Anda di halaman 1dari 1

Hubungan Antara Nilai Kegelisahan dan Penderitaan dengan Kasus Kerusuhan di Makam Mbah Priok

Oleh Faradika Ayu Pratiwi, 1006775552

Seperti yang telah dijelaskan oleh Charlez C. Manz dan Yulia Budiwati bahwa rasa gelisah timbul akibat kita cenderung terlalu serius dalam menghadapi hal kecil dan kemudian membesarbesarkannya. Rasa gelisah bisa terjadi pada siapa saja dan dimana saja. Begitu pula pada kasus kerusuhan Koja yang terjadi di area makam Mbah Priok, hal ini terjadi akibat suatu masalah yang tadinya hanya melibatkan 2 belah pihak. Dan ketika semakin mencuat kasusnya makin banyak yang ikut terlibat di dalamnya kemudian semakin terasa panas dan menimbulkan kegelisahan di berbagai pihak, hingga terjadilah amuk massa. Dimana pada awalnya kasus ini muncul akibat persengketaan tanah antara pihak ahli waris dengan PT Pelindo II. Kemudian karena tak kunjung menemukan titik temu, akhirnya pemerintah pun ikut andil, dan ternyata PT Pelindo II memenangkan hak atas tanah tersebut di pengadilan. Tetapi pihak ahli waris juga memiliki surat kuasa yang ada sejak zaman Belanda, dan mereka juga merasa berhak atas tanah tersebut. Dari sinilah muncul rasa kegelisahan yang dimulai dari timbulnya kecemasan antara kedua belah pihak. Dimana masing-masing ingin menuntut haknya namun tidak ada yang mau mengalah, sehingga timbulah ketegangan diantara keduanya. Hal ini semakin memanas saat satpol PP tanpa ada pemberitahuan bertugas di area makam tersebut dan mengundang kepanikan pihak yang mempertahankan keberadaan makam Mbah Priok. Sehingga akhirnya massa pendukung makam Mbah Priok pun terpancing emosi, saat kepanikan bertambah disinilah emosi negatif terasa lebih kuat, inilah yang disebut rasa penderitaan, dimana penderitaan merupakan dampak dari kegelisahan yang berlebihan yang juga diawali dengan rasa

cemas/khawatir. Puncak dari rasa kecemasan, gelisah, dan frustasi yang menumpuk akhirnya menimbulkan amuk massa yang brutal dan anarkis.

Anda mungkin juga menyukai