2.1. Perencanaan Laba dan anggaran Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang diharapkan adalah laba yang memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba perusahaan terdiri dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran laporan keuangan . Anggaran
berbeda dengan prakiraan (forecasat). Suatu perencanaan laba atau anggaran menunjukan tingkat atau target yang diusahakan manajemen untuk diraih. Perkiraan (forecast) dipihak lain adalah apa yang diprediksikan oleh organisasi akan terjadi. Contohnya jika permintaan untuk suatu produk tertentu adalah suatu prakiraan, suatu anggaran penjualan akan merinci pendapatan dan biaya yang disiapkan dengan dasar prakiraan dari permintaan suatu produk.
Kedengarannya perencanaan laba cukup sulit, karena kekuatan luar mempengaruhi bisnis. Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan kompetitor dan ekonomi., demograpi selera konsumen, sikap sosial, dan faktor politik. Faktor-faktor ini umumnya tidak dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan, dan arah dan besarnya perubahan seringkali sulit untuk diprediksikan.
Secara fundamental tiga pendekatan dapat di pilih dalam menata sasaran laba. Dalam metode priori, sasaran laba mendominasi perencanaan. Pada permulaan
manajemen menentukan spesifikasi suatu tingkat pengembalian yang diharapkan dan kemudaian menuangkan realisasi dari sasaran tersebut melalui perencanaan. Dalam metode posteriori, sasaran laba adalah merupakan sub ordinasi dari
perencanaan dan dinyatakan sebagai siuatu hasil dari perencanaan. Dalam metode pragmatic, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah
sasaran laba disamping tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi tindakan pada kontek sosial yang mempengaruhi ekonomi. Pengaruh sosial yang potensial
meliputi polusi lingkungan, dan kosumsi dari sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, dan faktor ekologi lainnya.; hak kelompok dan individu; perawatan dari jasa publik, keselamatan publik, kesehatan; dan pendidikan; dan banyak permasalahan sosial lainnya.
Long-Range Profit Planing dan Short-Range Budget. Perencanaan jangka panjang didifinisikan sebagai proses berkelanjutan dalam membuat keputusan sekarang secara sistematis dan, dengan kemungkinan pengetahuan terhadap masa depannya, mengorganisasi usaha yang dibutuhkan untuk menentukan keputusan dan mengukur hasil dari keputusan ini dibandingkan dengan pengharapan melalui organisiasi, umpanbalik sistematik.
Rencana jangka panjang harus dijabarkan kedalam anggaran jangka pendek untuk perencanaan dan pengendalian tindakan yang telah dipilih. Meskipun satu tahun adalah jangka waktu yang biasa digunakan, anggaran jangka pendek dapat meliputi periode 3, 6, atau 12 bulan, terganatunga pada sifat dan keadaan bisnis.
Agar efektif anggaran harus dikoordinasikan dengan baik antara manajemen dan sistem akuntansi. Contohnya harus di usahakan adanya bagan organisasi dan bagan rekening. Bagan organisasi menunujukan tanggung jawab untuk tiap eksekutif yang kemudian
anggaran disesuiakan berdasarkan keadaan tersebut. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah sistem harga pokok standar yang akan mengakumulasi biaya dan menyediakan data sebagai laporan dan berdasarkan tanggungjawab. Eksekutif bertanggung jawab untuk
menyiapkan dan memanaje anggaran segmennya sendiri. Untuk lebih efektif staf perusahaan bisa saja diikutkan dan merencanakan anggaran tetapi yang menjadi keharusan adalah bahwa mereka harus mengerti agar anggaran dapat berfungsi dengan baik. Master Budget
Berikut adalah gambar komponen dasar master budget ANGGARAN OPERASIONAL Penjualan Produksi Biaya bahan Biaya tenaga kerja Biaya overhead paberik Harga pokok produk dijual ANGGARAN BIAYA KOMERSIAL ANGGARAN BIAYA ADMINISTRASI DAN KEUANGAN ANGARAN KAS Angaran penerimaan kas Anggaran pengeluaran kas ANGGARAN
PENGELUARAN MODAL
(NERACA
DIANGGARKAN)
2.2.Perencanaan Laba Jangka Pendek Berhasil atau tidaknya perusahaan adalah dapat melihat kemungkinan dan kesempatan dimasa yang akan datang baik jangka pendek maupun jangka panjang. Karena itu tugas manajemen untuk membuat perencanaan yang pada dasarnya kegiatan membentuk masa depan, yang pada intinya memutuskan berbagai macam alternatif & perumusan kebijakan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang. Ukuran yang dipakai untuk melihat berhasil tidaknya manajemen perusahaan adalah laba yang diperoleh oleh perusahaan. Laba dipengaruhi oleh tiga faktor : a. volume produk yang dijual yang langsung mempengaruhi volume produksi, volume produksi mempengaruhi laba b. Harga jual produk yang mempengaruhi volyme penjualan c. Biaya yang menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki Perencanaan laba jangka pendek dilakukan oleh manajemen dalam proses penyusunana anggaran perusahaan. Dalam proses penyusunan anggaran, manajemen selalu menghadapi pertanyaan what if yaitu pertanyaan apa yang akan terjadi jika sesuatu dipilih oleh manajemen. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable costing.
Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, Hubungan antara biaya, volume & laba memegang peranan penting karena merupakan teknik untuk menghitung dampak perubahan harga jual, volume penjualan & biaya terhadap laba untuk membantu manajemen dalam proses penyusunan anggaran. Manajemen mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan yang berakibat terhadap perubahan harga jual, volume penjualan, biaya variabel dan atau biaya tetap yang akhirnya akan berdampak terhadap laba bersih. Dampak terhadap laba bersih ini yang menjadi salah satu pertimbangan penting manajemen dalam memutuskan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Alat analisis yang mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dalam proses penyusunan anggaran dan berbagai parameter yang bermanfaat untuk perencanaan laba jangka pendek yaitu: a. Impas Impas memberikan informasi tingkat penjualan suatu usaha yang labanya sama dengan nol. Paramater ini memberikan informasi kepada manajemen, dari jumlah target pendapatan penjualan yang dianggarkan, berapa pendapatan penjualan minimum yang harus dicapai agar usaha perusahaan tidak mengalami kerugian. b. Margin of safety Memberikan informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu maksimum boleh turun agar suatu usaha tidak menderita rugi. c. Shut down point Memberikan informasi pada tingkat penjualan berapa suatu usaha secara ekonomis sebaiknya ditutup karena pendapatan penjualannya hanya dapat digunakan untuk menutup biaya tunai saja.
d. Degree of operating leverage Memberikan informasi berapa kali lipat presentase tertentu perubahan pendapatan penjualan mengakibatkan perubahan laba bersih. e. Laba kontribusi perunit (Contribution margin) Memberikan informasi kemampuan suatu produk dalam memanfaatkan sumber daya yang langka untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap dan menghasilkan laba. (Kelebihan pendapatan penjualan di atas biaya variabel)
Berbagai parameter tersebut memberikan bantuan yang penting bagi manajemen dalam mempertimbangkan berbagai usulan kegiatan dalam proses penyusunan anggaran perusahaan.
Dalam proses perencanaan laba jangka pendek manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk mempertimbangkan dampak perubahan volume penjualan, harga jual & biaya terhadap laba perusahaan. Analisis impas & analisis biaya-volume-laba merupakan teknik untuk membantu manajemen dalam perencanaan laba jangka pendek.
Untuk memberikan gambaran proses perencanaan laba jangka pendek, berikut ini diberikan
Contoh 1 . Departemen anggaran PT.X menyajikan laporan L/R projeksian (Projected Income Statement ) untuk tahun anggaran 20X2 sbb:
PT. X Laporan Laba Rugi Projeksian Tahun Anggaran 20X2 Jumlah Pendapatan penjualan Biaya Variabel Laba kontribusi Biaya tetap Laba bersih 50.000.000 300.000.000 Rp. 200.000.000 150.000.000 Rp. 10% Rp. 500.000.000 % 100 % 60% 40% 30%
Dalam proses penyusunan anggaran induk perusahaan, laporan L/R yang disusun dengan metode variable costing yang membantu manajemen puncak dalam
mempertimbangkan usulan kegiatan yang diajukan oleh manajemen menengah. Keputusan jangka pendek umumnya menyangkut penambahan / pengurangan volume kegiatan. Dari laporan L/R yang disusun menurut metode variabel costing, manajemen dapat memperoleh pemanfaatan dari alat-alat analisis diatas yaitu : 1. Impas Dari lap.L/R diatas target pendapatan (revenues) yang diharapkan perusahaan Rp. 500.000.000, dari target tersebut manajemen memerlukan informasi berapa pendapatan minimum yang harus dicapai perusahaan untuk tahun anggaran yang akan datang agar
tidak rugi. Dari target tersebut diatas impas dapat dihitung sebesar Rp. 375.000.000 ( Rp. 500.000.000 / 40 % ). Angka tersebut diatas menunjukkan bahwa dari target pendapatan penjualan (revenues) yang direncanakan sebesar Rp. 500.000.000 minimum perusahaan harus dapat menjual Rp. 375.000.000 agar perusahaan tidak rugi. Jika perusahaan mampu memperoleh pendapatan penjualan diatas impas, perusahaan baru dapat menghasilkan laba. Semakin rendah impas berarti semakin besar kemungkinan perusahaan memperoleh kesempatan untuk mendapatkan laba. 2. Margin Of Safety Dari target pendapatan penjualan tersebut, manajemen memerlukan informasi berapa jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan boleh terjadi, agar penurunan tersebut tidak mengakibatkan perusahaan menderita kerugian. Untuk menjawab pertanyaan tersebut manajemen memerlukan informasi margin of safety dari anggaran laba projeksian tahun anggaran yang akan datang. Dari data dalam contoh 1. karena impas diatas sebesar 375.000.000, maka jumlah maksimum penurunan target pendapatan penjualan yang tidak menyebabkan perusahaan mengalami kerugian adalah Rp. 125.000.000 ( Rp. 500.000.000 Rp. 375.000.000 ) atau 25% (Rp.
125.000.000/Rp.500.000.000). Semakin besar margin of safety semakin besar kesempatan perusahaan memperoleh laba, semakin kecil margin of safety semakin rawan perusahaan terhadap penurunan target pendapatan penjualan. Jika margin of safety ratio, yang merupakan ratio antara margin of safety dan
pendapatan penjualan sebesar 25%, berarti penurunan target pendapatan penjualan sedikit diatas 25% telah menyebabkan perusahaan menderita kerugian.
3. Titik penutupan usaha ( Shut Down Point ) Suatu usaha tidak layak secara ekonomis untuk dilanjutkan jika pendapatan penjualannnya tidak cukup untuk menutup biaya tunainya. Dari contoh 1 diketahui bahwa biaya tetap perusahaan tersebut sebesar Rp. 150.000.000, 100.000.000 merupakan biaya tunai, maka anggaran thn 20X2, titik penutupan usaha sebesar Rp.250.000.000 ( 100.000.000/40%). Hal ini berarti dibawah pendapatan penjualan sebesar 250.000.000, usaha perusahaan secara ekonomis tidak pantas dilanjutkan karena pendapatan penjualan dibawah jumlah terebut akan mengakibatkan perusahaan tidak mampu membayar biaya tunainya.
4. Degree of Operating Leverage Ukuran ini menunjukkan persentase perubahan laba bersih sebagai dampak terjadinya sekian persen perubahan pendapatan penjualan. Dari contoh diatas DOL dihitung adalah 4X (Rp. 200.000.000/Rp. 50.000.000) yang berarti setiap 1% kenaikan pendapatan penjualan akan mengakibatkan 4% (4X1%) kenaikan laba bersih. Jika usulan kegiatan diharapkan dapat menaikkan pendapatan penjualan sebesar 5% maka dalam tahun anggaran tersebut laba bersih perusahaan akan mengalami kenaikan 20% (4X5%). 5. Laba kontribusi perunit Kelebihan pendapatan penjualan diatas biaya variabel Memberikan gambaran jumlah yang tersedia untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Semakin besar laba kontribusi, semakin besar kesempatan yang diperoleh perusahaan untuk menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Laba kontribusi perunit merupakan merupakan laba kontribusi dibagi dengan volume penjualan. Jika informasi laba kontribusi perunit dihubungkan dengan penggunaan sumber daya yang langka (scarce resources), manajemen akan memperoleh informasi kemampuan berbagai macam produk untuk menghasilkan laba. Informasi ini memberikan landasan bagi manajemen dalam pemilihan produk yang menghasilkan laba tertinggi. Contoh laba kontribusi setiap produk disajikan berikut ini:
A Volume penjualan Pendapatan penjualan Biaya Variabel Laba kontribusi Biaya tetap Laba bersih Laba kontribusi perunit Rp. 800 500 Rp.700.000 300.000 Rp.400.000
Rp. 1.000
Rp. 2.000
Rp. 1.100
Produk
(2) X (3)
(1) A B C 5 10 25
(5) 1 2 3
Dari contoh diatas seolah-olah produk C menghasilkan laba kontribusi perunit sebesar Rp.2000 yang memiliki kemampuan tertinggi untuk memberikan kontribusi dalam menutup biaya tetap & untuk menghasilkan laba. Kemampuan produk dalam menutup biaya tetap & menghasilkan laba tidak diukur hanya atas dasar informasi laba kontribusi perunit, namun diukur dari laba kontribusi perunit yang dihubungkan dengan pemanfaatan sumber daya yang langka.Contoh dapat dilihat pada gbr. 9.1 Dari gambar tersebut ternyata produk A menduduki peringkat pertama dalam kemampuan memanfaatkan sumberdaya yang langka ( jam mesin )untuk menutup biaya tetap & menghasilkan laba. Setiap jam mesin yang dimanfaatkan untuk memproduksi produk A mampu menghasilkan laba kontribusi sebesar Rp. 760 per jam mesin. 2.3.Rekayasa Parameter Untuk Perencanaan Laba Jangka Pendek
1. Impas Impas (break-even) adalah: a. keadaan usaha yang tidak memperoleh laba dan tidak menderita rugi. b. jika jumlah pendapatan ( revenues ) sama dengan jumlah biaya c. laba kontribusi hanya bisa menutupi biaya tetap saja. d. Suatu cara untuk mengetahui volume penjualan minimum agar suatu usaha tidak menderita rugi dan laba sama dengan 0 Ada 2 cara untuk menentukan impas :
a. Pendekatan teknik persamaan b. Pendekatan grafis a. Pendekatan teknik persamaan Penentuan impas dengan teknik persamaan dilakukan dengan mendasarkan pada persamaan pendapatan sama dengan biaya ditambah laba.Atau laba adalah sama dengan pendapatan penjualan dikurangi biaya. Dapat dinyatakan dalam persamaan sbb: Y=cx-bx-a Keterangan : y=laba c=harga jual persatuan x=jumlah produk yang dijual b=biaya variabel persatuan a=biaya tetap
Jika persamaan tersebut dinyatakan dalam laporan laba rugi metode variable costing, persamaan tersebut sbb: Pendapatan penjualan Biaya variabel Laba kontribusi Biaya Tetap Laba bersih a y bx cx __ cx-bx __
Perusahaan akan mencapai keadaan impas jika jumlah pendapatan sama dengan jumlah biaya (laba=0),atau jika dinyatakan dalam persamaan sbb: 0 = cx - bx cx = bx + a
Persamaan tersebut diselesaikan sbb: cx bx = a x(c-b) = a x = Keterangan : cx = bx + a cx bx = a Pendapatan penjualan = biaya Laba kontribusi = biaya tetap a / (c-b)
x =
a / (c-b)
Impas (dalam satuan produk) = biaya tetap dibagi dengan selisih antara harga jual persatuan dengan biaya variabel persatuan X adalah kuantitas yang dijual pada keadaan impas
Jadi rumus perhitungan impas dalam satuan produk yang dijual adalah :
Biaya tetap
Impas dalam rupiah penjual dapat dicari rumusnya dengan cara mengalikan rumus impas tersebut diatas dengan c, yaitu harga jual persatuan produk.
Biaya Tetap Biaya variabel per satuan 1Harga jual per satuan
Catatan : 1 - b/c disebut marginal income ratio atau contribution margin ratio. Yaitu hasil bagi laba kontribusi dengan pendapatan penjualan.
Jadi impas dalam rupiah penjualan dpt dihitung dengan rumus sbb: Impas (Rp) = Biaya tetap _
Contoh 2: Dalam suatu pasar malam, pak Amat akan membuka tempat penitipan sepeda. Dia menyewa tempat yang dapat menampung 500 sepeda. Sewa tersebut permalam Rp.1.500. Untuk menjaga sepedadia akan mepekerjakan dua orang, dengan upah Rp. 1.000 semalam perorang, ditambah upah insentif sebesar Rp. 2,50 perorang untuk setiap sepeda yang masuk titipan. Tarif titipan yang dibebankan kepada
10
pemakai jasa adalah sebesar Rp 25 persepeda semalam. Perhitungan proyeksi laba permalam apabila 500 sepeda masuk ke tempat penitipan sepeda pak Amat disajikan sbb: JUMLAH Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda Biaya variabel: Upah insentif untuk dua karyawan Laba kontribusi 500 X 2 X Rp. 2.50 Rp. 10.000 2.500 _ 20 _ 80 Biaya tetap: Sewa tempat titipan Upah dua orang karyawan Rp. 1.500 2.000 + Rp. 3.500 Laba bersih Rp. 6.500 28 52 500 X Rp.25 Rp. 12.500 % 100
Pak Amat ingin memperoleh informasi berapa jumlah minimum sepeda yang harus masuk setiap malam ketempat penitipan sepedanya,agar usaha titipan tersebut tidak mengalami kerugian. Jumlah sepeda minimum yang harus masuk setiap malam agar usaha pak Amat dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam adalah :
Biaya tetap
Jika sepeda yang masuk titipan semalam minimum berjumlah 175 buah, maka usaha pak Amat akan dapat menutup semua biaya yang dikeluarkan semalam, sehingga usaha tersebut tidak mengalami kerugian. Impas juga dapat dinyatakan dalam jumlah rupiah pendapatan dari usaha titipan sepeda sbb:
Impas (Rp)
Biaya tetap
11
3.500 _ 80%
= Rp.4.375
Jika pada suatu malam pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda sebanyak Rp.4.375, dia dapat tenang hatinya karena dari pendapatan penjualan jasa tersebut, minimum dia sudah dapat menutup biaya yang dikeluarkan malam ini. Dengan kata lain sepeda yang masuk sudah mendatangkan laba 80% (contribution margin ratio) dari uang pendapatan penjualan jasa titipan sepeda yang diterimanya. Bukti bahwa pada pak Amat menerima uang pendapatan penjualan jasa titipan sebanyak Rp.4.375 usahanya belum memperoleh laba,tetapi juga tidak rugi dapat diikuti dalam perhitungan sbb:
Pendapatan penjualan jasa titipan sepeda Biaya variabel Laba kontribusi Biaya tetap :
175 x Rp.25 =
= Rp.
175 x Rp. 5
Rp. 3.500
Contoh 3: PT. Eliona memproduksi produk A. Rencana produksi untuk thn anggaran 20X1 adalah sbb: Kg Sediaan awal Rencana produksi 1.200 Rencana penjualan Sediaan akhir 200 1.000 100 1.100
12
Biaya variabel standar per kg produk : Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja variabel Biaya overhead variabel Jumlah biaya produksi variabel Biaya administrasi & umum variabel Biaya pemasaran variabel Jumlah biaya variabel Biaya tetap pertahun terdiri dari : Biaya overhead pabrik tetap Biaya pemasaran tetap Biaya administrasi & umum Jumlah biaya tetap setahun Rp.37.400.000 15.000.000 25.000.000 Rp. 77.400.000 8.000 Rp.43.000 Rp. 10.000 7.000 8.000 Rp. 25.000 10.000
13
Jumlah Pendapatan penjualan Biaya variabel: Sediaan awal Biaya produksi variabel 100 X Rp. 25.000 1.100 X Rp. Sediaan akhir 25.000 1000 X Rp 172.000 Rp. 2.500.000 Rp.27.500.000 Rp.30.000.000 5.000.000 Rp. 25.000.000 Rp. 172.000.000
% 100 %
Biaya non produksi variabel: By. pemasaran variabel By. administrasi & umum variabel Jumlah biaya variabel Laba kontribusi
200 X Rp. 25.000 8.000.000 10.000.000 1.000 X Rp.8.000 1.000 X Rp.10.000 Rp. 43.000.000 Rp. 25% 75%
Biaya tetap: Biaya overhead pabrik tetap Biaya pemasaran tetap Biaya administrasi & umum tetap Jumlah biaya tetap Laba bersih
129.000.000
25.000.000
14
Dari target pendapatan penjualan sebesar Rp.172.000.000 dlm thn 20X1,minimum PT.Eliona harus mencapai pendapatan penjualan sebesar Rp.103.200.000 agar perusahaan tidak menderita kerugian. Kuantitas produk minimum yang harus dijual agar perusahaan tidak mengalami kerugian, maka :
Impas (kg) =
Rp.77.400.000
= 600 kg
Dalam setiap penjualan 1 kg produk A berikutnya, perusahaan akan memperoleh laba sebesar Rp.129.000 (75% X Rp.172.000) karena biaya tetap seluruhnya telah tertutup dari penjualan 600 kg tersebut. Misalkan dalam contoh 2 diatas , manajemen memerlukan informasi pada volume penjualan berapa perusahaan harus menjual produknya dalam tahun anggaran 20X1 untuk mendapatkan keuntungan misalnya Rp. 90.000.000. Maka Perencanaan volume penjualan dihitung sbb:
Berdasarkan
= 1,297 kg
15
Jika dalam tahun 20X1 PT. Eliona mencapai tingkat penjualan sebanyak 1,297 kg atau dalam rupiah Rp. 223.200.000, maka laba bersih diperkirakan Rp. 90.000.000 b. Perhitungan Impas dengan pendekatan grafis Titik pertemuan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya merupakan titik impas. Untuk dapat menentukan titik impas, harus dibuat grafik dengan sumbu datar menunjukkan volume penjualan, sedangkan sumbu tegak menunjukkan biaya dan pendapatan.
Jika harga jual produk persatuan sebesar c, kuantitas produk yang dijual sebesar X,biaya tetap sebesar a dan biaya variabel sebesar b persatuan x, untuk volume penjualan sebesar X maka : Pendapatan penjualan = cx Biaya variabel Biaya tetap = bx =a
Contoh 4 Dalam contoh 2 diatas diketahui bahwa : Harga jual produk persatuan (c) Biaya variabel persatuan (b) Biaya tetap pertahun (a) = Rp. 172.000 = Rp. 43.000 = Rp. 77.400.000
Untuk berbagai macam volume penjualan (x) pendapatan penjualan,biaya variabel,biaya tetap dan total biaya disajikan berikut ini:
Angka Rupiah Dalam Ribuan Volume Penjuala n x 1.000 800 600 400 200 Pendapata n Penjualan cx Rp.172.00 0 137.600 103.200 68.800 34.400 Biaya Variabel bx Rp. 43.000 34.400 25.800 17.200 8.600 Laba (Rugi) cx-(a+bx) Rp. 51.600 25.800 0 (25.800) (51.600)
Biaya tetap
Total Biaya
16
Apabila data diatas disajikan dalam bentuk grafik, maka akan tampak pada gambar 9.2
172.000.000
Pendapatan & Biaya (juta rupiah) Garis pendapatan penjualan Laba Titik Impas
120.400.000
80 Rugi
600
Volume Penjualan
Karakteristik biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju ditandai dengan berkurangnya unsur biaya tenaga kerja langsung dan membesarnya proporsi biaya overhead pabrik. Teknologi manufaktur maju memungkinan peusahaan melakukan diversifikasi produk yang diproduksi dan menyebabkan semakin besarnya proporsi biaya overhead yang tidak berkaitan dengan unit produk yang diproduksi (non unit related overhead costs). Unsur biaya produksi dalam lingkungan manufaktur maju digambarkan pada gambar 9.3.
17
Gambar 9.3. Unsur Unit-Related dan Non-Unit-Related Costs dalam Biaya Produk
Setiap produk yang diproduksi mengkonsumsi non unit related overhead costs) dengan proporsi yang berbeda-beda. Beda perhitungan impas konvensional dengan activity based costing terletak pada unsur biaya variabel berdasarkan perilaku biaya dalam hibungannya dengan unit level activities saja. Dalam perhitungan impas konvensional, total biaya terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini : K = a + bx Keterangan : K = total biaya a = total biaya tetap b = biaya variabel perunit x = unit level activities
Dalam perhitungan impas berdasarkan activity based costing, total biaya terdiri dari biaya tetap dan berbagai tipe biaya variabel, yang dinyatakan dalam persamaan berikut ini : K = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 Keterangan : k = Total biaya a = facility sustaining activity cost b1 = biaya variabel persatuan unit level activity b2 = biaya variabel persatuan batch related activity b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity
18
Jika harga jual persatuan produk sama dengan c, maka persamaan laba berdasarkan activity based costing adalah : Y = cx1 - a b1x1 b2x2 b3x3 Keterangan : Y = laba
cx1 = Pendapatan penjualan (harga jual perunit kali kuantitas yang dijual yang ditunjukkan oleh unit level activities) a b1 b2 b3 x1 x2 x3 = facility sustaining activity costs = biaya variabel persatuan unit level activity = biaya variabel persatuan batch related activity = biaya variabel persatuan product sustaining activity = unit level activities = batch related activities = product sustaining activities
Dari persamaan dapat dihitung rumus perhitungan impas berdasarkan activity based costing : X = a + b2x2 + b3x3 c-b1
Keterangan : x= volume penjualan pada kondisi impas a = facility sustaining activity costs b1 = biaya variabel persatuan unit level activity b2 = biaya variabel persatuan batch related activity b3 = biaya variabel persatuan product sustaining activity x1 = unit level activities x2 = batch related activities x3 = product sustaining activities
19
Contoh 5 PT X memproduksi satu macam produk dengan struktur biaya sebagai berikut : Biaya variabel perunit Biaya tetap setahun Harga jual produk perunit Rp. 12.000 Rp. 100.000.000 Rp. 20.000
Impas dengan pendekatan konvensional : Berdasarkan data tersebut dihitung impas dengan pendekatan konvensional yaitu :
Impas = Biaya tetap = Harga jual perunit biaya variabel perunit = 100.000.000 _ 20.000 - 12.000 = 12.500 unit
Impas dengan pendekatan activity based costing Dengan pendekatan activity based costing, biaya diatas perlu dirinci lebih lanjut seperti disajikan berikut:
Cost driver
Biaya/unit
Rp. 6.000 Rp. 5.000 Rp. Rp. Unit yg dijual 500 500
Biaya tenaga kerja langsung Biaya overhead pabrik variabel Biaya pemasaran variabel
Rp. 12.000
Batch related activity costs Product sustaining activity costs Facility sustaining activity costs
20 1.000
20 x Rp. 1.000.000
Rp. 20.000.000
20
Impas = Facility sustaining activity costs + Product sustaining activity costs + Batch related activity costs Harga jual/unit Unit level activity cost
Rp. 50.000.000 + ( 20 x Rp. 1.000.000 ) + ( 1000 x Rp. 30.000) Rp. 20.000 Rp. 12.000
12.500 unit
2. Margin Of Safety
Analisis impas memberikan informasi mengenai berapa jumlah volume penjualan minimum agar perusahaan tidak menderita kerugian. Jika angka impas dihubungkan dengan angka pendapatan penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu, akan diperoleh informasi berapa volume penjualan yang dianggarkan atau pendapatan penjualan tertentu boleh turun agar perusahaan tidak menderita rugi. Selisih antara volume penjualan yang dianggarkan dengan volume penjualan impas merupakan angka margin of safety. Dalam contoh 3, PT. Eliona merencanakan volume penjualan dalam tahun anggaran 20X1 sebesar Rp. 172.000.000 sedangkan menurut perhitungan, impas tercapai pada volume penjualan sebesar Rp. 103.200.000. Angka margin Of Safety adalah sebesar Rp. 68.800.000 (Rp. 172.000.000 Rp. 103.200.000). Atau jika dinyatakan dalam
persentase dari angka volume penjualan yang dianggarkan adalah sebesar 40% (Rp. 68.800.000 / Rp.172.000.000). Angka margin of safety ini memberikan informasi berapa maksimum volume penjualan yang direncanakan tersebut boleh turun, agar perusahaan tidak menderita rugi atau dengan kata lain angka margin of safety memberikan petunjuk jumlah maksimum penurunan volume penjualan yang direncanakan,yang tidak mengakibatkan kerugian. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa jika volume penjualan tahun 20X1 yang dianggarkan tersebut tidak dapat dicapai, maka maksimum penurunan yang boleh terjadi adalah sebesar Rp. 68.800.000 atau 40% nya, agar perusahaan tidak menderita kerugian.
21
Angka margin of safety ini berhubungan langsung dengan laba apabila dihubungkan dengan marginal income ratio (profit-volume ratio )
Laba =
Laba =
Laba kontribusi x
Margin of safety
Laba = 75 % x 40 % = 30 %
M/S ratio =
Profit ratio
Profit-volume ratio
Apabila ditinjau dari sudut biaya, pengambilan keputusan untuk menutup usaha dilakukan dengan mempertimbangkan pendapatan penjualan dengan biaya tunai (cash cost atau out atau out of pocket cost atau biaya keluar dari saku). Biaya tunai adalah biaya-biaya yang memerlukan pembayaran segera dengan uang kas. Dalam
pengambilan keputusan untuk menutup usaha harus diadakan pembedaan antara biaya keluar dari saku (out of pocket cost ) dengan biaya terbenam (sunk cost ), yaitu pengeluaran yang dilakukan samapai sekarang). Contoh deplesi. Suatu usaha harus dihentikan apabila pendapatan yang diperoleh tidak dapat menutup biaya tunainya. Untuk mengetahui pada tingkat penjualan berapa suatu usaha harus dihentikan dapat dilakukan dengan mencari perpotongan antara garis pendapatan penjualan dengan garis biaya tunai dalam grafik impas. pada masa yang lalu, yang manfatnya masih dinikmati biaya terbenam adalah biaya depresiasi,amortasi dan
22
Contoh 8 Apabila dalam contoh 3, biaya tetap sebesar Rp. 77.400.000 tersebut terdiri dari biaya keluar dari dari kantong Rp. 64.500.000 dan biaya terbenam ( sunk cost ) sebesar Rp. 12.900.000, maka dapat dibuat taksiran laba tunai dan laba akuntansi (accounting profit , yaitu pendapatan penjualan dikurangi dengan biaya biaya, baik terbenam maupun biaya keluar dari saku ).
Titik penutupan usaha dapat pula dihitung dengan menggunakan rumus berikut ini : Titik penutupan usaha = Biaya tetap tunai _
Jika datanya berasal dari contoh 3, titik penutupan usaha ditentukan sbb: Titik penutupan usaha = 64.500.000 = Rp. 86.000.000 75%
Atau dalam satuan produk, titik penutupan usaha dihitung sbb: Titik penutupan usaha = 64.500.000 = 500 kg 172000 43.000
Dengan demikian usaha pengolahan produk A dalam contoh 3 harus dihentikan jika penjualannya berada dibawah titik penutupan usaha sebesar Rp. 86.000.000 atau 500 kg.
Degree Of Operating Leverage memberikan ukuran dampak perubahan pendapatan penjualan terhadap laba bersih pada tingkat penjualan tertentu. Dengan parameter ini, manajemen akan dengan cepat mengetahui dampak setiap usulan kegiatan yang menyebabkan pendapatan penjualan terhadap laba bersih perusahaan. Degree of operating Leverage dihitung dengan rumus :
23
Karena laba kontribusi berubah sebanding dengan perubahan pendapatan, dengan demikian setiap perubahan pendapatan penjualan dapatdiketahui dengan cepat dampak perubahannya terhadap laba bersih dengan menggunakan degree of operating leverage . PT. Eliona Laporan Laba rugi projeksian
Pendapatan penjualan Biaya variabel Laba kontribusi Biaya tetap Laba bersih
Dari laporan laba rugi projeksian diatas, pada tingkat penjualan Rp. 172.000.000, DOL perusahaan tersebut adalah sebesar 2,5 kali ( Rp. 129.000.000 / Rp. 51.600.000). Pada tingkat penjualan tersebut jika misalnya Departemen pemasaran mengusulkan promosi produk dengan cara tertentu, yang diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan volume penjualan sebesar 5%, maka dengan cepat manajemen dapat memperkirakan kenaikan laba bersih sebesar 12,5% (2,5 X 5 %)
DOL menjadi semakin tinggi jika perusahaan beroperasi disekitar keadaan impas. Misalnya PT.Eliona beroperasi pada volume penjualan 5% diatas impas, maka laporan laba rugi dan DOL dapat dilihat seperti berikut ini:
Pendapatan penjualan Biaya variabel Laba kontribusi Biaya tetap Laba bersih
Misalnya pendapatan penjualan mengalami penurunan 2% saja pada tingkat penjualan Rp. 108.360.000 tersebut, maka laba bersih akan mengalami penurunan sebesar 42 % (21 X 2%). Sebagai bukti dapat dilihat laporan laba rugi berikut:
24
Perubahan
-2 %
Laba bersih
Rp.
3.870.000
Rp.
2.244.600
-42%
Penurunan pendapatan penjualan 2%, laba bersih turun sebesar Rp. 1.625.000 atau sebesar 42% (Rp. 1.625.400 / Rp.3.870.000).
25
3.1. KESIMPULAN Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang diharapkan adalah laba yang memuaskan Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba jangka pendek dapat dilaksanakan dengan mudah jika didasarkan pada laporan laba-rugi projeksian, yang disusun berdasarkan metode variable costing.
3.2. SARAN Kami menyarankan untuk menghitung laba jangka pendek diperlukan kehatia-hatian dalam mengerjakan soal, yang harus kita lakukan adalah penuh ketelitian dan keuleutan agar nilai yang diperoleh benar sesuai dengan yang kita perhitungkan.
26