Anda di halaman 1dari 26

MESIN PEMBAKARAN DALAM

MESIN KALOR
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Nilai Pemanasan
Nilai pemanasan Q
HV
atau nilai kalor bahan bakar
adalah besarnya panas reaksi pada tekanan
konstan atau pada volume konstan pada
temperatur standar [biasanya 25C (77F)]
untuk pembakaran sempurna dari satuan massa
bahan bakar.
Q
HVP
= (H)
P,To

dan
Q
HVV
= (H)
V,To

Pembakaran sempurna berarti bahwa semua
karbon diubah ke CO
2
, semua hidrogen diubah
ke H
2
O, dan semua sulfur yang ada diubah ke
SO
2
.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Nilai Pemanasan
Nilai pemanasan biasanya dinyatakan dalam
joule per kilogram atau joule per kilomol bahan
bakar (British thermal units per pound-massa
atau British thermal units per pound-mol).
Dengan demikian tidak perlu menetapkan
banyaknya oksidan yang dicampur dengan
bahan bakar, walaupun ini harus melebihi
kebutuhan stoikhiometrik. Tidak peduli apakah
oksidan adalah udara atau oksigen.
Untuk bahan bakar yang mengandung hidrogen,
telah ditunjukkan bahwa H
2
O dalam produk
dalam fase cair atau gas mempengaruhi nilai
panas reaksi.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Nilai Pemanasan
Istilah nilai pemasan atas Q
HHV
(atau nilai
pemanasan gross) digunakan jika H
2
O yang
terbentuk semuanya terkondensasi ke fase cair,
sementara istilah nilai pemanasan bawah Q
LHV

(atau nilai pemanasan netto) digunakan jika
H
2
O yang terbentuk semuanya dalam fase uap.
Kedua nilai pemanasan tersebut pada tekanan
konstan dihubungkan dengan



dengan (m
H2O
/m
f
) adalah rasio massa H
2
O yang
dihasilkan dengan massa bahan bakar yang
dibakar.



2
2
H O
HHV LHV H O P P fg
f
m
Q Q h
m
| |
= +
|
|
\ .
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Nilai Pemanasan
Ekspresi yang sama dengan u
fg H2O
menggantikan
h
fg H2O
digunakan untuk nilai pemanasan atas
atau bawah pada volume konstan.
Nilai pemanasan pada tekanan konstan lebih
umum digunakan, dan sering pembatasan pada
tekanan konstan dihilangkan.
Perbedaan antara nilai pemanasan pada tekanan
konstan dan volume konstan kecil.
Nilai pemanasan bahan bakar diukur di dalam
kalorimeter.
Untuk bahan bakar gas, lebih cocok dan akurat
menggunakan kalorimeter tekanan atmosfer
dengan aliran kontinu.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Nilai Pemanasan
Untuk bahan bakar cair dan padat, lebih
memuaskan membakar bahan bakar dengan
oksigen bertekanan pada volume konstan di
dalam sebuah kalorimeter bom.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Proses pembakaran di dalam mesin penyalaan
cetusan (spark ignition, SI) mempunyai
persyaratan:
1. Campuran bahan bakar dan udara dalam
ukuran yang tepat
2. Mekanisme untuk memulai proses
pembakaran
3. Stabilisasi dan perambatan api untuk
pembakaran sempurna
Nilai tertinggi rasio bahan bakar dan udara yang
diizinkan dalam mesin SI pada campuran kaya
dan miskin dijadikan batas sebagai batas
penyalaan bawah dan batas penyalaan atas.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Variasi rasio bahan bakar dan udara diperlukan
dalam mesin SI karena beban mesin bervariasi
antara tidak ada beban sampai beban penuh
pada mesin.
Rasio dari rasio bahan bakar dan udara aktual
dengan rasio bahan bakar dan udara
stoikhiometrik disebut rasio ekuivalensi atau
rasio bahan bakar dan udara relatif.
Rasio bahan bakar dan udara yang tepat
dipertahankan di dalam mesin SI melalui
karburator (sistem meteran bahan bakar).
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Diagram sudut engkol versi tekanan.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Pembakaran dalam mesin SI terjadi dalam tiga
fase penting:
Fase persiapan: ketika cetusan dilepaskan
pertama kali dengan penyiapan muka api yang
terus-menerus. Fase ini menghabiskan sekitar 10
putaran sudut engkol.
Fase persiapan ditunjukkan terjadi dari a ke b
dengan kenaikan tekanan kecil atau dapat
diabaikan karena laju awal pembakaran sangat
kecil.
Fase perambatan api: Setelah api pembakaran
yang terus-menerus disiapkan maka inti api akan
menyebar karena turbulensi yang berlebihan di
dalam ruang bakar menyebabkan tekanan naik
dari b ke c.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Fase pembakaran ini disertai kenaikan tekanan
yang berlebihan. Fase perambatan api harus
sekecil mungkin.
Fase pembakaran susulan: Setelah jumlah
campuran bahan bakar dan udara maksimum
terbakar, sisanya terbakar setelah piston
berjalan melewati TMA.
Pembakaran kadang-kadang juga bisa terjadi
secara tak normal.
Pembakaran tak normal dikatakan terjadi jika
pembakaran di dalam silinder terjadi dengan
sendirinya sebelum waktu yang ditetapkan
untuknya.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN SI
Pembakaran tak normal ini bisa karena
penyalaan yang mendahului (yaitu penyalaan
bahan bakar bahkan sebelum busi
menyalakannya) dan menyebabkan kenaikan
tekanan yang tidak terkendali.
Pembakaran tak normal juga disebut detonasi
atau ketukan dan dapat dirasakan melalui
operasi mesin yang tersentak-sentak, derau
(bunyi bising/gaduh) berlebihan, output daya
berkurang, dll.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Diagram sudut engkol versi tekanan
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Pembakaran dalam mesin CI bisa terdiri dari
empat fase berbeda:
Tundaan penyalaan: Tahap yang pasti terjadi
dan untuk menyesuaikannya, injeksi bahan
bakar dinaikkan sebesar 20 sebelum TMA.
Tundaan penyalaan ditunjukkan oleh ab, yang
memperlihatkan kenaikan tekanan selama
pembakaran.
Injeksi bahan bakar dimulai pada a dan
penyalaan dimulai pada b.
Secara teoritis, tundaan penyalaan ini harus
sekecil mungkin.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Pembakaran tidak terkendali: Pembakaran
bahan bakar yang terkumpul terjadi sedemikian
rupa sehingga proses pembakaran menjadi tidak
terkendali menghasilkan kenaikan tekanan yang
curam seperti ditunjukkan dari b ke c.
Pembakaran yang tidak terkendali berlanjut hingga
bahan bakar yang terkumpul terbakar.
Selama fase pembakaran tidak terkendali, jika
kenaikan tekanan sangat curam maka pembakaran
disebut sebagai pembakaran tak normal dan
cenderung bisa merusak bagian-bagian mesin
dalam kondisi yang sangat tinggi.
Agar meminimalkan pembakaran tidak terkendali
tundaan penyalaan harus sekecil mungkin.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Pembakaran terkendali: Pembakaran
terkendali ditunjukkan di antara c sampai d
dan selama fase ini maksimum panas dihasilkan
dengan cara terkontrol.
Dalam fase pembakaran terkendali laju
pembakaran dapat diatur secara langsung oleh
laju injeksi bahan bakar yaitu melalui injektor
bahan bakar.
Fase pembakaran terkendali mempunyai variasi
tekanan yang halus dan temperatur maksimum
dicapai selama periode ini.
Sekitar dua per tiga dari total panas bahan bakar
dibebaskan selama fase ini.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Pembakaran susulan: Pembakaran susulan ini
mungkin terjadi karena partikel-partikel bahan
bakar berada pada posisi yang jauh dalam ruang
bakar sehingga muka api tidak dapat
mencapainya.
Pembakaran susulan berada dalam daerah 60
70 putaran sudut poros engkol dan bahkan
terjadi selama langkah ekspansi.
Pembakaran tidak terkendali dalam mesin CI
juga bisa disebut ketukan di dalam mesin dan
dapat dirasakan melalui getaran berlebihan,
bising berlebihan, pembuangan panas
berlebihan, melubangi kepala silinder dan kepala
piston, dll.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

PEMBAKARAN DALAM MESIN CI
Untuk mengontrol ketukan sedikit zat aditif
ditambahkan di dalam bahan bakar mesin CI
agar menurunkan temperatur menyala
sendirinya dan mempercepat proses penyalaan.
Demikian pula, ruang bakar didesain dengan
baik agar dapat menurunkan tundaan
penyalaan.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Bahan bakar yang digunakan dalam mesin SI
dan mesin CI berbeda karena sifat dari proses
pembakaran yang berbeda dalam kedua mesin
tersebut.
Umumnya digunakan bahan bakar hidrokarbon
untuk kedua mesin tersebut dan harus
mempunyai sifat-sifat yang diinginkan seperti
nilai kalor tinggi, karakteristik pembakaran
sesuai, mudah penanganan, ramah lingkungan,
dll.
Dalam mesin SI bahan bakar yang digunakan
umumnya adalah gasoline yang juga disebut
bensin (petrol) dan campuran dari hidrokarbon
yang berbeda.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Gasoline tersedia dari proses penyulingan dan
komposisi tepatnya bergantung pada tingkat
penyulingan dan sumbernya, dll.
Gasoline harus mempunyai kemampuan
bercampur dengan cepat dengan udara,
volatilitas yang sesuai, tahan terhadap
pembakaran tak normal, dll.
Bahan bakar mesin SI digolongkan menurut
ketahanannya terhadap pembakaran tak normal
dengan menilainya dalam bentuk angka oktan.
Angka oktan bahan bakar ditentukan dengan
membandingkan performansi pembakaran bahan
bakar aktual dengan performansi pembakaran
bahan bakar referensi.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Angka oktan ditetapkan dalam persentase
menurut volume iso-oktana di dalam campuran
iso-oktana (C
8
H
18
) dan n-hepatana (C
7
H
16
).
Iso-oktana adalah bahan bakar dengan titik didih
rendah yang mempunyai ketahanan yang sangat
tinggi terhadap pembakaran tak normal dan
secara acak diberi angka oktan 100.
n-heptana mempunyai ketahanan yang sangat
rendah terhadap pembakaran tak normal dan
dengan demikian diberi angka oktan 0.
Iso-oktana dan n-heptana ini juga disebut
bahan bakar referensi primer.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Untuk menentukan angka oktan bahan bakar
karakteristik pembakarannya disesuaikan
dengan karakteristik pembakaran campuran
variabel iso-oktana dan n-hepatana.
Komposisi fraksi iso-oktana dan fraksi n-heptana
yang menghasilkan karakteristik pembakaran
yang serupa digunakan untuk mengetahui angka
oktan.
Dalam suatu pengujian campuran 80% iso-
oktana menurut volume dan 20% n-heptana
menurut volume memberikan pembakaran yang
serupa dengan bahan bakar yang diuji.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Bahan bakar yang diuji akan mempunyai angka
oktan 80.
Angka oktan umumnya berada di antara 0 dan
100 tetapi dapat diperbesar melebihi 100
dengan menggunakan zat aditif tertentu.
Tetra ethyl lead (TEL) adalah zat aditif yang
paling populer digunakan dalam mesin SI yang
meningkatkan lebih lanjut ketahanan terhadap
pembakaran tak normal yang jauh lebih besar
dari ketahanan iso-oktana.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Dalam mesin CI umumnya digunakan bahan bakar
Diesel yang juga tersedia selama penyulingan
minyak bumi tetapi kotor jika dibandingkan
dengan bahan bakar mesin SI.
Bahan bakar mesin CI juga digolongkan dengan
menilainya dalam bentuk angka cetana yang
juga menyatakan ketahanan dari bahan bakar
terhadap ketukan.
Angka cetana bahan bakar diberikan dalam
persentase menurut volume cetana (C
16
H
34
) di
dalam campuran cetana dan o-methyl napthalene
(C
10
H
7
CH
3
) yang memberikan karakteristik
pembakaran yang serupa dengan karakteristik
pembakaran bahan bakar yang diuji.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

BAHAN BAKAR MESIN PEMBAKARAN DALAM
Cetana secara acak diberi angka cetana 100
karena memberikan ketahanan ketukan
maksimum dan o-methyl napthalene diberi
angka cetana 0 karena mempunyai ketahanan
terhadap ketukan minimum.
Angka cetana juga didapatkan melalui pengujian
yang serupa dengan pengujian untuk angka
oktan.
w
w
w
.
t
h
e
m
e
g
a
l
l
e
r
y
.
c
o
m

Anda mungkin juga menyukai