Anda di halaman 1dari 44

SEKRETARIAT WAKIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN:


PENGUATAN KELEMBAGAAN PUSAT DAN DAERAH
DISAMPAIKAN OLEH : DEPUTI SESWAPRES BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT DAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN, SELAKU SEKRETARIS EKSEKUTIF TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TNP2K) JAKARTA, FEBRUARI2011
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN Dasar Hukum:


Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

Kebijakan presiden dikeluarkan untuk mendukung pencapaian visi dan misi SBYBoediono untuk menurunkan kemiskinan hingga 8-10% pada akhir tahun 2014.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

SASARAN TINGKAT KEMISKINAN TERCAPAI


20.00 18.00
17.75 15.97 16.58 15.42

16.00
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 0.00 2004

14.15
13.50 12.50 12.00 11.50 11.50 10.50 10.50 9.50 8.00 10.00

13.33

2005

2006

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

Tingkat Kemiskinan Target RPJM (Skenario Moderat)

Target RPJM (Skenario Optimis)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TUGAS TNP2K
TNP2K Bertugas:
a. Menyusun kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan; b. Melakukan sinergi melalui sinkronisasi, harmonisasi, dan integrasi program-program penanggulangan kemiskinan di kementerian/lembaga; c. Melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 4

KEANGGOTAAN TNP2K
Susunan keanggotaan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan:
Ketua Wakil Ketua I : Wakil Presiden : Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat

Wakil Ketua II

: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian

Sekretaris Eksekutif : Deputi Seswapres Bidang Kesejahteraan Rakyat


TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 5

ANGGOTA TNP2K: 1. Menteri Dalam Negeri 2. Menteri Keuangan 3. Menteri Sosial 4. Menteri Kesehatan 5. Menteri Pendidikan Nasional 6. Menteri Pekerjaan Umum 7. Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 8. Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal 9. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas 10. Kepala Unit Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (Kepala UKP4) 11. Sekretaris Kabinet 12. Kepala Badan Pusat Statistik 13. Masyarakat, Dunia Usaha, dan Pemangku Kepentingan yang Ditetapkan oleh Ketua
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 6

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN


Periode maret 2009 maret 2010: 14,7 juta orang keluar dari kemiskinan, 13.2 juta masuk kembali ke bawah garis kemiskinan, net 1,5 juta orang keluar dari kemiskinan
I. MENYEMPURNAKAN PROGRAM PERLINDUNGAN SOSIAL Bantuan Sosial Berbasis Keluarga Bantuan Kesehatan bagi Keluarga Miskin Bantuan Pendidikan bagi Masyarakat Miskin MENINGKATKAN AKSES RUMAH TANGGA MISKIN TERHADAP PELAYANAN DASAR: PENDIDIKAN, KESEHATAN DASAR SEPERTI SANITASI DAN AIR BERSIH Menyempurnakan Pelaksanaan PNPM Mandiri
UMKM KUR dan Bantuan kpd Usaha Mikro Industri Manufaktur Padat Pekerja Konektivitas Ekonomi Infrastruktur Iklim Usaha Pasar Kerja yg Luwes Infrastruktur Pembangunan Perdesaan Pembangunan Pertanian
10

II.

III. PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

IV.

PERTUMBUHAN EKONOMI BERKUALITAS: Inclusive Growth


TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

INSTRUMEN UTAMA
1. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Individu atau Rumah Tangga (Klaster I). 2. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Komunitas (Klaster II). 3. Program Penanggulangan Kemiskinan yang Sasarannya Usaha Mikro dan Kecil (Klaster III).
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 11

PRIORITAS JANGKA PENDEK - MENENGAH


1. Unifikasi Sistem Penargetan Nasional
2. Menyempurnakan Pelaksanaan Bantuan Sosial Kesehatan untuk Keluarga Miskin 3. Menyempurnakan Pelaksanaan dan Memperluas Cakupan Program Keluarga Harapan 4. Integrasi Program Pemberdayaan Masyarakat Lainnya ke dalam PNPM
DIMONITOR MELALUI INPRES NO. 1 TAHUN 2010 TENTANG PERCEPATAN PELAKSANAAN PRIORITAS PEMBANGUNAN NASIONAL TAHUN 2010 DAN INPRES NO. 3 TAHUN 2010 TENTANG PROGRAM PEMBANGUNAN YANG BERKEADILAN
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 12

DASAR HUKUM TKPK DAERAH


Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 Tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 42 Tahun 2010 Tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

13

KELEMBAGAAN TKPK PROVINSI


Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur. Ketua TKPK Provinsi: Wakil Gubernur yang ditetapkan oleh Gubernur. Sekretaris TKPK Provinsi: Kepala Bappeda Provinsi yang ditetapkan oleh Gubernur. Keanggotaan TKPK Provinsi terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan. Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat, dan pendanaan TKPK Provinsi diatur dengan Surat Keputusan Gubernur dengan memperhatikan Perpres 15/2010.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 14

STRUKTUR ORGANISASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) PROVINSI

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

15

KELEMBAGAAN TKPK KABUPATEN/KOTA


Berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota.

Ketua TKPK Kabupaten/Kota: Wakil Bupati/Wakil Walikota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota.
Sekretaris TKPK Kabupaten/Kota: Kepala Bappeda Kabupaten/Kota yang ditetapkan oleh Bupati/Walikota. Keanggotaan TKPK Kabupaten/Kota terdiri dari unsur pemerintah, masyarakat, dunia usaha, dan pemangku kepentingan lainnya dalam penanggulangan kemiskinan.

Penetapan tugas, susunan keanggotaan, kelompok kerja, sekretariat, dan pendanaan TKPK Kabupaten/Kota diatur dengan Surat Keputusan Bupati/Walikota dengan memperhatikan Perpres 15/2010.
16

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

STRUKTUR ORGANISASI TIM KOORDINASI PENANGGULANGAN KEMISKINAN (TKPK) KABUPATEN/KOTA

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

17

APA YANG DIHARAPKAN DARI TKPK DAERAH?


1. TKPKD mampu mendorong proses perencanaan dan penganggaran sehingga menghasilkan anggaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan.

2. Mampu melakukan koordinasi dan pemantauan program penanggulangan kemiskinan di daerah.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

18

TUGAS TIM TEKNIS TKPK DAERAH


Menyiapkan Agenda Rapat TKPK Daerah yang terdiri dari:
1. Memantau situasi dan kondisi kemiskinan di daerah. 2. Menganalisis besaran pengeluaran pemerintah daerah sehingga efektif untuk penanggulangan kemiskinan (APBN dan APBD). 3. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan yang dilakukan di daerah.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 19

MEMANTAU SITUASI DAN KONDISI KEMISKINAN DI DAERAH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

20

PENENTUAN INDIKATOR
Bidang
Kemiskinan dan Ketenagakerjaan Kesehatan

Indikator Utama
Tingkat Kemiskinan Tingkat Pengangguran Angka Kematian Bayi Angka Kematian Balita Angka Kematian Ibu Melahirkan Prevalensi Balita Kekurangan Gizi Angka Partisipasi Kasar Angka Partisipasi Murni Angka Melek Huruf Angka Putus Sekolah Akses Sanitasi Layak Akses Air Minum Layak Rasio Elektrifikasi Perkembangan Harga Beras Perkembangan Harga Bahan Kebutuhan Pokok Utama
21

Pendidikan

Infrastruktur Dasar

Ketahanan Pangan

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

ANGKA KEMATIAN BAYI DAN INDIKATOR PENDUKUNGNYA

Angka Kematian Bayi P er 1.000 Kelahiran Hidup Kurang dari 30 Jiwa 30 - 40 Jiwa 40 - 50 Jiwa Lebih dari 50 Jiw a

Proporsi K elahiran Ditolong Tenaga Kesehatan Lebih dari 80 Persen 70 - 80 P ersen 50 - 60 P ersen Kurang dari 50 P ersen Data Tidak Tersedia

Angka Kematian Bayi

Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan

Rasio Dokter Per 100.000 Penduduk Lebih dari 60 Orang 40 - 60 Orang 20 - 40 Orang Kurang dari 20 Orang

Jarak Puskesmas Terdekat Kurang dari 5 Kilometer 5 - 10 Kilometer 10 - 15 Kilometer Lebih dari 15 Kilometer

Rasio Dokter

Jarak Puskesmas Terdekat


22

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

ANALISIS PERBANDINGAN ANTAR WILAYAH


Contoh Kasus
Perbandingan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI) Menurut Kabupaten/Kota, Provinsi Nusa Tenggara Timur
14.00 12.00 10.00 8.00 6.00 4.00 2.00 10.71 11.00 12.05 11.34 5.49 0.25 0.63 Sikka Manggarai Ngada Ende 1.97
3.49

Persen

1.48 Sumba Barat Sumba Timur

2.50 0.34 0.36 0.47 0.45 Belu Alor Lembata

3.58 1.19 Flotim

0.17 0.99 Manggarai Barat SBD Sumba Tengah

1.87
1.64

0.47 Manggarai Timur Kota Kupang


23

Rote Ndao

Nagekeo

Kupang

TTS

TTU

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Kab./Kota Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Provinsi

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) Nasional

Masih terdapat kesenjangan (disparitas) angka putus sekolah jenjang pendidikan dasar (SD/MI)antar wilayah di Provinsi NTT. Beberapa wilayah, perlu memperoleh perhatian dan intevensi untuk mengurangi angka putus sekolah. Wilayah-wilayah tersebut di antaranya: Kabupaten Sumba Timur, Lembata, Ende, Manggarai Barat dan Manggarai Timur.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Sabu Raijua

ANALISIS RELEVANSI
Contoh Kasus Perkembangan Angka Putus Sekolah Jenjang Pendidikan Dasar (SD/MI), Provinsi Nusa Tenggara Timur
6.00 5.00 4.00 Persen 3.00 2.00 2.01 1.00 2003 2004 2005

5.26

5.59 4.45

2.97

2.96

2.97

3.17 2.41 3.53 1.81 1.50

2006

2007

2008

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Provinsi

Angka Putus Sekolah SD/MI (%) - Nasional

Pada tahun 2006 2008, kecenderungan angka putus sekolah SD/MI Provinsi NTT tidak sejalan dengan kecenderungan angka putus sekolah SD/MI tingkat nasional. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pada periode tersebut upaya penuruna angka putus sekolah di Provinsi NTT tidak sejalan untuk mendukung tujuan nasional.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 24

ANALISIS EFEKTIVITAS
Contoh Kasus Perkembangan Angka Kematian Bayi (AKB) Provinsi Nusa Tenggara Timur, Tahun 2002-2008 60 55 50 45 Jiwa 40 35 30 25 20 2002 2006 2008
Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi Linear (Angka Kematian Bayi (Per 1000 Kelahiran Hidup) - Provinsi)

51.0

48.7
40.1

Pada periode tahun 2002-2008, AKB Provinsi NTT menurun dari 51 jiwa/1000 kelahiran hidup menjadi 40,1 jiwa/1000 kelahiran hidup. Dengan demikian, program-program yang mendukung penurunan angka kamtian bayi (AKB) di Provinsi NTT efektif dan berdampak positif terhadap kualitas kesehatan penduduk, khususnya kesehatan bayi.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 25

ANALISIS PENENTUAN WILAYAH PRIORITAS


Contoh Kasus Penentuan Kabupaten/kota Prioritas Untuk Dilakukan Intervensi Di Bidang Kesehatan Provinsi NTT
100 90 80 PRIORITAS 4 70 60 50 40 30 20 10 PRIORITAS 0 3 0 10 Ngada Nagekeo

Kelahiran Ditolong Tenaga Kesehatan

Sikka Kota Kupang

Lembata Flotim TTU

PRIORITAS 2

Manggarai Barat Rote Ndao Manggarai TTS Alor 20 30 40

Ende Belu Sumba Barat Sumba Timur Sumba Tengah Kupang Sumba Barat Daya PRIORITAS 1 80 90

50

60

70

100

Angka Kematian Bayi Series2 Dengan menggunakan angka kematian bayi sebagai indikator utama dan kelahiran ditolong tenaga kesehatan sebagai indikator pendukung, dapat ditentukan wilayah-wilayah yang menjadi prioritas intervensi. Terdapat 5 wilayah yang menjadi prioritas pertama untuk dilakukannya intervensi dengan meningkatkan kelahiran yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Wilayah-wilayah tersebut adalah Kabupaten Sumba Barat, Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, dan Kupang.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 26

ANALISIS BESARAN PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

27

ANALISIS ANGGARAN MELIHAT KESESUAIAN ALOKASI DENGAN PRIORITAS


Contoh Kasus Distribusi Belanja Sektor Terhadap Total Anggaran Kota Surakarta
Urusan Kelautan Dan Perikanan Rp 19.2M (1.7%)

Urusan Pertanian Rp 21.8M (1.9%)

Urusan otda, PUM, adm keu Rp314.9M (27.3%)

Urusan Lain-lain Rp134.5M (11.6%) Urusan Kesehatan Rp54.8M (4.7%)

Urusan Pek.Umum Rp215.5M (18.7%)

Urusan Pendidikan Rp 394.1M (34.1%)

Alokasi anggaran sektor pendidikan paling besar dibandingkan dengan anggaran untuk urusan lainnya. Anggaran yang dialokasikan untuk sektor pendidikan sebesar Rp 394,1 miliar, setara 34.1 persen APBD. Alokasi anggaran tersebut mencerminkan alokasi yang efektif bagi penanggulangan kemiskinan apabila sektor pendidikan merupakan prioritas di Surakarta.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 28

ANALISIS ANGGARAN OLEH PEMERINTAH DAERAH SATU TINGKAT DI ATASNYA UNTUK MELIHAT DISTRIBUSI ANGGARAN
Contoh Kasus
Distribusi Anggaran Pendidikan dan Permasalahan Angka Partisipasi Murni, Provinsi Nusa Tenggara Timur
120 100 80 Persen APM SD/MI Kab-Kota Total Anggaran Pendidikan APM SD/MI Provinsi 3,000 2,500 2,000

60
40 20 Manggarai Sumba Sumba Barat Rote Ndao Manggarai 0 Sikka Manggarai Kupang Ngada Flotim TTS Belu TTU Sumba Timur Lembata Nagekeo SBD Kota Kupang Sabu Raijua

1,500
1,000 500 0 Rp (Juta)
29

Pengalokasian anggaran tahun 2010 belum sepenuhnya sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Sebagai contoh: Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan merupakan daerah dengan APM relatif tinggi namun anggaran bidang pendidikannya lebih besar dibandingkan dengan anggaran pendidikan untuk daerah-daerah yang memiliki APM rendah.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Ende

Alor

CONTOH KASUS ANALISIS SUMBER PEMBIAYAAN: BIDANG KESEHATAN


Contoh Kasus

Belanja Kesehatan menurut Sumber Pembiayaan, Kabupaten Ende 2008


SUMBER PEMBIAYAAN Pemerintah SB.1.1 Pemerintah Pusat/Depkes SB.1.2 Pemerintah Provinsi/Dinkes SB.1.3 Pemerintah Kabupaten/Kota SB.1.4.2 Hibah SB.1.5.4 Subsidi Premi PNS Non Pemerintah SB.2.4 Rumah Tangga Grand Total Sumber: Ascobat Gani, 2010 Sumber pembiayaan bidang kesehatan terbesar di Kabupaten Ende pada tahun 2008 adalah dari pemerintah, yaitu sebesar Rp. 60,0 miliar atau hampir 84,62 persen dari total sumber pembiayaan. Sementara pembiayaan dari sektor non pemerintah adalah Rp. 10,9 miliar atau hanya sekitar 15,38 persen.Sementara itu, sumber pembiyaaan terbesar berasal dari pemerintah kabupaten, yaitu Rp. 41,7 miliar atau 58,85 persen dari total pembiayaan bidang kesehatan di Kabupaten Ende.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 30

TOTAL (RP) 60,015,708,501 6,589,237,322 310,995,673 41,737,846,401 10,889,507,505 488,121,600 10,906,505,727 10,906,505,727 70,922,214,228

PERSEN 84.62% 9.29% 0.44% 58.85% 15.35% 0.69% 15.38% 15.38% 100.00%

PERKAPITA/TH (USD) 23.99

28.35

CONTOH KASUS ANALISIS DISTRIBUSI ANGGARAN: BIDANG KESEHATAN


Contoh Kasus Belanja Kesehatan Menurut Jenis Program Kabupaten Ende, Tahun 2009 TOTAL PERSEN (RP) 14,997,017,108 21.15% 1,789,936,829 2.52% 529,165,600 0.75% 250,209,538 0.35% 7,147,062 0.01% 107,281,285 0.15% 532,680,000 0.75% 248,927,050 0.35% 38,465,000 0.05% 10,649,674,005 15.02% 769,817,416 1.09% 28,219,238 0.04% 42,994,085 0.06% 2,500,000 0.00%
31

PROGRAM
Program Kesehatan Masyarakat PR 1.1 KIA PR 1.2 Gizi PR 1.3 Immunisasi PR 1.5 Malaria PR 1.6 HIV/AIDS PR 1.7 Penyakit Menular Lain PR 1.9 KB PR 1.10 Usaha Kesehatan Sekolah PR 1.12 Kesehatan Lingkungan PR 1.13 Promosi Kesehatan PR 1.14 Penanggulangan Bencana PR 1.15 Surveilans PR 1.16 Program Kesehatan Masyarakat Lainnya
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PROGRAM Program Kesehatan Perorangan PR 2.1 Pelayanan Rajal PR 2.2 Pelayanan Ranap PR 2.3 Pelayanan Rujukan PR 2.4 Pengobatan Umum (tidak jelas masuk PR 2.1- 2.3) Program yang Menyangkut Capacity Building/Penunjang PR 3.1 Administrasi & Manajemen PR 3.3 Capacity Building PR 3.4 Pengadaan dan Pemeliharaan Infrastruktur PR 3.5 Pengawasan (Monitoring dan Supervisi) PR 3.6 Obat dan Perbekalan Kesehatan PR 3.8 Program Capacity Building/Penunjang Lainnya Grand Total
Sumber: Ascobat Gani, 2010

TOTAL PERSEN (RP) 25,069,669,749 35.35% 927,859,101 1.31% 2,159,795,759 3.05% 4,444,890,100 6.27% 17,537,124,790 24.73% 30,855,527,371 43.51% 15,854,286,995 22.35% 1,401,968,343 1.98% 8,486,541,583 11.97% 81,240,000 0.11% 5,014,666,210 7.07% 16,824,240 0.02% 70,922,214,228 100.00%

Distribusi anggaran program kesehatan masyarakat lebih kecil dibandingkan dengan anggaran program penunjang dan program kesehatan perorangan. Dari keseluruhan anggaran sektor kesehatan, hanya 21,15 persen yang digunakan untuk program kesehatan masyarakat. Anggaran program kesehatan masyarakat yang relatif lebih kecil berpotensi memperlambat pencapaian sasaran pembangunan dan sasaran pencapaian MDGs, khususnya pada bidang kesehatan.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 32

CONTOH KASUS ANALISIS GAP: BIDANG PENDIDIKAN


Contoh Kasus Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Dasar (SD/MI) Kota Surakarta
100,000 30,000 APBD 2 BPMKS KOTA APBD 1 - BOSP APBN - BOS

530,000
400,000

BOSP

Pembiayaan

Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010

Hasil perhitungan BOSP untuk SD/MI dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 530,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 400.000 per siswa. Sisanya sebesar Rp. 130,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 30.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 100,000 per siswa.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 33

CONTOH KASUS ANALISIS GAP: BIDANG PENDIDIKAN


Contoh Kasus Kebutuhan dan Pemenuhan Biaya Operasional Satuan pendidikan - Jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Kota Surakarta

24,000 50,000

APBD 2 BPMKS KOTA APBD 1 - BOSP APBN - BOS

649,000

575,000

BOSP

Pembiayaan

Sumber: Hasil Perhitungan Biaya Operasional Satuan Pendidikan (BOSP) Kota Surakarta, 2010

Hasil perhitungan BOSP untuk SMP/MTS dengan menggunakan indeks Permendiknas adalah sebesar Rp 649,000 per siswa. Pemerintah pusat melalui alokasi BOS menyediakan sebesar Rp 575.000 per siswa.Sisanya sebesar Rp. 74,000 per siswa harus disediakan oleh pemerintah daerah. Jika Pemerintah Provinsi mengalokasikan Rp. 50.000 per siswa, maka pemerintah kota harus menyediakan Rp. 24,000 per siswa.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 34

ANALISIS PERBANDINGAN PROPORSI BELANJA OPERASIONAL SEKOLAH


Contoh Kasus Perbandingan Proporsi Belanja Operasional Sekolah Kota Surakarta
Operasional non-sekolah Rp 30.2 M(8%) Operasional sekolah Rp 18 (5%) Modal non sekolah Rp3.1 M (1%) Modal SekolahPBM Rp13.2 M (4%) Gaji bukan pendidik Rp 18.8 (5%)

Gaji pendidik Rp 245.4 M (67%)

Modal sekolah infrastruktur Rp39.6M (11%)

Belanja oprasional gaji pendidik mengambil porsi terbesar dalam belanja sektor pendidikan, sehingga alokasi belanja modal sekolah dan belanja operasional non-gaji menjadi terbatas. Belanja modal sekolah untuk infrastruktur masih relatif kecil mengakibatkan terbatasnya upaya perbaikan infrastruktur sekolah.
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN 35

ANALISIS SUMBER DAYA PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN


Contoh Kasus Rasio Siswa/ Guru dan Rasio Rombel/Guru tingkat SD/MI Provinsi Sumatera Barat,Tahun 2009/2010 Rasio Jumlah Jumlah Jumlah Kabupaten Siswa / Siswa Rombel Guru Guru KEPULAUAN MENTAWAI 12.311 691 505 24,38 PESISIR SELATAN 61.593 2.007 3.820 16,12 SOLOK 50.754 2.275 3.739 13,57 SAWAHLUNTO/SIJUNJUNG 53.406 1.306 1.872 28,53 TANAH DATAR 43.094 1.962 2.965 14,53 PADANG PARIAMAN 61.520 2.691 3.653 16,84 AGAM 50.657 2.658 3.904 12,98 LIMA PULUH KOTO 45.536 2.362 3.577 12,73 PASAMAN 38.921 1.636 2.271 17,14 SOLOK SELATAN 21.166 959 1.706 12,41 DHARMASRAYA 24.274 1.066 1.726 14,06 PASAMAN BARAT 53.423 2.033 3.742 14,28 KOTA PADANG 97.211 3.126 5.713 17,02 KOTA SOLOK 7.210 291 600 12,02
TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Rasio Rombel / Guru 0,73 1,90 1,64 1,43 1,51 1,36 1,47 1,51 1,39 1,78 1,62 1,84 1,83 2,06
36

Kabupaten KOTA PADANG PANJANG KOTA BUKITTINGGI KOTA PAYAKUMBUH KOTA PARIAMAN SUMATERA BARAT

Jumlah Siswa 6.123 14.331 14.932 11.037 674.306

Jumlah Rombel 219 600 529 440 27.203

Jumlah Guru 807 849 904 471 43.516

Rasio Siswa / Guru 7,59 16,88 16,52 23,43 15,50

Rasio Rombel / Guru 3,68 1,42 1,71 1,07 2,07

Rasio siswa/ guru di Provinsi Sumatera Barat rata-rata adalah 15 orang siswa/guru, lebih rendah dari Standar Nasional Pendidikan sebesar 28 orang siswa/guru maupun Standar Pelayanan Minimum Pendidikan sebesar 32 siswa/guru. Rendahnya rasio siswa/guru menunjukkan adanya kelebihan jumlah guru di Provinsi Sumatera Barat. Rata-rata rasio rombel/guru di Sumatera Barat adalah 2,07. Sementara itu, rasio ideal rombel/guru adalah 1. Tingginya rasio rombel/guru menunjukkan adanya kelebihan guru.

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

37

KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

38

PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN NASIONAL DAN SASARANNYA


No Program Sasaran
1 Program Keluarga Harapan (PKH) Program Jaminan Kesehatan Masyarakat 2 (Jamkesmas) 3 Program Beras untuk Keluarga Miskin (Raskin) Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Rumah Tangga Hampir Miskin, Miskin dan Sangat Miskin Rumah Tangga Miskin dan Sangat Miskin Siswa dari Rumah Tangga Miskin dan 4 Program Beasiswa Pendidikan untuk Keluarga Miskin Sangat Miskin Siswa SD dari Rumah Tangga Miskin dan a. Sekolah Dasar (SD/MI) Sangat Miskin Siswa SMP/MTs dari Rumah Tangga b. Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs) Miskin dan Sangat Miskin Siswa SMA/MA/SMK dari Rumah Tangga c. Sekolah menengah Atas (SMA/MA/SMK) Miskin dan Sangat Miskin Mahasiswa dari Rumah Tangga Miskin d. Pendidikan Tinggi (Diploma dan Sarjana) dan Sangat Miskin

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

39

No

Program Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri a. PNPM Mandiri Perdesaan b. PNPM Mandiri Perkotaan

Sasaran

Kelompok Masyarakat Umum Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok MasyarakatPerkotaan Kelompok Masyarakat Pedalaman, Tertinggal dan Khusus (Bencana, Konflik dll) Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Pertanian Perdesaan Kelompok Masyarakat Pesisir dan Pelaut Kelompok Masyarakat Perdesaan Potensial Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perdesaan Kelompok Masyarakat Perkotaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
40

c. PNPM Daerah Tertinggal dan Khusus


d. PNPM Peningkatan Pembangunan Infrastruktur Perdesaan (PPIP) d. PNPM Pembangunan Infrastruktur Ekonomi Wilayah (PISEW) f. PNPM Peningkatan Usaha Agrobisnis Pertanian (PUAP) g. PNPM Kelautan dan Perikanan (KP) h. PNPM Pariwisata i. PNPM Generasi j. PNPM Green Kecamatan Development Program (GKDP) k. PNPM Neigbourhood Development (ND) 6 Program Kredit Usaha Rakyat (KUR)

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Perbandingan Pencapaian Proses Verifikasi Program Keluarga Harapan (PKH) Menurut Provinsi
100 90 80

70
Persentase 60 50 40 30 20 10

0
NTB

NTT

DIY

SUMUT

SUMBAR

DKI Jakarta

BANTEN

KALSEL

SULUT

JATIM

NAD

PRESENTASE BUMIL

PRESENTASE BALITA

PRESENTASE SD

PRESENTASE SMP

GORONTALO
41

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

JABAR

Persentase Anak Berumur 10-17 Tahun Menurut Jenis Kegiatan, 2009


Mengurus Rumah Tangga 3%

Lainnya 4%
Bekerja 10%

Pengangguran 3%

Sekolah 80%

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

42

JUMLAH KREDIT YANG TELAH TERSERAP MENURUT PROVINSI PER DESEMBER 2010

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

43

TERIMA KASIH

TIM NASIONAL PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN

44

Anda mungkin juga menyukai