Anda di halaman 1dari 19

Askep Vakum Eksrasi

Askep

Kelompok 6: Desi fachrianty Vakum Ekstrasi Nanda Saputra Kelompok 6 : Desi fachrianty Nanda saputra Zuliawati Zuliawati

Apa itu Vakum Ekstrasi


Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu dan ekstraksi pada bayi.

Alat-alat ekstraksi vakum terdiri dari atas


Mangkok dari logam yang agak mendatar dalam berbagai ukuran (diameter 30-60 mm) dengan lubang ditengah-tengahnya Pipa karet yang pada ujung satu dihubungkan dengan mangkok dan pada ujung yang lain dengan suatu alat penarik dari logam Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar; alat tersebut dimasukkan ke dalam rongga mangkok sehingga dapat menutup lubangnya; selanjutnya rantai dimasukkan ke dalam pipa karet dan setelah ditarik kuat, dikaitkan dngan alat penarik Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik dan pada yang lain dengan botol penompang cairan yang terisap(lendir, darah, air ketuban dan sebagainya) Manometer dan pompa tangan untuk menghisap udara, yang berhubungan dengan botol penumpang dan menyelenggarakan vakum antara mangkok dan kepala janin.

Ekstaktor Vakum

Ekstraktor vakum

Syarat-syarat dilakukan ekstraksi vakum 1.Pembukaan serviks lebih 7 cm 2.Penurunan kepala janin pada Hodge II 3.Janin hidup 4.Presentasi kepala 5.Ketuban sudah pecah 6.Janin harus dapat lahir lewat pervaginam atau tidak ada kesempitan panggul 7.Janin tidak premature 8.Kontraksi baik 9.Ibu kooperatif dan masih mampu mengejan

Indikasi
Ibu Kelelahan ibu (exhausted mother) Toksemia gravidarum Ruptura Uteri iminens Kala II memanjang Penyakit jantung kompensata, penyakit paru fibrotik Janin Gawat Janin

Kontraindikasi Ibu Ruptur uteri Panggul sempit Pada penyakit-penyakit di mana ibu secara mutlak tidak boleh mengejan, misalnya payah jantung, preeklamsia berat. Ibu tidak boleh mengedan. Janin Letak lintang, presentasi muka, persentasi bokong atau presentasi kepala menyusul.

Komplikasi Ibu Robekan pada dinding vagina, perineum Perdarahan Infeksi Janin Perdarahan dalam otak Kaput suksedaneum artifisialis Fraktur tulang tengkorak Perdarahan intrakranial Trauma susunan saraf pusat

Keunggulan Ekstraksi Vakum Tidak memerlukan anestesi umum Komplikasi pada ibu maupun janin lebih sedikit. Pemasangan mudah Mangkuk tidak menambah besar ukuran kepala yang harus melalui jalan lahir
Kerugian Ekstraksi Vakum Waktu untuk melahirkan janin lebih lama dari ekstraksi forsep (lebih dari 6 menit) Ekstraksi vacum tidak dapat digunakan pada : Letak muka Kaput suksadeneum yang sudah besar Gawat janin yang berat Kepala menyusul pada letak sungsang Disproporsi sefalo-pelvik Pemeliharaannya lebih sukar, karena bagian-bagiannya banyak terbuat dari karet dan harus selalu kedap udara

Prosedur pemasangan eksraktor vakum 1. Ibu tidur dalam posiisi litotomi. Vulva dan sekitarnya dibersihkan dengan kapas sublimat atau kapas lisol dan kemudian tinctura jodii 2 %. Kandung kemih dan rektum dikosongkan 2. Setelah bagian-bagian dari alat vakum ekstrator di pasang di mangkuk lalu dimasukkan ke dalam vagina dan langsung diletakkan pada bagian terbawah kepala janin 3. Pembantu memompa ekstrator vakum samapai menjadi hampa udara 0,2 kg/cm2, lalu ditunggu selama lebih kurang 2 menit. Selama menunggu ini dilakukan periksa dalam kembali untuk mengetahui apakah letak mangkok sudah benar dan tidak ada jalan lahir yang terjepit antara mangkuk dan kepala. Jika da jalan lahir yang terjepit, maka tekanan diturunkan kembali samapai 0 kg/cm2, dan letak mangkuk dibenarkan. Setelah itu tekanan dinaikkan lagi sampai 0,2 kg/cm2, tunggu 2 menit, naikkan tekanan sampai 0,4 kg/cm2, tunggu 2 menit, naikkan tekanan sampai 0,6 kg/cm2, tunggu 2 menit. 4. Lakukan traksi dengan arah yang sesuai dengan arah sumbu jalan lahir. Traksi dilakukan sewaktu his datang dan pasien disuruh mengedan serta searah dengan titik tengah dari mangkuk.

ASKEP PADA BAYI DENGAN PERSALINAN EKSTRAKSI VAKUM 1. Pengkajian Pengkajian pada ibu sebelum ibu melahirkan adalah : Toksemia gravidarum Ruptura uteri iminens Kala II memanjang Penyakit jantung kompensata Penyakit paru fibrotik Panggul sempit Ibu tidak boleh mengedan Pengkajian pada ibu selama dan sesudah melahirkan adalah : Robekan pada dinding vagina, perineum atau serviks Perdarahan Infeksi

Pengkajian setelah kelahiran pada bayi dibagi menjadi 3 tahapan: Segera Transisional Periodik Pengkajian Segera Menggunakan system scoring, yaitu dengan menggunakan nilai APGAR A: Apperance (Warna) P: Pulse (Denyut nadi) G: Grimace (Reflek) A: Activity (Tonus otot) R: Respiratory Effort (Usaha bernafas)

Tabel
Tanda Warna

nilai
0 Biru, pucat

Apgar
1 Tubuh merah muda, ekstermitas biru <100 x/m 2 Merah

Score
muda

seluruh tubuh
>100 x/m

Denyut nadi

Tidak ada

Reflek
Tonus otot

Tidak ada respon Lemah Tidak ada

Menyeringai
Ekstermitas sedikit kaku

Menangis
Fleksi baik

Pernafasan

Lambat, tangis Menangis baik lemah

Pengkajian Transisional Selama 24 jam pertama kehidupan bayi normal benar-benar menjadi perubahan dan fisiologis Pengkajian Periode Periode I Reaktivitas (30 menit pertama) setelah lahir bayi terjaga, respon positif, menghisap dan menangis. Periode II Reaktivitas berlangsung 2-5 jam Bayi bangun dari tidur yang nyenyak Bayi mengeluarkan meconium, urine. Periode III Stabilisasi (12-14 jam) setelah bayi lahir Bayi lebih mudah untuk tidur dan terbangun Tanda vital stabil dan kulit merah dan hangat.

Tindakan resusitasi Cara bayi akan diberi makan Kapan dan bagaimana kondisi bayi meninggalkan ruang bersalin. Prioritas tujuan intervensi keperawatan Meningkatkan upaya kardiopulmonal efektif Mempertahankan suhu tubuh bayi Mencegah cedera dan komplikasi Meningkatkan kedekatan bayi dan orang tua.

Diagnosa keperawatan : 1. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan trauma kepala Hasil yang diharapkan : bebas dari cedera
Intervensi Rasional

Lakukan temuan abnormal melalui pengkajian pada bayi baru lahir misalnya gangguan klavikula, depresi tengkorak atau gangguan ekstermitas. Kaji bayi terhadap anomali kongenital seperti spina bifida, dislokasi panggul kongenital, hipospadia, atau epispadia. Posisikan bayi baru lahir pada abdomen atau miring dengan gulungan selimut di punggung. Pantau bayi terhadap kesulitan dalam mengatasi mukus.

Membantu mendeteksi kemungkinan cedera kelahiran, seperti fraktur klavikula, tengkorak, atau ekstremitas. Mengidentfikasi kondisi yang memerlukan intervensi segera. Membantu mencegah aspirasi.

Intervensi Kolaborasi Berikan Vitamin K (AquaMEPHYTON) secara IM

Rasional

Karena saluran usus bayi baru lahir steril pada saat lahir, dan pemberian makan

2. Nyeri berhubungan dengan trauma pembedahan atau distensi uterus. Hasil yang diharapkan : mengidentifikasi dan menggunakan intervensi untuk mengatasi nyeri dan berkurangnya nyeri. Intervensi Tentukan adanya, lokasi dan sifat nyeri. Tinjau ulang persalinan dan catatan kelahiran. Inspeksi perbaikan perineum dan epiostomi. Perhatikan edema, ekimosis, nyeri tekan lokal, eksudat purulen atau kehilangan perlekatan jahitan Rasional Mengidentifikasi kebutuhan pasien dan intervensi yang tepat. Dapat menunjukkan trauma berlebihan pada jaringan perineal atau terjadinya komplikasi yang memerlukan evaulasi/ intervensi

Intervensi

Rasional

Berikan kompres es pada perineum, khususnya selama 24 jam pertama setelah kelahiran. Berikan kompres panas lembab misal berendam dalam bak mandi dengan suhu 38 sampai 43,2C selama 20 menit, 3 sampai 4 kali sehari, setelah 24 jam pertama. Kaji nyeri tekan uterus.

Meningkatkan vasokonstriksi dan mengurangi edema. Meningkatkan sirkulasi pada perineum, meningkatkan oksigenasi, menurunkan edema dan mempercepat penyembuhan. Selama 12 jam pertama persalinan, kontraksi uterus kuat dan reguler serta berlanjut dalam 2-3 hari.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan jaringan trauma, kulit

rusak. Hasil yang diharapkan : bebas dari tanda infeksi


Intervensi Rasional Demam maternal selama seminggu sebelum kelahiran, ketuban pecah yang lama (lebih dari 24 jam), persalinan yang lama, cairan amniotik berbau busuk dan adanya penyakit infeksi Mencuci tangan yang benar adalah faktor tunggal yang paling penting dalam melindungi bayi baru lahir dari infeksi.

Tinjau ulang faktor-faktor resiko pada ibu yang membuat bayi cenderung terkena infeksi yang mungkin didapatkan secara transplasenta atau saat kelahiran. Sikat dan cuci tangan dan lengan dengan preparat iodofor sebelum memasuki ruang perawatan bayi, setelahkontak dengan material terkontaminasi, dan setelah memegang setiap bayi.

Anda mungkin juga menyukai