Anda di halaman 1dari 11

ADMINISTRASI KURIKULUM

A. PENGERTIAN Dalam banyak literatur kurikulum diartikan sebagai suatu dokumen atau rencana tertulis mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen atau rencana tertulis.

Di dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), dinyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Jika merujuk pada pengertian administrasi secara sederhana sebagai kegiatan mengarahkan, maka istilah administrasi kurikulum menekankan pada upaya bagaimana mengarahkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dilaksanakan secara tepat dalam berbagai kegiatan pendidikan. Seperti diketahui bahwa kurikulum mengandung rencana kegiatan yang akan dilakukan selama proses belajar mengajar. Dalam hal ini, kurikulum merupakan panduan dalam pengajaran. Menurut Ahmad (1997:59), kurikulum seharusnya tidak hanya sekadar berfungsi sebagai guiding instruction, tetapi kurikulum juga merupakan anticipatory yaitu sebagai isntrumen dalam meramalkan keadaan masa datang. Dengan demikian, kurikulum memiliki peran sentral dalam mengarahkan capaian tujuan dan sasaran pendidikan. Mengutip pendapat Nana Syaodih, (1997) bahwa dalam kaitannya dengan kurikulum, maka ada tiga konsep yang terkait dengan kurikulum: 1. Kurikulum merupakan inti pokok yang menjadi substansi kegiatan di sekolah. Kurikulum berisi perencanaan kegiatan belajar serta tujuan yang akan dicapai. 2. Kurikulum dipandang sebagai suatu sistem yang meliputi sistem sekolah, sistem pendidikan dan bahkan sistem masyarakat. Dalam hal ini, tercakup tata laksana perencanaan kurikulum, pelaksanaan serta evaluasi dan

penyempurnaan kurikulum.

3. Kurikulum sebagai suatu studi yang dikaji oleh para ahli di bidang kurikulum. Dalam kaitan ini, para ahli kurikulum berupaya melakukan pengembangan dan inovasi di bidang kurikulum. Dengan demikian, kegiatan dalam administrasi kurikulum tiada lain adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk melaksanakan dan mengembangkan kurikulum sehingga kurikulum dapat dijadikan sebagai instrumen dalam mencapai tujuan dan sasaran pendidikan. Dengan menerapkan prinsip-prinsip administrasi, kurikulum kemudian dikembangkan, sehingga dalam pelaksanaannya kurikulum dapat mencapai sasaran pendidikan yang diharapkan. Setidaknya, kegiatan administrasi kurikulum menghendaki agar rumusan kurikulum benar-benar berangkat dari kebutuhan akan sebuah innstrumen yang terencana dengan baik, sehingga dalam pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik pula. B. PERENCANAAN DAN PENGEMBANGAN KURIKULUM Perencanaan kurikulum Perencanaan kurikulum sebagian besar dilaksanakan oleh Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat. Ini tidak berarti bahwa di tingkat daerah dan sekolah tidak ada perencanaan kurikulum. Perencanaan yang dilakukan oleh Departemen Pendidikan Nasional di tingkat pusat meiputi hal-hal berikut : 1. Penyusunan Kurikulum dan kelengkapannya yang terdiri dari : a. Landasan program dan pengembangan kurikulum b. Garis-garis besar program pengajaran c. Pedoman pelaksanaan kurikulum 2. Peyusunan pedoman teknis pelaksanaan kurikulum seperti kalender

pendidikan, pembagian tugas guru, penyusunan jadwal pelajaran dan program pengajaran

Pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan, penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur unsur masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan. Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum. Dalam hal ini, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengetengahkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum yang dibagi ke dalam dua kelompok : (1) prinsip prinsip umum : relevansi, fleksibilitas, kontinuitas, praktis, dan efektivitas; (2) prinsip-prinsip khusus : prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan, prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar, prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pelajaran, dan prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian. Sedangkan Asep Herry Hernawan dkk (2002) mengemukakan lima prinsip dalam pengembangan kurikulum, yaitu : 1. Prinsip relevansi; secara internal bahwa kurikulum memiliki relevansi di antara komponen-komponen kurikulum (tujuan, bahan, strategi, organisasi dan evaluasi). Sedangkan secara eksternal bahwa komponen-komponen tersebutmemiliki relevansi dengan tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi (relevansi epistomologis), tuntutan

dan potensi peserta didik (relevansi psikologis) serta tuntutan dan kebutuhan perkembangan masyarakat (relevansi sosilogis). 2. Prinsip fleksibilitas; dalam pengembangan kurikulum mengusahakan agar yang dihasilkan memiliki sifat luwes, lentur dan fleksibel dalam pelaksanaannya, memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi tempat dan waktu yang selalu berkembang, serta kemampuan dan latar bekang peserta didik. 3. Prinsip kontinuitas; yakni adanya kesinambungandalam kurikulum, baik secara vertikal, maupun secara horizontal. Pengalaman-pengalaman belajar yang disediakan kurikulum harus memperhatikan kesinambungan, baik yang di dalam tingkat kelas, antar jenjang pendidikan, maupun antara jenjang pendidikan dengan jenis pekerjaan. 4. Prinsip efisiensi; yakni mengusahakan agar dalam pengembangan kurikulum dapat mendayagunakan waktu, biaya, dan sumber-sumber lain yang ada secara optimal, cermat dan tepat sehingga hasilnya memadai. 5. Prinsip efektivitas; yakni mengusahakan agar kegiatan pengembangan kurikulum mencapai tujuan tanpa kegiatan yang mubazir, baik secara kualitas maupun kuantitas. Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-prinsip yang harus dipenuhi, yaitu : 1. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan. 2. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan

kesinambungan yang bermakna dan tepat antarsubstansi.

3. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. 4. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan. 5. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan. 6. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya. 7. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum . Padahal jauh lebih penting adalah perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam pengembangan kurikulum.

C. Pelaksanaan Kurikulum Pelaksanaan kurikulum disekolah oleh guru meliputi: a. Penyusunan program pengajaran semester. Program pengajaran adalah rencana belajar mengajar yang akan dilaksanakan selama satu semester dalam tahun ajaran tertentu. Tujuan penyusunan program pengajaran adalah menjabarkan bahan ajaran dan mengarahkan tugas yang harus ditempuh guru. Fungsi program pengajaran adalah sebagai pedoman bagi guru dalam penyelenggraan pembelajaran dan sebagai bahan oleh kepala sekolah dalam melakukan pembinaan terhadap guru. Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyususn program pengajaran meliputi: Mempelajari GBPP mata pelajaran yang dibina Mengelompokkan bahan pengajaran Menghitung banyaknya satuan bahasan Menghitung banyaknya minggu efektif Mengalokasikan waktu yang dibutuhkan untuk setiap satuan bahasan Mengatur pelakasanaan proses belajar mengajar.

b. Penyusunan persiapan pengajaran Persiapan pengajaran akan digunakan dan dipedomani oleh guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Satuan pelajaran adalah unit terkecil dari program pengajaran dan merupakan bentuk persiapan mengajar yang disusun secara mendetail. Prosedur penyusunan satuan pelajaran meliputi: Mengisi identitas mata pelajaran Menjabarkan tujuan pokok bahasan Menjabarkan materi pelajaran Mengalokasikan waktu pengajaran Menetapkan langkah-langkah penyampaian Menetapkan prosedur memperoleh balikan baik secara formator melalui monitoring atau secara sumatis melalui tes. c. Pelaksanaan proses belajar mengajar d. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler. Ada 3 macam kegiatan yang dilakukan disekolah yaitu kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan estrakurikuler. Kegiatan intrakukurikuler adalah kegiatan yang

dilakukan disekolah dengan penjatahan waktu sesuai dengan struktur program yang berlaku pada jenjang pendidikan tertentu. Kegiatan kokurikuler erat kaitannya dengan pemerkayaan pelajaran, kegiatan ini dilakukan diluar jam pelajaran agar siswa dapat lebih mendalami apa yang telah dipelajari . kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang dilakukan diluar jam pelajaran dan dilaksanakan didalam atau luar sekolah, dimaksudkan untuk memperluas pengetahuan siswa. e. Evaluasi hasil belajar dan program pengajaran Evaluasi hasil belajar adalah merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Tujuan dan fungsinya meliputi: 1. Memberikan umpan balik 2. Memberikan informasi 3. Menentukan nilai hasil belajar siswa Evaluasi program pengajaran merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk melihat tingkat keberhasilan program, serta faktor-faktor yang mendukung atau menghambat keberhasilan program tersebut. D. Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum E. Peranan Guru dalam Administrasi Kurikulum Guru adalah titik sentral suatu kurikulum berkat usaha guru, maka timbul kegairahan belajar siswa. Sehingga memacu belajar lebih keras untuk mencapai tujuan belajar mengajar yang bersumber dari tujuan kurikulum, untuk itu guru perlu memiliki ketrampilan belajar mengajar. Penguasaan ketrampilan tersebut bergantung pada bahan yang dimilikinya dan latihan keguruan yang telah dialaminya. Keberhasilan belajar mengajar antara lain ditentukan oleh kemampuan kepribadiannya. Guru harus bersikap terbuka dan menyentuh kepribadian siswa. Guru perlu mengembnagkan gagasan secaa kreatif, memiliki hasrat dan keinginan serta wawasan intelektual yang luas. Guru harus yakin terhadap potensi belajar yang dimiliki oleh siswa. Hal-hal yang perlu dikuasai guru; guru perlu memahami dan menguasai banyak hal agar pelaksanaan pengajaran berhasil, guru juga harus mau dan mampu menilai diri sendiri secara terus menerus dalam kaitannya dengan tingkat keberhasilan dan pelaksanaan pengajarannya. Guru harus menguasai bahan pengajaran sesuai jenjang kelas yang diajarnya,

menguasai strategi pembelajaran yang berguna untuk menyampaikan pengetahuan kepada siswa dan guru juga harus menjadi suri tauladan bagi siswanya dan memberikan hal-hal yang bermakna bagi perkembangannya kelak. Sedangkan Depdikbud (1980) telah merumuskan kemampuan yang harus dimiliki seorang guru, yaitu : a. Kemampuan Profesional, yang mencakup : Penguasaan materi pelajaran Penguasaan landasan dan wawasan kependidikan Penguasaan proses kependidikan, keguruan dan pembelajaran. b. Kemampuan Sosial c. Kemampuan Personal, yang mencakup : Penampilan sikap Pemahaman, penghayatan dan penampilan nilai yang seyogyanya dimiliki guru. Penampilan upaya menjadikan dirinya sebagai contoh bagi siswanya. Pengembangan kurikulum dari segi pengelolaannya dibedakan antara yang bersifat sentralisasi dan desentralisasi. 1) Peranan guru dalam pengembangan kurikulum yang bersifat sentralisasi : Disini guru tidak mempunyai peranan dalam perancangan, dan evaluasi yang bersifat makro, mereka berperan dalam kurikulum mikro. Kurikulum makro disusun oleh tim khusus, guru menyusun kurikulum dalam jangka waktu 1 tahun, atau 1 semester. Menjadi tugas guru untuk menyusun dan merumuskan tujuan yang tepat memilih dan menyusun bahan pelajaran sesuai kebutuhan, minat dan tahap perkembangan anak, memiliki metode dan media mengajar yang bervariasi, kurikulum yang tersusun sistematis dan rinci akan memudahka guru dalam implementasinya. 2) Peranan guru dalam pengembangan kurikulum desentralisasi

Kurikulum desentralisasi disusun oleh sekolah ataupun kelompok sekolah tertentu dalam suatu wilayah. Pengembangan kurikulum ini didasarkan atas karakteristik, kebutuhan, perkembangan daerah serta kemampuan sekolah tersebut. Jadi kurikulum terutama isinya sangat beragam, tiap sekolah punya

kurikulum sendiri. Peranan guru lebih besar daripada dikelola secara sentralisasi, guru-guru turut berpartisipasi, bukan hanya dalam penjabaran dalam program tahunan/semester/satuan pengajaran, tetapi did alam menyusun kurikulum yang menyeluruh untuk sekolahnya. Di dini guru juga bukan hanya berperan sebagai pengguna, tetapi perencana, pemikir, penyusun, pengembang dan juga pelaksana dan evaluator kurikulum.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad. Pengembangan Kurikulum di Se.kolah. Bandung: Sinar Baru. Hamalik, Dr. Oemar, 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Bandung: Mandar Maju. Syaodih, Nana, 2005. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Syahril, dkk. Bahan Ajar Profesi Kependidikan. Padang. UNP

MAKALAH PROFESI KEPENDIDIKAN ADMINISTRASI KURIKULUM

OLEH : KELOMPOK 1 DELSI FITRI HANDAYANI (01863/2008) LISA KARNELA (01851/2008) NURUL HUDA (01858/2008) RAHMI FATHIAH (04988/2008) YALINDA (86355/2007)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG 2010

Anda mungkin juga menyukai