Anda di halaman 1dari 5

Kelainan His Kelainan his adalah suatu keadaan dimana his tidak normal, b a i k kekuatannya maupun sifatnya sehingga

menghambat kelancaran persalinan. Hisyang normal atau adekuat adalah his persalinan yang menyebabkan kemajuanpersalinan. His persalinan tersebut meliputi secara klinis yaitu minimal 3 kalikontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40 60 detik, sifatnya kuat. Bilamelalui KTG yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit, biasanya selama 40 60detik dengan tekanan intrauterine 40 60 mmHg. Klasifikasi Kelainan his dapat diklasifikasikan menjadi :1 . I n s e r s i a u t e r i h i p o t o n i ( d i s f u n g s i u t e r i h i p o t o n i k ) : k o n t r a k s i u t e r u s teroordinasi tetapi tidak adekuat.2. Insersia uteri hipertoni ( disfungsi uteri hipertonik / disfungsi uterii n k o o r d i n a s i ) : k o n t r a k s i u t e r u s t i d a k t e r k o o r d i n a s i , k u a t t e t a p i t i d a k adekuat.

Etiologi Kelainan his dapat disebabkan oleh1. Insersia uteri hipotoni : panggul sempit, kelainan letak kepala, penggunaananalgesia terlalu cepat, hidramnion, gemeli, ibu merasa takut, salahmemimpin persalinan.2. Insersia uteri hipertoni : pemberian oksitosin berlebihan. Penyulit Kelainan his ( insersia uteri ) dapat menimbulkan kesulitan, yaitu :1. Kematian atau jejas kelahiran2. Bertambahnya resiko infeksi3. Kelelahan dan dehidrasi dengan tanda-tanda : nadi dan suhu meningkat,pernapasan cepat, turgor berkurang, meteorismus dan asetonuria. Pemeriksaan Penunjang Kelainan his dapat didukung oleh pemeriksaan1 . K T G 2 . U S G

Penatalaksanaan Kelainan his dapat diatasi dengan :1. Pemberian infus pada persalinan lebih 18 jam untuk mencegah timbulnyagejala-gejala atau penyulit diatas.2. Insersia uteri hipotoni : jika ketuban masih ada maka dilakukan amniotomidan memberikan tetesan oksitosin (kecuali pada panggul sempit,penanganannya di seksio sesar.3. Insersia uteri hipertoni

relaksasi baik.Bila satu atau lebih tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai,keadaan tersebut disebut gangguan / kelainan his. Kelainan his kita bedakanm e n j a d i 3 y a i t u I n e r s i a u t e r i p r i m e r ( h i p o t o n i c uterine contraction ) dansekunder, Hipertonic uterine contraction, dan Incoordinate uterine contraction.

Inersia uteri Di sini his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih k u a t dan lebih dahulu daripada bagian -bagian lain, peranan fundus t e t a p menonjol. Kelainannya terletak dalam hal bahwa kontraksi uterus lebih aman,singkat, dan jarang daripada biasa. Keadaan umum penderita biasanya baik, danrasa nyeri tidak seberapa. Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecual i jika persalinan berlangsungterlalu lama, dalam hal terakhir ini morbiditas ibu dan mortalitas janin naik.Keadaan ini dinamakan inersia uteri primer atau hypotonic uterine contraction.Kalau timbul setelah berlangsungnya his kuat

untuk waktu yang lama , hal itudinamakan inersia uteri sekunder. Karena dewasa ini persalinan tidak dibiarkanberlangsung demikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus,maka inersia uteri sekunder seperti yang digambarkan di atas jarang ditemukan,k e c u a l i p a d a w a n i t a y a n g t i d a k d i b e r i p e n g a w a s a n b a i k w a k t u p e r s a l i n a n . Dalam menghadapi inersia uteri harus diadakan penilaian yang seksama untuk menentukan sikap yang harus diambil. Jangan dilakukan tindakan tergesa-gesauntuk mempercepat lahirnya janin. Tidak dapat diberikan waktu yang pasti,yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk membuat diagnosis inersia uteri, atau untuk memulai terapi aktif.

Diagnosis inersia uteri paling sulit dalam masa laten,untuk hal inidiperlukan pengalaman. Kontraksi uterus yang disertai rasa nyeri, tidak cukupuntuk membuat diagnosis bahwa persalinan sudah mulai. Untuk sampai padakesimpulan ini diperlukan kenyataan bahwa sebagai akibat kontraksi itu terjadiperubahan pada serviks, yakni pendataran dan/atau pembukaan. Kesalahan yangsering dibuat ialah mengobati seorang penderita untuk inersia uteri, padahalpersalinan belum mulai ( false labour ). Etiologi Inersia Uteri Kelainan his terutama ditemukan pada primigravida, khususnyaprimigravida tua. Pada multipara lebih banyak ditemukan kelainan yang bersifatinersia uteri. Faktor herediter mungkin memegang peranan pula dalam kelainanhis. Sampai seberapa jauh faktor emosi (ketakutan dan lain-lain) mempengaruhikelainan his, belum ada persesuaian paham antara para ahli. Satu sebab yang penting dalam kelainan his, khusunya inersia uteri, ialah apabila bagian bawahjanin tidak berhubungan rapat dengan segmen bawah uterus seperti misalnya kelainan letak janin atau pada disproporsi sefalopelvik. Peregangan rahim yangberlebihan pada kehamilan ganda maupun hiroamnion juga dapat merupakanpenyebab dari inersia uteri yang murni. Akhirnya gangguan pembentukan uteruspada masa embrional, misalnya uterus bikornus unikollis, dapat pulamengakibatkan kelainan his. Akan tetapi pada sebagian besar kasus, kurang lebih separuhnya, penyebab inersia uteri ini tidak diketahui.

PENANGANAN

a. Pada keadaan Hipoptonic uterine Contraction 1. Keadaan umum penderita harus diperbaiki. Gizi selama kehamilan harusdiperhatikan.

2. Penderita dipersiapkan menghadapi persalinan, dan dijelaska n tentangkemungkinan- kemungkinan yang ada.

3. Pada inersia primer, setelah dipastikan penderita masuk dalam persalinan,evaluasi kemajuan persalinan 12 jam kemudian dengan periksa dalam.Jika pembukaan kurang dari 3 cm, porsio tebal lebih dari 1 cm, penderitadiistirahatkan, diberikan sedativa sehingga dapat tidur. Mungkin masihdalam "false labor". Jika setelah 12 jam berikutnya tetap ada his tanpa adakemajuan persalinan, ketuban dipecahkan dan his diperbaiki dengan infuspitosin. Perlu diingat bahwa persalinan harus diselesaikan dalam waktu 24jam setelah ketuban pecah, agar prognosis janin tetap baik.

4. Pada inersia uteri sekunder, dalam fase aktif, harus segera dilakukan : a) Penilaian cermat apakah ada disproporsi sefalopelvik dengan pelvimetriklinik atau radiologi. Bila ada CPD maka persalinan segera diakhiri dengan sectio cesarea. b) Bila tidak ada CPD, ketuban dipecahkan dan diberi pitocin infus. c) Nilai kemajuan persalinan kembali 2 jam setelah his baik. Bila tidak ada kemajuan, persalinan diakhiri dengan sectio cesarea. d) P a d a a k h i r k a l a I a t a u p a d a k a l a I I b i l a s y a r a t e k s t r a k s i v a k u m a t a u cunam dipenuhi, maka persalinan dapat segera diakhiri dengan bantuanalat tersebut.

BAB IIIPENUTUP KESIMPULAN His hipotonik disebut juga inersia uteri yaitu his yang tidak normal, fundusberkontraksi lebih kuat dan lebih dulu daripada bagian lain. Kelainan terletak pada kontraksinya yang singkat dan jarang. Selama

ketuban utuh umumnya tidak berbahaya bagi ibu dan janin. Hisnya bersifat lemah, pendek, dan jarang dari hisnormal. Inersia uteri dibagi menjadi 2, yaitu :a. Inersia uteri primer Bila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsunglama dan terjadi pada kala I fase laten.b. Inersia uteri sekunder Timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadipada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapatditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagiant e r e n d a h t e r d a p a t k a p u t , d a n m u n g k i n k e t u b a n t e l a h p e c a h . D e w a s a i n i persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapatmenimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarangditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

http://www.scribd.com/doc/50703346/His-Hipotonik

Anda mungkin juga menyukai