Anda di halaman 1dari 6

Ahmad Hermawan, Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik, Halaman 1 6

ANALISIS KONTINGENSI PADA SISTEM TENAGA LISTRIK DENGAN METODE ALIRAN DAYA
Ahmad Hermawan*)
Abstrak Masalah yang dibahas terletak pada terjadinya penurunan tegangan pada bus-bus akibat adanya kontingensi yang dapat menyebabkan tegangan yang dibawah standar. Tujuan penentuan untuk mengetahui perubahan tegangan pada bus-bus di sistem tenaga listrik bila terjadi kontingensi tunggal pada jaringan 150 kV. Dalam penelitian ini dilakukan studi aliran daya untuk mengetahui perubahan aliran daya dan tegangan bus pada system uji 38 bus saat terjadi pelepasan saluran transmisi dari suatu sistem tenaga listrik Kontingensi yang dipilih didasarkan atas pertimbangan pembebanan saluran transmisi yang relatif besar. Hasilnya bus-bus mengalami penurunan sampai 0.83 kV kontingensi 1 dan 2.41 kV atau perubahan maksimumnya sebesar 1.61 % untuk kontingensi 2. Kata-kata Kunci: kontingensi, bus, tegangan, aliran daya Abstract The problem is the decreasing voltage in the bus voltage system is caused by contingency which can cause standard lower voltage. The purpose of determination is to know the changes voltage in the bus voltage system if there is single contingency in 150 kV network. This research studies power flow and voltage bus in tested system is 38 buses when loading line transmission form electrical power. A contingency selection was based on strategic and loading aspects considerations. The results shows that The fault at the one circuit transmission line bus 8-12 and bus 13-15 make buses voltage decrease of 0.83 and 2.41 consequently. Keywords: contingency, bus, voltage, power flow

1. PENDAHULUAN Sistem tenaga listrik sekarang ini, kebanyakan sudah merupakan sistem interkoneksi antara pusat pembangkit satu dengan pusat pembangkit lainnya dengan harapan bila salah satu pusat pembangkit atau transmisi mengalami gangguan maka pasokan tenaga listrik tetap dapat berjalan, meskipun sistem telah direncanakan dengan baik tetapi pada kenyataannya telah terjadi pemadaman total (blackout) yang terjadi di beberapa kota atau negara antara lain seperti di Indonesia pada tanggal 13 April 1997 (Gatra:1997:5), di New Zealand 26 Pebruari 1998, dan London tanggal 29 Agustus 2003 (The Guardian, 2003:13). Kejadian di tahun 1997 terulang kembali di Indonesia pada tanggal 18 Agustus 2005 (Kompas, 1997:7). Adanya pemadaman pada daerah yang luas ini dapat menyebabkan kerugian yang sangat besar baik di pihak Perusahaan listrik yang tidak bisa menjual energi listrik maupun pihak konsumen yang terganggu aktivitasnya karena terhentinya pasokan listrik. Usaha untuk mengurangi kerusakan-kerusakan yang terjadi karena
*)

gangguan sesungguhnya dapat dilakukan dengan menggunakan analisis kontingensi karena analisis ini untuk mengetahui perubahan aliran daya dan tegangan bus saat terjadi pelepasan atau pemutusan saluran transmisi dari suatu sistem tenaga listrik melalui tindakan pengamanan (Stevenson dan Grainger, 1998:55). Analisis kontingensi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu analisis kontingensi tunggal (single contingencies) dan kontingensi jamak (multiple contingencies). Kontingensi tunggal terjadi apabila saluran transmisi atau transformator dilepaskan dari saluran pelayanan yang mungkin dimaksudkan untuk perbaikan dan penjadwalan operasi, sedangkan kontingensi jamak terjadi jika dua atau lebih saluran jatuh secara simultan atau sebuah saluran jatuh dan terjadi gangguan pada pembangkit dalam memasok tenaga listrik. Salah satu metode yang digunakan untuk analisis kontingensi adalah metode aliran beban AC diantaranya aliran daya Newton-Raphson dan aliran daya Fast Decoupled, mempunyai ketepatan

Ahmad Hermawan, Dosen Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Malang

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 perhitungan dan kecepatan yang baik (Dhar, 1982:206). Apabila terjadi kontingensi maka mempunyai pengaruh terhadap aliran daya dan tegangan pada bus-bus dalam kondisi yang terkoreksi, dengan demikian dapat dilakukan perencanaan terhadap operasi sistem tenaga listrik agar dapat beroprasi normal dengan batas-batas tertentu. Solusi masalah dirumuskan sebagai analisis kontingensi tunggal pada sistem tenaga listrik sebagai upaya teknis untuk terus menerus mengevaluasi kondisi jaringan yang berubah terutama pada saat kontingensi. Masalah dibatasi hanya pada analisis kontingensi tunggal (single cotingencies) dengan menggunakan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson karena mempunyai ketepatan perhitungan dan kecepatan yang baik dengan pengujian pada sistem tenaga listrik 150 kV, 38 bus. Hipotesis yang dikemukakan adalah: Kontingensi yang terjadi pada saluran transmisi tenaga listrik akan menyebabkan perubahan tegangan pada bus-bus. Tujuan penerapannya adalah mengetahui perubahan tegangan pada busbus di sistem tenaga listrik bila terjadi kontingensi tunggal ( satu saluran keluar ) pada jaringan 150 kV. 2.TINJAUAN PUSTAKA Analisis kontingensi adalah program perhitungan yang digunakan untuk mengevaluasi pengaruh kontingensi kontingensi yang layak terhadap perubahan tegangan bus dan aliran daya saluran (Ristanaovic dkk, 1989: 190). Pada saat beroperasi sistem tenaga listrik mungkin mengalami suatu keadaan kontingensi seperti gangguan pada unit pembangkit atau saluran transmisi, penambahan atau pengurangan yang tiba-tiba dari kebutuhan beban pada sistem tenaga listrik. Meskipun banyak kontingensi lain yang mungkin terjadi namun hanya kontingensi yang mempunyai kemungkinan yang tinggi yang akan dipertimbangkan. 2.1. Keadaan operasi dan keamanan sistem tenaga listrik. Menurut Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi (2004:79) sistem dinyatakan berada dalam keadaan operasi yang berhasil atau memuaskan bila : 1) Frekuensi dalam batas kisaran operasi normal (50 0.2 Hz), kecuali penyimpangan dalam waktu singkat diperkenankan pada kisaran (50 0,5 Hz), sedangkan selama kondisi gangguan frekuensi boleh berada pada batas 47.5 Hz sampai 51.5 Hz. 2) Tegangan di Gardu Induk berada dalam batas yang ditetapkan dalam aturan penyambungan yaitu : Tegangan 500 kV adalah 5% sedangkan Tegangan 150 kV, 70 kV, 20 kV adalah +5 % dan -10%. Batas-batas ini harus menjamin bahwa tegangan pada semua pelanggan berada pada kisaran yang telah ditetapkan sepanjang pengatur tegangan jaringan distribusi dan peralatan pemasok daya reaktif bekerja dengan baik. Operasi pada batas-batas tegangan ini diharapkan dapat membantu mencegah terjadinya tegangan-kolleps (voltage collapse) dan masalah stabilitas sistem. 3) Tingkat pembebanan saluaran transmisi dipertahankan pada batas-batas yang telah ditetapkan dan tingkat pembebanan arus di semua peralatan jaringan transmisi dan gardu induk berada dalam batas rating normal untuk semua single contingency gangguan peralatan. 4) Konfigurasi sistem sedemikian rupa sehingga semua PMT (circuit breaker) jaringan transmisi mampu memutus arus gangguan yang mungkin terjadi dan mengisolir peralatan yang terganggu. Kontingensi adalah kejadian yang disebabkan oleh kegagalan atau pelepasan dari satu atau lebih saluran transmisi dan atau generator, kontingensi N-1 adalah kontingensi yang dihasilkan dari terlepasnya satu komponen, kontingensi N-k adalah kontingensi yang dihasilkan dari terlepasnya k komponen, dari segi potensi kejadian kontingensi dapat dibedakan menjadi : (1) Credible Contingency Adalah kejadian yang oleh pusat pengatur beban atau pengatur beban region dianggap berpotensi untuk terjadi, dan secara ekonomis sistem dapat diproteksi terhadap keadaan tidak terlayaninya beban (loss of load) sebagai akibat kejadian tersebut, misalnya kejadian tripnya satu unit generator atau satu segmen transamisi. (2) Non Credible Contingency Adalah kejadian yang oleh pusat pengatur beban atau pengatur beban region

Ahmad Hermawan, Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik, Halaman 1 6 dianggap kecil kemungkinannya untuk terjadi atau kejadian tersebut secara ekonomis tidak layak untuk diproteksi, misalnya tripnya secara simultan beberapa unit pembangkit. Dalam kedaan tidak normal seperti badai atau kebakaran Pusat Pengatur Beban dapat memilih untuk menetapkan sementara suatu non credible contingency menjadi kontingensi yang kredibel yang harus terjadi. Analisis kontingensi merupakan salah satu dari tiga fungsi utama dari sistem keamanan yang dikendalikan dari pusat kendali operasi yaitu: (a) sistem monitoring (b) analisis kontingensi dan (c) keamanan dengan kekangan optimasi aliran daya (Wood dan Wollenberg,1996: 60). Sistem tenaga listrik dapat dibagi menjadi empat keadaan operasi yaitu : 1) Pengiriman yang optimal (Optimal dispatch) : Pada keadaan ini sistem tenaga listrik bekerja pada keadaan optimal secara ekonomis tatapi sistem tidak terjamin dalam kedaan aman. 2) Setelah kontingensi (Post contingency) : Yaitu kedaan dimana sistem tenaga listrik setelah kontingensi terjadi. 3) Pengiriman yang terjamin (Secure dispatch) : Pada keadaan ini sistem tenaga listrik tidak ada kontingensi yang menyebabkan kegagalan, dengan koreksi terhadap parameter sehingga pengiriman tenaga cukup aman. 4) Keadaan terjamin setelah kontingensi (Secure post-contingency) : Keadaan sistem tenaga listrik setelah kontingensi terjadi dan sistem beroprasi dengan normal. Keempat keadaan operasi di atas dapat digambarkan seperti contoh di gambar 1. yang menunjukkan sistem dengan dua generator, sebuah beban dan dua saluran transmisi, kedua generator menyuplai beban dengan rugi-rugi saluran diabaikan .
Unit 1 500 MW 250 MW Unit 2 700 MW

Unit 1 500 MW

0 MW

Unit 2 700 MW

1200MW 500 MW

b
Unit 1 500 MW 200 MW Unit 2 800 MW

200 MW

1200MW

Unit 1 500 MW

0 MW

Unit 2

800
MW 1200 MW

400 MW

d
Gambar 1. Sistem Tenaga Listrik dalam Keadaan: (a) optimal dispatch (b) post contingency state (c) secure dispatch (d) secure post contingency state 2.2. Analisis Kontingensi dengan Metode Aliran Daya Analisis kontingensi dengan metode aliran daya digunakan untuk mengetahui pengaruh gangguan yang terjadi pda sistem tenaga listrik baik gangguan yang terjadi merupakan gangguan tunggal (single contingencies) atau gangguan jamak (multiple contingencies) pada saluran transmisi terhadap besarnya tegangan pada bus dan sudut fasa tegangan, serta perubahan aliran daya pada sistem tenaga listrik dengan perhitungan dan kecepatan komputsi yang baik. Metode ini dikembangkan untuk mensimulasikan berbagai gangguan kontingensi, kondisi kontingensi ini dapat menyebabkan terjadinya perubahan besaran tegangan bus dan sudut fasa tegangan serta aliran daya yang terjadi pada sistem. Akibat

250 MW

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 perubahan ini maka akan menentukan unjuk kerja dari sistem yang memungkinkan terjadinya kondisi darurat. Tujuan dari analisis ini adalah : 1) Mengetahui apakah sistem beroprasi secara andal dan ekonomis pada tingkat tegangan dan frekuensi yang dipertahankan dalam batas-batas yang telah ditentukan. 2) Mengetahui bahwa komponen-komponen sistem seperti generator dan saluran transmisi tidak beroprasi pada kondisi beban lebih yang terus menerus. 3) Membantu dalam melakukan studi kontingensi jika saluran transmisi mengalami gangguan dan keluar dari sistem, yang berakibat pada perubahan tegangan pada bus-bus yang terkait dan kemungkinan pembebanan berlebih pada saluran transmisi yang dapat menyebabkan pemadaman bertingkat yang berakhir dengan pemadaman total. Grainger dan Stevenson memperkenalkan analisis kontingensi dengan aliran daya menggunakan metode Newton-Raphson Ybus untuk menyelesaikan analisis kontingensi tunggal (single contingencies) dan kontingensi jamak (multiple contingencies) pada saluran transmisi terhadap perubahan tegangan bus dan sudut fasa tegangan dan dapat menyelesaikan dengan memuaskan komputasi numeris analisis kontingensi pada sistem tenaga listrik. Metode ini mempertimbangkan daya reaktif, tetapi perubahan daya reaktif tergantung dari perubahan besarnya tegangan, hal ini juga berlaku untuk perubahan daya aktif yang dilakukan dengan perubahan sudut fase. Analisis aliran daya dengan menggunakan metode Newton-Raphson selalu dilakukan dengan pemeriksaan matriks Jacobian dalam setiap iterasi dan memiliki konvergensi kuadratik sehingga waktu penyelesaiannya cukup banyak, namun akurasinya cukup baik. 3. METODOLOGI 3.1. Bahan dan Alat Bahan dan alat yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah : Diagram satu garis, data parameter saluran yang meliputi nilai resistansi saluran (R), reaktansi induktif saluran (X) dan suseptansi saluran (B), jenis bus, penjadwalan pembangkit yang meliputi daya aktif (MW) dan daya reaktif (MVAR) pembangkit, data beban serta Program aplikasi ETAP versi 4.0 yang ada di Politeknik Negeri Malang untuk menganalisis aliran daya sistem tenaga listrik. 3.2. Tahapan Penelitian Tahapan dari pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Melakukan studi aliran daya pada kondisi normal sistem uji 38 bus 2) Memilih kasus kontingensi tunggal berdasarkan pembebanan saluran transmisi yang kapasitasnya melebihi 50 %, 3) Melakukan studi aliran daya pada kondisi kontingensi tunggal (single contingencies) 4) Analisis terhadap kondisi kontingensi tunggal. 4. PEMBAHASAN 4.1. Hasil Setelah dilakukan eksekusi program aliran daya maka didapat hasil tegangan pada masing-masing bus dan diketahui pembebanan saluran transmisi. Gambar 1 menunjukkan profil tegangan sistem tenaga listrik 38 bus pada kondisi normal, ini menggambarkan nilai tegangan pada setiap bus. Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai tegangan terkecil terdapat pada bus nomor 38 yaitu sebesar 132.85 kV dan nilai tegangan terbesar adalah pada nomor 13 yaitu sebesar 155.35 kV. Hasil profil tegangan ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik tegangan bus terhadap masing-masing bus sebagai berikut:

Tegangan Bus Sistem Uji Pada Kondisi Normal


Tegangan Bus (kV)

160 150 140 130 120 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 Nomor Bus

Gambar 1 . Grafik Tegangan Setiap Bus Sistem Uji Pada Kondisis Normal.

Ahmad Hermawan, Analisis Kontingensi Pada Sistem Tenaga Listrik, Halaman 1 6 Kondisi Sistem Uji Setelah Gangguan Kontingensi 1 adalah satu saluran kabel antara bus 8-12. Kontingensi 2 adalah terlepasnya satu saluran udara bus 13-15. Kedua saluran karena mempunyai beban di atas 50 % dan merupakan saluran transmisi ganda (double circuit) Hasilnya untuk kontingensi 1 maka tegangan bus terkecil terdapat tetap pada bus 38 sebesar 132.83 kV dan terbesar pada bus 13 sebesar 155.32 kV. Hasil profil tegangan pada kontingensi 1 dan normal dalam bentuk grafik tegangan bus terhadap masing-masing bus seperti pada gambar 2.
Tegangan Bus pada Kondisi Normal dan Kontingensi 1
160 155 150 145 140 135 130 125 120 1 3 5 7 Normal Kontingensi 1 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 Nomor Bus
Tegangan Bus (kV)

memiliki tegangan cukup rendah dibawah nilai 142.5 kV (95 % dari 150 kV). Tabel 1. Perubahan Tegangan Bus Kawasan Timur Pada Kontingensi 1
Bus Teg. Norma l (kV) 139.12 141.11 141.56 148.17 139.49 147.74 148.53 139.87 139.33 144.32 139.64 142.78 139.95 140.25 139.61 151.53 Teg Kont 1 (kV) 138.40 140.60 140.79 147.86 138.77 146.91 148.36 139.14 138.61 143.52 138.92 142.00 139.24 139.51 138.90 151.39 Peruba han Teg (kV) 0.72 0.51 0.77 0.31 0.72 0.83 0.17 0.73 0.72 0.80 0.72 0.78 0.71 0.74 0.71 0.14 Teg.Bus Thd Teg, Sistem 92.27 % 93.73 % 93.86 % 98.57 % 92.51 % 97.94 % 98.91 % 92.76% 92.41 % 95.68 % 92.61 % 94.67 % 92.83 % 93.01 % 92.60 % 100.93 %

2 6 8 10 12 16 18 22 23 26 29 30 31 33 34

Gambar 2. Grafik Tegangan Bus Sistem Uji Pada Normal dan Kontingensi 1 Pada kontingensi 2 ini tegangan bus terkecil terdapat ada bus 38 sebesar 130.97 kV dan terbesar pada bus 13 sebesar 156 kV. Hasil profil tegangan pada kontingensi 2 ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik tegangan bus terhadap masing-masing bus sebagai berikut :
Tegangan Bus pada Kondisi Normal dan Kontingensi 2 160
Tegangan Bus (kV)

2) Kontingensi 2 Setelah terjadi gangguan maka beberapa bus mengalami penurunan tegangan yang cukup berarti tabel 2 di bawah menunjukkan bus-bus yang mengalami perubahan tegangan yang signifikan. Tabel 2. Perubahan Tegangan Bus Kawasan Timur Pada Kontingensi 3
Bus Teg. Normal (kV) 141.11 149.23 149.35 142.78 146.94 151.95 151.65 148.53 134.96 152.75 148.47 140.86 134.85 150.05 150.80 151.30 133.71 135.54 147.86 132.85 Teg. Kont 2 (kV) 140.94 146.85 146.97 140.55 144.59 151.48 149.24 148.08 132.95 152.28 147.59 138.68 132.84 147.66 149.56 148.89 131.71 133.57 147.21 130.97 Peru.bhn Teg. (kV) 0.47 2.38 2.38 2.23 2.35 0.47 2.41 0.45 2.01 0.47 0.88 2.18 2.01 2.39 1.24 2.41 2.00 1.97 0.65 1.88 Teg.Bus Thd Teg.Siste m 93.96 % 97.90 % 97.98 % 93.70 % 96.39 % 100.98 % 99.49 % 98.72 % 88.63 % 101.52 % 98.39 % 92.45 % 88.56 % 98.44 % 99.71 % 99.26 % 87.81 % 89.05 % 98.14 % 87.31 %

155 150 145 140 135 130 125 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 Nomor Bus Normal Kontingensi 3

Gambar 3. Grafik Tegangan Setiap Bus Sistem Uji Kontingensi 2 4.2. Pembahasan 1) Kontingensi 1 Setelah terjadi gangguan maka beberapa bus mengalami penurunan tegangan, tabel di bawah menunjukkan bus-bus yang mengalami penurunan tegangan dan bus yang

2 3 4 5 7 11 15 16 17 19 20 21 25 27 28 32 35 36 37 38

Dari tabel 1 dan table 2 di atas menunjukkan adanya berpengaruh terhadap tegangan bus, meskipun tidak semua bus mengalami perubahan, bus-bus mengalami penurunan sampai 0.83 kV (kontingensi 1) dan 2.41 kV atau perubahan maksimumnya sebesar 1.61 % untuk kontingensi 2. Sedangkan untuk bus-

Jurnal ELTEK, Volume 05 Nomor 01, April 2007 ISSN 1693-4024 bus yang jauh pengaruhnya kecil, hal ini disebabkan terputusnya saluran transmisi menyebabkan perubahan aliran daya sehingga pembebanan pada saluran meningkat yang akan menyebabkan bertambahnya besar drop tegangan pada sebagian bus terutama yang dekat dengan sauran yang keluar, akibatnya tegangannya bus akan turun. 5. PENUTUP Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian di atas : 1) Akibat keadaan kontingensi berpengaruh terhadap tegangan bus, meskipun tidak semua bus mengalami perubahan, pada system uji bus-bus mengalami penurunan sampai 0.83 kV (kontingensi 1) dan 2.41 kV atau perubahan maksimumnya sebesar 1.61 % untuk kontingensi 2. Sedangkan untuk bus-bus yang jauh pengaruhnya kecil. 2) Keluarnya 1 saluran transmisi menyebabkan perubahan aliran daya sehingga pembebanan pada saluran meningkat yang akan menyebabkan bertambahnya besar drop tegangan pada sebagian bus terutama yang dekat dengan sauran yang keluar, akibatnya tegangannya bus akan turun. 6. DAFTAR PUSTAKA Dhar, R.N. 1982. Computer Aided power System Operation and Analysis. Tata McGraw-Hill, New Delhi, 206-207. Direktorat Jendral Listrik dan Pemanfaatan Energi. 2004. Aturan Jaringan JawaMadura- Bali. Jakarta.79-85 Gatra. PLN Kambuh Setiap Tiga Tahun, 26 April 1997.(5-8) Grainger, JJ, Stevenson, W.D.1994. Elements of Power Systems Analysis, 4th. Ed. McGraw-Hill Book Company, New ork.55-61 Kompas. Sistim Kelistrikan Jawa-Bali Riskan, 19 Agustus 2005.7-8 Ristanovic, P., Bjelogrlic,M., dan Babib, B.S. 1989. Improvement in Sparse Matrix/ Vektor Technique Applications for On-Line Load Flow Calculation. IEEE Transactions on Power Systems, Vol.PWRS-4,No.1, 190196. The Guardian. 29 August 2003. Blackout Blamed on Tube Sell-Off. London.1314 Wood, Allen J dan Wollenberg, Bruce F. 1996. Power Generation Operation and Control. New York.60-72

Anda mungkin juga menyukai