PEMBANGUNAN PENTAHAPAN PEMBANGUNAN POLITIK OBJEK DAN TIPOLOGI PEMBANGUNAN POLITIK UKURAN-UKURAN PEMBANGUNAN POLITIK PEMBANGUNAN POLITIK DAN MODERNISASI PEMBANGUNAN POLITIK DAN INTEGRASI POLITIK PEMBANGUNAN POLITIK DAN DEMOKRASI POLA PEMBANGUNAN POLITIK INDONESIA PROSPEK PEMBANGUNAN POLITIK INDONESIA
Perkembangan Ilmu Politik Perkembangan Teori Konsep Pembangunan Definisi-definisi Pembangunan Politik (Lucian W. Pye) Gejala/Ciri-ciri Pembangunan Politik (Lucian W Pye) (Mazhab-Mazhab) Pendekatan Pembangunan Politik
Politik Industrialisasi
Politik Kesejahteraan Nasional
Politik Berkelimpahan
NEXT
NEXT
NEXT
NEXT
home
2.
Partai Kader
Partai kader tidak memerlukan organisasi besar yang dapat memobilisasi massa. Tingkat organisasi dan ideologi partai kader sesuangguhnya masih rendah karena aktiviasnya jarang didasarkan pada program dan organisasi yang kuat. Dengan demikian, dalam pengertian ini partai kader lebih tampak sebagai suatu kelompok informasi dari pada sebagai organisasi yang didasarkan pada disiplin.
3.
Partai Massa
Partai massa muncul waktu terjadinya perluasan hak pilih rakyat. Partai massa berorientasi pada basis pendukungnya yang luas. Tujuan utama partai ini bukan hanya memperoleh kemenangan tetapi juga memberikan pendidikan politik bagi para anggotanya dalam rangka membentuk elit yang langsung direkrut dari massa.
5.
Partai Catch-all
Partai Catch-all merupakan gabungan dari partai kader dan partai massa. Catchall dapat diartikan sebagai menampung kelompok-kelompok sosial sebanyak mungkin untuk dijadikan anggotanya. Tujuan uatama partai ini adalam memenangkan pemilihan dengan cara menawarkan program-program dan keuntungan bagi anggotanya sebagai ganti ideologi yang kaku. Dengan demikian, aktivitas partai ini erat berkaitan dengan kelompok kepentingan (interest groups) dan kelompok penekan (pressure groups).
home
PENGERTIAN INTEGRASI
James J. Coleman dan Carl G. Rosberg, seperti yang dikutif Nazarudin Syamsudin (1989), menginterpretasikan integrasi politik sebagai bagian integrasi nasional. Integrasi nasional mempunyai dua dimensi. Pertama, dimensi vertikal (elit-massa) yaitu bertujuan untuk menjembatani celah perbedaan yang mungkin ada antara elite dengan massa, dalam rangka pengembangan suatu proses politik terpadu dan masyarakat politik untuk berpartisipasi. Kedua, dimensi horizontal yaitu bertujuan untuk mengurangi diskontinuitas dan ketegangan kultural kedaerahan dalam rangka proses penciptaan suatu masyarakat politik yang homogen. Ada juga pengertian yang mengatakan bahwa untuk memahami integrasi nasional mempunyai pengertian yang sama dengan pengertian integrasi teritorial. Sedangkan Myron Weiner melihat pengertian integrasi nasional tidak hanya dalam konteks teritorial dan perbedaan elit-massa, namun cakupan konteksnya lebih luas, sehingga Weiner berpendapat bahwa masalah-masalah integrasi menjadi pecah dalam suatu sistem politik timbul karena adanya beberapa type yang tumbuh berantai dan melatarbelakangi timbulnya masalah tersebut.
PENGERTIAN INTEGRASI
Myron Weiner :
1. Integrasi mungkin menunjukkan pada proses penyatuan berbagai kelompok sosial budaya ke dalam suatu wilayah, dan pada pembentukan suatu identitas nasional. Integrasi sering digunakan dalam arti yang serupa, untuk menunjuk pembentukan wewenang kekuasaan nasional di atas unit-unit suatu wilayah politik (regional) yang mungkin beranggotakan suatu kelompok sosial budaya tertentu. Istilah integrasi sering digunakan untuk menunjukkan kepada masalah, yang menghubungkan antara pemerintah dengan yang diperintah. Konsep pengertiannya adalah hubungan antara elite-massa yang mempunyai perbedaan dalam melihat nilai-nilai aspirasi. Integrasi kadang-kadang juga digunakan untuk menunjukkan adanya konsensus nilai yang minimum, yang diperlukan untuk memelihara tertib sosial. Yang dimaksud dengan nilai minimum dalam konteks sosial yang disepakati adalah ; nilai-nilai tujuan seperti keadilan dan persamaan, keinginan akan pembangunan ekonomi, penghayatan akan sejarah, pahlawan dan simbol-simbilnya. Tingkah laku integratif yaitu kapasitas orang-orang di dalam suatu masyarakat untuk berorganisasi demi mencapai beberapa tujuan bersama.
2.
3.
4.
5.
PENGERTIAN INTEGRASI
Mengacu dari uraian di atas, maka integrasi politik melibatkan dua masalah. Pertama, bagaimana membuat rakyat tunduk dan patuh pada tuntutan negara. Pengertian masalah ini mencakup persoalan-persoalan pengakuan rakyat akan hak-hak yang dimiliki negara dan rakyat harus dipenuhi. Kedua, bagaimana meningkatkan konsensus normatif yang mengatur tingkah laku politik anggota masyarakat. Maka dari itu integrasi politik diperlukan oleh suatu negara dalam rangka menegakkan suatu kesatuan wilayah, ideologi, kekuasaan dan nilai-nilai konsensus di bawah sistem politik. Apabila integrasi politik mempunyai fungsi meletakkan dasar berpijak bagi sistem politik di dalam meletakkan tata nilai kehidupannya, maka fungsi integrasi setiap bangsa cenderung dimaksudkan sebagai konsep yang utuh untuk mengusahakan agar bangsa yang dilatarbelakangi kebudayaan heterogen dapat tetap hidup dan mengembangkan kehidupannya. Upaya ini tentunya membutuhkan wawasan kebangsaan yang dimiliki suatu bangsa dalam menciptakan suatu pandangan politik berfikir secara integralistik. Dengan pandangan tersebut, integrasi politik dapat diterima oleh semua kelompok yang ada di masyarakat.
TIPE-TIPE INTEGRASI
1. Integrasi Bangsa Menurut Weiner ada dua strategi kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk mencapai integrasi nasional, pertama, penghapusan sifat-sifat kultural utama dan komunitas-komunitas minoritas yang berbeda menjadi semacam nasional. Biasanya, yang berpengaruh ialah kebudayaan dari kelompok budaya yang dominan, maka kebijakan yang ditempuh pemerintah adalah dengan jalan proses asimilasi. Kedua, penciptaan kesetiaan nasional tanpa menghapuskan kebudayaankebudayaan kecil, di Indonesia disebut dengan bhineka tunggal ika, dimana secara politis merupakan penjumlahan etnis dari berbagai suku bangsa. Adanya dua strategi ini merupakan suatu paduan dalam mengatasi konflik yang mengakibatkan retaknya rasa kebangsaan suatu negara. Di sisi lain, strategi ini juga memberi indikasi, kelompok minoritas yang ada pada masyarakat mempunyai kedudukan yang sama dengan kelompok budaya dominan dalam membicarakan kepentingan nasional.
TIPE-TIPE INTEGRASI
2. Integrasi Wilayah Sebelum Indonesia merdeka, integrasi wilayah secara politis telah ditempuh oleh dua kerajaan untuk mempersatukan nusantara, yaitu kerajaan Sriwijaya di Sumatra dan kerajaan Majapahit di Jawa. Usaha untuk mempersatukan nusantara dari segi politik dan kultural merupakan usaha integrasi wilayah untuk membentuk suatu negara. Kemudian, kemerdekaan Indonesia juga mendapat dukungan seluruh lapisan masyarakat yang ada di nusantara ini. Adanya rasa memiliki bangsa (nasionalisme) menyebabkan batas-batas sosial budaya yang sifatnya primordial, berhasil dipersatukan dalam suatu wilayah Republik Indonesia dengan memasukkan seluruh bekas wilayah kolonial Belanda dalam kesatuan wilayah, sebab yang dituntut dalam kemerdekaan bukan saja kemerdekaan bangsa, kemerdekaan mempunyai arti apabila suatu negara mempunyai wilayah. Sementara itu, perlu dibedakan anatara negara (state) dengan bangsa (nation). Nega menunjuk pada adanya kekuasaan dengan kapasitas untuk menguasai wilayah tertentu. Bangsa menunjuk pada kesetiaan subyektif penduduk wilayah itu pada negara. Dalam konsep ini berarti pada umumnya negara mendahului bangsa. Jadi, pembangunan bangsa (nation building) mengumpamakan adanya negara terlebih dahulu yang berkuasa dalam satu wilayah, barulah mendapat pengakuan dunia internasional berdirinya suatu negara. Integrasi wilayah berkaitan dengan masalah pembangunan negara (state building).
TIPE-TIPE INTEGRASI
3. Integrasi Nilai Integrasi nilai mempunyai pengertian berupa adanya pengakuan prosedurprosedur yang dapat diterima, guna memecahkan konflik yang ada. Berangkat dari pengertian ini, integrasi nilai merup[akan prosedur atau cara untuk mengatasi konflik yang biasa terjadi di masyarakat, karena dalam masyarakat apa pun juga memiliki potensi konflik. Myron Weiner kembali mengajukan dua stategi pokok untuk mengintegrasikan nilai-nilai dalam masyarakat. Pertama, strategi yang menekankan pentingnya konsensus dan memasukkan perhatian pada usaha menciptakan keseragaman semaksimal mungkin. Dari penjelasan strategi ini menunjukkan perlunya menciptakan kebersamaan dalam berbagai pluralisme budaya dengan menghindari konflik dan persaingan, terutama dalam menghadapi ketegangan kultural yang megarah pada kekerasan. Kedua, menekankan interaksi antara kepentingankepentingan kelompok dengan kepentingan-kepentingan pribadi. Strategi ini memperlihatkan perlu adanya komunikasi dalam mempertemukan kepentingan kelompok dan pribadi. Dengan kata lain, bahwa komunikasi sosial dapat menghasilkan kesadaran nasional, berupa adanya satu pandangan mendahulukan kepentingan nilai-nilai bangsa daripada kepentingan kelompok atau golongan.
TIPE-TIPE INTEGRASI
4. Integrasi Elite-massa Bagaimana antara elite dan massa dapat bersatu dalam upaya mempersatukan kepentingan yang diinginkan, kuncinya adalah bagaimana kedua kepentingan diwujudkan dalam bentuk partisipasi politik untuk melakukan pembangunan politik.
TIPE-TIPE INTEGRASI
5. Tingkah laku Integratif Tingkah laku integratif dalam dimensi politik merupakan kesediaan setiap individu dan kelompok untuk melakukan kerjasama secara terorganisasi untuk mencapai tujuan politik. Untuk memahami tingkah laku integratif suatu masyarakat, perlu ada toleransi dalam memahami perbedaan-perbedaan kultural bangsa. Almon dan Verba (1963) dalam Nazarudin Sjamsuddin (1989) mengemukakan bahwa sebelum sampai pada perubahan tingkah laku integratif pada dimensi politik, ada tiga komponen dalam sikap seseorang maupun kelompok terhadap objek politik. Pertama, aspek kognitif, dimana seseorang mungkin mempunyai pengetahuan yang cukup tentang bagaimana sistem politik berlangsung. Kedua, aspek afektif, yaitu melibatkan perasaan seseorang. Seorang individu mungkin mempunyai perasaan tertentu terhadap aspek-aspek sistem politik yang membuat mereka menerima atau menolak sesuatu. Dan ketiga, baik aspek kognitif maupun afektif berupa sikap-sikap yang telah dimiliki dalam keluarga dan lingkungannya biasa mempengaruhi seseorang. Kedua komponen tersebut ditentukan oleh evaluasi moral yang telah dipunyai. Di sini norma-norma yang dianut akan menjadi dasar untuk bersikap dan bertingkah laku terhadap sistem politik.
Pada dimensi ini ideologi merupakan pencerminan realitas yang hidup dalam masyarakat. Ideologi hadir, tumbuh dan berkembang di masyarakat tersebut. Sehingga sistem nilai yang merupakan manifestasi dari ideologi, betul-betul berakar dari sistem nilai di mana masyarakat itu lahir dan berkembang. Ideologi yang mengandung dimensi realitas akan menjadikan rasa memilikinya cenderung cukup tinggi dan melahirkan idealisme untuk tetap dipertahankan sebagai suatu sistem nilai yang tak bisa ditawar.
Dimensi idealisme, Alfian mengumpamakan idealisme menjadi motor penggerak untuk membangkitkan hasrat anggota-anggota masyarakat untuk hidup bersama dan bersatu, dan menggairahkan partisipasi dalam bentuk usaha bersama seperti pembangunan.
Dari pengertian di atas dapat diketahui dimensi idealisme ideologi merupakan jiwa untuk memberikan semangat untuk melakukan sesuatu yang baik dalam menghadapi masa depan. Dengan menggugah idealisme dalam masyarakat, berarti mendorong masyarakat untuk berpartisipasi dalam mencapai kehidupan yang lebih baik.
home
home
DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi Parlementer, Bahwa parlemen merupakan pusat kekuasaan politik dimana duduk wakil-wakil rakyat melalui sistem kepartaian. Dengan kata lain, Partai dan Parlemen merupakan kerangka pokok dari sistem dan mekanisme politk. Stabilitas pemerintahan (kabinet) sangat tergantung pada sampai berapa jauh dukungan partai-partai dalam parlemen yang dipelihara. Kritik yang sering dilontarkan pada masa ini adalah seringnya pergantian kabinet yang dipandang penyebab utama terbengkalainya usaha-usaha pemerintah untuk perbaikan hidup rakyat.
DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi Terpimpin, pada masa ini kita kembali ke UUD 1945 yang menempatkan presiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan. Disini presiden Soekarno mempunyai kesempatan yang besar untuk menata sistem politik Indonesia menurut konsepkonsepnya. Dengan terbentuknya Dewan Nasional dan komando politik berada di tangannya, ia yakin bahwa ketidakstabilan politik dapat diatasi. Keinginannya untuk menegakkan stabilitas politik yang mantap dilaksanakannya dengan mengikutsertakan semua kekuatan sosial politik baik dalam DPR, kabinet maupun Dewan Nasional. Periode ini nampaknya ditandai beberapa ciri, yaitu: 1). Peranan dominan dari presiden; 2). Pembatasan atas peranan DPR dan partai-partai politik; 3). Peningkatan peranan ABRI sebagai kekuatan sosial politik.
DEMOKRASI DI INDONESIA
Demokrasi Pancasila, Pada era orde baru, pemerintah bertekad untuk melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekwen. Untuk itu pemerintah orde baru menempuh beberapa strategi, yaitu: pertama, melemahkan peranan ideologi partai-partai politik dengan jalan mengusahakan penyederhanaan dalam pengelompokkan ideologi. Kedua, memperkenalkan konsep massa mengambang (floating mass) yaitu pembebasan rakyat di daerah pedesaan dari kegiatankegiatan politik. Ketiga, melancarkan program sosialisasi ideologi, guna memantapkan Pancasila sebagai ideologi negara. Keempat, pencanangan pancasila sebagai satusatunya azas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Melalui strategi ini Demokrasi Pancasila dikembangkan.
home
home
Pembinaan Budaya Politik Pembinaan Struktur Sistem Politik Pembinaan Kewaspadaan Nasional
home
a. MPR / DPR-DPD
b. Presiden dan Wakil Presiden c. Lemabaga kehakiman : KY, MK dan Kejagung, serta pembinaan hukum nasional d. Badan-badan pemerintahan lainnya e. Pemerintah Daerah (provinsi-kabupaten/kota)
B: 71 85
C: 61 70 D: 51 60 E: 50
TERIMA KASIH