Anda di halaman 1dari 4

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Cikabayan, Univercity Farm, Institut Pertanian Bogor, Darmaga. Penelitian berlangsung dari bulan April 2009 sampai bulan Mei 2010.

Bahan dan Alat Penelitian dilakukan pada Tanah Latosol Darmaga (Oxic Dystrudepts) dengan kemiringan lereng 5%. Tanaman yang digunakan adalah tanaman jagung hibrida (Zea mays) varietas Pioner 12 dan padi gogo (Oryza sativa) varietas Situ Bagendit. Pupuk yang diberikan selama masa pertanaman berupa Urea, SP-18, KCl, dan dolomit. Insektisida juga diberikan guna mengurangi serangan hama dan penyakit. Mulsa yang digunakan untuk musim tanam jagung yaitu mulsa padi dari sisa pertanaman penduduk sekitar kampus IPB Darmaga dan mulsa sisa pertanaman jagung digunakan untuk musim pertanaman berikutnya (musim tanam padi gogo). Alat-alat lapang yang digunakan yaitu cangkul, tugal, sabit, kored, meteran, timbangan, tali, ajir, ember, botol plastik, karung dan alat-alat lapang lainnya. Alat yang digunakan di laboratorium untuk analisis tanah adalah oven, mesin pengocok, pipet, buret, labu ukur, labu takar, gelas ukur, gelas piala, timbangan Sartorius, kertas saring, Spektrofotometer, AAS, dan alat-alat laboratorium lainnya.

Perlakuan Penelitian dilakukan pada plot erosi dengan ukuran 10 m x 2 m. Aliran permukaan dan erosi tanah yang keluar dari plot erosi diukur dengan menggunakan bak penampung yang diletakkan diujung bawah plot erosi. Deskripsi perlakuan sebagai berikut: a. T0: tanpa perlakuan teknik konservasi tanah dan air (TKTA).

22

b. T1: saluran konvensional: saluran dibuat dengan dimensi 15 cm x 15 cm (dalam dan lebar saluran). Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak saluran 2 m. c. T2: saluran konvensional dikombinasikan dengan mulsa vertikal (serasah tanaman dan bahan organik lainnya). Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak saluran 2 m. d. T3: saluran konvensional dikombinasikan dengan lubang resapan biopori (LRB). LRB dengan diameter 10 cm dan kedalaman lubang 100 cm diisi dengan serasah tanaman dan bahan organik lainnya dengan interval 1 m pada dasar saluran. Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak saluran 2 m. e. T4: saluran konvensional dikombinasikan dengan mulsa vertikal dan LRB. Bedengan (microcatchment) dibangun dengan interval jarak saluran 2 m. Setiap petakan (plot erosi) berukuran 2 m x 10 m dengan jarak antar petakan 0,5 m yang berjumlah 15 petakan pada kemiringan lereng 5%. Setiap petakan terdiri dari 5 bedengan (microcatchment) yang berukuran 2 m x 2 m. Tiap bedengan ini dipisahkan oleh perlakuan teknik konservasi berupa saluran kecuali petakan kontrol (T0). Petakan dibatasi batako dengan lapisan semen setinggi 7,5 cm dari permukaan tanah dan tertanam kedalam tanah sedalam 20 cm. Pada ujung bawah petakan T0 dilengkapi dengan bak penampung erosi dan aliran permukaan yang ditutup dengan terpal untuk menghindari air hujan agar tidak masuk ke dalam bak penampung. Setiap bedengan ditanami jagung dan padi searah kontur dengan sistem double row dengan jarak dalam baris tanam 20 cm x 20 cm untuk ke dua musim tanam dan jarak luar baris tanam 20 cm x 50 cm untuk jagung serta 20 cm x 30 cm untuk padi. Dosis pupuk Urea dan KCl yaitu 100 kg/ha, sedangkan dosis pupuk SP-18 dan Dolomit yaitu 200 kg/ha dan 2000 kg/ha. Dolomit diberikan sebelum tanam sedangkan pemberian Urea, SP-18, dan KCl dilakukan pada minggu ke dua setelah tanam. Mulsa yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari sisa pertanaman padi penduduk sekitar kampus (untuk musim tanam jagung) sebanyak 1,5 ton/ha dan mulsa hasil dari pertanaman jagung (untuk musim tanam padi). Mulsa diberikan pada saluran yang terdapat pada petakan sesuai dengan perlakuan. 12

Parameter yang Diamati Aliran Permukaan dan Erosi Penghitungan aliran permukaan dan erosi dilakukan setiap hari hujan hanya pada petakan T0 saja. Petakan perlakuan T1, T2, T3, dan T4 tidak dilakukan pengukuran, karena berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang serupa mengenai aliran permukaan dan erosi, pada perlakuan selain T0 menunjukan nilai yang sangat kecil (Yanuar, 2005). Volume aliran permukaan dan erosi dapat diukur dengan mengukur volume air pada bak penampung dan menimbang bobot kering tanah yang terdapat di dalam bak tersebut secara manual. Pertumbuhan Tanaman Parameter pertumbuhan tanaman jagung dan padi diamati dengan mengukur tinggi 9 tanaman contoh yang terdapat pada semua petakan setiap minggu sejak tanaman berumur 3 minggu setelah tanam (MST) sampai pertambahan tinggi maksimum. Produktivitas Tanaman Penghitungan bobot biomassa dan bobot hasil produksi tanaman dilakukan setelah pemanenan dengan menimbang bobot kering biomassa tanaman dan bobot kering biji tanaman jagung dan padi. Sedimen Terendapkan Bobot sedimen petakan T1, T2, T3, dan T4 yang tertampung pada saluran dan lubang resapan diukur setiap akhir musim tanam. Bobot kering sedimen dihitung dengan koreksi kadar air. Pengambilan sedimen untuk pengukuran bobot sedimen dilakukan dengan menggali sedimen yang tertampung selama satu musim tanam jagung dan padi pada saluran dan lubang resapan. Sedimen pada saluran diambil dengan menggunakan cangkul hingga mencapai batas dasar saluran yang ditandai dengan tali plastik. Sedimen pada lubang resapan diambil dengan menggunakan bor. Sampel sedimen juga diambil untuk dianalisis di laboratorium untuk mengetahui jumlah hara yang dapat diendapkan di saluran.

13

Kehilangan Hara Sampel air dan tanah hasil aliran permukaan dan erosi diambil dari dalam bak penampung yang terdapat pada petakan T0 dan diekstrak di laboratorium untuk mengetahui jumlah hara yang hilang. Curah Hujan Pengukuran curah hujan dilakukan setiap hari mulai awal sampai akhir periode pertanaman.

Pendekatan Statistika Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) dengan 5 perlakuan Teknik Konservasi Tanah dan Air dengan 3 ulangan. Model matematika yang digunakan adalah: Yij = u + i + j + ij Dimana : Yij = nilai tengah pengamatan pada perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3, 4, 5) dan ulangan ke-j (j = 1, 2, 3) u = rataan umum i = pengaruh perlakuan TKTA (ke-i) j = pengaruh ulangan ke-j ij = galat Analisis ragam dilakukan untuk mempelajari pengaruh perlakuan dan analisis beda nyata terkecil (BNT) digunakan untuk mengetahui beda antar perlakuan.

14

Anda mungkin juga menyukai