Anda di halaman 1dari 3

Senin, 18 Okt 2004

Halaman Utama

Jakarta Raya

Metropolis

Olahraga

Ekonomi Bisnis

Show

Jumat, 15 Okt 2004,

Waspadai Air Tanah dan Sungai


Banyak Bakteri Tak Layak Minum TANAH ABANG - Kualitas air tanah dan sungai di wilayah Jakarta Pusat benar-benar membahayakan. Buktinya, hasil pengujian laboratorium Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) Jakarta Pusat menunjukkan, air sungai dan air tanah sudah tercemar limbah organik juga dan anorganik dari kegiatan usaha dan perkantoran. Bahkan, tingkat pencemarannya sudah melampaui ambang baku mutu. Akibatnya, air sungai dan air tanah di DKI Jakarta tidak sesuai lagi dengan baku mutu peruntukan air minum, perikanan, pertanian, dan usaha perkotaan lainnya. Kepala Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakpus, Anggraini Dewi mengatakan hanya sebagian kecil wilayah Jakpus yang air tanahnya masih layak dikonsumsi. "Air tanah di wilayah Jakpus sudah tidak laik dikonsumsi karena sudah tercemar limbah dan bakteri e coli," kata Anggraini. Menurutnya, tercemarnya air tanah di wilayahnya diakibatkan kian padatnya pemukiman penduduk, pertumbuhan tingkat hunian serta maraknya pembuatan septic tank sebagai penampung kotoran warga. "Septic tank hanya berfungsi sebagai penampung, bukan untuk menetralisir limbah. Karena volume air kotor dan limbah manusia terus menerus menyebar ke dalam tanah, akhirnya air tanah semakin tercemar," ujarnya.

Arsip Berita

RUBRIK
Berita Utama Internasional Opini Visite Karpet Merah Istana Edisi Mingguan

RUBRIK LAIN
Pro Otonomi Polling Penegakan Hukum Edukasi Golf Wanita Jakarta Konsultasi & Kuliner

DETEKSI

Deteksi Surabaya Deteksi Jakarta Movies Otomotif De-Style

Aidoru Aime Cerpen Muzik Techno Toys & Hobby Game Anime

Clekit

Selain pencemaran air tanah, kualitas air sungai di wilayah Jakpus juga terbilang memprihatinkan. Kali Sentiong misalnya, tingkat pencemarannya sudah di atas ambang baku mutu. Kandungan bioligical oxygen demand (BOD)-nya sudah mencapai angka 27.00 sampai 62.20 miligram per liter. Padahal normalnya di bawah 20.00 miligram per liter (mgl). Bahkan, kata Anggraini, dari hasil tes laboratorium yang dilakukan tahun lalu, kandungan air raksa di kali tersebut sangat tinggi yaitu 0,001 mgl. Padahal, seharusnya tidak boleh melewati 0,0005 mgl. "Kami sangat kaget tingginya kandungan air raksa di kali Sentiong. Hal ini akan sangat berbehaya bagi ekosistem sungai dan masyarakat sekitar yang menggunakan air sungai itu untuk keperluan seharihari," tukas Anggraini. Dia menduga pencemaran sejumlah sungai di Jakarta Pusat berasal dari rumah industri yang tidak memiliki instalasi pengelolaan air limbah (IPAL). Diakuinya, dari 400 kegiatan usaha, seperti hotel, perkantoran dan rumah sakit serta 600 rumah industri, ternyata hanya 200 kegiatan yang sudah memiliki IPAL. Sisanya, masih menggunakan septic tank. Untuk mengatasinya, Dewi tidak bosan-bosan menghimbau para pemilik usaha agar membuat instalasi pengeloaan air limbah. Selain itu, pihaknya juga siap memberikan saksi tegas kepada pengusaha yang masih membandel. "Sesuai dengan undang-undang nomor 23 tahun 1997 tentang lingkungan hidup, para pemilik usaha yang tidak memperhatikan kelangsungan lingkungan hidup dan menimbulkan pencemaran bisa dikenakan sanksi denda sebesar Rp500 juta," tegas Anggraini. Sebelumnya, Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan BPLHD DKI Jakarta Yunani Kartawijaya mengatakan air sungai Jakarta sudah

klik picture to enlarge

Redaksi Jawa Pos


Graha Pena Lt. 4 Jl. A. Yani 88 Surabaya Telp. :+62-318202216 Fax. :+62-318285555 editor@jawapos.co.id /
editor@jawapos.com

pada tingkat membahayakan. "Akibat pencemaran lingkungan dan air bekas konsumsi warga, air sungai di Jakarta tidak sehat. Salah satunya, pencemaran air yang diakibatkan bekas cucian detergent," jelas dia. (lis/aro/fol)

<<:: Kembali

---------------------------------------------Best View : 1024 x 768 with IE 5.5 or above 2003, 2004 Jawa Pos dotcom.

Anda mungkin juga menyukai