Anda di halaman 1dari 13

DISTRIBUTION AND IDENTIFICATION OF CULICOIDES SP AROUND POULTRY FARM THAT INFECTED BY LEUCOCYTOZOONOSIS IN KEDIRI REGENCY Lucia Tri Suwanti,

Endang Suprihati, Muhammad Fadhlullah Mursalim, Julien Soepraptini


Bagian Parasitologi, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Kampus C Mulyorejo Surabaya

ABSTRACT A distribution of Culicoides specieses around poultry farm in Kediri Regency have been investigated.The purpose of the research was to study the distribution of the specieces of Culicoides that might be contribute to leucocytozoon disease transmission. Culicoides were collected from four poultry farm in Kediri Regency. One hundred and eighty four Culicoides were collected by use of lamp and sucked by aspirator. The Culicoides were identified morfhologically according to Wirth and Hubert.The result of the study showed that there were differeences of population Culicoides between four poultry farm. The Culicoides sp have been identified from four poultry farm are : C. arakawae, C. guttifer, C. huffi and the other Culicoides spesies . The spesies C. arakawae and C. guttifer might be have potential role of the transmission of leucocytozoonosis on the surrounding of poultry farm in Kediri Regency. Key word : Culicoides sp, Leucocytozoon sp

PENDAHULUAN Dalam siklus hidupnya Leucocytozoon caulleryi membutuhkan vektor Culicoides arakawae. Kemampuan C. arakawae dalam mentransmisikan Leucocytozoon caulleryi pada unggas telah dibuktikan oleh Akiba. Menurut Akiba yang dikutip oleh Wahyuti (2003) bahwa tidak C. arakawae saja yang dapat mentransmisikan L. caulleryi pada ayam, tetapi beberapa Culicoides seperti C. circumskriptus kieffer dan C. Schutzei Enderlin (C. oxystoma Kieffer) juga dapat bertindak sebagai vektor. Berdasarkan data technical servis medion sepanjang tahun 2006-2008, Jawa Timur mengalami kasus leucocytozoonosis rata-rata 50%. Kediri yang merupakan salah satu kota penghasil ayam broiler di Jawa Timur juga tidak luput dari serangan wabah leucocytozoonosis. Kejadian leucocytozoonosis di Kabupaten Kediri bersifat endemis, ini berarti keberadaan Culicoides sebagai vektor selalu ada. Untuk melakukan pemberantasan terhadap vektor, perlu diketahui pola distribusi Culicoides sehinga bisa terarah dan efisien. Menurut Soekardono yang dikutip oleh Wahyuti (2003) bahwa telah ditemukan sebanyak 7 spesies Culicoides pada ayam di Jawa Timur antara lain C. bifasciatus, C.javae, C. micropunctatus, C. suborientalis, C. puntigerus, C.arakawae, dan C. guttifer .C. arakawae merupakan jenis lalat yang paling banyak tertangkap dan selalu ada pada tiap tempat penangkapan. Leucocytozoonosis adalah penyakit yang disebabkan oleh protozoa darah, Leucocytozoon sp termasuk famili Plasmodiidae. Kerugian yang ditimbulkan dari penyakit ini berupa hambatan pertumbuhan pada ayam muda, penurunan produksi

telur pada ayam dewasa, peningkatan biaya produksi maupun kematian (Nakamura et al, 1979). Leucocytozoon yang biasa menginfeksi ayam adalah Leucocytozoon caulleryi dan pertama kali dilaporkan oleh Mathis dan Legar pada tahun 1990 di Tonkin (Asia Tenggara) dan Akiba di Jepang (Nakamura et al, 1979; Morii et al.,1986). Menurut Smith (1973) Culicoides dapat menyerang beberapa jenis hewan seperti unggas, sapi, kerbau dan domba, serta manusia. Baik lalat jantan maupun lalat betina menghisap darah dan merupakan vektor dari beberapa jenis penyakit. C. arakawae dan C. guttifer merupakan spesies yang paling dicurigai sebagai vektor-vektor utama leucocytozoonosis, dapat ditemukan di daerah pantai maupun di daerah pedalaman sampai ketinggian 100-1.253m di atas permukaan laut. Tempat ditemukan biasanya berada di dekat tempat-tempat yang berair (sungai, selokan, sawa) yang dekat pohon / semak yang rimbun. Hal ini memberikan petunjuk kuat bahwa daerah penyebaran Culicoides cukup luas (Soekardono, 1986). Usaha perlindungan terhadap ayam yang terserang leucocytozoonosis pada saat ini hanya dengan mengandalkan pengobatan pada ternak, tetapi ini tidak menjamin berulangnya kembali infeksi jika tidak dilakukan pengendalian serangga (Culicoides) sebagai vektor. Meskipun mempunyai ukuran tubuh yang lebih kecil dan jarak tebang yang pendek, akan tetapi Culicoides mudah terbawa angin, dan pengendaliannya cukup sulit. Faktor-faktor tersebut, serta didukung oleh kemampuan seekor lalat betina yang dapat menghasilkan beribu-ribu sporozoit, maka lalat ini mempunyai potensi

yang besar dalam menyebarkan penyakit (Morii and Kitaoka, 1969). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui distribusi dan mengidentifikasi spesies-spesies Culicoides yang ada di peternakan-peternakan ayam pedaging di wilayah Kabupaten Kediri sehingga, dapat diketahui spesies yang dicurigai sebagai vektor L. caulleryi. Data ini diharapkan dapat membantu dalam strategi pengendalian leucocytozoonosis di masa yang akan datang.

MATERI DAN METODE Penelitian ini dilaksanakan di empat peternakan ayam pedaging yang sering mendapat laporan adanya kasus leucocytozoonosis dari plasma PT Comfeed yang terdapat di Kabupaten Kediri. Empat peternakan ayam pedaging tersebut adalah sebagai berikut yang terdapat di Desa Plosoklaten, Pesantren Kediri, Desa Ngerco, dan Desa Mangonrejo. Penangkapan lalat Culicoides dilakukan pada malam hari pukul 18.0020.00 dengan menggunakan metode Peterson (1964). Alat penangkap menggunakan light trap dengan menggunakan lampu charger yang dipasang di bagian luar sisi kiri, kanan, depan serta belakang kandang untuk menarik perhatian lalat Culicoides setelah lalat Culicoides berkumpul di lampu baru dilakukan penangkapan dengan menggunakan aspirator kemudian

dimasukkan/ditiupkan pada tempat plastik/kaca yang ditutup oleh kain kasa. Setelah itu dilakukan identifikasi untuk memisahkan Culicoides dari nyamuk atau serangga lain. Lalat Culicoides yang tertangkap pada masing-masing kelompok (kandang percobaan) dihitung kemudian dilakukan identifikasi lagi

untuk melihat jenis-jenis spesiesnya dengan menggunakan kunci identifikasi Identifikasi spesies Culicoides dilakukan berdasarkan karakter sayap, pigmentasi torak dan kaki, bentuk palpus serta jumlah spemateka (Wirt dan Hubert, 1989).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil koleksi Culicoides yang diperoleh dari empat peternakan di kabupaten Kediri terdiri atas tiga spesies. Spesies tersebut adalah C. arakawae, C. guttifer, dan C. huffi. Identifikasi spesies Culicoides dilakukan berdasarkan karakter sayap, pigmentasi torak dan kaki, bentuk palpus serta jumlah spemateka (Wirt dan Hubert, 1989). 4.2 Jumlah Lalat Culicoides

Tabel 1. Jumlah lalat culicoides yang berhasil ditangkap pada masing-masing kandang percobaan Peternakan Ayam Pesantren Kediri Desa Ngereco Kandat Desa Blabak Desa Plosoklaten Jumlah Jumlah Culicoides (ekor) 61 43 48 32 184 % (ekor) 33,15 23,37 26,09 17,39 100 C. arakawae 58 25 28 26 137 C. guttifer 1 9 15 4 29 C. huffi 1 7 3 0 11 Spesies Culicoides lainnya 1 2 2 2 7

Secara diagram batang, perolehan lalat Culicoides pada masing-masing kandang bisa digambarkan pada gambar 3. Berikut ini.

Gambar 7. Jumlah lalat Culicoides pada masing-masing wilayah Dari 184 ekor lalat Culicoides yang diperoleh dari empat kandang kemudian dilakukan identifikasi untuk menentukan spesies lalat dengan menggunakan kunci identifikasi Wirth & Hubert (1989). Hasilnya adalah sebagai berikut : C. arakawae merupakan spesies terbesar, yaitu mencapai 74,45%, kemudian diikuti C. guttifer (15,76%), C. huffi (5,98%), dan spesies-spesies Culicoides lainnya (3,8 %).

Untuk lebih jelasnya, hasil identifikasi tersebut dapa dilihat pada tabel 2 berikut ini. Tabel 2. Spesies lalat Culicoides yang berhasil ditangkap dari empat lokasi perkandangan.

Spesies C. arakawae C. guttifer C. huffi C. sp Jumlah

Jumlah (ekor) 137 29 11 7 184

% 74,45 15,76 5,98 3,8 100

Gambar 8. Spesies lalat Culicoides yang berhasil ditangkap

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah Culicoides terbanyak diperoleh dari peternakan ayam milik Pak Said yang terletak di daerah Pesantren Kediri, yaitu peternakan ayam yang terdapat banyak pepohonan dan semak-

semak, yang baik bagi kehidupan Culicoides. Peternakan ayam milik Pak Sutekno yang terletak di Desa Blabak menempati urutan kedua terbanyak jumlah Culicoides. Di sekitar peternakan ayam Pak Sutekno terdapat banyak tanaman pisang, tumpukan jerami, dan tanaman-tanaman lain yang baik bagi kehidupan Culicoides. Peternakan ayam milik Pak Sugito yang terletak di Desa Ngereco Kandat menempati urutan ketiga terbanyak jumlah Culicoides. Di dekat peternakan ayam milik Pak Sugito terdapat pepohonan, semak-semak dan tanaman-tanaman lain yang merupakan lingkungan yang sangat baik bagi Culicoides Peternakan ayam milik Ibu Ummi yang terletak di Desa Plosoklaten menempati urutan terakhir jumlah Culicoides. Di dekat peternakan ayam milik Ibu Ummi terdapat genangan air parit, tanaman pisang, tebu, dan lain-lain yang sangat baik bagi kehidupan Culicoides. Hal ini sesuai masing-masing kandang lebih dipengaruhi oleh ekosistem atau kondisi lingkungan sekitar kandang, dimana menurut Soulsby (1986) lingkungan yang memenuhi persyaratan bagi kelansungan hidup Culicoides adalah berada di dekat tempat berair dengan pohonpohon atau semak-semak yang rimbun, sehingga lingkungannya gelap dan lembab disamping itu baik telur, larva, maupun pupa Culicoides menyukai tempat yang lembab dan berair, baik air tawar ataupun air payau (Craig dan Fausts 1974). Hasil identifikasi dari lalat Culicoides yang diambil dari empat lokasi peternakan ayam yang ada di Kabupaten Kediri menunjukkan spesies yang paling dominan adalah C. arakawae (74,45%), C. guttifer (15,76%), C. huffi (5,98%) dan spesies Culicoides lainnya (3,8%). Hasil ini hampir sama dengan hasil penelitian Hastutiek, dkk (2000) di Sidoarjo yang menyatakan bahwa spesies

C. arakawae dan C. guttifer merupakan jenis yang paling banyak ditangkap, kemudian diikuti spesies-spesies lain, yaitu C. huffi, C. humeralis , C.palpifer, dan C. oxystoma Menurut Akiba (1970) Culicoides arakawae senang hidup di daerah berawa yang relatif airnya jernih dan di lumpur permukaan sawah. Culicoides arakawae tidak berkembang biak dalam kotoran atau tinja ayam tetapi di selokan irigasi, tempat persemaian padi dan sawah dengan kondisi air mengalir secara permanen. Menurut Soekardono (1986) C. arakawae, C. guttifer, C. Oxystoma dan C. huffi selalu dapat ditangkap di lokasi peternakan baik yang ada di dataran rendah maupun di di dataran tinggi C. guttifer, C. sumatrae dan C. arakawae merupakan spesies yang mempunyai inang pilihan unggas lebih lanjut lagi disebutkan C. arakawae telah dibuktikan merupakan vektor dari L. caulleryi di Jawa dan Bali dengan jumlah yang dominan dibandingkan spesies lainnya. Hasil penelitian yang dilakukan Sahara dan Priyowidodo (2002) di Kabupaten Sleman, Yogyakarta yang diperoleh dari dua belas peternakan menemukan delapan spesies Culicoides. Spesies tersebut adalah C. huffi, C. guttifer, C. arakawae, C. parahumeralis, C. peregrines, C. sumatrae dan C. clavipalvis. Pada penelitian ini populasi C. huffi lebih banyak diperoleh dari pada C. arakawae. Kondisi lingkungan di sekitar kandang lebih banyak ditemukan pepohonan, semak, dan rerumputan, hanya beberapa peternakan ditemukan adanya persawahan di luar area peternakan. Culicoides huffi , C. guttifer dan C. arakawae dominan di peternakan ayam yang berada di lokasi dengan ketinggian lebih dari 400 m di atas permukaaan laut, sedangkan di

peternakan yang berada di ketinggian kurang dari 300 m di atas permukaan laut, C. huffi, C. arakawae dan C.oxystoma merupakan spesies yang dominan. Spesies yang pada pemeriksaan selalu ditemukan mengandung darah adalah C. huffi, C. arakawae dan C. guttifer (Soekardono, 1986). Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada tiga spesies Culicoides yang berhasil diidentifikasi dari petenakan ayam pedaging yang ada di kabupaten Kediri yaitu C. arakawae, C. guttifer, dan C. huffi. C. arakawae dan C. guttifer merupakan spesies yang dominan dan dicurigai sebagai penyebar leucocytozoonosis pada peternakan ayam pedaging di Kabupaten Kediri.

DAFTAR PUSTAKA Abella, J.A, M., Cariaso, B., Kamiya, M. and Manuel, M.,. and.,1994. Abundance and prevalence of Culicoides (Diptera : Ceratopogonidae) on some Philipine chicken farms. J. Med. Jan ; 31 (1): 45-58. Adam, K.M.G., J.Paul and V. Zaman.1971.Medical and Veterinary Protozoology and Illustration Guide. Churcill Livinstone, Eidenburg and London. Dikutip dari Wahyuti, R.N. 2003. Potensi Lalat terhadap Pravalensi Leucocytozoonosis pada Ayam.Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Airlangga.Surabaya Akiba, K., 1960. Studies on the Leucocytozoon found in the chicken, in Japan. II. On the Transmission of L. caulleryi by Culicoides arakawae. Jap.J. Vet. Sci, 22 : 309-317. Charlton, B.r., 1996. Blood borne parasites. In : Avian Disease Manual 4th ed. Pp.162-165. American Associated of Avian Pathologists. University of Pensylvania, New Bolton center, PA. Craig and Fausts, 1974. Clinical Parasitology. Lea & Febriger. Philadelphia Dojen, R.J. and Muzzai, P.M. 2000. Hematozoa of Waterfoal from Michigan. J. Wildl Dis.Oct ; 36(4) : 767-773.

10

Evans, M. and Otter, A., 1998. Fatal Combinated Infection with Haemoproteus noctuase and Leucocytozoon ziemanni in Juvenille Snowy owl (Nyctea scandiaca).vet. Rec.Jul;143(3):72-6 Gerry, A.C. and Mulens, BA., 1998. Response of Male Culicoides variipennis sonorensis (Dipteral : Ceratopogonidae) to Carbon dioxide and Observation of Mating Behavior On and Near Cattle. J. Med. Entomol, May ; 35930:239-244. Hastutiek, P., Suprihati, E., Mahasri, G., Wahyuti, R.N. dan Kismiyati, 2000. Culicoides di Sekitar Kandang Ayam Ras di Sidoarjo dalam hubungannya dengan Penularan Penyakit Leucocytozoonosis. Lembaga penelitian Universitas Airlangga. Surabaya Hunter, B.B., Rohner, C. and Currie, D.C., 1999. Mortality in fledgling great hornet owls from black fly hematophaga and Leucocytozoonosis.J. Widl Dis. Jul ; 33(3) : 486-491. Isobe, T., Shimizu, S., Yoshihara, S. and Suzuki, K., 1998. Immunoblot analysis of humoral immune response to Leucocytozoon caulleryi in chickens. J. Parasitol. Feb. ;84(1): 62-66. Isobe, T., Shimizu, S., Yoshihara,S. and Suzuki, K.,2000. Cylosporin A, but not bursectomi abolishe the protective immunity of chickens agains Leucocytozoon caulleryi. Dev. Compl. Immuno. Jun; 24(40) :433-441. Kettle, D.S., 1985. Medical and Veterinary Entomology. Croom Helm. London and Sydney. Levine, N.D., 1995. Protozoologi Veteriner (terjemahan). Gadjah Mada University Press. Lucia, dkk., 2006. Protozoologi Veteriner. Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya Merino, S., Potti, J. and fargallo, J.A., 1999. Blood parasites of passerine bird from central spain. J. wildi Dis. Jul ; 33(3) : 636-641. Morii, T. and Kitaoka, S., 1969. Influence of temperature on the sporogony of akiba caulleryi in three Culicoides species at rous does. Nat. Inst. Anim. Hlth.Quarth, 9 : 104-111. Morii,.T., Nakamura,K., Lee, Y.C., Iijima. T.& Hoji, K. 1986. Observations on Taiwanese Strain of Leucocytozoon caulleryi (Haemosporina) in Chickens. J. Protozool.33(2): 231-234.

11

Nakamura, K., Morii ,T. & Iijima,T. 1979.Effects of Sulfamonomethoxine on Parasitemia, Serum Antigen and Antibody Production in Chickens Infected with Leucocytozoon caulleryi. Jap.J. Parasit.28(6) : 377-383. Nakamura, K., Y., Tanimura, N., Hara, H., Ikeda, A., Shimada, J. and Isobe T., 1997. Pathogenesis of reduced egg production and soft shelled eggs in laying hens associated with Leucocytozoonosis caulleryi infection. J. Parasitol. 83 (2) : 325-327. Ortega, M.D., Mellos, P.S., Rawlings, P. and Pro, M.J., 1998. The seasonal and geographical distribution of Culicoides imicola, C. pulicaris group and C. absolutes group biting midges in Central and Southern spain. Arch. Virol. Suppl ; 14: 85-91. Partoutomo, S. dan Soetedjo, R. 1997. Adanya Leucocytozoonosis pada Ayam di Indonesia. Seminar Pertama tentang Ilmu dan Industri Perunggasan 30-31 Mei 1997. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bogor. Peterson, A., 1964. Entomological Techniques. Edwars brothers, inc. Ann arbor. Michigan. Rawling. P., Capela, R., Pro, M.J., Ortega, M.D., Pena, I., Rubio, C., Gasca, A. and Mellor, P.S., 1998. The Relationship between Climate and Distribution of Culicoides imicola in Iberia.Arch. Virol. Suppl 14; 95-102. Schidtmann, E.T., Holbrook, F.R., Day, E, Taylor, T. and Tabachnick, W,J., 1998. Culicoides variipennis (Diptera : ceratopogonidae) complex in Virginia J. Med. Entomol. Sep; 35(5) : 818-824. Smith, K.V.G., 1973. Insect and other Arthropods of Medical Importance. The trustees of the British Museum (National History). London. Soekardono, S., 1986. Leucocytozoonosis pada ayam di Jawa dan Bali. Disertasi Doktor IPB, Bogor. Soekardono, S., 1987. Culicoides (Diptera : Ceratopogonidae) di sekitar Ayam dalam Kandang-kandang di Jawa Timur. Majalah Parasitologi Indonesia 1(2) : 35-41. Soulsby. E.J.L., 1986. Helmiths, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal 7th Ed. The English and protozoa of society and baillire, Tindall, London. Springer, W.T., 1997. Other blood and tissue protozoa In : disease of poultry, Calnect, B. W., et. Al., 10th Ed. Pp. 900-907. Lowa state Univ Press, Ames, IA.

12

Suprihati, E., Tri Suwanti, L. dan Yunus, M, 2009. Profil Protein Sporozoit Leucocytozoon Kelenjar Ludah Lalat Culicoides sp. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya Wahyuti, R.N. 2003. Potensi Lalat terhadap Pravalensi Leucocytozoonosis pada Ayam.Tesis. Program Pasca Sarjana, Universitas Airlangga.Surabaya Wirth, W.W. and Hubert, A.A., 1989. The Culicoides of southeast Asia (Dipteral Ceratopogonidae). The American Entomological Institue, 300 SW 56th Avenue, Gainesvile, Florida, USA. Yu, C., Wang, J. and Yeh, C. 2000. Culicoides arakawae (Diptera : Ceratopogonidae) Population Succession in Relation to Leucocytozoonosis Pravalence on Chicken Farm in Taiwan. Vet. Parasitol. Nov. 93(2) : 113-120.

13

Anda mungkin juga menyukai