1.
Pertemuan I: Pengertian/ definisi Manajemen: a. Menurut Stoner & Wankel dalam Siregar (1987) , manajemen adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses sumberdaya organisasi untuk mencapai tujuantujuan organisasi yang ditentukan. b. Menurut Tery dalam Siregar (1987), manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumberdaya manusia dan sumberdaya lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.
Unsur-unsur (sumber daya) manajemen terdiri atas 5 M yaitu: manusia (manpower), bahan (materials), mesin/peralatan (machines), metode/cara kerja (methods), modal uang (money). Tingkatan manajemen: (a) manajemen terbawah (first line management): fungsi manajemen untuk mengarahkan pekerja-pekerja operasional, jika dilihat dari segi perencanaan yang dibuat biasanya hanya melingkupi jangka waktu harian (mandormandor berada dalam tingkatan manajemen ini); (b) middle manajemen: tingkatan manajemen yang berfungsi mengarahkan kegiatan dari manajemen terbawah. Perncanaan yang dibuat di sini jangkauan waktunya bersifat bersifat menengah, (c) top manajemen: tingkatan paling tinggi dari manajemen yang biasanya terdiri atas beberapa orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat di sini bersifat strategis dan meliput kurun waktu rencana jangka panjang. Proses manajemen: Dalam pencapaian tujuan organisasi diperlukan serangkaian kegiatan yang dikenal dengan istilah proses manajemen, yang secara umum dapat dikelompokkan menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu: (a) penetapan tujuan (goal setting), (b) perencanaan (planning), (c) staffing, (d) directing, (e) supervising, (f) pengendalian (controlling). Bagan proses manajemen diperlihatkan dalam Gambar 1.1. Dalam gambar tersebut dilukiskan bahwa dalam proses manajemen yang juga dapat dianggap sebagai sebuah sistem manajemen proyek, tentunya ada masukan yang berupa sumberdaya (5M) yang dimanfaatkan menggunakan proses manajemen seefisien mungkin, yang diharapkan dapat menghasilkan tujuan yang optimal. Sedangkan sistem manajemen konstruksi (construction management system) yang berarti sistem pengelolaan pembangunan suatu bangunan. Proses konstruksi suatu bangunan pada hakekatnya merupakan rangkaian kegiatan yang berdasarkan pada sistem rekayasa (engineering system) konstruksi, yang bersifat unik atau khas untuk setiap proyek. Dengan kata lain proses konstruksi pada hakekatnya merupakan kesatuan operasi sistem rekayasa yang penanganannya memerlukan sistem manajemen konstruksi yang lengkap dan utuh. Untuk mewujudkan sebuah sistem manajemen konstruksi, seluruh kegiatan pembangunan suatu bangunan disusun dalam satu kesatuan koordinasi dan pengendalian dengan tujuan bersama yakni memberikan pelayanan yang terbaik bagi pemberi tugas. Lihat bagan pada Gambar 1.2.
3.
4.
MASUKAN
PROSES MANAJEMEN
KELUARAN
Kontraktor
Konsultan
Gambar 1.2 Bagan Sistem Manajemen Proyek Menurut Dipohusodo (1996), jika dalam perkembangannya kemudian muncul banyak subsistem di dalamnya, hal tersebut semata-mata mewujudkan konsekuensi dalam mengantisipasi kemajuan teknologi konstruksi. Pola pengembangan melalui subsistem seperti seperti misalnya penataan kontrak cara lumsum, harga satuan, putar kunci (turn key), atau BOT (built operate transfer) dan sebagainya , lebih dimaksudkan sebagai penerapan teknik-teknik dan strategi manajemen. Berkembangnya subsistem yang dipicu karena perkembangan dalam bidang konstruksi yang terkait dengan semakin membengkaknya ukuran dari kebanyakan proyek serta organisasinya, semakin rumitnya teknologi konstruksi dalam suatu proyek, kompleksnya saling ketergantungan antara yang satu dengan lainnya, makin bertambahnya peraturanperaturan dan persyaratan dari pemerintah dalam bidang pelaksanaan proyek konstruksi (sertifikasi perusahaan, sertifikasi ketenagaan, kekurangan/keterbatasan sumberdaya lainnya, sistem tender, dll) , adalah merupakan tantangan tantangan masa ke depan dalam bidang konstruksi. Sekarang misalnya dengan adanya Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1999 3
tentang Jasa Konstruksi yang mengharuskan setiap tenaga kerja jasa konstruksi wajib memiliki sertifikasi tenaga terampil yang dikeluarkan LPJK atau lembaga diklat yang terakreditasi dan wajib memiliki sertifikasi tenaga ahli yang dikeluarkan oleh asosiasi profesi. Lihat Gambar 1.3. (Barrie, halaman 5). 5. Proyek konstruksi di masa kini dan masa mendatang menurut Barrie (1995), dibagi menjadi 4 (empat) kategori utama: (a) konstruksi pemukiman (residential constrution), (b) konstruksi gedung (building construction), (c) konstruksi rekayasa berat (heavy engineering construction), dan (d) konstruksi industri (industrial construction). Lihat Gambar 1.4. KATEGORI PROYEK KONSTRUKSI
Konstruksi Pemukiman
Konstruksi Industri
Konstruksi Gedung
Gambar 1.4 Kategori Proyek Konstruksi 6. Khususnya Konstruksi Gedung (Building Construction): adalah tipe proyek konstruksi yang menghasilkan bangunan-bangunan yang dimulai dari toko pengecer sampai pada kompleks peremajaan kota, bangunan sekolah sampai dengan universitas yang lengkap, rumah sakit, tempat ibadah, bangunan bertingkat perkantoran komersial, gedung bioskop, gedung pemerintah, pusat rekreasi, pabrik industri kecil/ ringan dan pergudangan. Walaupun bersifat padat karya serta padat material seperti halnya pada konstruksi pemukiman, namun ruanglingkup maupun teknologi bangunanya pada umumnya ternyata jauh lebih besar dan lebih rumit. Manajemen Konstruksi (construction management): adalah bagaimana sumber daya yang terlibat dalam proyek konstruksi dapat diaplikasikan oleh manajer proyek secara tepat. Proyek konstruksi sipil/rekayasa sipil mempunyai karakteristik yang berbeda dengan industri lainnya (manufaktur). Proyek rekayasa sipil bersifat fleksibel dan dinamis sesuai dengan pentahapan proyek. Proyek Konstruksi: adalah suatu rangkaian kegiatan (merupakan proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan) yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka pendek.
7.
8.
9.
Manajemen Proyek: adalah semua perencanaan,pelaksanaan,pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampaiseleseinya proyek untuk menjamin bahwa proyek dilaksanakan tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu. Unsur-unsur pelaku pelaku proyek konstruksi: dalam rangkaian kegiatan untuk menghasilkan suatu bangunan,tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak pihakyang terlibat dalam suatu proyek konstruksi dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Proses penyelesian proyek konstruksi, harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain), yaknisesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan, sesuai dengan time schedule, dan sesuai dengan biaya yang direncanakan. Ketiganya diseleseikan secara simultan.
10.
11.
COST CONSTRAIN
SCHEDULE CONSTRAIN
COMPUTER APPLICATIONS
PERFORMANCE CONSTRAIN
12.
Lembaga Internal
Pemilik Proyek
Konsultan
Kontraktor
14.
Tugas: (a) Carilah leteratur dan kemukakan pendapat anda tentang sifat-sifat/ langkahlangkah proses manajemen (penetapan tujuan, perencanaan, staffing, directing, supervising, pengendalian dan (b) Berilah pengertian tentang manajemen konstruksi gedung. Selamat bekerja.