Anda di halaman 1dari 2

BAB I PENDAHULUAN

Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan tejadi dengan mulai terhentinya suplai oksigen.

Manifestasinya dapat dilihat setelah beberapa menit atau beberapa jam. Dalam kasus tertentu, salah satu kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakkan keadilan. Untuk itu dokter sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan penyebab kematian.1 Penyebab kematian seseorang belum dapat ditunjukan secara tepat karena tanda-tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa hal seperti umur, kondisi fisik pasien, penyakit fisik sebelumnya maupun penyebab kematian itu sendiri.1 Salah satu penyebab kematian adalah terjadinya gangguan pertukaran udara pernafasan yang mengakibatkan suplai oksigen berkurang. Hal ini sering dikenal dengan istilah asfiksia. Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter. Kematian akibat asfiksia menempati urutan ketiga setelah kecelakaan lalu lintas dan traumatik mekanik.2 Angka kejadian akibat asfiksia di Rumah Sakit di Jawa Barat adalah 25,2% dan angka kematian di Rumah Sakit Rujukan Provinsi di Indonesia mencapai 41,94%.3 Asfiksia merupakan penyebab kematian terbanyak yang ditemukan dalam kasus kedokteran forensik. Asfiksia yang diakibatkan oleh karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut tubuh dan nyawa manusia. Mengetahui gambaran asfiksia, khususnya pada postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia, khususnya asfiksia mekanik mempunyai arti penting terutama dikaitkan dengan proses penyidikan.4 Dalam penyidikan untuk kepentingan peradilan mengenai seorang korban yang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179 KUHAP
1

wajib memberikan keterangan yang sebaik-baiknya dan yang sebenarnya menurut pengetahuan di bidang keahliannya demi keadilan. Untuk itu sudah selayaknya seorang dokter perlu mengetahui dengan seksama perihal ilmu forensik, salah satunya adalah mengenai asfiksia yang menjadi kasus ketiga terbanyak penyebab kematian.4

Anda mungkin juga menyukai