Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN ILMIAH KELOMPOK TUTORIAL SKENARIO 2 BLOK 5

OLEH KELOMPOK E Fasilitator Ketua Sekretaris Anggota : drg. Erwita Firzalisa : Siti Adityanti H. : Reisha Mersita : Indah Fasha P Febrisally Purba Meiza Pratiwi MK. Zahrah Eka Wahyuni Masayu Nurul Q. Zara Alviometha Widya Anggraini Khairunnisa Suci Puspitahati (04111004040) (04111004057) (04111004015) (04111004058) (04111004025) (04111004021) (04111004065) (04111004002) (04111004003) (04111004056) (04111004063) (04111004041)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Arifah seorang perempuan berusia 32 tahun datang ke klinik gigi dengan keluhan gigi palsu yang baru dipakainya tiga hari tampak lebih gelap dari gigi asli dan bentuknya terlihat seperti kotak. Pasien juga mengeluhkan gigi palsunya terasa mengganjal di bagian belakang. Hasil pemeriksaan klinis menunjukkan bahwa pasien menggunakan gigi tiruan lepasan pada gigi 21, 22, dan 26. Warna dan bentuk gigi 21 dan 22 tampak tidak menyerupai gigi asli, lebar mesio-distal pada daerah cervical tampak sejajar dengan sudut mesioiniisal dan distoincisal dari kedua gigi tersebut, sedangkan pada gigi 26 cups bukalnya berkontak dengan cups bukal gigi 36. Selain itu pada basis gigi tiruannya yang terbuat dari heat cured acrylic terlihat adanya porositas internal dan crazing.
1.2 Klarifikasi Istilah

Gigi tiruan lepasan Lebar mesiodistal Cervical Sudut mesioincisal Sudut distoincisal Heat cured acrylic Porositas internal Crazing Gigi 21 Gigi 22 Gigi 26 Gigi 36 Oklusi

: Gigi palsu yang bisa dilepas : Jarak antara mesio dan distal pada gigi : Batas atau daerah antara korona dengan akar : Titik pertemuan antara garis mesial dengan insisal : Titik pertemuan antara garis distal dengan insisal : Jenis resin acrylic yang polimerisasinya dilakukan dengan pemanasan. : Gelembung udara dalam massa acrylic yang telah dipolimerisasi. : Retaknya permukaan pada acrylic : Insisivus 1 kiri atas : Insisivus 2 kiri atas : Molar 1 kiri atas : Molar 2 kiri bawah : Kontak antara gigi rahang atas dan rahang bawah

1.3 Identifikasi Masalah 1. Keluhan warna gigi palsu 21 dan 22 tampak lebih gelap dan bentuk seperti kotak (lebar mesio-distal pada daerah cervical tampak sejajar dengan sudut mesioincisal dan distoincisal dari kedua gigi 21 dan 22) 2. Cusp bukal gigi 26 berkontak dengan cusp bukal gigi 36 sehingga rasa mengganjal di bagian belakang. 3. Basis gigi tiruan yang terbuat dari heat cured acrylic terlihat adanya porositas internal dan crazing, 1.4 Analisis Masalah 1. Bagaimana bentuk dan warna normal pada gigi asli? 2. Apa yang menyebabkan perubahan warna pada gigi palsu? 3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kesalahan pada proses pembuatan gigi tiruan? 4. Bagaimana prinsip oklusi yang ideal? 5. Mengapa bisa terjadi porositas internal dan crazing pada gigi tiruan? 6. Apa kekurangan dan kelebihan dari heat cured acrylic? 1.5 Hipotesis Keadaan gigi palsu Arifah (22 tahun) tidak ideal sebab tampak lebih gelap, bentuk seperti kotak, oklusi yang tidak ideal, serta pada basisnya terlihat porositas internal dan crazing. 1.6 Learning Issues 1. Anatomi Gigi a. Morfologi Gigi 21, 22, 26, dan 36 b. Warna 2. Oklusi a. Definisi b. Fungsi

c. Prinsip ideal d. Faktor penyebab maloklusi 3. Sifat-Sifat Material Heat Cured Acrylic a. Definisi b. Sifat material c. Kelebihan dan kekurangan

BAB II PEMBAHASAN

2.1 ANATOMI GIGI a. Morfologi Gigi 21, 22, 26, dan 36 1. Insisivus 1 atas

Sumber: Anatomi Gigi. Ny. Itjiningsih W.H., 1995

Korona: bentuknya seperti sekop Akar: tebal dan apeksnya bulat

Pandangan Labial: Garis luar servikal semi ecllips, melengkung. Garis ini menunjukan pertemuan antara korona dan akar Garis lurus mesial. Garis dari titik kontak korona dan akar ke titik kontak mesial ini sedikit melngkung. Terletak 1/8 panjang korona dari insisal. Sudut mesio-insisal hampir siku-siku. Bentuk ini memberi kontak dengan I1 lainya dekat edge insisal.

Garis luar distal. Garis dari titik pertemuan korona dan akar ke titik kontak distal berbentuk curve (Cembung, sekung, cembung)

Garis luar insisal. Garis yg menghubungkan garis luar mesial dan distal. Garis luar akar. Akarnya tebal, bentuknya seperti kerucut dengan apeks yang bundar dan membelok ke distal.

Pandangan Palatal Terdapat singulum dan ridge marginal Pandangan Mesial Pandangan ini menunjukan bahwa gigi I1 ini adalah gigi untuk menggigit karena bentuknya seperti baji. Ukuran terbesarnya ada pada crest labial dan palatal, lalu mengecil pada edge insisal. Pandangan Distal Garis luar servikalnya melengkung ke edge insisal 2.5mm

2. Insisivus 2 atas

Sumber: Anatomi Gigi. Ny. Itjiningsih W.H., 1995

Pandangan Labial / Palatal


Korona sama dengan I1 atas tetapi lebih kecil dan lebih bulat Akarnya lebih langsing dan apeksnya runcing

Penampang akarnya hampir bundar, tetapi lebih langsing. Panjang akarnya sama dengan gigi I1 atas. Letak titik kontak : Mesial : 1/6 kali panjang korona Distal : 1/3 kali

Pandangan Insisal Ukuran mesio distal , labio palatal t idak begitu nyata bedanya

3. Molar Pertama Atas

Gigi ini adalah gigi ke-6 dari garis median di rahang atas. Pada umumnya gigi ini adalah gigi yang terbesar di rahang atas. Gigi ini mempunyai 4 cusp, yang bertumbuh baik dan 1 cusp tambahan yang disebut cusp ke-5 atau cusp carabelli. Cusp terakhir ini, terdapat pada bagian palatal dari cusp mesiopalatal, yang terbesar sehingga tak dapat terlihat, tetapi suatu groove developmental selalu terdapat pada tempat itu. Secara normal hihi ini mempunyai 3 akar yang bertumbuh baik dan jelas terpisah pada apeksnya. Pandangan Bukal Gaya servikal hampir lurus, hanya melengkung sedikit ke arah oklusal pada bagian mesial dan distal, dimana garis ini bertemu dengan garis luar korona. Garis luar mesial dari korona adalah sedikit konkaf di atas daerah kontak. Sambungan dari garis ini yang menunjukkan daerah kontak adalah konfeks dan relatif lebar.

Daerah ini terletak tepat dibawah pertemuan dari bagian sepertiga oklusal dan tengah. Garis itu kemudian ke ujung cusp mesio-bukal dengan garis yang masih konfeks. Garis luar distal korona adalah konfeks seluruhnya. Daerah kontak terletak dekat pada pusat sepertiga tengah. Sebagian permukaan distal mungkin dapat dilihat dari permukaan ini. Dari itu cusp disto-bulal harus digambar untuk menunjukkan marginal ridge distal Garis luar oklusal merupakan dua garis yang pendek, lurus atau sedikit konkaf dan bertemu pada groove bukal, yang terletak pada pusat korona mesio-distal. Panjang cusp pada groove itu kira-kira 1/5 panjang korona. Cusp mesio bukal lebih lebar mesio-distal daripada cusp disto-bukal. Pandangan Palatal Garis servikal hampir lurus eringkali membengkok sedikit ke oklusal dan juga berakhir dengan suatu curve mesial dan distal pada pertemuan garis ini dan garis luar korona. Garis mesial dan distal dari koroa tidak berbeda dari permukaan bukal, tetapi garis luar cusp-cusp berbeda Cusp disto-palatal hampir bulat dari daerah kontak sampai groove palatal. Cusp disto-palatal lebih pendek dan sempit daripada cusp mesio-palatal. Sulcus antara 2 cusp-cusp itu terletak distal dari pusat garis luar korona. Pandangan Distal Ujung cusp disto-bukal terletak pada satu garis dengan apeks akar disto-bukal. Akar disto-bukal dapat dilihat semua, di atas akar mesio bukal. Akar disto-bukal lebih langsing daripada akar mesio-bukal sehingga sebagian akar mesio-bukal

dapat terlihat. Titik, dimana akar-akar disto-bukal dan palatal bertemu, terletak kira-kira pada pusat korona.

Pandangan Oklusal Tanda-tanda yang harus diperlihatkan pada gambar ini adalah: 1. Posisi daerah-daerah kontak 2. Hubungan antara cusp-cusp 3. Corak groove-groove 4. Lebar korona buko-palatal, jika dibandingkan dengan lebar mesiodistal 5. Bentuk korona: jajaran genjang, rhombus, belah ketupat 4. Molar Pertama Bawah

Molar pertama bawah adalah gigi ke-6 dari garis median. Pada umumnya gigi ini adalah gigi yang terbesar di rahang bawah. Gigi ini mempunyai 5 cusp yang bertumbuh baik: 2 cusp bukal, (cusp mesio-bukal, cusp disto-bukal) distal cusp, dan 2 cusp lingual (cusp mesio-lingual dan disto-lingual). Mempunyai 2 akar yang bertumbuh baik: 1 mesial dan 1 distal, yamg lebar buko-lingual dan pada apeksnya nyata terpisah. Kadang-kadang terdapat 3 akar: 2 mesia; dan 1 distal. Pandangan Bukal Garis servikalnya adalah suatu curve yang membengkok sedikit ke apikal. Garis luar mesial dari korona hampir lurus dari cervix ke daerah kontak A yang terletak sedikit di atas pusat dari bagian 1/3 tengah korona. Konfeksitet daerah kontak

bersambung dengan garis luar cusp mesio bukal. Garis luar dari korona sama dengan garis luar mesial. Crest curve pada daerah kontak terletak lebih rendah karena cusp distobukal dan mesio bukal terpisah oleh groove mesio-bukal. Cusp bukal dan cusp distobukal terpisah oleh groove disto-bukal. Cusp mesio-bukal dan disto-bukal hampir sama lebarnya mesio-distal, sama-sama hampir 80% lebar korona mesio-distal. Cusp distal lebih kecil, 20% lebar korona. Karena cusp-cusp lingual lebih tinggi, cusp-cusp itu dapat terilihat dari permukaan bukal, jika posisi gigi itu vertikal. Pandangan Lingual Permukaan ini sebaliknya dari permukaan bukal dengan perbedaan seperti dibawah ini: 1. Garis servikal berombak
2. Sebagian besar dari garis luar oklusal adalah garis luar 2 cusp lingual.

Cusp mesio-lingual lebih besar daripada cusp disto-lingual


3. Sebagian cusp distal dapat dilihat dan sebagian lain cusp bukal juga

dapat dilihat antara 2 cusp-cusp lingual


4. Satu groove developmntal pendek dapat dilihat, yang memisahkan

cusp-cusp lingual itu

Pandangan Distal 1. Sebagian permukaan oklusal dapat dilihat dari permukaan ini 2. Gris servikal tidak rata, membengkok ke akar di bawah pusat korona buko-lingual 3. Karena akar distal lebih sempit buko-lingual daripada akar mesial, suatu garis digambar sejajar dan tepat di dalam garis luar lingual dari akar mesial. Pandangan Oklusal 1. Posisi relatif dari daerah-daerah kontak

2. Posisi relatif dari cusp-cusp 3. Corak groove 4. Ukuran korona mesio-distal, jika dibandingkan dengan ukuran bukolingual 5. Permukaan oklusal antara cusp ridge dengan sulcus dan groove terletak lingual dari pusat korona
6. Terdapat 2 cusp bukal dan satu cusp distal

7. Daerah kontak distal terdapat pada cusp disto-bukal 8. Koronanya meruncing ke lingual dari daerah-daerah kontak
9. Terdapat 2 cusp lingual

MOLAR ATAS A. Pandangan Proksimal:


1. Titik crest

MOLAR BAWAH *bukal: 1/3 x *lingual: x *bukal: condong ke lingual *lingual: tegak *dua kar *M3 bervariasi

bukal/palatal/lingual: *seimbang: 1/3x 2. Garis luar bukal/palatal/lingual *seimbang 3. Jumlah Akar: *tiga akar *M3 bervariasi B. Pandangan oklusal 1. Bentuk permukaan oklusal *M1: Rhombus *M2: Jajaran genjang *M3: bervariasi/jantung 2. Banyaknya cusp: *M1 (Bila ada 1 cusp carabelli) dan M2: 2 cusp bukal dan 2 cusp palatal *M3: Bervariasi 3. Bnetuk developmental groove sentral:

*M1 dan M2: Empat persegi panjang *M3: bervariasi

*M1: 3 Cusp bukal dan 2 cusp lingual *M2: 2 cusp bukal dan 2 cusp lingual *M3: Bervariasi *M1: Huruf M

*Huruf H

*M2: Huruf + *M3: variasi

b. Warna Gigi Warna gigi alami tidaklah putih, melainkan sangat bervariasi bagi masing-masing individu. Warna normal gigi dewasa adalah kuning keabu-abuan, putih keabuabuan atau putih kekuningan. Sementara warna normal gigi sulung adalah putih kebiruan atau putih susu.

2.2 OKLUSI a. Definisi Oklusi meruapakan kontak antara gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Oklusi merupakan fenomena kompleks yang terdiri dari gigi geligi, ligamen periodontal, rahang, sendi temporomandibular, otot dan sistem saraf. Oklusi memiliki 2 aspek, antara lain: 1. Statis, yang mengarah kepada bentuk, susunan, dan artikulasi gigi geligi pada dan diantara lengkung gigi, dan hubungan antara gigi geligi dengan jaringan penyangga. 2. Dinamis, yang mengarah kepada fungsi stomatognatik yang terdiri dari gigi geligi, jaringan penyangga, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi

b. Fungsi 1. Menerima dan mengunyah makanan Mengisap Mengunyah Menelan Mengecap

2.

Sebagai jalan masuk udara Bertindak sebagai alat bantu saluran hidung pada kondisi tertentu misalnya stress fisik, penyakit pernapasan.

3.

Sebagai bagian proses bicara dan ekspresi Dari fungsi ini, posisi dan oklusi gigi berperan penting dalam mengunyah dan menelan, dan barangkali juga pada bicara. Oklusi yang keliru bisa menimbulkan masalah lain, misalnya penyakit jaringan periodontal atau gangguan fungsi sendi temporomandibular.

c. Prinsip Ideal Berikut ini, merupakan prinsip oklusi yang ideal : Hubungan yang tpat dari gigi-gigi molar pertama tetap pada bidang sagittal Angulasi mahkota gigi-gigi insisivusyang tepat pada bidang transversal. Inklinasi mahkota gigi-gigi insisivus yang tepat pada bidang sagittal Tidak adanya rotasi gigi-gigi individual Kontak yang akurat dari gigi-gigi individual dalam masing-masing lengkung gigi tanpa celah maupun berjejal-jejal. Bidang oklusal yang datar atau sedikit melengkung.

Menurut Roth (1976) oklusi ideal meliputi: Pada posisi intecuspal maksimal (oklusi sentrik) ,kondil mandibula harus berada pada posisi paling superior dan paling retrusi dalam fosa kondilar.Ini berdampak bahwa pososo interkuspal adalah sama dengan kontak retrusi. Pada posisi menutup ke oklusi sentrik , stress yang mengenai gigi-gigi posterior harus diarahkan sepanjang sumbu panjang gigi. Gigi posterior harus berkontak setara dan merata,tanpa kontak pada gigi anterior ,pada oklusi sentrik.

Harus ada overjet dan overbite minimaltetapi cukup besar unruk membuat gigi posterior saling tidak berkontak pada gerak lateral dari mandibula,keluar dari oklusi sentrik.

d. Faktor Penyebab Maloklusi Etiologi utama: 1. Sistem Neuromuskular Berupa pada kontraksi neuromuskular beradaptasi terhadap ketidak seimbang skeletal / malposisi gigi. Pola-pola kontraksi yang tidak seimbang adalah bagian penting dari hampir semua maloklusi. 2. Tulang Karena tulang muka, trauma maxila dan mandibula berfungsi sebagian dasar umur dental arch, kesalahan dalam morfologi/pertumbuhannya dapat merubah hubungan dan fungsi oklusi. Sebagian besar dan maloklusi yang sangat serius adalah membantu dalam identifikasi dishomoni asseus 3. Gigi Gigi adalah tempat utama etiologi dalam kesalahan bentuk dento fasial dalam berbagai macam cara variasi dalam ukuran,bnetuk jumlah posisi gigi semua dapat menyebabkan maloklusi. Hal yang sering malfungsi, secara tidak langsung malfungsi merubah pertumbuhan tulang yang bermasalah adalah gigi terlalu besar. 4. Jaringan Lunak Peran dari jaringan luank , selain neuromuskular dalam etiologi maloklusi, dapat dilihat dengan jelas seperti tempat-tempat yang didiskusikan sebelumnya. Tetapi maloklusi dapat disebabkan oleh penyakit Re-odental / kehilangan perletakan dan berbagai macam lesi jaringan lunak struktur TMJ

Etiologi Pendukung :
1. Herediter / Genetik

Herediter telah lama dikenal sebagai penyebab maloklusi. Kesalahan asal genetic dapat menyebabkan penampilan gigi sebelum lahir / mereka tidak dapat dilihat sampai 6 tahun setelah kelahiran (contoh : pola erupsi gigi. Genetic gigi adalah kesamaan dalam bentuk keluarga sangat sering terjadi tetapi jenis transmisi / tempat aksi genetiknya tidak diketahui kecuali pada beberapa kasus ( contoh : absennya gigi / penampilan beberapa syndrome craniofacial). Sebagai contoh orang tua laki-laki memiliki rahang yang besar dan gigi yang besar pula, namun memiliki lengkung gigi yang normal dan rapi menikah dengan orang tua perempuan yang memiliki rahang yang kecil dan gigi geligi yang kecil- kecil pula, memiliki lengkung rahang yang normal dan kedudukan gigi geligi yang rapi. Maka perkiraan keturunan bisa terjadi keadaan anak dimana memiliki rahang yang kecil namun gigi geligi yang besar-besar sehingga terjadinya berjejalnya gigi geligi yang menyebabkan maloklusi.
2. Kebiasaan buruk

Terdapat bermacam-macam kebiasaan buruk dalam mulut anak, antara lain bernafas melalui mulut (mouth breathing), menjulurkan lidah/mendorong lidah (tongue thrusting), menggigit jari, menggigit kuku (nail biting), mengisap/menggigit jari, menghisap bibir. Kebiasaan buruk pada seseorang bisa berdiri sendiri-sendiri atau terjadi bersama-sama dengan kebiasaan buruklainnya. Artinya pada pasien yang sama dapat terjadi beberapa kebiasaan buruk (Yuniasih E.N. dan Soenawan H, 2006) 3. Trauma Baik trauma prenatal atau setelah kelahiran dapat menyebabkan kerusakan atau kesalahan bentuk dentofacial.

a.

Prenatal trauma / injuri semasa kelahiran, contohnya Hipoplasia dari mandibula. disebabkan karena tekanan intrauterine (kandungan) atau trauma selama proses kelahiran, Asymetri disebabkan karena lutut atau kaki menekan muka sehingga menyebabkan ketidaksimetrian pertumbuhan muka.

b. Prostnatal trauma, contohnya retak tulang rahang dan gigi, kebiasaan dapat

menyebabkan mikrotrauma dalam masa yang lama. c. d.


e.

Agen fisik Ekstraksi yang terlalu awal dari gigi sulung. Makanan yang dapat menyebabkan stimulasi otot yang bekerja lebih dan peningkatan fungsi gigi. Jenis makanan seperti ini menimbulkan karies yang lebih sedikit.

2.3 HEAT CURED ACRYLIC a. Definisi Resin akrilik adalah rantai polimer yang terdiri dari unit-unit metil metakrilat yang berulang. Acrylic berasal dari bahasa latin yaitu acrolain yang berarti bau yang tajam. Bahan ini berasal dari Asam Acrolain atau gliserin aldehida. Secara kimia dinamakan polymetil metakrilat yang terbuat dari minyak bumi, gas bumi atau arang batu. Bahan ini disediakan untuk kedokteran gigi berupa cairan (monomer) monometil metakrilat dan dalam bentuk bubuk (polimer) polimetil metakrilat. Resin ini dapat dibentuk selama masih dalam keadaan plastis dan mengeras apabila dipanaskan karena tejadi reaksi polymerisasi adisi antara polymer dan monomer. Heat cured acrylic merupakan resin acrylic yang polimerisasinya dilakukan dengan bantuan pemanasan. Energi termal yang dibutuhkan dalam plimerisasi dapat dilakukan dengan perendaman air atau microwave. Penggunaan energi termal menyebabkan dekomposisi peroksida dan terbentuknya radikal bebas. Radikal bebas yang terbentuk akan mengalami polimerisasi.

b. Sifat material Sifat-Sifat Heat Cured Acrylic Sifat-sifat fisik basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas meliputi: 1. Pengerutan polimerisasi Ketika monomer metil metakrilat terpolimerisasi untuk membentuk poli (metilmetakrilat), kepadatan berubah dari 0,94 menjadi 1,19 g/cm. Perubahan menghasilkan pengerutan polimetrik sebesar 21%. Akibatnya, perubahan volumetrik yang ditunjukkan oleh massa terpolimerisasi sekitar 6-7% sesuai dengan nilai yang diamati dalam penelitian laboratorium dan klinis. 2. Perubahan dimensi Pemrosesan akrilik yang baik akan menghasilkan dimensi stabilitas yang bagus. Proses pengerutan akan diimbangi oleh ekspansi yang disebabkan oleh penyerapan air. Percobaan laboratorium menunjukkan bahwa ekspansi linier yang disebabkan oleh penyerapan air adalah hampir sama dengan pengerutan termal yang diakibatkan oleh penyerapan air. 3. Konduktivitas termal Konduktivitas termal merupakan pengukuran termofisika mengenai seberapa baik panas disalurkan melalui suatu bahan. Basis resin mempunyai konduktivitas termal yang rendah yaitu 0,0006 (0C/cm). 4. Solubilitas Meskipun basis gigitiruan resin larut dalam berbagai pelarut dan sejumlah kecil monomer dilepaskan, basis resin umumnya tidak larut dalam cairan yang terdapat dalam rongga mulut. 5. Penyerapan air Bahan resin akrilik mempunyai sifat yaitu menyerap air secara perlahan-lahan dalam jangka waktu tertentu. Resin akrilik menyerap air relatif sedikit ketika ditempatkan pada lingkungan basah. Namun, air yang terserap ini

menimbulkan efek yang nyata pada sifat mekanik, fisik dan dimensi polimer. Nilai penyerapan air sebesar 0,69 mg/cm2. Umumnya mekanisme penyerapan air yang terjadi adalah difusi. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Umumnya, basis gigitiruan memerlukan periode 17 hari untuk menjadi menyebabkan diskolorasi. 6. Porositas Adanya gelembung permukaan dan di bawah permukaan dapat mempengaruhi sifat fisik, estetika dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah, disertai temperatur resin mencapai atau melebihi titik didih bahan tersebut. Porositas juga dapat terjadi karena pengadukan yang tidak tepat antara komponen polimer dan diminimalkan monomer. Timbulnya porositas dapat dengan adonan resin akrilik yang homogen, penggunaan jenuh dengan air. Dari hasil berlebihan bisa klinikal menunjukkan bahwa penyerapan air yang

perbandingan polimer dan monomer yang tepat, proses pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu pengisian bahan ke mould yang tepat. 7. Stabilitas Warna akrilik polimerisasi panas menunjukkan stabilitas warna yang baik. Yulin Lai dkk (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik, dan menemukan bahwa resin akrilik polimerisasi panas menunjukkan nilai diskolorasi yang paling rendah setelah direndam dalam larutan kopi.

c. Kelebihan dan Kekurangan Keuntungan bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1. Harga relatif murah 2. Proses pembuatan mudah 3. Tidak larut dalam cairan mulut 4. Estetik sangat baik 5. Warna stabil 6. Mudah direparasi 7. Mudah dipoles Kerugian bahan basis gigitiruan resin akrilik polimerisasi panas adalah sebagai berikut: 1. Kekuatan terhadap benturan rendah 2. Kekuatan fleksural rendah 3. Tidak tahan abrasi 4. Konduktivitas termal rendah 5. Monomer bebas dapat menimbulkan reaksi sensitif

REFERENSI

K. Anusavice. Philips Science and Dental Materials. 11th Ed. Elsevier Science. 2003 McCabe JF and Walls AWG. Applied Dental Materials. 9th Ed. Blackwell. Munksgaard. 2008

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Keadaan gigi palsu Arifah tidak ideal karena kesalahan operator dalam pemilihan warna gigi tiruan sehingga tampak lebih gelap dan juga tampak berbentuk kotak. Selain itu, juga terjadi kesalahan operator lab dalam pembuatan basis gigi tiruan sehingga timbul porositas internal dan crazing. Lalu, gigi 26 dan 36 mengalami edge to edge yang menyebabkan gangguan fungsi oklusi.

REFERENSI

Craig RG, Powers JM. 2002. Restorative Dental Materials. 11th Ed.Missouri : Mosby Hamish, Tomson. Oklusi Ed 2. Jakarta : EGC Itjiningsih, 1995. Anatomi Gigi. Jakarta : EGC. K. Anusavice. 2003. Philips Science and Dental Materials. 11th Ed. Elsevier Science McCabe JF and Walls AWG. 2008. Applied Dental Materials. 9th Ed. Blackwell. Munksgaard.

Anda mungkin juga menyukai