Anda di halaman 1dari 1

Pemuda dan Gadis Suci

Ada seorang pemuda bernama Tsabit bin Ibrahim. Ketika ia melewati jalan setapak di samping sebuah kebun, tiba-tiba sebuah apel jatuh dari pohonnya. Tsabit mengambil dan memakannya separuh. Tidak lama, ia menyadari bahwa apel itu bukan miliknya. Tsabit masuk ke kebun dan menemui seseorang disana. Ia meminta agar direlakan apel yang telah dimakannya. Namun, tukang kebun itu bukanlah pemiliknya. Pemilik kebun itu tinggal di tempat yang sangat jauh. Setelah mengetahui arah rumah sang pemilik kebun, Tsabit pun memutuskan untuk pergi kesana. Sesampainya di rumah pemilik kebun, Tsabit memperkenalkan diri dan memintakan keikhlasan atas apel yang telah dimakannya. Pemilik kebun itu merasa kagum dengan kejujuran Tsabit. Aku akan mengikhlaskan apel itu dengan satu syarat. Engkau harus menikahi putriku, kata si pemilik kebun. Tsabit menyetujuinya. Akan tetapi, ia buta, tuli, bisu, dan tidak bisa berjalan. Kata si pemilik kebun melanjutkan. Tsabit tak menolaknya. Ia tetap menyetujuinya karena ingin mencari keridhaan Allah. Setelah menikah, Tsabit menemui istrinya. Ia terkejut karena istrinya tidak seperti yang diceritakan ayahnya. Istrinya adalah seorang yang cantik, tidak tuli, tidak bisu, dan tidak cacat. Melihat keheranan Tsabit, istrinya pun menjelaskan, Aku buta dari melihat hal-hal yang diharamkan Allah. Aku tuli dari suara-suara yang tidak diridhai Allah. Aku bisu karena hanya menggunakan lidahku untuk berdzikir. Aku cacat karena kaki ini hanya digunakan untuk melangkah ke tempat yang diridhai Allah. Akhirnya, mereka hidup bersama dalam ketaatan pada Allah SWT. Mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang kemudian menjadi seorang imam, dan terkenal dengan nama Imam Abu Hanifah. Allah menyukai orang-orang yang selalu menjaga kesucian dirinya untuk mendapatkan ridha-Nya. Oleh karena itu, mari kita selalu menjaga kesucian hati dan perbuatan kita.

Anda mungkin juga menyukai