Anda di halaman 1dari 10

PEMBAHASAN 1.

Pengertian Students Teams-Achievement Divisions (STAD) Dalam STAD, siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan empat anggota, anggota tersebut campuran ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. Guru mempresentasikan sebuah pelajaran, dan kemudian siswa bekerja dalam tim-timnya untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah menuntaskan peljaran itu. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis individual tentang bahan ajar tersebut, pada saat itu mereka tidak boleh saling membantu. Skor kuis siswa dibandingkan dengan rata-rata skor mereka yang lalu, dan poin diberikan berdasarkan seberapa jauh siswa dapat menyamai atau melampaui kinerja mereka terdahulu. Poin-poin ini kemudian dijumlah untuk mendapatkan skor tim, dan tim-tim yang memenuhi criteria tertentu dapat diberi sertifikat atau penghargaan lain. Keseluruhan siklus kegiatan ini, dari presentasi guru sampai mengerjakan kuis, biasanya memerlukan 3-5 periode pertemuan. STAD telah digunakan untuk setiap mata pelajaran, mulai dari matematika, sastra, sampai ilmu-ilmu sosial dan sains, serta digunakan dari kelas dua sampai perguruan tinggi. STAD paling cocok untuk mengajarkan tujuan-tujuan yang terdefinisikan dengan jelas, seperti perhitungan dan penerapan matematika, penggunaan bahasa, mekanika, geografi, keterampilan membaca peta, dan konsep-konsep sains. Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling member semangat dan membantu guru. dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang

dipresentasikan

Apabila siswa

menginginkan tim

mereka mendapatkan

penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu tim dalam mempelajari bahan ajar tersebut. Mereka harus memberi semangat teman satu timnya yang melakukan yang terbaik, menyatakan norma bahwa belajar itu penting, bermanfaat, dan menyenangkan. Siswa bekerjasama setelah guru mempresentasikan pelajaran. Mereka dapat bekerja berpasangan deengan cara membandingkan jawab-jawabannya, mendiskusikan

perbedaan yang ada, dan saling membantu satu sama lain saat menghadapi jalan buntu. Mereka dapat mendiskusikan pendekatan-pendekatan yang dipakai untuk memecahkan masalah, atau mereka dapat saling memberikan kuis tentang materi yang sedang mereka

pelajari. Mereka mengajar teman timnya dan mengases kekuatan dan kelemahan mereka untuk membantu agar mereka berhasil dalam kuis tersebut. Meskipun siswa belajar bersama, mereka tidak boleh saling membantu dalam mengerjakan kuis. Setiap siswa harus menguasai materi tersebut. Tanggung jawab individual ini memotivasi siswa melakukan sebuah pekerjaan tutorial dengan baik dan saling menjelaskan satu sama lain, mengingat satu-satunya cara tim tersebut berhasil jika seluruh anggota tim telah menuntaskan informasi atau keterampilan yang sedang dipelajarinya. Karena skor tim di dasarkan pada peningkatan diatas skor mereka yang lalu (kesempatan yang sama untuk berhasil), semua siswa memiliki peluang menjadi bintang pada suatu minggu tertentu, dengan cara memperoleh skor terbaik di atas skor terdahulu atau dengan mendapatkan skor sempurna. Skor sempurna selalu menghasilkan poin maksimum tidak memandang berapapun rata-rata skor terdahulu siswa. STAD lebih merupakan sebuah metode pengorganisasian kelas umum dari pada sebuah metode komprehensif pengajaran mata pelajaran tertentu; guru menggunakan rencana pelajarannya sendiri dengan bahan-bahan lain. Di Negara maju, lembar kegiatan siswa dan kuis tersedia untuk hampir seluruh mata pelajaran dari kelas III-IX, namun kebanyakan guru dapat menggunakan bahannya sendiri untuk melengkapi atau mengganti sama sekali bahan-bahan yang sudah tersedia.

2. Teori belajar a. Teori piaget Perkembangan kognitif sebagian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi aktif anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalaman fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan teman sebaya, khususya berargumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi lebih logis (Nur, 1998). Teori perkembangan piaget mewakili konstruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun sistem makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
2

Menurut teori Piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tahap-tahap perkembangan kognitif piaget Tahap Perkiraan Usia Kemampuan-kemampuan Utama Sensorimotor Lahir sampai 2 tahun Terbentuknya konsep kepermanenan obyek dan kemajuan gradual dari

perilaku reflektif keperilaku yang tujuan Pra operasional 2 sampai 7 tahun Perkembangan kemampuan menggunakan simbolmengarah kepada

simbol untuk menyatakan obyek-obyek dunia.

Pemikiran masih egosentris dan sentrasi. Opersi kongkrit 7 sampai 11 tahun Perbaikan dalam

kemampuan untuk berpikir secara logis. Kemampuankemampuan baru termasuk penggunaan operasi-operasi yang dapat balik. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu

dibatasi oleh keegosentrisan. Operasi Formal 11 tahun sampai dewasa Pemikiran absrak dan murni simbolis mungkin

dilakukan. Masalah-masalah
3

dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis. (sumber: Nur, 1998:11) Berdasarkan tingkat perkembangan kognitif piaget ini, sebagai contoh untuk peserta didik pada rentang usia 11-15 tahun berada pada taraf perkembangan operasi formal. Pada usia ini yang perlu dipertimbangkan adalah aspek-aspek perkembangan remaja. Dimana remaja mengalami tahap transisi dari penggunaan operasi formal dalam bernalar. Remaja mulai menyadari keterbatasan-keterbatasan pemikiran mereka, di mana mereka mulai bergelut dengan konsep-konsep yang ada di luar pengalaman mereka sendiri. Piaget menemukan bahwa penggunaan operasi formal bergantung pada keakraban dengan daerah obyek tertentu. Apabila siswa akrab dengan suatu obyek tertentu, lebih besar kemungkinannya menggunakan operasi formal (Nur, 2001). Menurut piaget (dalam Slavin, 1994: 145), perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini adalah implikasi penting dalam model pembelajaran dari teori Piaget. 1. Memusatkan perhatian pada berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Disamping kebenaran jawaban siswa, guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada jawaban tersebut. (Bandingkan dengan teori belajar perilaku yang hanya memusatkan perhatian kepada hasilnya, kebenaran jawaban, atau perilaku siswa yang dapat diamati). Pengamatan belajar yang sesuai dikembangkan dengan memperhatikan tahap kognitif siswa yang mutakhir, dan jika guru penuh perhatian terhadap metode yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalaman sesuai dengan yang dimaksud. 2. Memperhatikan peranan pelik dari inisiatif anak sendiri, keterlibatan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Di dalam kelas piaget, penyajian pengetahuan jadi (readymade) tidak mendapat penekanan, melainkan anak didorong menemukan sendiri pengetahuan itu (discovery maupun inquiry) melalui interaksi spontan dengan
4

lingkungannya. Sebab itu guru di tuntut mempersiapkan berbagai kegiatan yang memungkinkan anak melakukan kegiatan secara langsung dengan dunia fisik. 3. Memaklumi akan adanya perbedaan individual dalam hal kemajuan

perkembangan. Teori piaget mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh melewati urutan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan yang berbeda. Sebab itu guru mampu melakukan upaya untuk mengatur kegiatan kelas dalam bentuk kelompok kecil dari pada bentuk kelas yang utuh. Implikasinya dalam proses pembelajaran adalah saat guru memperkenalkan informasi yang melibatkan siswa menggunakan konsep-konsep, memberikan waktu yang cukup untuk menemukan ide-ide dengan menggunakan pola-pola berpikir formal. b. Teori Brunner Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh ialah model dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (Discovery learning). Bruner menganggap, bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,dan dengan sendirinya member hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengatahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1998: 125). Bruner menyarankan agar siswa-siswa hendaknya belajar melalui partisipasi secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip, agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman, dan melakuakan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip-prinsip itu sendiri. c. Teori pembelajaran Vygotsky Vygotsky berpendapat seperti Piaget, bahwa siswa membentuk pengetahuan sebagai hasil dari pikiran dan kegiatan siswa sendiri melalui bahasa. Vygotsky berkeyakinan bahwa perkembangan tergantung baik pada faktor biologis menentukan fungsi-fungsi elementer memori, atensi, persepsi, dan stimulus-respon, faktor sosial sangat penting artinya bagi perkembangan fungsi mental lebih tinggi untuk pengembangan konsep, penalaran logis, dan pengambilan keputusan.

Teori Vygotsky ini, lebih menekankan pada aspek sosial dari pembelajaran. Menurut Vygotsky bahwa proses pembelajaran akan terjadi jika anak bekerja atau menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas tersebut masih berada dalam jangkauan mereka disebut dengan zone of proximal development, yakni daerah tingkat perkembangan sedikit di atas daerah perkembangan seseorang saat ini. Vygotsky yakin bahwa fungsi mental yang lebih tinggi pada umumnya muncul dalam percakapan dan kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu terserap ke dalam individu tersebut. Satu lagi ide penting dari Vygotsky adalah Scaffolding yakni pemberian bantuan kepada anak selama tahap-tahap awal perkembanganya dan mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah anak dapat melakukannya. Penafsiran terkini terhadap ideide Vygotsky adalah siswa seharusnya diberikan tugas-tugas kompleks, sulit, realistik dan kemampuan diberikan bantuan secukupnya untuk menyelesaikan tugas-tugas itu. Hal ini bukan berarti bahwa diajar dikit demi sedikit komponen-komponen suatu tugas yang kompleks yang pada suatu hari di harapkan akan terwujud menjadi suatu kemampuan untuk menyelesaikan tugas kompleks tersebut (Nur & Wikandari, 2000: 6). 3. Lingkungan Belajar Pembelajaran kooperatif bertitik tolak dari pandangan John Dewey dan Herbert Thelan (dalam Ibrahim, 2000) yang menyatakan pendidikan dalam masyarakat yang demokratis seyogyanya mengajarkan proses demokratis secara langsung. Proses demokrasi dan peran aktif merupakan cirri yang khas dari lingkungan pembelajaran kooperatif. Dalam membentuk kelompok, guru menerapkan struktur tingkat tinggi, dan guru juga mendefenisikan semua prosedur. Meskipun demikian, guru tidak dibenarkan mengelola tingkah laku siswa dalam kelompok secara ketat, dan siswa memiliki ruang dan peluang untuk secara bebas mengendalikan aktivitas-aktivitas di dalam kelompoknya. Selain itu, agar pembelajaran kooperatif dapat berjalan sesuai dengan harapan, dan siswa dapat bekerja secara produktif dalam kelompok, maka siswa perlu diajarakan keterampilan-keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif tersebut berfungsi untuk melancarkan peranan hubungan kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun
6

dengan mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok, sedangkan peranan tugas antar anggota kelompok. 4. Tujuan Pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara kolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesame manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah. Struktur tujuan kooperatif terjadi jika siswa dapat mencapai tujuan mereka hanya jika siswa lain dengan siap mereka bekerja sama mencapai tujuan tersebut. Tujuan-tujuan pembelajaran ini mencangkup tiga jenis tujuan penting, yakni hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman , dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000: 7) 5. Sintaks/Langkah-langkah Fase-fase pembelajaran kooperatif tipe STAD Fase Fase 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Kegiatan Guru Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran

tersebut dan memotivasi siswa belajar. Fase 2 Menyajikan / menyampaikan informasi Menyajikan informasi kepada siswa

dengan jalan mendemonstrasikan atau lewat bahan bacaan.

Fase 3 Mengorganisasikan siswa

Menjelaskan kepada siswa bagaimana dalam caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

kelompok-kelompok belajar

Fase 4 Membimbing belajar kelompok bekerja

Membimbing

kelompok-kelompok

dan belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.


7

Fase 5 Evaluasi

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah diajarkan atau masing-masing kelompok kerjanya. mempresentasikan hasil

Fase 6 Pemberian penghargaan

Mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

6. Contoh Pelajaran IPA Kelas VI, Semester 1, Materi: Menggolongkan hewan berdasarkan jenis makanannya.

KESIMPULAN STAD adalah siswa dikelompokkan dalam tim-tim pembelajaran dengan empat anggota, anggota tersebut campuran ditinjau dari tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku. STAD telah digunakan untuk setiap mata pelajaran, mulai dari matematika, sastra, sampai ilmuilmu sosial dan sains, serta digunakan dari kelas dua sampai perguruan tinggi. Ide utama di balik STAD adalah untuk memotivasi siswa saling member semangat dan membantu dalam menuntaskan keterampilan-keterampilan yang dipresentasikan guru.

Daftar Pustaka

Julianto, dkk.2011. Teori dan Implementasi Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surabaya: Unesa University Press. Trianto, S.Pd, M.Pd. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

10

Anda mungkin juga menyukai