juni 2011

Alfikry Ilmi

Jadi Cleopatra Semalam Malam ini bulan ketakutan bersembunyi di balik bangunan hotel bintang lima. Kita di dalamnya menikmati semangkuk kencan setelah seribu panah rayuan kau lepaskan ke dadaku usai makan malam. Cleopatra-lah aku seketika pasca mahkota janji-janji surga kau letakkan di atas kepala. Bangga atau mungkin juga tak sengaja kau sempat bisikan bahwa kita bisa berpesta berkat hasil penggelapan dana. Tak ada yang merasa kehilangan sebab fakta seketika dialihkan isu yang lebih menarik untuk disimak. Melebihi candu sinetron rumah tangga dengan cerita membosankan penuh peran antagonis. Kita pun lalu sama-sama tertawa atas kemenangan. Atas kepecundangan. Serupa aku yang menertawai nasib sendiri karena nikmat materi berlimpah begini belum tentu kutemukan esok hari. Jadi, kucumbui saja kemewahan ini sampai pagi sampai gelas tak mau lagi dituangi vodka sampai tubuh tak sanggup lagi dipacu dan napas kita yang memburu sama-sama membisu berhimpitan. 5

Alfikry Ilmi

Bulan gigil yang ketakuan semalam sudah digusur garangnya matahari. Kita berpisah di depan sebuah gang setelah perempatan. Barangkali kau langsung menuju pelukan anak istri yang setia menanti kepulanganmu dari rapat luar kota. Dan aku juga kembali pada kenyataan kontrakan 4x4 meter dengan beberapa lembar uang ratusan untuk menghapus semua bekas ciuman dan biaya perawatan badan. Padang, 12 Januari 2011

Alfikry Ilmi

Cepat Bangun, Nak Bangun, nak. Lekas mandi sebelum didahului matahari. Hari tak sudi menanti waktu tak mau menunggu. Kita harus segera pergi mencari remah roti penyambung hidup pagi ini. Mari, nak. Mari keluar Dari pengap rumah yang kita dirikan di pinggir kali mereka selalu bilang tak layak huni sementara janji membumbung tinggi belum juga ditepati. Cepat, nak. Percepat gerakmu kita kejar mimpi-mimpi yang tak terbeli barangkali ada yang tercecer di jalanan atau nyangkut di tali jemuran. Perhatikan, nak. Tajamkan matamu Begitu banyak masa depan yang kita temui pada sampah-sampah itu kau pungutlah satu persatu plastik, kaleng, besi, kardus, sepatu, kertas, baju jika beruntung kita dapat buku kau bisa peroleh ilmu meski tak sebanyak anak-anak gedongan yang sekolah untuk mendapatkan pengakuan. 7

Alfikry Ilmi

Sekarang matahari bermahkota di atas kepala Badan kita dipanggang di bawahnya. Istirahatlah, nak di bawah beringin itu. Tapi jangan terlalu nyaman apalagi sampai ketiduran. nanti kita diseret paksa keamanan. Kota ini butuh keindahan! Padang, 28 Desember 2010

Alfikry Ilmi

Menjahit Nasib Kerja ini tak mampu membeli mimpi tinggi menjulang menantang matahari. Harga yang melambung seperti balon membuat diri semakin sangsi. Gempapun membuat jarum dan benang pisah ranjang menganggur tanpa kerjaan. Serupa di-PHK keadaan lem membeku dalam gumpalan gelisah. Istri tak bosan menyanyikan sumpah serapah karena tak tahu apa yang mau dimasak. Anak mengeluh meminta uang jajan tanpa pemahaman bahwa harga makanan ringan tak seringan namanya. Mengganti pekerjaan demi kesejahteraan sempat terlintas dalam pikiran. Syaraf otak sering tegang dipaksa berpacu memutar ide cemerlang tak kunjung datang. Ijazah SD membuat tubuh tak punya banyak pilihan masa depan. Alam memang memberikan banyak pelajaran tanpa biaya pungutan. Tapi kita hidup bukan di negri dongeng sebelum tidur dengan akhir mengharukan. Menjahit nasib tak segampang menjahit sepatu yang tinggal menarik benang. Hidup memang terus berjalan bahkan berlarian. Dengan atau tanpa keluh kesah meratapi kenyataan. Semakin pahit ditelan semakin sehat pikiran. Bugarkan badan tanpa suplemen kimia pabrikan. Warna aspal masih sama dengan iklim berbeda. Nasib sepertinya bukan roda yang berputar begitu saja. 9

Alfikry Ilmi

Banting tulang berulang-ulang tinggal belulang. Putar otak menderu laju tak maju-maju. Padang, 29 Oktober 2010

10

Alfikry Ilmi

Ibu Mengecup heningmu dalam doa air mata peristiwa yang tak bisa kutuangkan lewat kata. Cinta adalah keikhlasan menerima segala nyata bukan sebatas kata berujung sia-sia. Berkaca pada setiap peristiwa ; tak semua kata sanggup ku eja. Padang, 14 November 2010

11

Amanike Liza Fitra

Hidupku Aku berdiri diam-diam tiada bergerak Aku takut apa yang terjadi nanti Aku telah dapat merasakannya Tetapi seperti biasa aku tetap mengharap Meskipun hatiku mengharap penuh ketakutan Dan tahu, bahwa apa yang ku harap takkan datang Dan dadaku terasa sesak Bukan karena berlari keras Tetapi menahan perasaan hatiku

12

Amanike Liza Fitra

Kekecewaanku Aku perjuangkan semua yang kuimpikan Hanya sekarang aku tidak tahu, Bahwa penderitaan dan kekecewaan mengorek di bawah jiwa sadarku Mengubah pandangan hidupku, pikiranku dan sikapku kepada hidup di sekelilingku Ibarat api yang membakar Cinta pada Hati Hebat laksana hembusan Taufan Semua derita jiwaku, harapan-harapan hatiku Yang melambung kemudian terbanting dan melambung kembali, Terbanting lebih kejam, Was-was hatiku, keraguan hatiku, ketakutanku Sedih hatiku, pilu mengharapkan bahagia

13

Amanike Liza Fitra

Kepergianmu Sobat Kalau aku lukis dahan dan ranting itu Kamu paham betapa kering perasanku Hujan Cuma membasuh rumput Tidak menyegarkan kebun sukmaku Dengar sobat, aku tak seperti yang dulu Saat kamu tahu semangatku Dan aku fasih bahasa matamu Kertas putih yang kotor, bergambar di sisinya Kau menarik batas, tapi milikku nyata Ini bukan valentine dan rinciannya.. Semua akan jadi abu Terimakasih untuk bintang emas dan kepergianmu Aku akan selalu mengenangmu Kau tetap sahabatku Puisi ini tercipta setelah kepergian sahabatku untuk selamanya For Erick Nova Prima HI07 UNAND

14

Gilank Ralicha

Garuda di Dadaku Garuda di dadaku Bukan hanya sepetak lapangan rumput Bukan hanya nyanyian heroik kepada bachdim dan gonzales Dan tak berbataskan GBK ataupun Bukit Jalil Garuda di dadaku Adalah simbol tekad dan ukiran kebanggaan Semiotika semangat dan kekaguman Garuda di dadaku Adalah janji akan sebuah pengabdian Yang selalu meminta kepalan Memaksaku terus mempertanyakan semuanya Hinggap apa menjadi makna dan nyata Garuda di dadaku juga merupakan peringatan Jangan coba membangun menara di bawah rakyat yang kelaparan Jangan mencoba membanyol tentang keadilan dengan kokangan senapan Dan jangan pernah berkata peduli Bila masih dalam nyanyian untung dan rugi Mungkin garuda di dadaku juga merupakan teguran Jangan pernah berhenti menziarahi lembaran masa lalu Jangan pernah berhenti mengkhatabkan alfabet penyamarataan Jangan berhenti teriakkan perubahan Meski engkau tidak lagi didengarkan Garuda di dadaku juga lambang kepedulian Akan saudara-saudaraku yang dilewati derap langkah pembangunan Yang sesak bernafas akibat kemiskinan dihirup setiap hari Dan tak lagi dapat bergerak, lantaran tanah adalah milik para tuan 15

Gilank Ralicha

tanah Garuda di dadaku adalah sebuah ajakan Jangan hanya diam melihat pembodohan Jangan hanya menyatakan ironi melihat pemelaratan Dan lakukan apapun Meski hanya teriakan Meski hanya mengacungkan kepalan Selama garuda masih ada di dada kita

16

Gilank Ralicha

Titip Surat Untuk Ayah Kepada yth :Ayahanda Melalui surat ini kusampaikan permintaan maafku pada ayah. Maaf aku tidak pernah bisa jadi anak baik seperti manifesto dongeng yang ayah ceritakan sebelum tidurku, aku masih saja menjadi begundal yang mencoreng muka ayah, dan bukan bahan yang menarik untuk dibicarakan di komunitas orang tua kebanyakan. Maafkan aku yang mengambil aksi berbeda dengan provokasi ayah, yang selalu berkata coba lihat anak sifulan, sekarang dia bekerja di koorporasi kapitalis ini, baru bekerja beberapa bulan saja sudah bisa membeli ini, memberikan pada ayahnya ini dan itu. Maafkan aku ayah bila megambil arah yang selama ini ayah katakan merupakan jalan mereka yang telah kehilangan akal sehat. Bagiku ada yang lebih berharga daripada kemapanan, yaitu kebebasan Ada yang lebih berharga daripada kekayaan, yaitu kesamarataan Ada yang kebih berharga daripada kemasyuran, yaitu kebenaran Ada yang lebih berharga daripada kemenangan untuk diri sendiri, yaitu keikhlasan Ada yang lebih berharga daripada hidup aman dan berkecukupan, yaitu pembangkangan terhadap ketidak adilan Ada yang berharga daripada hidup dalam dikte penguasa arus, yaitu gairah liar dari perjuangan kelas Ada yang lebih berharga daripada menciptakan menara gading dan hidup aman di atasnya, yaitu kepedulian akan menjaga lingkungan Ada yang lebih berharga daripada mengumpulkan sebanyakbanyaknya harta, yaitu mengumpulkan sebanyak-banyaknya cinta dan membaginya keseantero dunia 17

Gilank Ralicha

Agar mereka yang dimarjinalkan merasa diperhatikan, Agar mereka yang dimelaratkan tidak lagi merasa kesepian, Agar mereka yang kelaparan merasakan sedikit kekuatan Agar mereka yang dinafikan merasakan arti harapan Dan agar mereka yang selama ini dibohongi penipu yang mereka pilih sendiri merasakan arti kasih sayang Maafkan aku ayah, karena aku tidak hidup dalam dikte rumus kalkulator yang menghitung semuanya berdasarkan besarnya angka yang bisa kita dapatkan, menghitung kebahagiaan berdasrkan konsumtifitas barang yang sebanyak mungkin bisa mereka banggakan, mengukur rasa syukur berdasarkan berapa banyak makanan yang mereka hidangkan, mengukur arti teman dengan seberapa bagus topeng yang bisa mereka kenakan, mengukur arti diri dari seberapa jengkal tanah dan tinggi pagar yang mereka bangun. Maafkan aku ayah bila aku tidak bisa menggunakan standarsatandar moral yang kebanyakan itu. Bagiku hidup adalah pencarian akan kebenaran, dan teman adalah kejujuran dalam persahabatan.

18

Gilank Ralicha

Surat Kepada Kawan Ini adalah sebuah jalan sulit kawan Saat hidup ini semakin dihadapkan pada pilihan-pilihan berat Akankah engkau akan menjadi militan atau anak baik bagi penguasa arus Menjadi anjing liar yang hidup bebas meski tak terurus Atau setia menggonggong tiap pagi dan menjilat untuk sekedar bertahan hidup Dan mesti sabar diikat dan jadi permainan Jalan ini semakin sulit untuk ditempuh teman Saat pilihan hanyalah tunduk atau bangkit melawan Akankah engkau akan melebur dalam barisan Mereka yang merasa tak berdaya diperdaya oleh para pemodal Ataukah berbaris bersama yang muak dengan pembodohan ini Apakah jawabmu teman? Tetap diam berkalang dendam atas ketidakadilan ini Dan melanjutkan hidup dengan mengutuk ketidak mampuanmu menguasai hidupmu Karena hidup itu sendiri telah tergadai bersama surat kontrak Karena setiap deru waktu adalah target produksi yang harus dicapai Hingga bahkan keringatpun tak sempat lagi diseka Dan jerih payah hanya dihargai sekedar roti penyambung nafas Jadi,di mana barisanmu kawan? Akankah kita akan mencoba mengakhiri ketidakadilan ini Meski harus mati dalam mencoba? Ataukah tetap menerima kenyatan yang ada Dengan doktrin " suratan takdir" sebagai pelipurlara Beritahu aku kawan,waktu sudah semakin dekat 19

Gilank Ralicha

Dan genderang telah terlalu lama dia tabuh Dan hanya masalah waktulah Revolusi ini akan mengetuk setiap pintu rumah kita Dan mereka butuh kita.

20

Gilank Ralicha

Hanya Sepotong Kata Untuk Bangsa Yang Merdeka Apakah kita memang harus merayakan kemerdekaan ini? Disaat kita belum merdeka sepenuhnya. Berjuta rakyat indonesia masih hidup dibawah garis kemiskinan Dan mereka belum merdeka dari kemiskinan. Berjuta rakyat indonesia Masih belum mengecap pendidikan Mereka belum merdeka dari kebodohan. Apakah harus kita rayakan kemerdekaan ini? Saat berjuta rakyat indonesia merasa was-was di rumah mereka sendiri Saat harus hidup berdampingan dengan bom berwarna hijau seberat 3kg Mereka belum merdeka dari ketakutan Saat berjuta rakyat indonesia Mesti dihadapkan pada kenaikan harga Yang semakin tidak terjangkau dari tahun ke tahun Mereka belum merdeka dari tekanan. Kawan Cobalah lihat indonesia ini lebih dalam Melintasi gemerlap kota dan cakrawala manja Jauh menuju tempat yang tak tersentuh riuh pembangunan Perlintasan bagi deru perubahan Menuju dataran tak beraspal Mereka belum merdeka dari keterasingan Kenapa kita mesti merayakan kemerdekaan ini kawan? Saat berjuta generasi muda indonesia Menghambakan diri Pada blackberry, apple dan nokia keluaran terbaru 21

Gilank Ralicha

Saat sukarno telah tergantikan oleh artis emo mtv Dan semangat perjuangan telah dikooptasi oleh sinetron sedu namun sarat kekerasan Mereka belum merdeka dari pembodohan Masihkah perlu kita rayakan kemerdekaan ini kawan Karena bagiku itu adalah sebuah pengkhianatan

22

Gilank Ralicha

Negeri Para Kesatria Aku ingi bercerita, tentang negeri para kesatria yang membentang dari khandahar hingga gaza daerah yang tidak mengenal kata takut dan kalah karena takut adalah suatu yang memalukan aku ingin menceritakan kepada kalian negeri para kesatria dan kisah para pemberani mereka yang menentang meski goliath bersenjatakan matahari dan david hanya memegang segenggam batu negeri yang tetap tegar berdiri dari kelam malam dan teror matahari dari ancaman kelaparan dan deruderu senapan negeri yang semua laki-lakinya adalah syuhada yang merindukan kematian demi sebuah kebebasan yang tak menyerah meski dihadapan ketidak berdayaan setiap helaian nafas adalah perjuangan dan setiap degupan adalah sebuah perlawanan negeri yang tak pernah mengeluh. meski peluh telah lama mengering meski kematian adalah bayang-bayang mereka tidak sedetikpun mengeluh karena hidup adalah pengabdian dan masa depan adalah kemenangan yang telah dijanjikan demi rahim ibu yang lahirkan para kesatria demi makam syuhada yang membentang dari khandahar hingga gaza 23

Gilank Ralicha

demi lemparan-lemparan batu para intifada demi lantunan suci yang menjadi kidung tidur mereka aku inging mengisahkan sebuah kisah negeri para kesatria agar kalian semua percaya. bahwa di dunia ini masih ada kebaikan dan kesetiaan dan tuhan, berdiri tepat di samping para pejuang

24

Gilank Ralicha

Logika Kosong (Anjing) Aku melihat kelebatan hitam mengitari jiwa dan hati semua orang memangkas nurani dengan deru kehidupan yang berputar kencang,lukiskan sembraut aku merasa kini tuhan tak lagi beri hati pada manusia melainkan logika kosong dan jiwa serigala kelamkan cahaya, samarkan langkah Wahai. di manakah dia kini? dongeng suci yang kita eja kasih sayang logika bodoh yang kita sebut cinta impian buta yang kita sebut saudara Apa yang terjadi kini? apakah tuhan mulai bosan sendiri? sehingga ia butuh teman tuk berdialog ataukah ia telah pasrah melihat manusia bergerak lebih cepat daripada kuasanya

entahlah teman......

25

Holy Adibz

Seorang Ibu Berbisik Pada Calon Bayinya anakku jika nanti kau keluar dari rahimku jangan menangis simpan air matamu untuk esok hari aku takut kau kehabisan air mata untuk menangisi nasi yang tak ada dalam tudung sebab kita tidak lagi mendapat beras miskin yang dibagi kepala desa untuk sanak keluarganya yang berkarung beras dalam gudangnya jika nanti kau keluar dari rahimku tahan tangisanmu air matamu lebih berguna untuk menangisi korban bencana alam yang bantuannya tertahan di saku-saku para dermawan dan di kantor-kantor urusan kemanusiaan jika nanti kau keluar ke dunia diam saja setelah umurmu genap enam tahun menangislah sekeras-kerasnya untuk pemimpin bangsa yang gemar studi banding ke luar negeri memakai uang bangsa atas nama tugas negara sementara ribuan anak-anak terlempar ke jalan raya karna tidak ada biaya untuk sekolah saat kau lahir nanti jangan menangis anakku sayang air matamu sangat berguna sekali untuk diminum para tenaga kerja di luar negeri yang haus perlindungan dari negara yang mereka beri devisa bila kau menangis saat lahir nanti 26

Holy Adibz

maka air matamu akan menyatu dengan air mataku air mata kita akan menjadi samudera yang memeluk air mata para buruh yang diberhentikan karna menanyakan gaji yang tidak pernah berkecukupan membiayai anak istri dan berbagai keperluan yang tidak sepadan dengan peluh yang berceceran di pabrikpabrik Padang, 1 November 2010

27

Holy Adibz

Sajak Seorang Pelacur kau membumbung ke surga dengan sorbanmu yang berkilau sementara aku berjalan menuju neraka dengan berjuta dosa dari kitabmu malam, waktumu mengaji bermesraan dengan tuhan malam, waktuku mencari gaji bermesraan dengan tuan-tuan di atas sajadah panjang kau sujud tanpa memikirkan periuk esok siang di atas empuk ranjang aku sujud di kelamin panjang demi periuk terjerang demi tuhan yang memberi aku kehidupan sungguh aku tak suka menanggalkan pakaian tapi pekerjaan hanya ada di saku pemerintahan yang akan menggusur lahan tempat aku cari makan Padang, 5 November 2010

28

Holy Adibz

Laut Kota Jakarta di laut kota ini air tawar dan asin menyatu di dalamnya ikan-ikan terombang-ambing oleh ombak yang dipermainkan angin di laut ibukota ini angin menjadi selimut orang-orang yang tidur di kolong jembatan dan panas matahari menjadi tudung para pedagang yang mendayung nasib di pintu kemacetan Jakarta adalah muara dari segala suara impian, jeritan dan kebahagiaan yang tenggelam dalam samudera zaman Jakarta adalah dermaga kapal-kapal besar datang dan pergi membawa semua harta yang tersimpan di dasarnya kapal-kapal kecil yang sekedar mengail ikan kecil makin terpinggirkan, tak dapat bagian kota ini adalah lautan dalam dan luas sepanjang pandang siapa yang tak punya kapal harus kuat berenang agar tak tenggelam dan disantap ikan-ikan yang tak pernah kenyang siapa yang terjun ke kota ini tak bisa kembali pulang karna ia adalah laut tanpa daratan Jakarta, 29 Januari 2011 29

Holy Adibz

Anakku Akan Kuliah jangan belajar sastra anakku nanti kau diberi tugas keluar rumah malam-malam menulis puisi tentang bulan dan bintang jangan belajar agama anakku nanti kau disuruh menghafal kitab suci berdiam diri di rumah ibadah dan menutup telinga dari bisingnya jalan raya jangan belajar sejarah anakku nanti kau diajari menghormati para pahlawan yang menghabisi nenek moyangmu jangan sekali-sekali mempelajari ekonomi nanti kau jadi mentri yang mengakali rakyat sendiri apalagi belajar politik jangan anakku pulang-pulang kau bisa saja membodohi ayah ibu yang membesarkanmu jangan juga belajar matematika nanti matamu buta dari tanda-tanda selain angka-angka yang terjebak di buku-buku kuliah kau ingin belajar teknik 30

Holy Adibz

aku mohon jangan anakku nanti kau dirikan industri yang membangun mimpi para buruh lalu menghancrukannya kembali lewat upah kecil dan pemutusan hubungan kerja belajar olahraga saja anakku jadi pemain sepak bola atau atlit bulu tangkis badanmu sehat jiwamu kuat biar tidak ditangkap saat unjuk rasa sebab kau akan sibuk berlatih untuk kejuaraan melambungkan nama negara Padang, 18 November 2010

31

Holy Adibz

Ayo Bayar Pajak ayo bayar pajak untuk menyemir aspal biar kendaraan orang-orang besar berselancar di jalan raya menuju restoran-restoran mewah ayo bayar pajak untuk pembangunan gedung-gedung biar kota kita indah tanpa gubuk kardus para gelandangan yang mengganggu pandangan mata ayo bayar pajak biar pejabat kita di atas sana bisa berlibur ke luar negeri setelah lelah memikirkan nasib rakyat ayo bayar pajak biar kantong negara gemuk biar koruptor tak susah lagi mencari lahan garapan baru ayo bayar pajak tunda dulu membeli beras itu dahulukan kepentingan negara ketimbang perutmu nanti kita akan kenyang dengan kenyataan-kenyataan sesudahnya Padang, 12 November 2010

32

Holy Adibz

Seorang Penyair Dan Cangkulnya seorang penyair membawa parang pergi ke hutan mencari sebatang kayu untuk tangkai cangkulnya kayu ditebang diperhalus diukir dicocokkan dengan mata cangkul cangkul siap berkubang di sawah namun cangkul mengkilap itu diletakkan di ruang tamu bersama boneka dari dapur istrinya menjerit padi tinggal sesudut karung Padang, 8 November 2010

33

Holy Adibz

Labuhan Kerbau Kampungku labuhan kerbau kampungku tempatku berkubang siang malam menyendiri dengan bangau, lumpur dan daun nipah bila aku pergi merantau kutitipkan ibuku pada genang pasang bulanmu asinkan doa beliau untukku sepanjang malam labuhan kerbau kampungku di bawah jembatan tuamu ikan-ikan kecil menunggu cahaya bulan purnama malam hari ayahku biasanya pulang dari kedai kopi bila aku pergi merantau kepada suara gemericik airmu aku berharap lumuri kaki ayahku pada ingatan tentang rumah yang kerap pulang setelah malam beruban labuhan kerbau kampungku di depan kubanganmu, sungai melarungkan kenangan masa kecilku dan di samping kananmu, laut senantiasa bercerita bagai suara rabab dan tukang kaba yang tak pernah punah dalam kenanganku suatu saat, adik perempuanku akan menulis puisi tentang riwayat para petani dan nelayan yang terbakar di atas kemarau tanahmu bila aku pergi merantau tolong jaga adik perempuanku saban hari, kera-kera yang bersembunyi di balik rimbun nipah dan kelelawar yang bersarang di pucuk kelapa mengintainya berkereta pulang sekolah labuhan kerbau kampungku 34

Holy Adibz

tempatku berkubang siang malam seperti kerbau-kerbau yang terusir dari kandangnya aku akan mengembara ke ladang orang mencari rumahku yang hilang bila aku pergi merantau tikamkan jejak-jejakku di tubuhmu biar rinduku terpaku di jantungmu katakan pada ibuku aku akan pulang bila abu di atas tungku sudah membatu Padang, 28 Februari 2011

35

Jhon Pello

Debu Cinta Palsu hanya luka terpahat tak kan mati di hati buana raya buat jiwa yang terlena, tersandar dan terkapar lusuhku tak terbasuh perihku tak sanggup merintih inilah jiwa yang terluka bersama asa yang terlupa di atas fana yang nyata dihembus bayu semu dan debu cinta palsu Kamarku, 25 Mei 2009

36

Jhon Pello

Keegoan Kadang aku berpikir Kenapa kau dan aku Tak pernah bertemu Pada satu ujung jalan Adahkah karna aku berlari kearah yang salah Atau memang jalan ini masih terlalu panjang untuk kutemui sebuah ujung Bukan suatu kerelaan ketika aku mencoba berlari Dari sebuah kenyataan Bahwa kau tak pernah tulus menyayanggiku Tapi keterpaksaan telah membawa aku Pada kelokkan yang bercabang pada ujung yang tak kelihatan Mungkin sebenarnya tak perlu kutanya Mungkin juga tak pelu kau jawab Karena di dasar jiwamu dan jiwaku Ada keegoan yang terpaksa harus kita akui Hanya aku menunggu waktu yang tepat Di mana aku harus berhenti melepaskan lelahnya perjalanan ini Sebuah rasa keegoan tanpa pernah lagi menoleh ke belakang Kamarku, 14 Juni 2009

37

Joey Rose

Sajak Mabuk ...semua orang sibuk... ...aku malah ngantuk... ...semua orang suntuk... ...aku malah sumuk... ...semua orang ngamuk... ...aku malah mabuk... Aku mabuk Engkau, datanglah, rengkuh aku sekarang juga! Bukit Karamunting, 23082010, 12:43

38

Joey Rose

Al Faiz: Dengan Subuh dan Di bawah Gerimis Aku Bersaksi (Razaq Akbar Faiz, sebab aku selalu merindukanmu) Al Faiz dengan subuh, dan di bawah gerimis, aku bersaksi: Subuh adalah kesadaran segala permulaan rentang kehidupan rancang kemenangan bangun kekuatan raih kemerdekaan. Dengan subuh bangunkan tubuh sekaligus rubuh lawan keluh nyalakan suluh. Refuge in the Lord of mankind The Sovereign of mankind The God of mankind From the evil of the retreating whisperer Whispers [evil] into the breasts of mankind Among the jinn and mankind*. Di bawah gerimis hamburkan tangis cinta kukais perkuat baris lawan iblis tantang bengis 39

Joey Rose

kezaliman terkikis Menjadi Al Faiz. Padang, 11 September 2011, 05.00-06.00 *Surat Annas dari Al Quran. Untuk kedua orangtuaku, untuk istriku dan anak-anakku, untuk keluarga besarku, untuk sahabat-sahabat spiritualku, untuk kawan-kawan seperjuanganku, untuk seluruh manusia dan kemanusiaanku, dan untuk Tuhanku.

40

Joey Rose

Tiga Perempuan Dalam Kehidupanku Satu Dari rahimMu aku dibuai-diasuh Dalam dekap-kasihMu aku tumbuh Engkau kupanggil Ibu Dua Dari rahimMu aku tanamkan generasi Dalam dekap-cintaMu akulah laki-laki sejati Engkau kupanggil Istri Tiga Dari rahimMu akan Kau lahirkan kelak Dalam dekap-revolusionerMu generasi baru bergerak Engkau kupanggil Anak Padang, Jum'at, 16 Juli 2010, 12.30, Merayakan Lima Tahun Hidup Bersama 16 Juli 2005-16 Juli 2010 dan Sampai Mati. (Mengenang Ibu Sri, disebabkan Welly, dan untuk Rara-Ku).

41

Joey Rose

Dari Asrama Ke Jalur Gaza :untuk saudara-saudaraku di Palestina Aku sangka, begitu susah untuk tinggal di asrama Ternyata, tidak ada artinya dibanding kehidupan di Jalur Gaza 30 September 2009 asrama terguncang gempa Namun sepanjang waktu Jalur Gaza diterpa bencana Lihatlah dengan mata, dengarkan dengan telinga dan rasakan dengan hati Kesaksian-kesaksian dari Jalur Gaza yang belum sepi Tentang ribuan manusia-manusia kehilangan nyawa setiap hari Tentang rintihan anak-anak muda kehilangan masa depan pasti Tentang jeritan dan tangisan bayi-bayi tak berdosa tiada henti Tentang kehidupan yang terayun terombangambing tak bertepi Ketika pesawat-pesawat meluncurkan rudal memburu mangsa ketika peluru-peluru dimuntahkan membabi buta Ketika buldoser-buldoser menggilas rumah-rumah bahkan manusia dengan paksa Ketika pengkhianatan nilai-nilai kemanusiaan nyaris sempurna Dilakukan dengan penuh keangkuhan oleh para Zionis durjana Tidak ada ...

42

Joey Rose

Sajak Untuk Nenek (Selamat Jalan Nek) I Aku bosan dengan keluhan Takkan selesai persoalan Sebab hidup mencari jawaban II Meski mati harus temukan Titik sempurna keabadian Satukan manusia dengan Tuhan Padang, 14 November 2010.

43

Joey Rose

Pagi Ini Seorang Mahasiswiku Kirim SMS "Selamat hari guru ya bapak" Aku tidak sempat lagi berpikir apa beda guru dengan dosen aku hanya tahu, sama-sama mengajar itu saja, Nak! "semoga bapak semakin sukses, selalu sabar dan semangat dalam mengajar kami" Nak, aku masih bingung dengan kata sukses tapi untuk sabar, mungkin aku masih kurang dan untuk semangat, paling tidak aku lebih memilih bertemu kalian dibanding bertemu Rektor, Menteri, atau Presiden sekalipun Aku ingin mendidik, bukan hanya mengajar jika itu mungkin, Nak! "makasih buat semua ilmu dan kasih sayang yang bapak kasih untuk kami selama ini" Semua ilmuku adalah untukmu, Nak! aku mengasihi kalian karena kemanusiaan aku menyayangi kalian seperti anakku sendiri selama ini dan selamanya terimakasih juga untukmu atas keseriusan kamu dalam belajar, Nak! "sampai kapanpun jasa bapak nggak akan bisa kami balas dengan apapun" Nak, semangat dan keseriusanmu dalam belajar adalah balasan yang luar biasa bagiku tidak menunggu kapan pun, tapi sekarang juga aku pikir jasaku sebatas gaji bulananku namun, engkau mengingatkanku 44

Joey Rose

kapitalisasi pendidikan harus dilawan! Terimakasih, Nak! "doakan kami supaya sukses ya Pak!" doakan saya juga, bisa jadi guru atau dosenmu yang baik dan benar, Nak! Padang, 25 November 2010, 13:20. Terimakasih untuk Fina Resty Fauthrisna, dan semua mahasiswamahasiswiku, "Ayo terus belajar untuk berani berpikir kritis!, berani bersikap tegas!!, berani bertindak nyata!!!...untuk Indonesia, untuk Kita Semua".

45

Joey Rose

Kami Selalu Siap Berperang! Malam yang senang. Barisan sadar berkembang. Berpikir bersikap matang. Makin jalang makin garang. Kehidupan kerontang. Membangun pantang. Dunia tak tergoyang. Siap terus menerjang. Menang tak terjelang. Siap tuk berkalang. Pasti, suara takkan hilang. Yakin, gema akan terngiang. Ada sebutan pembangkang. Tidak butuh disebut pejuang. Anak-cucu saja mengenang. Kami selalu siap berperang! Padang, 01 Desember 2010; 12.10. Untuk "barisan sadar" (Iki, Reski, Gilank, Iko, Fiky, dan semua orang yang siap masuk barisan membentuk pasukan)...dan untuk Yogyakarta-ku tercinta..."Apa kabar Rakyat Berserak dari Puncak Merapi sampai Pinggiran Parangtritis?!"

46

Joey Rose

Mungkin Kita Lupa Obrolan santai tanpa tikai dalam terpaan angin basah pantai membuat kita semakin pandai berlompatan seperti tupai tanpa terjebak ocehan kedai semakin membuat lalai dan lebih tolol dari keledai Padang, 20 Desember 2010 Pagi sampai siang yang suntuk dengan kepura-puraan, obrolan membosankan seolah tanpa beban, "demi generasi masa depan atau demi sesuapan?'"

47

Joey Rose

Ah, Revolusi Kok Ditakuti Revolusi itu resolusi pergantian tahun. Revolusi itu setelah lulus kuliah menerima gaji. Revolusi itu nama yang anda cari tidak ada, meskipun demikian, nama revolusi tersedia untuk didaftarkan. Revolusi itu tidak hanya berupa tulisan dan semangat saja, tapi nanti pada akhirnya terbukti melalui tindakan nyata. Revolusi itu potong generasi tua yang sudah kronis dengan korupsi. Revolusi itu menguasai diri untuk menguasai dunia. Revolusi itu monyet nyengir melihat model perempuan bugil di atas puncak gunung meletus. Revolusi itu sepakbola yang menjadi penyakit pada tubuh seorang gadis mengelus dada. Revolusi itu nafsu purba manusia yang diumbar ke dunia nyata melalui dunia maya. Revolusi itu aneka resep remeh temeh kehidupan manusia yang bisa menjadi urusan gawat darurat bagi petualang kesepian. Revolusi itu kerusuhan sosial yang bukan dipicu oleh seorang pemimpin negara tapi oleh bahan penghilang lapar perut rakyat. Revolusi itu bukan soal agama tapi tangisan untuk kehidupan yang layak, pekerjaan, ketahanan pangan, kebebasan, dan martabat untuk semua. Revolusi itu soal harga soal gambar soal asuransi dan soal-soal kehidupan lainnya yang semoga kau menikmatinya. Revolusi itu agen bola yang menyamar dan sebenarnya agen judi yang menjanjikan kekayaan sampai mati. Revolusi itu sebuah bisnis networking dengan produknya sebuah software website yang berulang-ulang bisa mendapatkan penghasilan tanpa batas. Revolusi itu ketidakpercayaan akan merembet karena tidak ada alasan soal lawannya banyak atau soal ada yang suka dan ada yang tidak suka. 48

Joey Rose

Revolusi itu doa seorang gadis tentang tercapainya cita-cita sebagai status dalam jejaring sosial di dunia maya. Revolusi itu sebuah peristiwa besar di negeri nun jauh di sana yang bisa ditonton dari sebuah kampung relijius. Revolusi itu ekspresi muka lucu dukun gondrong dengan celengan koin berciuman untuk orgasme hebat di titik tersensitif dan termahal di dunia. Revolusi itu menonton, browsing, ngobrol di satu layar harganya diperkirakan milyaran. Revolusi itu sebuah puisi memaksa tentang sebuah karya dari comot sana comot sini penyair gadungan yang rindu eksis. ...ah, revolusi kok ditakuti... Padang, 01 Februari 2011, 23:15

49

Joey Rose

Aku Menangis Ketika Menggali Kubur Untuk Putriku. Dia Maju dan Kemudian Menyisir Janggutku :sajak untuk Zahra Faiza Fitria Seringkali kesadaran begitu cair namun tidak jarang sangat beku. Ketika merasa sebagai pembuka jalan terang justru menyilaukan mata sendiri, maka air mata akan menetes perlahan dan terus menerus menganak sungai. Kuburan bagi yang hidup itu justru lebih menyiksa daripada mengubur yang mati. Bahkan yang matipun akan membusuk dengan sendirinya dihantam terik matahari, dihajar hujan deras yang mengguyur bumi, ditiup angin yang menghempaskan apapun ke udara. Dia yang selalu berharap aku pulang ketika kepergianku. Dia yang selalu berharap aku ninabobokan menjelang lelapnya. Dia yang benar-benar menyentuh, mengelus, menarik, dan akhirnya benar-benar menyisir jenggotku. Dia yang begitu berarti untukku. Hidup dan matiku sebagiannya untukmu, Bunga-ku. Padang, 29 Juli 2009, 14:04.

50

Joey Rose

Jika Semua Sempurna Jika semua sempurna maka selesai sudah hidup dan dunia bebas maka bukan sudah benar atau masih salah maka bukan sudah baik atau masih buruk hanya belajar dan bekerja menerabas batas-batas yang dikonstruksi wajar dan pantas yang semestinya besar dan luas yang sesungguhnya bebas sempurna apakah sempurna mensyaratkan bebas apakah bebas mensyaratkan sempurna mungkin Padang,8/5/2011

51

Joey Rose

Bagaimana mungkin Aku bisa diam, dan Kau? :untuk mereka yang tidak pernah diam Bagaimana mungkin aku bisa diam jika kebodohan dipelihara oleh manusia-manusia, bagaimana mungkin aku bisa diam jika ketidakberpihakan kepada yang harus dibela merajalela, bagaimana mungkin aku bisa diam jika kita semua hanya berkatakata bahkan diam saja. Padang, 16092010; 09.45

52

Lismomon Nata

Negeri Parewa Negeri parewa Negeri Galau Galau Hati nan tak Terkatakan Resah membayang dalam mimpi yang tak berkesudahan Malang sudah dilahirkan di tanah yang tak berarah Sudah dan tak sudah Bhatin perih Jiwa sesak Ingin terteriak Takut tak makan dan ditembak Hanya menyaksikan dengan telanjang segala basa- basi Jilatan liar atas semua kepalsuan yang disusun nyata Pura- pura bertepuk tangan Dalam sepi di Negeri Parewa Bertanya dalam hati Kapan akan kembali atau hanya mimpi

53

Lismomon Nata

Mau Ke Mana Kau Indonesiaku Kisah potret negeri kusam dan tak pernah pasti berjalan terseok hilang dan menunggu mati Sekolah untuk menjadi bodoh bekerja untuk menjadi bodoh pengangguran untuk menjadi bodoh mau ke mana kau negeriku kumencarimu Kau tampak pilu Arahmu kian gontai Semangatmu padam Wahai Indonesiaku Mana suara- suara yang kau teriakan lantang dulu Kokoh menatap hari esok Tak takut akan badai Menantang masa sekalipun Mau ke manakah kau Indonesiaku Tubuhmu kian kusam Wajahmu kian legam Bukan karena kedewasaan tapi sepertinya kau lupa ingatan

54

Lismomon Nata

Korupsi Korupsi kata populer Di mana- mana ada hingga di balik besi Siapapun pasti suka Virus bizurai negeri Congkak Merasa aman dan bisa dibeli Bising dalam berita Saling cakar Gundik Dalalah Mall dan Hotel Cilok Burai sumpah serapah

55

Lismomon Nata

Bupala Oh.... Bupala, kami akan cium tanganmu Hingga jilati pantatmu Bapala, kami akan cuci tapak kakimu Hingga kau senang kegirangan karenanya Tak mengapa Pembantu di rumah sendiri Budian di kampung sendiri Buruh Tak apa- apa asalkan kau senang Oh... Bupala Ekor kami akan bergoyang- goyang Sabar menanti titahmu

56

Lismomon Nata

Wahai Penyair Penyair, apakah syairmu mampu mengubah dunia Penyair, syairmu bukan lah kata sakti seperti memo yang bisa menundukan kepala manusia atau mengesahkan anggaran belanja negara Penyair, untuk apa kau habiskan waktu dan tinta Berkelahi siang malam, memutar kepala untuk merangkai katakata Sementara mereka tak juga mau mendengarnya Penyair untuk apa, saat manusia kini tak perlu estetika, etika, matematika, fisika mati rasa Semuanya telah digadaikan dengan mulut yang mengeluarkan kata- kata namun bukan sastra, puisi, nasehat, dan cerita Bermain kata, membolak- balik kata Merubah putih menjadi hitam Hitam menjadi putih Itu sudah biasa Penyair, apa yang kau bisa Ketika manusia tak butuh lagi dan mempertanyakan untuk apa

57

Lismomon Nata

Tanah Tanah Tidak ada lagi yang kami miliki hanya tanah Tanah air ini tanah Tempat lahir dan mati ini tanah Tempat kami bermain kelereng, galah, ucak Adalah tanah Kami adalah anak tanah Tanah ibu Pertiwi Tempat kami bertanam padi Namun kini di manakah kau tanah Kau semakin sempit bahkan tak terlihat lagi Berganti dengan beton- beton paku bumi Menjadi gedung- gedung Tempat parkir mesin- mesin beroda Tanah Kau semakin mahal saja dan tak terbeli

58

Lismomon Nata

Apnea Masa Muda Aku seperti santri bersarung dan berkutat dengan kitab tanpa tanda baca Terbata- bata membaca tanda hari esok Akan datang dan tak sempat untuk kubaca Menbaca kehidupan Mencari suatu makna Ghaib Lantas berjalan dalam sesak nafas cinta Waktu terus saja berjalan, entah kapan kan bersua Kuhancurkan menara yang telah dibangun dengan peluh dan air mata Kuracuni kesempatan hanyut dalam derasnya cadai Tertawa terbahak- bahak Ke sana ke sini Mondar mandir Dan layu Kini apa yang dikata Senja kian mendekat, kusesal.... Tapi apa yang hendak dikata Aku Apnea

59

Reski Kuantan

Penyair Tolol Dan Perempuan Gila Aku ini penyair tolol dengan perempuan gila (tapi paling catik sedunia) memegang urat leherku, aku mau jadi harimau tapi ia menolak jadi kijang, katanya ia tidak mau ditindas tapi ditindih. Ia lebih suka kata-kata, ia suka gombal-gombal, tapi ia tidak suka dipolygami. Sesekali aku mengajaknya makan pecel, duduk di pinggir jalan atau pulangpergi cari utang naik becak sembari kubacakan puisi paling cinta. Ketika ia lapar, aku akan cubit pipinya sampai merah, kuciumi kelopak matanya,kukunyah telinganya, selalu ia setelah itu menggigit pundakku dan berkata kapan puisimu bakalan laku dijual? Cinta. Kukecup kening dan kuseduh aroma segala macam bunga dirambutnya nanti, aku janji, akan kuajak kau makan di restoran mewah, kemudian nginap dan bercinta di hotel bintang lima, cinta. Selalu ia akan tertawa cinta, kau pendusta tapi aku suka berbisik manja dan mengajakku bermain kucari kau sampai lelah, kadang aku sembunyi di dadanya kadang pula di pangkal paha dan bahasanya, bahasaku lalu adalah nafas terburu, peluh, lenguh "aduh" serta sendi-sendi yang mendadak ngilu. Padang; 23/12/2010

60

Reski Kuantan

Aku Melihat Langit Aku melihat langit, kudengar anak-anak menangis suara-suara perut lapar burung-burung membisu putik-putik bunga layu mereka sakit mereka kedinginan mereka tersiksa semua dirampas. Aku berdoa, orang-orang bertanya di mana keadilan semua terdiam semua hilang kini cuma derak ranting-ranting patah derit di bibir-bibir luka daun-daun detik diputus duka. Oh, kuteguk air mata mereka agar badai di dadaku agar gemuruh di jantungku agar runtuh, agar luluh agar remuk batu hatiku. Aku melihat langit kemudian menunduk dan menciumi tanah, orang-orang bertanya siapa di atas sana? Padang; 15/06/2011

61

Reski Kuantan

Cicak Aku ingin jadi cicak yang menempel di langit-langit kamarmu, dengan sepasang mata liarku, aku ingin menyimak gerak gerik tidurmu, dengan harapan barangkali nanti di suatu malam kau bakalan membaca namaku dari dalam mimpimu. Aku selalu membayangkan dapat menyusup ke dalam piyamamu, menggetarkan bulu-bulu halus di susumu, kemudian perlahanlahan kudengar degup jantungmu, mungkin saja kau sedang bermimpi buruk dan aku akan bersegera siaga membangunkanmu, barangkali dengan doaku. Hampir di tiap kapan kau mulai mematikan lampu dan menyembunyikan diri ke dalam selimutmu, selalu kulantunkan doa-doa pengantar kebahagian terhadap Tuhan, agar kau senantiasa diberikan kenyenyakan dan betapa di kehidupanmu agar aku senantiasa dapat berjaga di luar tidurmu, berjaga serupa udara yang ikhlas kau seduh ke dalam paru-paru. Padang; 18/02/2011

62

Reski Kuantan

Aku Denganmu Aku, denganmu, selalu takut sendiri-sendiri, semisal pohon mangga di depan rumah, Apa sekarang musim berbuah? kau selalu pura-pura tidak tahu dan pura-pura mencari jawaban ke segenap bahasaku. Tak ada yang lebih ajaib ketimbang kita yang senantiasa berjumpa, meski telah saling tumbuh di lain dahan dan terkadang retak di lain cabang. Kau tak jarang menggantung-gantung sepi semacam angin di sela ranting dan aku cerita yang tak sudah-sudah kau bawa ke semua cuaca, seperti pula kau kusenbunyikan dari segala patah. Di pucuk paling hingga, serupa doa dan airmata, kita sama memeram kecemasan, Apa hari ini kita telah tanak? selalu sembari kugenggam gemetar penempuhanmu dan kau seduh debar kehidupanku, kita sama mendekap usia yang jatuh satusatu. Padang; 14/02/2011

63

Reski Kuantan

Puisi-puisian I Aku ke laut kau ke bukit dan yang lain menatap langit sementara kita sibuk saling berbohong di perut orang-orang lapar para penguasa berbagi tiket ke neraka. II Jangan cium di sana, di sana geli, aku tak mau kita cuma sekedar saling menertawai, aku tertawa karena kau karena aku, Indonesia. III Pohon itu tumbuh tinggi sekali aku dengar, ada seseorang di puncaknya ingin menangkap bulan. Padang; 17/05/2011

64

Reski Kuantan

Menuai Hampa Seusai padi kutanam aku hendak menuai ilalang malah kiranya seperti berladang pada yang tak mungkin aku mesra memeluk angin hampa nan dingin, sakit yang tak mengenal musim Patahnya di pangkal paling bawah kuncup-kuncup mengecup tanah tak sempat menjadi bunga duh, ada luka katup-katupnya menganga menelaga di ceruk mata Padang; 10/04/2010

65

Reski Kuantan

Taplau tujuh tiga puluh Melempar bola mata dan sepasang dukacita tergelak tibatiba ini bukan gelombang yang sama tanpa koran pagi atau halaman puisi Pukul tujuh tiga puluh, tentang pantai, buih, pasir, dan aroma rambut yang diamdiam menata simak di bebatuan dan segumpal penantian Siapa saja pernah salah kira ini laut jantan atau betina tapi, rindu tak faham angka merah juga dermaga yang memisah badan di ujung muara Tuhan, aku ingin jadi angin aku ingin jadi awan atau hujan aku ingin jadi hari libur sepanjang musim Padang; 03/10/2010 *Taplau:Tapi Lauik - Pantai Padang

66

Reski Kuantan

Aku dan Ibuku, Tuan. Ibu menanak mimpi di dalam kepalaku, aku belanga di atas tungku, api menjadi guru, api mencairkan apa saja yang beku, mengabukan apa saja yang bisa menjadi abu, menelan apa saja yang bisa ditelan, memakan apa saja yang bisa dimakan, aku dan ibuku punya banyak tuntutan. Tapi, dari atas sana, di atas entah itu kursi penuh beban atau malah kasur idaman, keringat ibuku disedot, darah ibuku disedot, doa dan airmata ibuku disedot, aku dan ibuku disedot, kami disedot seperti tambang, disembelih kebijakan, dibuat akrab dengan kecemasan. Dari tubuh ibuku, dari rahim ibuku, dari seluruh luka dan duka ibuku, bakalan terus kalian lahirkan ketidakadilan, benarkah tuan? Padang; 20/06/2011

67

Reski Kuantan

Ke Rumahmu Aku Hendak Pulang Aku hendak pulang ke tubuhmu menjengkal belai. Meski tak begitu kuhafal lagi musim-musim di matamu. Tapi aku ingat sempat pernah dulu sembari menyimak kumbang bak lenggok anak gadis memotret gerimis melubangi palang pitu, kita tulis puisi tentang urat leher dan jabat di saku baju. "Pantas saja lubang-lubang di kayu rumah ini kian berjumlah, kelak mungkin saja bakalan patah atau runtuh" katamu. "Tapi itu bukan aku!" kataku. "Kau yakin? kenapa tapi aku ragu? tibatiba wajahmu batu. ..................... Entah bagaimana kemudian aku telah di luar mencari pintu. Aku tahu kau sedang di dalam menumbuhkan ulang paru-paru. Padang; 02/09/2010

68

Rizki Firdaus

Mengulum Biru binar matamu merayap terang sambut untaian cahaya retoris benderang dalam lebam hati yang lelah mengerang kurungan berbatas jasad menjadi derau bak birokrat menjaga rakyat tetap terpantau cita membuka hanya mengigau pusat harap pada tangan tak terlihat meski nuansa takdir dan ayat nyata menuai laba berlipat ketika tali sebab terputus membunuh logika determinasi alih alih untuk bereksistensi namun kau tak mesti rela memupus tuk setia selalu menghampiri konklusi Batu Taba, 240811 to: my tough sister, if only I could find the concrete help...

69

Rizki Firdaus

I Sweep The Floor I sweep the floor not because my mom told me to or conform to what people think of dirtiness and tidiness I sweep the floor on my own bliss for the process I love between I sweep the floor to pick any worth thing out of awareness to be expelled to check every corner of the room as it might be some important things are enclosed at least to figure out everything need to be thrown out I guess it will be delightful to sweep the floor everyday hoping for every new synthesis to get Batu Taba, 010811

70

Rizki Firdaus

Antonimisme ragam kemudi terlontar menyapa. isyarati hati mulai pelayaran. satu pandu nyatanya mesti digenggam. sebentuk pilihan menurut berita. atau hanya turunan sekedar menelan. selain mau bertanya pada gerak periode alam. kemudian ambisi meluap terus ke atas. melupakan dimensi bernama masa. jatuh itu mudah. tanpa topangan dari bawah. setiap mulut kini serempak bilang benar. sedikit tenar berpeluang didengar. suara sayup bisa tersulut. berulang kali dituding salah. menjadi pemenang tak lebih dari adu kuat. singkirkan dulu tanggung jawab. putar otak buat pertahanan. karena kalah bukan berarti menyerah. dan ketika air memberi dingin . bisa bimbing panas mereda. semakin deras mampu padamkan api kebenaran. maka hitam hanya akan kembali menjadi gelap. dalam terang figura putih. demikian juga sebaliknya. adapun jika mati telah jadi pilihan menutup gusar. tersebab hidup cuma bermacam kepentingan. hanya Tuhan yang punya kuasa. pada pahala yang mengurai hidayah menuai pamrih. atau dosa yang memecah ikhlas. cinta anugerah semesta. bukan dunia satu dua. berkawan tanpa halangan perbedaan. melawan tembok sekat penyeragaman. Batu Taba 090311

71

Rizki Firdaus

Author a comfort zone fade away from my sight together with millions groan of defeat whose really suffer of no link up to the might should I feel it? they keep calling me a blockhead for sliding the gold bargaining over by refusing to get employed in the day to day linear then spending my life in the taboo of insubordinate must I notice that? Come on man, never think to regret that Cinderella shall find her happy ending faster when she gets courage with the step mother the sleeping princess ought to meet more than just a handsome prince if only she had bored to wait for the kiss despite of a certain magic upon that everyone has their right to be an author thank God for letting me battle on my own Batu Taba 010211

72

Rizki Firdaus

Perjalanan ke Kota Besar Perdanaku baru kali pertama kulihat tembok-tembok dipaksa memanjat memandangi riuh para kerabat bersusun rapi bersaing hebat pikirku sang pemilik segala bakalan bangga mengamati buah-buah pikiran ciptaannya pantang kehabisan upaya manfaatkan sumber daya lebar bumi sudah habis dipalu besi langit tempat bersemayam matahari kan masih luas terus bersemilah pembangunan mandiri abaikan proporsi tengoklah variasi jajanan impor mungkin ini keutamaan perdagangan bebas seperti wibawa bicara mereka di monitor usah jauh berkunjung agen kami setia melayani selera luar negri akan siap segera datang menemani merata ke semua lini coba kau bayangkan kesetaraan juga begitu terasa jumlah beruang dan yang terawang sama banyak mengalahkan jamaah kere di desa hingga partisipasi mereka kelak ikut merebak semoga ku tak salah langkah palingkan mimpi usang pada koar kehidupan baru di pintu gerbang puaskan mata berkaca ayah ibu yang penuh amanah sampai nanti kuminta burung mengabarkan perjalanan ke kota besar perdanaku Batu Taba 200111 73

Rizki Firdaus

Tawa Fatamorgana tegukan teh pahit penghabisan dingin melukis waktu langit perhentian lelaki tanggung mengingat dalam lamunan rute barisan itik tiap petang siang tadi ditempuh seorang teman saat istri dan hidangan dalam rantang semua pada lesehan hingar bingar kabar bin impian tak merupa wajahnya gemerlap dasi pantulan kilat sepatu kulit tak urungkan lelah jantung raga di jeruji tumpukan kartal menjelma dewa, balik mendakwa bangga apa jika buat merana tertumpah sia perasan keringat demi dangkalnya label harga segera bangunkan tuan pemberani reinkarnasi awal revolusi cicipi sederhana hakiki yang kau ajari kawan iringan senyumku antar harapan pada pusaran fatamorgana tawa hingga luka lama kembali mengelupas pada binar mata yang meredup pada detik menutupnya kesempatan 74

Rizki Firdaus

pada hati tertahan korban keadaan pada teriakan sayup berjumlah jutaan pencuri api, Bukittinggi 12: 31, 101210 terinspirasi dari sinopsis Babbitt yang disampaikan pak dosen

75

Umpu Prahara

Kau 1 Apakah wanita yang terbalut kain sari itu bercelana dalam ? Apakah wanita yang berjilbab itu mempunyai telinga ? Apakah wanita dengan kaca mata hitam itu buta ? Apakah aku? Apakah cinta sebuah hambatan Untuk mencapai tingkat spiritual yang tinggi Lepas Bramu Lepas celana dalammu Lepas semuanya Kita susuri tubuh ini dengan sentuhan halus Dan jilatan-jilatan liar Sampai terdengar lengguhan-lengguhan Melengking dalam tempo riuh rendah Kenikmatan kenikmatan Ini jujur Karena, Keperawanan adalah kebohongan Dan, Keperjakaan adalah kesombongan Aku? Lagi-lagi keluhan ? Akh Cherry House. 12 Okt 2003. 21.37 WIB

76

Umpu Prahara

Kau 2 Tak kudengar lagi beritanya Bukan seperti Legian, Timur Tengah atau WTC Bukan pula seperti ESPN dengan Tiger Wood Atau MTV dengan Christina Aguileranya Tapi cuma dirimu Yang tak kunjung datang Dengan wajah yang sumringah Senyum dikulum permen Manis di dalam Dan lesung pipit di luar Cherry House. 05 Nov 03. 21.56 WIB

77

Umpu Prahara

Untuk Ibu Semburat kemilau matahari pagi belum lagi muncul Cericit burung-burung kecil belum lagi terdengar Kokok ayam jantan belum lagi lantang Celoteh serangga malam belum lagi usai Tapi kau telah terbangun Kau telah terjaga Kau telah meninggalkan peraduanmu yang hangat Meninggalkan tilam emasmu Bagaikan dewi kau memelukku Bagaikan ibu pertiwi kau melindungiku Tak cukup tinta untuk menggoreskan segala kebaikanmu Tak cukup kertas untuk mencatat semua yang telah kau berikan Tak cukup mutiara untuk membalas semua hutangku padamu Tetapi aku bukan milikmu seorang Aku adalah milik anak bangsa Aku adalah milik semua umat manusia Maafkan aku Ibu . Turi, 00.00, 02 Apr 03.

78

Umpu Prahara

Seorang Gadis di Sebuah Ruangan Di suatu senja yang temaram Di penghujung bulan September Bulan yang terkatung-katung diantara dua musim Bulan yang tanggung kata orang Seorang gadis yang sedang duduk mematung Di sebuah kursi panjang disudut sebuah ruangan Yang tak terlalu luas, tetapi terlihat lapang Yang dipenuhi oleh bunga-bunga hidup yang berwarna-warni Sesekali dia mendesah Sesekali dia menggumam Sesekali dia menengok kearah pintu masuk Sepertinya ada yang di tunggu Di suatu senja yang temaram Di penghujung bulan September Bulan yang terkatung-katung diantara dua musim Bulan yang tanggung kata orang Seorang gadis yang sedang duduk mematung Menunggu kasihnya yang tak kunjung datang Lama dia menatap kearah sebuah pintu Yang menghubungkannya dengan dunia luar Dunia yang hiruk pikuk oleh ramai manusia Di suatu senja yang temaram Di penghujung bulan September Yang telah berganti dengan malam yang hampa Tanpa bulan dan tanpa bintang menghiasinya Seorang gadis yang sedang duduk mematung 79

Umpu Prahara

Di sebuah kursi panjang disudut sebuah ruangan Yang tak terlalu luas, tetapi terlihat lapang Yang dipenuhi oleh bunga-bunga hidup yang berwarna-warni Perlahan dia beranjak pergi dengan membawa kegundahan dan kegelisahan hatinya Setelah lama menunggu kekasih hatinya Yang tak juga muncul Setelah sekian lama sang gadis menunggu Cherry House, 15 Sep 03. 01.00 WIB

80

Umpu Prahara

Ahh... Seperti pelukis dalam absurditas Seperti filsuf dalam pencarian tidak ada Seperti politikus dalam arena retorika Seperti ekonom dalam dansa di lantai bursa Dan seperti aku yang mencari Mu Menangis di atas bangkai mayat Tertawa dalam hari indah Itu bohong Justru menangis harus di hari yang indah Dan, tertawa di atas bangkai mayat Itu baru benar. Hahahaaaa Pintu ditutup Hari telah malam Melolonglah di siang hari serigalaku Cherry House. 5 Nov 03. 21.16 WIB

81

Umpu Prahara

Malam Keheningan malam bagaikan sebuah senjata yang mengoyak senja merobek mayapada menodai cakrawala Dalam keheningan malam tergambar kisah tentang duka Tentang bayi yang menangis lapar Tentang anak yang terlantar Tentang kemanusian yang semakin memudar Dalam keheningan malam tercipta sebuah berita Tentang rakusnya penguasa Tentang matinya sebuah cita-cita Tentang hancurnya tatanan negara Dalam keheningan malam terwujudlah sebuah cita-cita Tentang rakyat yang merdeka Tentang rakyat yang sejahtera Tentang rakyat yang berkuasa Painan, 28 Desember 2010

82

Umpu Prahara

Satu Hari Subuh, Tuhan tolong kami, Ampuni kami, Selamatkan kami, Tanpamu kami tak berarti Pagi, Seorang gadis mengambil pisau Memotong kentang, memotong wortel Mengaduk bumbu dan mencampurnya Lalu kemudian memasaknya Siang, Seekor teri bercerita tentang anaknya Tentang kakap, tentang paus dan juga gurita yang meraja lela Sambil dikelilingi lalat Sore, Si gadis menangis ditinggal pacarnya Ibu tiri memarahi anak tirinya Ayah berselingkuh dengan sekretarisnya Seorang gadis kaya senang menjadi pemulung Malam, Dor, suara tembakan terdengar Suara tembakan saling bersahutan Penjahat tersungkur dan mati Sang jagoan berdiri sambil berlumuran darah Tengah malam, Orang kesurupan 83

Umpu Prahara

Orang meracau Orang disembuhkan doa Ada dunia selain dunia kita Begitulah seterusnya dan seterusnya... Padang, 24 Januari 2011

84

Umpu Prahara

Untukmu Yang pernah kuajak merenda jeda Tapi kau kata, tidak! Kataku tak berbisa Tak meliuk serampai Mengapit helai tiada Meski kata ini memang tumbuh dari lukaku Namun ia tetap bersemi Berharap takkan layu Setelah kutinggalkan Tak kubawa cakrawala Kudapan sepi hanya Lantas siapa yang akan menyiraminya? Di saat panas menggoda Kaupun tahu Kabut dan hujan tidak datang bersamaan Begitupun matahari Kadang terbit dari arah yang berbeda Tapi itu mereka, dan bukan kita Siapa kan menyangka Pada sebuah waktu Kita akan bersua Pada ruang yang sama Cherry House. 01 Nov 03

85

Umpu Prahara

Perempuan Perempuan itu Tidak sekalipun pernah kulihat rinai rambutnya Apakah ia berambut ekor kuda ? ataukah ia berambut kepang dua ? atau. Gadis berambut ular? Yang pasti Di matanya ada dua kerlip bintang Perempuan tadi Betisnyapun jarang terlihat Entah padi bunting ? Gading gajah ? atau Tiang penyangga menara Pisa Yang ku tau Senyumnya adalah bunga Perempuan yang lalu Beraroma minyak kasturi Bergaun ala burung Kaswari Ia lahir di Manokwari Dan menyusu pada puting bidadari Kaulah Dinda Bestari Kan kuajak kau menikmati senja di kedai Singosari tempat Ken Arok dan Ken Dedes memadu janji. Dan kita bersama belajar mengaji, karena Ramadhan telah menanti Untuk ia yang datang menemaniku pada suatu malam di Gamping pada saat bulan Ramadhan Cherry House. 05 Nov 03. 21.30 WIB 86

Alfikry Ilmi Lahir di Pariaman, Sumatera Barat tanggal 21 Februari 1989. Seorang mahasiswa pendidikan Biologi UNP yang mencintai seni dan sastra sejak kecil. Pecinta musik Jamica yang biasa menghabiskan waktu luang dengan membaca buku sambil mendengarkan musik early reggae dan ska. Selain itu juga suka membaca, menulis, diskusi dan nonton film. Beberapa puisi pernah dimuat media online. Aktivitas kesehariannya adalah bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota). Email : madcitysociety@gmail.com

Amanike Liza Fitra Lahir tanggal 15 Maret 1988 di Padang. Saat ini sedang menuntut ilmu di Program Studi Hubungan Internasional, FISIP Universitas Andalas. Seorang yang memiliki minat yang tinggi terhadap seni dan sastra.

Gilank Ralicha Lahir di Padang 20 September 1989. Seorang pecinta musik Punk Rock dan Folk serta penggiat filsafat Marxis dan Anarkisme. Menempuh studi di Program Studi Hubungan Internasional Universitas Andalas Padang. Saat ini bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota) sebagai Koordinator Umum, namun pernah menjadi staf pengajar Bahasa Inggris di LSM PAKU (Padang kota tercinta Bersatu) selama 3 tahun dan menjadi Leading Officer Hong Kong Red Cross dalam operasi tanggap bencana gempa 30 September di Sumatera Barat pada tahun 2009

87

Holy Adibz Nama saya Holy Adib. Lahir 10 September 1988 di Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat. Berkuliah di STKIP PGRI Padang mengambil jurusan Bahasa Inggris. Saya gemar membaca, menulis puisi dan cerpen. Beberapa puisi saya pernah dimuat di Suara Pembaruan, Harian Singgalang (harian lokal di padang), oase kompas.com dan blog penyair Nusantara. Aktivitas kesehariannya adalah bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota). Saya bisa dihubungi di 081363827775 dan di adhiebzt44@yahoo.com.

Jhon Pello Bernama lengkap Faizul Azmi. Kelahiran Tanjung Balai Karimun, Kepulauan Riau pada 11 September 1988. Saat ini menuntut ilmu di bidang Komputer salah satu universitas swasta di kota Padang dan tergabung di dalam organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota).

Joey Rose Lahir di Ambarawa 20 Mei 1980, menulis puisi sejak kecil dan pada saat kelas 5 SD puisinya pernah dimuat dalam tabloid anak "Citra". Puisinya juga pernah dimuat dalam antologi bersama "Dian Sastro for President! : End of Trilogy" (Februari 2005). Selain menulis puisi juga menulis esai, salah satu esainya yang berjudul "Berpuisi adalah Bekerja untuk Pembebasan : Apresiasi Buku Puisi Tempurung Tengkurap" (karya Mahatma Muhammad dan Yori Kayama) dimuat dalam http://horisononline.com (02 Agustus 2011). Selain itu juga mempublikasikan puisi serta esai nya dalam media jejaring sosial Facebook dengan akun : Joey VS Rose (Joey Rose). Ak-

88

tivitas kesehariannya bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota)

Lismomon Nata Lahir di Kota Sawahlunto 30 Agustus 1984. Alumnus Sosiologi Antropologi Universitas Negeri Padang. Seorang penyuka sastra dan seni. Menyelesaikan studinya dengan menulis Makna Kesurupan Pertunjukan Kuda Kepang Pada Etnik Jawa di Kota Sawahlunto. Beberapa tulisannya pernah dimuat Harian Padang Ekspress dan Harian Singgalang. Selain tulisan, puisinya juga pernah dimuat di Majalah Ganto. Pernah menjadi juara penulisan ilmiah tentang Bung Hatta dengan judul Bung Hatta dalam Catatan Anak Bangsa. Bergiat pada Forum Lingkar Pena (FLP) Sumbar. Bekerja pada Perwakilan BKKBN Provinsi Sumatera Barat.

Reski Kuantan Lahir 7 Mei 1988 di sebuah kota kecil Teluk Kuantan, Kab. Kuantan Singingi, Riau. Memiliki apresiasi tinggi terhadap kesenian dan kesastraan sejak masih kecil. Beberapa puisinya terhimpun dalam buku kumpulan puisi bersama : Indonesia Berkaca (2011) dan Sepuluh Kelok Di Mouseland (Kendi Aksara, 2011) Serta dipublikasikan di media cetak maupun cyber. Aktivitas kesehariannya bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota)

89

Rizki Firdaus Lahir di Bukittinggi 15 Desember dua puluh tiga tahun yang lalu, pemuda asli Ampek Angkek, Agam ini kini masih bertempat tinggal di kediaman orang tua di sebuah desa bernama Batu Taba. Selama menempuh pendidikan Sastra Inggris di Universitas Andalas hanya berkecimpung pasif di HIMA jurusan, bergiat di komunitas tanpa basis Pencuri Api dalam diskusi dan karya cipta terkait fenomena budaya, menulis lepas di BAHAS sebuah jurnal online linguistik dan sastra http://www.bahas.multiply.com, serta tergabung sekarang di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota) mengkampanyekan wacana alternatif. Belakangan mengisi keseharian sebagai guru Bahasa Inggris pada salah satu Bimbingan Belajar di Bukittinggi sembari terus belajar menulis dan memperkaya referensi bacaan.

Umpu Prahara Lahir pada 1 November di Yogyakarta. Seorang pecinta seni dan sastra. Sejak kecil telah sering mengikuti lomba baca dan tulis puisi baik antar sekolah maupun antar madrasah. Pernah mewakili sekolah dalam lomba pidato karangan sendiri saat SD namun sayangnya tidak mendapatkan juara. Seorang pecinta keindahan alam dan pecinta musik. Saat ini bermukim di kota Padang dan bekerja sebagai seorang pelayan publik di sebuah lembaga pemerintah di salah satu daerah di Sumatera Barat. Saat ini bergiat di organisasi MaGenTa (Masyarakat Gerilyawan Kota) Memiliki alamat dunia maya : umpu.prahara@gmail.com

90

91

Anda mungkin juga menyukai