Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PRAKTEK ALAT UKUR OTOMOTIF

DisusunOleh :

1. 2. 3. 4. 5.

Hanan Faisal Afif Ilham EkaFitriyanto JauhandriArizal Ahmad Ahmad SaekulAnam Wahid Amin Sudibyo

5202412001 5202412002 5202412003 5202412004 5202412005

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF JURUSAN MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

BAB I. PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Suatu barang yang kita pakai tidaklah bagus selamanya. Salah satu hal itu dikarenkan perubahan ukuran yang membuat benda tersebut kehilangan standarnya. Tentu saja hal tersebut memengaruhi kualitas fungsinya. Untuk itu benda harus diperbaiki atau diganti. Untuk memperbaiki atau mengganti pun tidaklah asa-asalan. Kita harus tahu berapa besar kerusakan yang terjadi, apakah bisa diperbaiki atau harus diganti. Maka kita harus mengukur benda benda tersebut sesuai alat dan prosedurnya. Dalam memperoleh jawaban atas pertanyaan bagaimana cara menggunakan alat ukur yang benar dan akurat serta untuk mengetahui bagaimana langkah-langkah yang sebenarnya. Memang sungguh patut diperbincangkan masalah penggunaan alat ukur tersebut, karena ukuran yang tepat dapat menentukan kualitas benda yang diukur. Untuk alat ukur itu tersendiri harus sudah presisi, karena memang alat ukur yang presisi dapat menetukan ketepatan hasil ukur benda yang diukur. Pengaruh dari luar pun seperti debu atau kotoran sangat berpengaruh terhadap ketepatan hasil pengukuran benda tersebut, karena pengukuran yang akurat membuat bendabenda yang diukur dapat terlihat kualitas benda tersebut.

TUJUAN
1. Mahsiswa dapat mengetahui dan mengenal macam-macam alat ukur. 2. Mahasiswa dapat menggunakan alat ukur dengan benar. 3. Memberikan hasil pengukuran yang benar dari alat ukur dengan benda yang akan diukur.

MANFAAT
1. Mengetahui kegunaan alat ukur yang kita gunakan. 2. Mengetahui alat-alat ukur apa saja yang cocok dengan benda yang akan diukur. 3. Dapat menggunakan alat ukur secara benar dan baik sesuai SOP. 4. Bissa mengetahui standar dalam suatu pengukuran.

BAB II. DESKRIPSI ALAT

JANGKA SORONG Jangka sorong adalah alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman sebuah benda kerja. Keterbatasan alat lain dalam pengukuran menjadikan alat ini sangat berguna karena mempunyai 3 fungsi pengukuran yaitu dapat mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman suatu benda.

Macam-macam jangka sorong berdasarkan alat penunjuk ukuran: a. Vernier caliper

Alat ini menggunakan penunjuk secara konvensional, artinya angka pembacaan tertulis dengan nyata dan harus teliti dalam pembacaannya. b. Dial caliper

Pembacaan pada alat ini mengunakan dial indicator (jarum analog) untuk pembacaanya. c. Digital caliper

Pembacaan alat ini menggunakan alat digital yang pada pembacaaannya dapat langsung terbaca dan dengan mudah diketahui.

Bagian-bagian jangka sorong

Cara penggunaan : 1. Membuka rahang jangka mengendorkan sekrup pengunci menggeserkan rahang luncur melebar memasukkan benda yang diukur diantara dua rahang pada bagian tengah rahang.

2.

Mengatur rahang sesuai diameter pipa/benda ukur tahan ujung rahang tetap menempel pada pipa tekan rahang geser kearah pipa dan kencangkan sekrup pengunci. tarik pipa, amati dan bacalah hasil ukur.

3.

Membaca hasil ukur amati titik 0 dari skala nonius, catat penunjukan titik tadi berimpit skala X pada rahang skla utama. amati angka pada skala nonius, angka mana yang segaris dengan skla pada skla tetap misalnya angka Y. misal X = 90+6 =96 misal Y (angka yang segaris ) 7= 0,7 hasil ukur = 96+0,7=96,7

MIKROMETER Mikrometer merupakan alat ukur linier langsung dengan tingkat ketelitian yang lebih tinggi hingga mencapai 0,001 mm.

Ada 3 macam mikro meter : a) Mikrometer dalam (Inside Micrometer)

Mikro meter dalam adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur diameter dalam suatu benda.

b) Mikrometer luar (Outside Micrometer)

Mikro meter luar adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur diameter luar sutu benda dan ketebalan benda.

c) Mikro meter kedalaman (Depth Micrometer)

Mikro meter kedalaman adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur kedalaman suatu benda.

Cara membaca skala pengukuran pada Mikrometer a. Mikrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,01 mm Jarak tiap strip diatas garis horisontal pada outer sleeve adalah 1 mm, dan jarak tiap strip di bawah garis adalah 0,5 mm. Pada skala thimble tiap strip nilainya 0,01 mm. Hasil pengukuran pada mikrometer adalah jumlah pembacaan ketiga skala tersebut.

Contoh :

Pembacaan skala di atas garis Pembacaan skala di bawah garis Pembacaan pada skala thimble Pembacaan akhir

5,00 mm 0,00 mm 0,20 mm 5,20 mm

b. Mikrometer luar dengan tingkat ketelitian 0,001 mm Jarak tiap strip diatas garis horisontal pada outer sleeve adalah 1 mm, dan jarak tiap strip di bawah garis adalah 0,25 mm. Pada skala thimble tiap strip nilainya 0,01 mm dan pada skala vernier 0,001 mm. Hasil pengukuran pada mikrometer adalah jumlah pembacaan ketiga skala tersebut. Contoh :

Pembacaan : Pada skala utama

: 2,50

mm mm

Pada skala thimble : 0,00 Pada skala sleeve

: 0,007 mm

-------------------------------------------- + Jumlah Memeriksa tanda 0 Sebelum dipakai, mikrometer harus diperiksa dulu apakah garis nol pada skala thimble segaris dengan garis horisontal pada outer sleeve. Prosedur pemeriksaan tanda 0 adalah sebagai berikut : (1) (2) (3) Bersihkan anvil dan spindle dengan kain bersih. Putar rtachet stoper sampai anvil dan spindle bersentuhan Putar ratchet stoper 2 atau 3 kali sampai diperoleh penekanan yang (4) cukup. : 2,507 mm

Kunci spindle pada posisi ini dengan lock clamp

(5)

Periksa apakah garis 0 pada skala thimble segaris dengan garis horisontal pada outer sleeve.

Mengkalibrasi mikrometer (1) Apabila kesalahannya kurang dari 0,02 mm : Kuncilah spindle dengan lock clamp Putar outer sleeve dengan kunci penyetel sampai tanda 0 pada thimble lurus dengan garis horisontal pada outer sleeve. Periksa kembali tanda 0 setelah penyetelan

(2) Apabila kesalahannya lebih dari 0,02 mm : Kuncilah spindle dengan lock clamp Kendorkan ratchet stoper sampai thimble bebas. Luruskan tanda O thimble dengan garis pada outer sleeve dan kencangkan kembali dengan ratchet stoper. Periksa kembali tanda O setelah selesai penyetelan.

DIAL INDICATOR

Dial indikator atau dial gauge digunakan untuk mengukur kebengkokan, run out, kekocakan, end play, back lash, kerataan, dll. Didalam dial indikator terdapat mekanisme yang dapat memperbesar gerakan yang kecil
Pada saat spindle bergerak sepanjang permukaan yang diukur, gerakan tersebut diperbesar oleh mekanisme pembesar dan selanjutnya ditunjukkan oleh jarum penunjuk.

Gambar 29. Dial Indicator

Tingkat ketelitian dial indikator menunjukkan skala terkecil, sedangkan kemampuan pengukuran adalah kemampuan maksimal alat ukur.
Sebagai contoh apabila pada panel depan tertulis 0,01 40 mm, berarti tingkat ketelitian dial indikator tersebut adalah 0,01 mm dan kemampuan untuk mengukur maksimal 40 mm (lihat gambar 28).

Apabila jarum panjang berputar satu kali, maka jarum pendek bergerak satu strip, artinya kalau jarum pendek menunjuk angka 1 berarti jarum panjang telah berputar satu kali.

Pada dial indikator juga terdapat outer ring yang dapat berputar. Apabila outer ring diputar, maka skala pengukuran yang terdapat pada panel depan juga akan ikut berputar.

Dial Indicator dengan penyangga

Dalam penggunaannya, dial indikator tidak dapat berdiri sendiri, sehingga memerlukan batang penyangga dan blok magnit (lihat gambar 30). Apabila tuas penyetel di ON kan, maka dasar magnet dapat menempel pada komponen yang terbuat dari besi, tetapi apabila di OFF kan kemagnetannya hilang.
Untuk mengetahui hasil pengukuran, dapat ditentukan dengan melihat posisi

jarum panjang dan jarum pendek. Sebagai contoh dapat dilihat gambar berikut ini.

Posisi jarum panjang sedang menunjukkan garis ke 6, berarti hasil pembacaannya adalah 6 x 0,01 = 0,06 mm. Sementara jarum pendek sedang menunjuk garis ke 3, artinya jarum panjang telah berputar 3 kali. Dengan demikian hasil pengukuran tersebut adalah 3 + 0,06 = 3,06 mm.

Prosedur penggunaan dial indikator (1) Posisi spindle dial indikator harus tegak lurus dengan permukaan yang diukur. (2) Garis imajinasi dari mata si pengukur ke jarum penunjuk harus tegak lurus pada permukaan dial indikator pada saat sedang membaca hasil pengukuran

(3)

Dial indikator harus dipasang dengan teliti pada batang penyangganya, artinya dial indikator tidak boleh goyang.

(4)

Putarlah outer ring dan stel pada posisi nol. Gerakkan spindle ke atas dan ke bawah, kemudian periksalah bahwa jarum penunjuk selalu kembali ke posisi nol setelah spindle dibebaskan.

(5)

Usahakan dial indicator tidak sampai terjatuh, karena terdapat mekanisme pengubah yang sangat presisi.

(6)

Jangan memberi oli atau grease diantara spindle dan tangkainya, karena akan menghambat gerakan spindle.

CYLINDER BORE GAUGE Cylinder bore gauge adalah merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur diameter silinder ssebagai penentu besarnya over size yang akan dilakukan pada silinder. Alat ini digunakan untuk mengukur keausan, ketirusan, dan keovalan silinder. Pada bagian atas terdapat dial gauge dan pada bagian bawah terdapat measuring point yang dapat bergerak bebas. Pada sisi lainnya terdapat replacement rod yang panjangnya bervariasi tergantung keperluan. Dalam satu set, terdapat bermacam-macam ukuran replacement rod dengan panjang tertentu. Disamping itu juga terdapat replacement washer yang tebalnya mulai dari 1 3 mm. Replacement securing thread adalah semacam mur pengikat yang fungsinya untuk mengunci agar replacement rod dan washernya tidak lepas pada saat bore gauge digunakan.

Gambar 1. Cylinder bore gauge

Penggunaan alat: 1. Bersihkan benda kerja yang akan diukur. 2. Ukurlah diameter silinder menggunakan jangka sorong. 3. Tentukan replacement rod yang akan dipakai. 4. Pilih replacement rod yang mendekati hasil pengukuran jangka sorong. 5. Apabila angka dibelakang koma lebih dari 0,05 maka pilih replacement rod diatasnya. 6. Missal 74,7 mm, ambilah replacement rod ukuran 75,0 mm 7. Apabila 74,03mm maka ambil replacement rod ukuran 74,50 mm 8. Kalibrasi mikrometer untuk mengukur panjang replacement rod. 9. Ukurlah panjang replacement rod.

BAB III. HASIL PENGUKURAN

Mengukur Leaf Spring 1. Pengukuran kedalaman lubang pin pengukuran menggunakan deep gauge pada jangka sorong. Pada saat pembacaan pastikan jangka sorong tidak berubah kedudukan karena akan mengakibatkan kesalahan pembacaan.

2. Pengukuran ketebalan leaf spring Ketebalan bagian 1 Ketebalan bagian 2

Leaf spring

Dari beberapa pengukuran diatas maka diperoleh hasil sebagai berikut :


No. 1 2 3 Objek Ketebalan 1 Ketebalan 2 Kedalaman lubang pin Hasil 7,1 mm 4,1 mm 7,1 mm

Mengukur Run Out Poros

pengukuran

ini

dilakukan

untuk

mengetahui seberapa besar keolengan yang terjadi pada suatu poros sehingga dapat diketahui seberapa besar kerusakan yang ada.

Langkah-langkah pengukuran run out: 1. Pastikan benda kerja pada keadaan bersih. 2. Tempatkan benda kerja pada V-block. 3. Pasang Dial Test Indicator(DTI), pastikan ujung DTI menyentuh benda kerja 4. Posisikan jarum pada angka 0 (nol) untuk memudahkan dalam pembacaan. 5. Putar poros hingga 360o. 6. Pada saat memutar, lihat besarnya arah penunjukan jarum. 7. Catat simpangan terbesar jarum yang ke kanan dan ke kiri. 8. Lakukan pengukuran pada tiga titik, misal kanan, tengah, dan kiri. 9. Untuk mengetahui besarnya run out, jumlahkan hasil penyimpangan yang ke kanan dan ke kiri lalu dibagi dua. Data hasil pengukuran :
No. 1 2 3 Bagian Kanan Tengah Kiri Simpangan Kanan 0,02 mm 0,039 mm 0,035 mm 0,017 mm 0,021 mm Simpangan Kiri (0,02 mm) : 2 Hasil = 0,01 mm

(0,039 + 0,017 mm) : 2 = 0,028 mm (0,035 + 0,021 mm) : 2 = 0,028 mm

Mengukur Silinder

Pengukuran diameter silinder ini snagat penting untuk mengetahui besar keovalan dan ketirusan suatu silinder yang akan digunakan untuk oversize silinder tersebut.
Pengukuran diameter silinder dengan bore gauge memerlukan alat ukur lain yaitu mistar geser dan mikrometer. Jangka sorong untuk menentukan besarnya replacement rod yang akan dipasang.

Langkah langkah pengukuran :

1. Bersihkan benda kerja yang akan diukur. 2. Pengukuran diameter silinder. Hasil = 74,75 mm

3. Pemilihan replacement rod = 75,0 mm 4. Pengukuran


panjang replacement rod menggunakan mikrometer = 75,865 mm.

5. Lakukan pengukuran pada silinder pada bagian atas, tengah, dan bawah. Masing-masing bagian diukur arah aksial dan radial. 6. Posisikan cylinder bore gauge pada posisi yang lurus dengan ditandai penunjukan simpangan jarum terbesar. 7. Catatlah besar simpangan dari masing-masing arah pengukuran. 8. Hitung besar keovalan, ketirusan, dan keausan. Dari hasil pengukuran tersebut dapat diketahui hasil pengukuran sebagai berikut :

No. 1

Bagian Atas

Aksial 75,865 0,80 = 75,065 mm 75,865 0,79 = 75,075 mm 75,865 0,79 = 75,075 mm 0,01 mm

Radial 75,865 0,76 = 75,115 mm 75,865 0,755 = 75,110 mm 75,865 0,78 = 75,085 mm 0,03 mm

Oval 0,05 mm 0,035 mm 0,01 mm

Tengah

Bawah Ketirusan

Keovalan terbesar = 0,05 mm Ketirusan terbesar = 0,03 mm Keausan = pengukuran terbesar pengukuran terkecil = 75,115 mm -75,065 mm = 0,05 mm

BAB IV. PENUTUP


KESIMPULAN Bahwa karakteristik benda yang akan diukur memengaruhi jenis alat ukur yang akan digunakan yang mana cara menggunakannya sangatlah berbeda-beda. Contohnya saja di alat ukur mikrometer dan jangka sorong kegunaannya sangat berbeda jauh. Bukan saja dari hasil pengukuran melainkan juga dari langkah penggunaan alat ukur yang sangat berbeda. Mikrometer digunakan untuk mengukur ketebalan sebuah komponen sedangkan jangka sorong digunakan untuk mengukur diameter luar, diameter dalam, dan kedalaman sebuah komponen. Selain di dukung dengan alat yang presisi, hasil pengukuran juga dapat dipengaruhi oleh sumber daya manusianya yang bisa di andalkan. Cilynder bore gauge digunakan untuk mengukur keovalan, tirus suatu silinder. Sedangkan dial test indicator digunakan untuk megukur run out suatu poros, celah suatu perkaitan benda dengan benda yang lain.

SARAN Dengan dibuatnya makalah ini, maka semua pihak yang membaca diharapkan bisa mengerti dan memahami cara menggunakan alat-alat tersebut. 1. Untuk hasil pembacaan yang akurat maka benda kerja harus dibersihkan terlebih dahulu. 2. Melakukan pengukuran harus dilaksanakan secara teliti, hindari membaca pada posisi miring karena akan mengurangi pembacaan. 3. Hasil pengukuran akan baik apabila pengamatan pembacaan dilakukan tegak lurus dengan alat ukur. 4. Untuk menjaga kepresisian alat ukur, maka gunakan dengan hati-hati dan digunakan sebagimana mestinya. 5. Hindari praktek sambil bercanda karena akan mengakibatkan kecelakaan kerja.

Anda mungkin juga menyukai