Anda di halaman 1dari 4

Kewajiban Menutup Aurat

Sesuai dengan fitrahnya, manusia merasa lebih nyaman untuk menyimpan rahasia atau privasinya dari jangkauan orang lain. Akan tetapi, seiring perkembangan zaman dan teknologi, banyak orang yang berubah pikiran menjadi lebih senang membuka rahasia agar diketahui orang lain. Dalam Islam, wilayah privat sangat dilindungi. Dan, setiap Muslim diwajibkan untuk menjaga, menutupi, dan menyimpan jenis-jenis privasi tertentu yang biasa diistilahkan dengan aurat. Selain yang berupa privasi fisik (anggota tubuh), yakni seluruh apa berada di antara lutut dan pusar (bagi laki-laki) dan seluruh anggota badan kecuali muka dan telapak tangan (bagi perempuan), aurat juga mencakup privasi-privasi yang bersifat nonfisik. Apa yang dilakukan oleh seseorang ketika melakukan hubungan suami istri adalah termasuk di antara wilayah privat yang dilarang untuk dibuka dan disiarkan kepada orang lain. Asma binti Yazid menceritakan bahwa pada suatu ketika ia berada di majelis Rasulullah SAW, sementara kaum laki-laki dan perempuan duduk bersama. Rasulullah bersabda, Barangkali bersama seorang istrinya? laki-laki menceritakan seorang hubungan intim yang dilakukannya Barangkali perempuan menceritakan

hubungan intim yang dilakukannya bersama suaminya? Para Sahabat yang berada di tempat tersebut terdiam. Akupun (AsmaRed) berkata, Demi Allah, benar wahai Rasulullah! Sesungguhnya kaum perempuan melakukan hal itu demikian juga lakilaki! Maka Rasulullah SAW bersabda, Jangan lakukan, sesungguhnya hal itu seperti setan laki-laki yang bertemu dengan setan perempuan di jalan, lalu keduanya bersetubuh sementara orang-orang melihatnya. (HR Ahmad, hasan lighairihi). Rahasia yang termasuk aurat dan harus ditutupi adalah aib atau perbuatan dosa yang pernah dilakukan oleh seseorang. Kewajiban menutupinya merupakan tanggung jawab bersama, baik pihak yang melakukannya maupun orang lain yang mengetahui perbuatan tersebut. Rasulullah SAW bersabda, Seluruh umatku akan diampuni dosa-dosanya kecuali orang-orang yang terang-terangan (berbuat dosa). Di antara orang-orang yang terang-terangan berbuat dosa adalah seseorang yang pada waktu malam berbuat dosa, kemudian di waktu pagi ia menceritakan kepada manusia dosa yang dia lakukan semalam, padahal Allah telah menutupi aibnya. (HR Al-Bukhari dan Muslim). Wallahu alam.

Kawajiban Puasa di Bulan Ramadhan


Wahai orang-orang yang beriman! Kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang dahulu daripada kamu, supaya kamu bertaqwa (Al-Baqarah:183).(Puasa yang diwajibkan itu ialah beberapa hari yang tertentu; maka sesiapa di antara kamu yang sakit, atau dalam musafir, (bolehlah ia berbuka), kemudian wajiblah ia berpuasa sebanyak (hari yang dibuka) itu pada hari-hari yang lain; dan wajib atas orang-orang yang tidak terdaya berpuasa (kerana tua dan sebagainya) membayar fidyah iaitu memberi makan orang miskin. Maka sesiapa yang dengan sukarela memberikan (bayaran fidyah) lebih dari yang ditentukan itu, maka itu adalah suatu kebaikan baginya; dan (walaupun demikian) berpuasa itu lebih baik bagi kamu daripada memberi fidyah), kalau kamu mengetahui (Al-Baqarah:184).(Masa yang diwajibkan kamu berpuasa itu ialah) bulan Ramadan yang padanya diturunkan Al-Quran, menjadi petunjuk bagi sekalian manusia, dan menjadi keterangan-keterangan yang menjelaskan petunjuk dan (menjelaskan) perbezaan antara yang benar dengan yang salah. Oleh itu, sesiapa dari antara kamu yang menyaksikan anak bulan Ramadan (atau mengetahuinya), maka hendaklah ia berpuasa bulan itu; dan sesiapa yang sakit atau dalam musafir maka (bolehlah ia berbuka, Kemudian wajiblah ia berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. (Dengan ketetapan yang demikian itu) Allah menghendaki kamu beroleh kemudahan, dan Ia tidak menghendaki kamu menanggung kesukaran. Dan juga supaya kamu cukupkan bilangan puasa (sebulan Ramadan), dan supaya kamu membesarkan Allah kerana mendapat petunjukNya, dan supaya kamu bersyukur (Al-Baqarah:185).Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu mengenai Aku maka (beritahu kepada mereka): sesungguhnya Aku (Allah) sentiasa hampir (kepada mereka); Aku perkenankan permohonan orang yang berdoa apabila ia berdoa kepadaKu. Maka hendaklah mereka menyahut seruanku (dengan mematuhi perintahKu), dan hendaklah mereka beriman kepadaKu supaya mereka menjadi baik serta betul (Al-Baqarah:186).

Kewajiban Berhaji
Haji adalah salah satu rukun islam yang lima, dimana islam di bangun di atasnya. Dasar kewajiban berhaji adalah Al-Quran, Sunnah dan Ijma. Allah Subhanahuwataala berfirman: Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu bagi orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah, barangsiapa mengingkari kewajiban haji, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya tidak memerlukan sesuatu dari semesta alam. [QS. Ali Imran: 97] Nabi Shalallahu alaihi was sallam bersabda: Islam di bangun atas lima [HR. AlBukhari, serta Al Fath 1/49 HR. Muslim 1/45], salah satuya adalah Haji, beliau juga bersabda : Artinya: Wahai manusia sungguh Allah telah mewajibkan atas kalian haji, maka berhajilah [HR. HR. Muslim 2/975], Umat islam juga sudah sepakat bahwa kewajiban berhaji bagi yang mampu selama hidup hannya sekali. [Al-Mughni Ibnu Qudamah 5/6]

Wajibnya Umrah
Yang benar dalam masalah umrah adalah hukumnya wajib atas orang yang ada kewajiban berhaji, sebagaimana di tetapkan dari Nabi Shalallahu alaihi was sallam dari Hadits Umar bin Khattab Radhiyallah anhu, beliau menjawab pertanyaan malaikat jibril:

Artinya: Islam adalah bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak di sembah kecuali Allah, dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berhaji dan umrah, mandi dari jinabah , menyempurnakan wudhu dan berpuasa bulan Ramadlan. [HR. HR. Al Bukhari serta Al Fath 3/597.] Siapa yang terpenuhi syarat- syaratnya, maka wajib baginya untuk melakasanakan ibadah haji dengan segara dan tidak ada alasan untuk menunda, sebagaimana dalam hadits ibnu Abbas Radhiyallah anhuma, RasulullahShalallahu alaihi was sallam bersabda: Artinya: Bersegeralah melaksanakan ibadah haji yaitu haji yang wajib karena kalian tidak tahu apa yang akan di hadapinya [HR. Ahmad 1/448]. Perintah untuk menyegerakan haji maka konsekuensi dari perintah ini adalah wajib. [Syarah Umdah fi Banyani manaasik Al-Hajj wa UmrAh libni Taimiyyah1/206, Majmu Fatawa bin Baz fil Hajj 5/234 Al-Mughni Ibnu Qudamah 5/36 Adwaul Bayaan 5/125.] Umar bin Khathab Radhiyallah anhu berkata: Saya berkeinginan untuk mengirim beberapa orang ke negri-negri, agar mereka melihat siapa yang mempunyai kemampuan dan tidak berangkat haji, maka di wajibkan atas mereka untuk membayar jizyah, tidaklah mereka berislam, tidaklah mereka

berislam [Diriwayatkan oleh said bin Mansur dalami Sunannya, Ibnu Hajar menshahihkan adAlah mauquuf 2/223] Dalam riwayat yang lain: Hendaklah mereka mati dalam keadaan Yahudi atau Nasrani, beliau mengatakannya sebanyak tiga kali- yaitu seseorang yang meninggal dan tidak melaksanakan ibadah haji padahal punya kelapangan, serta di mudahkan jalannya. [Riwayat Baihaqi dalami Sunan Kubra 4/334] Jika seorang sudah memenuhi kriteria tersebut maka wajib baginya untuk menuanaikan ibadah Haji. Jika seorang bisa berangkat sendiri, wajib baginya untuk berhaji sendiri, akan tetapi jika tidak mampu sendiri maka ada dua kemungkinan, yaitu: 1. Jika di mungkinkan bisa hilang alasannya dan bisa sembuh, seperti halnya orang yang sedang sakit ada kemungkinan sehat, maka dia bisa menunda hajinya sampai bisa mengarjakannya sendiri, kalau ditakdirkan meninggal sebelum menunaikan haji, maka ahli warisnya yang menghajikannya dan ia tidak berdosa. Jika orang yang wajib haji itu, tidak mungkin untuk berangkat karena ada halangan berkepajangan, tidak ada tanda-tanda kesembuhan, seperti orang yang tua renta, sakit menahun, orang yang tidak bisa naik kendaraan, mereka bisa dengan mewakilkannya baik haji ataupun umrahnya. [Jadwa Al Bayan 5/93& 98 Al-Mughni Ibnu Qudamah 5/19 & 2 2yarah Umdah Ibnu Taimiyyah 1/183 wa Almanhaj limuriid Alhajj wa Al umrah Ibnu utsaimin hAl. 52]

Anda mungkin juga menyukai